Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA BAHAN ALAM


OBJEK 2
“ ISOLASI FLAVONOID DARI KULIT JERUK (Citrus sinensis L.)”

NAMA : ROMIZA ADILAH FADIYAH


NO BP : 2011013020
SHIFT : 1 (SENIN)
HARI/TANGGAL : SENIN/ 19 APRIL 2022

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADAG
2022
OBJEK 2
ISOLASI FLAVONOID DARI KULIT JERUK (Citrus sinensis L.)
I. Tujuan
1. Mengetahui dan mempraktikkan cara mengisolasi golongan senyawa
flavonoid
2. Menegetahui cara mengidentifikasi senyawa flavonoid hasil isolasi
II. Tinjauan Pustaka
II.1Tinjauan Botani

Gambar 2.1 Citrus sinensis L.


II.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales (Suku jeruk-jerukan)
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sinensis L.(1)
II.1.2 Morfologi
Jeruk manis (Citrus sinensis), yang mempunyai ciri tanaman perdu
dengan ketinggian 3-10 meter, ranting berduru; duri pendek berbentuk paku.
Tangkai daun panjang 0,5 – 3,5 cm, helaian daun bulat telur, eliptis atau
memanjang, dengan ujung tumpul atau meruncing tumpul. Mahkota bunga atau
putih kekuningan. Buah bentuk bola, atau bentuk bola tertekan berwarna kuning,
oranye atau hijau dengan kuning. Daging buah kuning muda, oranye kuning atau
kemerah-merhan dengan gelembung yang bersatu dengan yang lain. (2)
Tanaman jeruk secara umum sama dengan tanaman pohon lainnya yaitu
terdapat batang, buah, daun, akar, dan bunga. Setiap organ tersebut memiliki
bentuk dan fungsi yang berbeda. Ciri morfologi dari tanaman jeruk adalah :
1. Batang jeruk dapat mencapai ketinggian 6-10 m, bercabang banyak, tajuk
daun lebar dan bundar, umumnya berbuah satu kali dalam setahun. Ranting
yang muda biasanya berduri. Batang tanaman jeruk berkayu dank eras.
Warna dari kulit batang tersebut adlah kecoklatan
2. Akar tanaman jeruk dapat berbentuk tunggang dan serabut. Pada akar serabut
yang kecil hanya terdapat bulu akar. Sel-sel akar tanaman jeruk sangat
lembut dan lemah sehingga sulit tumbuh pada tanah yang keras dan padat.
3. Bentuk daun bulat telur (elips), panjangnya sekitar 5-15 cm dan lebar 2-8 cm.
Ujungnya runcing sedikit tumpul dan biasanya sedikit berlekuk. Permukaan
atas berwarna hijau tua mengkilat dengan titik-titik kuning muda sampai
berwarna hijau kekuningan kusam dengan titik-titik hijau tua.
4. Tanaman jeruk tergolong bunga sempurna yakni dalam satu bunga terdapat
kelamin jantan dan kelamin betina. Bunga tanaman jeruk berbentuk bintang
dan memiliki tipe bunga simteris radikal. Bunga tanaman jeruk berbentuk
bintang dan memiliki tipe bunga simteris radikal. Bunga berbau harum dan
banyak mengandung nektar. (3)
II.1.3 Sebaran dan Distribusi
Penyebaran beberapa spesies jeruk khususnya di Indonesia, sangat cepat
dan luas, hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan varietas-varietas jeruk
local komersil dari beberapa spesies seperti jeruk keprok garut (Jawa Barat),
Tawangmangu (Jawa Tengah), Blinyu (Jawa Timur), Batu 55 (Jawa Timur),
Pulung (Ponorogo), siam Pontianak (Kalimantan Barat), siam madu (Sumatera
Utara) dan siam banjar (Kalimantan Selatan), sedangkan untuk jeruk manis
antara lain jeruk manis pacitan (Jawa Timur) dan jeruk manis punten (Jawa
Timur). Kehadiran jeruk varietas local ini kemungkinan sebagai varietas jeruk
manis yang telah beradaptasi baik di berbagai daerah. Beberapa varietas jeruk
manis yang telah beradaptasi baik diberbagai daerah, salah satu diantaranya
adalah jeruk manis pacitan. (4)
II.1.4 Sinonim
Nama latin : Citrus reticulate
Sinonim : Citrus nobitis C., deliciosa, C. chyspora
Nama local : Jeruk Keprok, jeruk jepun, jeruk maseh. (5)
II.2Kandungan Kimia
Kulit jeruk menghasilkan minyak atsiri yang sering digunakan sebagai
aromatic dengan komposisi senyawanya adalah limonene, sitronelal, graniol,
linalol, alpha-pinen, mirsen, beta-pinen, sabinen, geranil asetat, nonanal,
geranial, beta-kariofilen, dan alpha-terpineol. Kulit jeruk mengandung pectin
dalam konsentrasi tinggi berkisar antara 15-25 % dari berat kering dan terdapat
senyawa limonene 94% dalam kulit jeruk. Pektin merupakan polimer dari asam
D-galakturonan yang dihubungkan oleh ikatan beta-14, glikosidik. Sebagian
gugus karboksil pada poimer pectin mengalami esterifikasi dengan metil
(metilasi) menjadi gugus metoksin. Senyawa ini disebut sebagai asam pektinan
atau pectin. Asam pektinant ini bersama gula dan asam pada suhu tinggi akan
membentuk gel seperti yang terjadi pada pembuatan sellai. Kandungan pectin
pada kulit jeruk bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena dapa membantu
menurunkan kolesterol dan gula darah. Hal ini karenan kemampuan mengikat
asam empedu, empedu terbuat dari kolesterol sehingga pengeluarannya dari
tubuh dapat menurunkan kolesterol darah. (6)
Kandungan jeruk manis terdiri dari bermacam-macam, diantaranya air
7092 % (tergantung kualitas buah), gula, asam organik, asam amino, vitamin, zat
warna, mineral, dan lain-lain. Kandungan flavonoid terbagi menjadi dua yang
tidak ada rasa disebut hesperidin sedangkan limonin menyebabkan rasa pahit
pada sari buah jeruk manis. Buah jeruk manis yang semakin tua, kandungan
gulanya semakin bertambah, tetapi kandungan asamnya berkurang dan jika
langsung terkena sinar matahari akan mengandung gula lebih banyak. Pada
waktu masih muda banyak mengandung asam oksalat, tetapi akan berkurang
pada waktu buah masak. Kandungan asam sitrat jeruk manis pada waktu muda
cukup banyak, tetapi setelah buah masak semakin berkurang sampai dua per tiga
bagian. Asam amino adalah persenyawaan yang dapat menjadi struktur protein,
selama perkembangan buah, kandungan asam amino berubah-ubah secara
kuantitatif dan kualitatif. Buah jeruk manis Valencia dan Washinton semakin tua
kandungan prolinenya semakin tinggi. Selain itu kandungan carotenoid dapat
memberikan warna kuning, orange, dan merah diantaranya yaitu xanthophyll,
violaxanthin, lycopene. (7)

