Anda di halaman 1dari 12

Makalah Hari : Senin

MK. Penilaian Mutu Pangan Tanggal : 12 September 2022

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PANGAN


Disusun oleh:
Kelompok 5
Adila Lestari (P032013411002)
Anggi Rolanda (P032013411005)
Anisa Zulfitri (P032013411006)
Vani Puspitasari (P032013411037)
Widya Gustia (P032013411041)
DIII Gizi TK 3A

Dosen Pengampu:

Dewi Rahayu, SP, M. Si

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RIAU

JURUSAN GIZI

2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi setiap
rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup setia waktu, aman,bermutu, bergizi dan
beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat tercantum dalam UU no.18, th
2012. Pangan yang aman merupakan factor yang penting untuk meningkatkan derajat Kesehatan
tidak terkecuali pangan yang dihasilkan oleh Industri Rumah Tangga (IRT). (仁, n.d.).
Keamanan pangan merupakan factor yang penting sebagai syarat untuk menghasilkan
pangan yang bermutu dan bergizi baik. Keamanan pangan harus menjadi kriteria dari pangan
yang hendak dikonsumsi oleh masyarakat. Pangan yang beredar di pasaran dihasilkan oleh
produsen pangan. Oleh karena itu, produsen pangan merupakan salah satu factor penentu
beredarnya pangan yang memenuhi syarat mutu dan keamanan pangan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Produsen pangan bertanggung jawab untuk mengendalikan keamanan pangan
dengan menjamin bahwa produknya bermutu dan aman untuk dikonsumsi (Hariyadi, 2008).
Keamanan pangan juga menjadi pertimbangan pokok dalam perdagangan internasional.
Pada era globalisasi sekarang ini, suplai pangan ke seluruh penjuru dunia seakan tidak ada
batasannya lagi. Factor terjaminnya mutu dan keamanan pangan produk merupakan salah satu
syarat untuk menghasilkan produk ekspor yang berdaya saing tinggi. Indonesia sebagai negara
pengekspor sering mengalami kasus penolakan dan penahanan produk ekspor disebabkan
masalah mutu dan keamanan pangan yang dianggap tidak memenuhi persyaratan internasional.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh FDA, ekspor produk pangan Indonesia ke Amerika
Serikat yang mengalami penolakan pada tahun 2006-2010 sebanyak 1822 kasus, yang Sebagian
besar merupaka produk fishery/seafood dikarenakan factor filthy (FDA,2012).
Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat makanan itu aman untuk
dimakan, bebas dari factor-faktor penyebab penyakit misalnya banyak mengandung sumber
penular penyakit (infactius agent), mengandung bahan kimia beracun, dan mengandung benda
asing (foreign objects) (Pustikayanti,2012).
Banyaknya permasalahan pangan di Indonesia, disebabkan rendahnya pengetahuan cara
mengolah makanan dan minuman secara aman dan kurangnya kinerja bagian Quality Control,
serta kurangnya kontrol terhadap kebersihan dan keamanan pangan. Untuk memproduksi produk
pangan yang aman dikonsumsi, perlu menggunakan standar-standar keamanan pangan. Salah
satu standar keamanan pangan yang diakui di Indonesia adalah Hazard Analysis Critical Control
Point (HACCP). HACCP merupakan suatu piranti (sistem) yang digunakan untuk menilai
bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan. HACCP
diterapkan pada seluruh mata rantai proses pengolahan produk pangan. Makanan yang sehat dan
aman merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, kualitas makanan baik secara bakteriologis, kimiawi, dan fisik
harus dipertahankan. Kualitas makanan harus terjamin setiap saat, agar masyarakat sebagai
konsumen dapat terhindar dari penyakit/gangguan kesehatan serta keracunan (Depkes, 2002).
Masalah sanitasi makanan sangat penting, terutama di tempat-tempat umum yang kaitannya
dengan penyelenggaraan makanan dan minuman untuk orang banyak. Salah satu tempat yang
menyediakan makanan dan minuman untuk orang banyak/umum adalah rumah sakit. Menurut
Depkes RI 2006, dalam penyelenggaraan makanan dan minuman untuk mendapatkan makanan