Gambar 2.2.1
Struktur senyawa flavonoid hesperidin

Gambar 2.2.2 Struktur senyawa nobiletin


Gambar 2.2.3 Struktur naringin
II.3Kegunaan secara Tradisonal
Citrus sinensis dikonsumsi diseluruh dunia sebagai sumber vitamin C
yang sangat baik, antioksidan alami yang membangun sistem kekebalan tubuh.
Tanaman ini telah digunakan secara tradisional untuk mengobati penyakit seperti
sembelit, kram, kolik, diare, bronchitis, TBC, batuk, pilet, obesitas, gangguan
menstruasi, angina, hipertensi, kecemasan, depresi, dan stress. (8)
Sari buah jeruk berfungsi sebagai diuretic atau pelancar pembentukan air
seni, tonikum bagi jantung. Mengatur pengeluaran empedu, memberi efek
pendingin, dan mengurangi keasaman darah. Air jeruk juga memperlancar
pengeluaran lender dan melindungi paru-paru dari infeksi ulang. Kulit jeruk
dapat menghilangkan dan menyembuhkan bintik hitam dan menghaluskan kulit.
(9)
II.4Bioaktivitas Ekstrak
Ekstrak kulit jeruk manis dengan menggunakan pelarut yang konsentrasi
berbeda dapat menghasilkan aktivitas antioksidan yang naik turun. Pada
konsentrasi etanol 85 % dan 80% aktivitas antioksidan pada jeruk menurun, akan
tetapi pada konsentrasi etanol 90% waktu ekstraksi 36 jam aktivitas antioksidan
kembali meningkat. Kandungan minyak atsiri dari ekstrak citrus sinensis
menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap berbagai bakteri dengan zona hambat
E. colli sebesar 16 mm, P. auriginosa 12,4 mm dan S. Aureus 7,2 mm. Ekstrak
kulit jeruk manis memiliki aktivitas antioksidan sebesar 70,2 % menggunakan
metode DPPH. (10)
Berdasarkan potensi ekstrak kulit jeruk manis sebagai antibakteri dan
antioksidan, ekstrak ini berpeluang untuk digunakan sebagai pengawet alami
untuk bahan makanan khususnya untuk bahan makanan yang dikonsumsi
masyarakat. (10)
II.5Metabolit Sekunder
Metabolit sekunnder flavonoid dalam jumlah yang banyak baik dalam
bentuk C atau O-glikosida. Flavonoid jeruk dapat diklasifikasikan menjadi
flavonon, flavon dan flavonol.Flavonoid adalah derivat senyawa fenol.
Flavonoid memiliki 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3C6
(dua cincin aromatik yang terhubung oleh tiga karbon yang dapat atau tidak
dapat membentuk cincin ketiga). Gugus hidroksil (-OH) hampir selalu terdapat
dalam flavonoid, dimana gugus hidroksil adalah tempat menempelnya berbagai
gula yang berpengaruh terhadap kelarutan flavonoid dalam air. (11)
Hesperidin merupakan salah satu dari genus flavonoid yang paling
banyak ditemukan pada kulit jeruk manis. Telah dilaporkan bahwa hesperidin
memiliki aktivitas antialergi, anti hipetensi, antikarsinogenik, anti mikroba, dan
vasodilator. Hesperidin juga memiliki sifat antioksidan. Hal ini dikarenakan
hesperidin mengurangi superoksida dalam transfer pada electron in vitro. (12)
II.6Metode Ekstraksi
Ekstraksi minyak atsiri pada jeruk dapat dilakukan dengan metode
ekstraksi sokletasi, maserasi, destilasi uap air, pengempresan, Leaching.
Sokletasi merupakan proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu
baru dengan alat khusus sokletasi sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan
adanya pendingin balik. (13)
Prinsip ektraksi sokletasi adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan
dengan pelarut organic yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya
dilakukan dalam wadah yang disebut “extractor”. Pelarut organic umumnya
digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan
dengan uap air, terutama untuk mengekstrak minyak dari bunga. (13)
Proses ekstraksi soklet dilakukan secara terputus-putus. Pada ekstraktor
soklet pelarut diapanaskan dalam labu idih sehingga menghasilkan uap. Uap
tersebut akan masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam bentuk
fase cair. Kemudian pelarut akan masuk ke dalam selongsong berupa padatan
kemudian membasahi sampel dan tertahan di daam selongsisng sampai tinggi
pelarut dalam pipa sifon sama tinggi dengan tinggi pelarut selongsong.
Selanjutnya pelarut akan mengalir masuk kembali ke dalam labu didih dan
begitu seterusnya sampai diperoleh ekstrak.(13)
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
 Alat
- Erlenmeyer
- Beaker glass
- Seperangkat alat rotary evaporator
- Coron
- Penangas air
- Botol infus 500 ml atau 100 ml
- Pipet tetes
- Penotol
- Vial
- Spatel
- chamber
 Bahan
- Kulit jeruk kering
- n-heksan
- Etil asetat
- Penampak noda untuk flavonoid (sitro borat)
- Kertas saring
3.2 Cara Kerja