yang bermanfaat dan tidak membahayakan bagi yang memakannya perlu adanya suatu
penyehatan makanan dan minuman, yaitu upaya pengendalian faktor yang memungkinkan
terjadinya kontaminasi yang akan mempengaruhi pertumbuhan kuman dan bertambahnya bahan
aditif pada makanan dan minuman yang berasal dari proses pengolahan makanan dan minuman
yang disajikan dirumah sakit agar tidak menjadi mata rantai dalam penularan penyakit dan
gangguan kesehatan (Putra, 2016).
Dalam meminimalisasi risiko bahaya bahan makanan terkontaminasi oleh zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, diperlukan suatu sistem sanitasi pengolahan makanan yang baik dan
terstandar. Sistem yang dapat meminimalisir kontaminasi bahaya pada makanan dan menjamin
kualitas makanan dipengarushi oleh Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) atau
analisis bahaya dan titik kendali kritis. HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang
mendasasrkan kesadaran bahwa hazard (bahaya) dapat timbul pada berbagai titik atau tahapan
produksi tertentu (Winarno,2004).
Penerapan HACCP tidak hanya terbatas pada industri pangan modern tetapi juga dapat
diterapkan dalam pengelolaan makanan untuk pasien di rumah sakit. Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) adalah suatu sistem kontroldalam upaya pencegahan terjadinya masalah
yang didasarkan atas identifikasi titik-titik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi.
Upaya untuk menekan supaya tidak terjadinya penyakit akibat pangan, maka dikembangkan
suatu sistem manajemen keamanan pangan. Bagi produk makanan, sistem pengendalian mutu
diawali dengan penerapan sistem GMP (Good Manufacturing Practices) dan sistem GHyP
(Good Hygiene Practice). GMP merupakan suatu pedoman cara memproduksi makanan yang
baik dengan tujuan agar produsen memenuhi persyaratan–persyaratan yang telah ditentukan
untuk menghasilkan produk makanan yang bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen (Thaheer,
2005).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pangan pada tahap penerimaan dan stok
bahan?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pangan pada tahap persiapan?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pangan pada saat pengolahan?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pangan pada saat pengemasan?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pangan pada tahap distribusi dan
penyimpanan (penggudangan)?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pangan pada tahap
penerimaan dan stok bahan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pangan pada tahap persiapan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pangan pada saat pengolahan.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pangan pada saat
pengemasan.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pangan pada tahap distribusi
dan penyimpanan (penggudangan).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pangan pada Tahap Penerimaan dan Stock
Bahan
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam proses penerimaan sebaiknya steril sehingga tidak
menimbulkan rekontaminasi pada produk pangan yang dihasilkan. Proses sterilisasi peralatan
sebaiknya dilakukan setelah peralatan tersebut digunakan sehingga dapat langsung digunakan
pada saat pengolahan berikutnya. Bagi sebagian besar jenis produk pangan, suhu lingkungan
sangat berpengaruh terhadap mutu. Suhu di Indonesia sangat sesuai bagi pertumbuhan dan
aktivitas mikroba maupun enzim pembusuk.
Pekerja yang terlibat dalam proses pengolahan sangat berpengaruh terhadap mutu produk
pangan yang dihasilkan. Kesehatan, kebersihan, dan perilaku pekerja perlu diperhatikan. Pekerja
yang sedang sakit tidak diperkenankan bekerja di bagian pengolahan karena dikhawatirkan
mikroba penyebab penyakit akan mengkontaminasi produk yang sedang diolah. Kewajiban
mencuci tangan dan kaki diterapkan bagi pekerja yang akan memasuki ruang pengolahan atau
pindah ke ruang lain.(Pudjirahayu, 2017).