Kulit jeruk kering

Haluskan dan timbang

Kulit jeruk kering 200 gram

Buat selongsong dan ekstrak


menggunakan sokletasi selama 15
siklus dengan pelarut n-heksana

Larutan dan endapan kristal

Didekantasi dan diamkan untuk


membiarkan pelarut menguap

Kristal murni
Pengujian menggunakan metode
KLT dengan fase diam plat silica
dan fase gerak n-heksana : etil
asetat (4:1). Sitro borat sebagai
noda flavonoid

Bercak noda pada fase diam

Nobiletin
IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1 Hasil
4.1.1 Orgnoleptis

Gambar 3 Isolat Nobiletin


Warna : Putih kekuningan
Bau : Khas
Rasa :-
Bentuk : Kristal jarum dan serbuk
4.1.2. Perhitubngan Rendemen
Sampel Massa vial kosong Massa vial+Isolat (g) Massa Isolat (g)
(g)
K1.1 11,20 11,2482 0,0482
K1.2 11,06 11,2383 0,1783
Total Massa Isolat 0,2265
Berat Sampel = 200g
% Rendemen = berat senyawa isolat/ berat awal sampel x 100%
% Rendemen = 0,2265/200 x 100%
= 0,11325%
4.1.3. Kromatografi lapis Tipis

a) b)
Gambar 4 Penampakan bercak noda di bawah sinar UV a) 254, b) 366
Perhitungan nilai Rf:
Rf= jarak migrasi sampel/jarak migrasi eluen
Jarak migrasi eluen = 4,0 cm
 Rf K1.1 =1,75/4
= 0,4375
 Rf K1.2 = 1,71/4
= 0,4275
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini objek yang dibahas adalah tentang isolasi senyawa
flavonoid dari kulit jeruk (Citrus sinensis L.) dengan metode sokletasi
menggunakan pelarut n-heksana. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk dapat
memahami prinsip dan melakukan isolasi flavonoid nobiletin dari ekstrak kulit
buah jeruk manis beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan menggunakan
metode kromatografi lapis tipis (KLT).
Sebelum dilakukan ekstraksi sampel, maka terlebih dahulu dilakukan
preparasi bahan tersebut. Sampel tersebut diantaranya adalah jeruk manis dan
pelarut n-heksana. Pelarut pada umumny adalah zat berupa senyawa karbon cair
baik jenis alifatik maupun aromatic. N-heksan adalah salah satu hidrokarbon
alkana dengan rumus kimia C6H14. N-heksan merupakan hasil refining minyak
mentah. Komposisi dan fraksinya dipengaruhi oleh sumber minyak. Umumnya
berkisar 50% dari berat rantai isomer dan mendidih pada 60 – 70˚C. Seluruh
isomer heksana dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang bersifat inert
karena non-polarnya. Oleh karena itu, digunakanlah n-heksan yang tidak dapat
melarutkan sampel yaitu flavonoid yang bersifat polar. Selain itu, n-heksan juga
mudah menguap sehingga digunkanlah metode ekstraksi sokletasi.
Metode yang digunakan ialah sokletasi. Sokletasi, yaitu proses ekstraksi
yang dilakukan dengan prinsip pengaliran yang dilakukan secara berulang atau
berkesinambungan. Pelarut pada mulanya dipanaskan hingga menghasilkan uap
panas dan dialirkan ke atas melalui bagian samping yang berbentuk pipa.
Sesampainya di bagian atas, uap pelarut kemudian didinginkan atau diembunkan
lalu uap akan turun ke bawah, masuk dan melewati tabung yang telah berisi
simplisia hingga kembali ke bagian labu. Di dalam proses ini, sampel simplisia
akan dibasahi dengan uap pelarut yang telah mendingin, sehingga dapat
mempertahankan kualitasnya terutama untuk sampel yang memang tidak tahan
terhadap panas yang berlebih. Uap pelarut yang telah sampai pada labu dasar
kemudian dipanaskan kembali dan akan dialirkan ke atas melalui pipa samping,
sebagaimana proses sebelumnya. Sehingga dalam mekanisme ini akan terjadi
sirkulasi aliran uap pelarut yang terjadi secara berulang. Proses sirkulasi uap
pelarut dalam rangka membasahi simplisa secara terus menerus juga dinilai
mampu menghemat jumlah penggunaan zat pelarut yang dibutuhkan.
Pada saat isolasi senyawa flavonoid yang ada pada jeruk yaitu nobiletin,
bagian tanaman yang diekstraksi adalah kulit buahya yang telah dikeringkan dan
dihaluskan. Tujuan pengeringan ini adalah untuk menginaktivasi enzim yang
terkandung di dalam jaringannya, selain itu juga mencegah tumbuhnya jamur,
sehingga sampel bisa digunakan untuk waktu yang lama. Selain itu, sampel juga
harus halus dengan tujuan agar luas permukaan sampel bertambah sehingga
mempermudah proses pelarutan senyawa-senyawa yang terkandung di dalam