Bahan-bahan mentah dapat menjadi rusak atau busuk karena beberapa penyebab, yang paling
utama adalah kerusakan dan kebusukan karena mikroba. Mutu dan keamanan suatu produk
pangan sangat bergantung pada mutu dan keamanan bahan mentahnya.
Dalam memilih bahan baku perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Pilih bahan panga mentah yang tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan atau kebusukan.
b. Bahan pangan mentah yang sudah rusak atau busuk beresikomengandung banyak bahaya
bagi kesehatan manusia
Bebrapa indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu pangan tidak
aman. Tanda-tanda yang mudah ditemukan antara lain bebrbau busuk atau tengik, terdapat
kotoran berupa kerikil, potongan kayu atau kaca atau terdapat belatung. Namun, masih ada
bahan-bahan lain yang tidak kasat mata yang dapat menyebakan pangan berbahaya bagi
kesehatan, yaitu mikroorganisme seperti virus atau bakteri serta racun yang dihasilkan, yang
mungkin terdapat pada sayuran, susu, kacang tanah, daging, ikan dan lain-lain. Kelompok
mikroorganisme yang menyebabkan bahaya tersebut dapat disebut patogen. (Auliana, 2001)
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pangan pada Tahap Persiapan
Pada proses produksi yang perlu diperhatikan untuk menjaga keamanan makalah adalah
proses persiapan, pada proses persiapan merupakan tahap awal atau titik awal dari proses untuk
mendapatkan makanan jadi, untuk itu pada tahap ini perlU selalu dilakukan pengamanan bahan
makanan. Pengamanan makanan meliputi pengamanan untuk mempertahankan zat gizi pada
makanan dan pengamanan makanan te4hadap bahaya patogen.
1. Proses Peralatan
Merupakan komponrn penting dalam proses pembuatan makanan, peralatan harus dijaga
kebersihannya dan harus memenuhi syarat-syarat higiene karena faktor kebersihan alat
menentukan hasil makanan yang sehat. Persiapan peralatan sebelum memasak dapat dimulai
dari proses pemeriksaan alat yang meliputi alat masak dan alat hidang. Hal yang terpenting
adalah pemisahan antara peralatan masak dan alat hidang sehingga tak terjadi pencemaran
pada bahan makanan.
Ada beberapa persyaratan ada pengolahan, antara lain:
a. Peralatan produksi hendaknya terbuat dari bahan yang kuat tidak mudah berkarat
b. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan hendaknya halus, tidak terdapat
celah atau menggelupas
c. Peralatan produksi harus diletakkan sesuai dengan urutan proses pengolahan
d. Semua peralatan seharusnya dipelihara agar dapat berdungsi dengan baik
2. Persiapan Tempat Pengolahan
Tempat pengolahan makanan biasa disebut dapur merupakan tempat pengolahan bahan
pangan, sehingga dapur mempunyai peranan penting dalam proses pengolahan makanan .
syarat dapur yang sehat sebagai tempat pengolahan makanan adalah:
a. Tempat ventilasi dan cerobong asap
b. Adanya penerangan yang cukup
c. Kondisi lantai dan dinding yang kedap air
d. Terdapat saluran pembuangan air limbah
Kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur
yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi, karena dengan kondisi tempat pengolahan
yang bersih dapat menghambat pencemaran pada bahan makanan oleh mikroorganisme
sehingga dapat menghasilkan produk makanan yang aman untuk dikonsumsi. Ada bebrapa
tips untuk menjaga makanan yaitu:
a. Pilihlah bahan makanan yang segar dengan kualitas yang bagus
b. Untuk sayuran dan buah pilihlah yang bermutu dilihat dari warna, ukuran dan tekstur
c. Simpan buah dan sayur pada lemari pendingin untuk menghambat enym yang bisa
membuat buah dan sayuran kehilangan zat gizi. Enym sangat aktif pada suhu hangat
d. Jangan menyimpan bahan makanan terlalu lama karena menyebabkan kehilangan zat
gii. Simpan makanan kaleng pada suhu rendah
e. Ketika menyimpan makanan tetap rapat untuk menurunkan kontak langsung dengan
udara
f. Cuci sayuran secara cepat dan jangan merendam sayuran dalam air
g. Suhu penggorengan bisa merusak vitamin pada sayuran
h. Jangan menggunakan baking soda untuk memperbaiki rupa sayuran karena membuat zat