sampel.
Proses ekstraksi dalam isolasi senyawa flavonoid dari kulit jeruk kali ini
menggunakan metode refluks. Dimana refluks adalah metode ekstraksi dengan
pelarut pada temperature titik didihnya selama waktu tertentu dengan jumlah
pelarut terbatas yang relative konstan dan adanya pendingin balik (kondensor)
dan mampu mengekstraksi senyawa yang tahan panas. Metode ini menggunakan
selongsong agar panas tidak langsung mengenai sampel.
Setelah dilakukan sokletasi, hasil ekstrak diuapkan dengan menggunakan
rotary evaporator sampai terbentuk ekstrak yang cukup kental. Berdasarkan
prinsipnya rotary yaitu proses menguapkan pelarut dengan bantuan tekanan
sehingga dapat mendidihkn pelarut dibawah titik didih pelarut yang seharusnya.
Hasil rotary yang terbentuk terdapat dua bagian yaitu presiparat dan pelarut.
Pisahkan presiparat dengan pelarut kedalam dua vial yang berbeda. Proses ini
disebut juga dengan proses dekantasi atau enap tuang.
Setelah diuapkan, ekstrak didiamkan selama 24 jam sampai terbentuk
kristal. Kristal yang diperoleh ini selanjutnya direkristalisasi dengan
menggunakan etil asetat, sebab masih memungkinkan kristal yang dihasilkan
masih mengandung pengotor sehingga untuk menghilangkan pengotor tersebut
maka perlu dilakukan rekristalisasi sehingga diharapkan dapat diperoleh kristal
yang benar-benar murni.
Pada praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil kristal berwarna
putih keruh. Kristal yang didapatkn memiliki warna yang berbea dengan
keterangan pada literature yaitu putih. Hal ini disebabkan oleh belum murninya
kristal karena proses rekristalisasi yang tidak sempurna dan tidak maksimal. Nilai
rendemen yang didapat sebesar 0,11325% dan kadar kristal tersebut sangat kecil.
Selanjutnya dilakukan proses pengujian kemurnian penggunakan
kromatografi lapis tipis. Pengujian kemurnian ini bertujuan agar dapat
mengetahui apakah senyawa yang kita isolasi sesuai dengan yang diharapkan atau
tidak, berdasarkan literatur senyawa flavonoid yang terdapat didalam kulit jeruk
tidak hanya nobiletin saja, namun juga terdapat taringin, hesperidin, maringin,
erocitrin. Pada proses KLT terlebih dahulu dilakukan proses penjenuhan terhadap
eluen didalam chamber, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga
keseimbangan udara didalam chamber serta dapat mempengaruhi nilai Rf pada
senyawa yang ingin diidentifikasi nantinya. Selanjutnya dilakukan penglihatan
noda senyawa isolasi dan pembanding dibawah sinar UV 254 dan UV 366.
Selain menggunakan sinar UV, juga dilakuak proses KLT dengan
menggunakan reagen penampak noda terhadap senyawa flavonoid yaitu reagen
sitro borat. Pereaksi semprot sitro borat merupakan pereaksi spesifik berkepekaan
tinggi terhadap flavonoid dan spesifik terhadap gugus orto-dihidroksi. Reagen
sitro borat dapat dibuat dengan melarutkan 0,5 gram asam borat dan 0,5 gram asa
sitrat di dalam 50 ml etanol. Pada pengujian senyawa flavonoid, regaen sitro borat
akan memberikan warna kuning, untuk menunjukan hasil positif senyawa
flavonoid. Setelah pemberian reagen sitroborat pada lempeng KLT yang telah
berisi totolan senyawa isolasi dan pembanding, diberikan panas pada plat KLT
tersebut untuk mempercepat reaksi. Pada praktikum ini panas diberikan dengan
alat thermogun. Bercak noda setelah diberikan reagen penampak noda juga dapat
dilihat dibawah sinar UV 366 nm dan akan memberikan warna kuning.
V. Kesimpulan dan Saran
V.1Kesimpulan
- Kulit jeruk mengandung senyawa feolik (phenolic acids, flavonones,
dan polymethoxylated flavones), karetonoid dan asam askorbat.
- Didapatkan nilia Rf antara 0,4375 dan 0,4275 dan dapat dikatakan
memenuhi syarat dari nilai yang baik untuk Rf adalah 0,2- 0,8 yang
artinya senyawa murni.
- Rendemen yang didapat sebesar 0,11325%.
V.2Saran
- Pahami prosedur kerja sebelum melaksanakan percobaan.
- Selalu teliti dan berhati-hati dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Surbakti HY. Lama Waktu Kontak Minyak Jeruk (Citrus sinensis) Sebagai
Hand Sanitizer Terhadap Penurunan Angka Kuman Telapak Tangan.
Yogyakarta: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA;
2019.
2. Etebu, E dan Nwauzomo A. A Review of Sweet Orange (Citrus sinensi) Heals,
Disesase, and Management. 2014.
3. Warsito. Derivatisasi Sitosterol. Malang: UB Press; 2018.
4. Oni WB. Kajian Sistem Agribisnis Jeruk Manis (Citrus sinensis) dalam
Rangka Peningkatan Pendapatn Petani di Desa Konda Satu Kecamatan Konda
Kabupaten Konawe Selatan. J Ilm Agribisnis. 2019;4(5):116–20.
5. Hanif, Zalnuri dan Zamzami L. Trend Jeruk Impor dan Posisi Indonesia
Sebagai Produsen Jeruk Dunia. Jawa Timur: Balai Penelitin Tanaman Jeruk
dan Buah Subtropika; 2015.
6. Friatna ER dkk. Uji Aktivitas Anti Oksidan pada Kulit Jeruk Manis (Citrus
sinensis) Sebagai Alternatif Bahan Pembuat Masker Wajah. 2014.
7. Egbuonu, A.C. and Ojusi, A C. Proximate Compositions and Antibacterial
Activity of Citrus Sinensis (Sweet Orange) Peel and Seed Extracts.Europoan
Journal of Tradicinal Plouts. Eur J Tradic Plout. 2016;12(13):1–7.
8. Teneva, D et al. Chemical Composition, Antioxidant Activity and
Antimicrobial Activity of Essential Oil from Citrus aurantium L. zest Againts
Some Pathogenic Microorganisms. Zeitschrift fur Naturforsch. 2019.
9. Huang Ho, Linfu Li, Wwimwi Shi, Hai Liu D. The Multifunctional Effect of
Nobiletin and Its Metabolites In Vivo and In Vitro. Evidence-Based
Complementary abd Alternative Medicine. 2016;4.
10. Chen, M.L., Yang, J.D. dan Liu S. Effect Of Drting Temperature On The
Flavonoid, Phenolic Acid,And Antioxidative Capasities Of The Methanol
Extract of Citrus Fruit (Citrus sinensis L) Peels. .International J Food Sience
Technol. 2012;4(6):1179–85.
11. Shetty, S. B., Ismail, P. M.-S., Varghese, S., Thomas-George B,
KandathilThajuraj, P., Baby, D., Devang-Divakar D. Antimicrobial effects of
Citrus sinensis peel extracts against dental caries bacteria: An in vitro study. J
Sect Community Prev Dent. 2015;71–8.
12. London, L. J., De-Lima, R.V., Lara, O., Gil A. Clean Recovery Antioxidant
Flavonoid From Citrus Peel : Optimizing An Aqueous Ultrasound Assisted
Extraction Metode. Food Chem. 2012;81–7.
13. Milind, Perle et al. Orange to Keep Anxiety at Long Range. J Pharm.
2012;3(10).

Anda mungkin juga menyukai