gii pada sayuran hilang
i. Jangan memakai gelas tanpa corak karena cahaya bisa merusak riboflavin yang
terkadang didalamnya. Factor yang bisa merusak vitamin dan sering merusak warna,
aroma dan tekstur makanan
j. Persiapan makanan dengan serba tetutup sampai penyajian
k. Kupas kulit pada buahan seminim mungkin karena jika seluruh kulit di kupas banyak
vitamin dan mineral yang hilang bersama kulit buah, karena vitamin dan mineral
banyak tersimpan dibawah kuliah buah-buahan.
Pada proses pengolahan hal ini yang penting dan harus diperhatikan untuk menghindari
terjadinya kontaminasi silang adalah penjamah makanan, cara pengolahan makanan sama
pengolahan, lingkupnya, peralatan dan pengolahan.
1. Penjamah makanan
Karyawan terutama yang bekerja langsung dengan bahan pangan atau pangan dapat
mencemari bahan pangan atau pangan tersebut, baik berupa cemaran fisik, kimia maupun
bilogis. Oleh karena itu kebersihan karyawan dan hygiene karyawan salah satu hal yang
sangat penting yang harus diperhatikan industry pangan agar produk pangannya bermutu
dana man untuk dikonsumsi
Cara hygiene karyawan yang baik adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
tercemarnya pangan oleh campuran fisik, kimia maupun biologis dari tubuh karyawan.
Upaya yang dapat dilakukan adalah memupuk kebiasaan karyawan yang baik dan melatih
karyawan untuk meninggalan kebiasaan karyawan yang buruk.
2. Cara pengolahan makanan
Untuk mengolah bahan pangan mentah menajdi suatu produk pangan diperlukan cara
pengolahan yang harus dilalui tahap demi tahap secara berurutan. Setiap tahap pengolahan
ini dilakukan dengan tujuan tertentu yang berkaitan dengan mutu dan keamanan produk
pangan yang dihasilkan. Oleh karena setiap tahap pengolahan ini berperan dalam
menentukan mutu dan keamanan produk yang dihasilkan, maka setiap tahap pengolahan ini
harus selalu dikendalikan supaya benar.
3. Sarana pengolahan dan lingkupnya
Sarana pengolahan dan lingkupnya yang kotor dapat menjadi sumber bahaya yang
mencemari pangan, baik fisik, kimia maupun biologis. Sebagai contoh bahaya fisik
pencegahan gelas yang berantakan dimana mutu dapat saja masuk ke dalam pangan.
4. Sarana pengolahan pangan
Sarana pengolahan pangan dan lingkupnya harus selalu bersih untuk menghindari berbagai
bahaya tersebut.
5. Peralatan pengolahan
Peralatan pengolahan pangan khususnya yang langsung kontak dengan pangan dapat
mencemari pangan jika kotor. Oleh karena itu, peralatan pengolahan pangan harus diajaga
agar selalu tetap bersih. Utnuk menghindari pencemaran bahaya fisik, kimia maupun bilogis
dari peralatan kepada pangan.
6. Gunakan peralatan yang mudah dibersihkan
Peralatan yang terbuat dari baja tahan karat umumnya mudah dibersihkan. Karat dari
peralatan logam dapat menjadi bahaya kimia dan lapisan logam yang terkelupas dapat
menjadi bahaya fisik jika masuk kedalam pangan.
7. Bersihkan peralatan yang telah digunakan
Mesin-mesin seperti pengaduk dan penggiling hendaknya dapat dibongkar agar begian-
bagiannya mudah dibersihkan. Bersihkan peralatan dengan sabun atau detergen.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pangan pada Tahap Pengemasan
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, dan merupakan
salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan dapat memperpanjang
umur simpan bahan. Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu
mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas /
dibungkusnya. Sebelum dibuat oleh manusia, alam juga telah menyediakan kemasan untuk
bahan pangan, seperti jagung dengan kelobotnya, buah-buahan dengan kulitnya, buah kelapa
dengan sabut dan tempurung, polong-polongan dengan kulit polong dan lain-lain. Manusia juga
menggunakan kemasan untuk pelindung tubuh dari gangguan cuaca, serta agar tampak anggun
dan menarik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan dengan kemasan
yang digunakan dapat dibagi dalam dua golongan utama yaitu:
1. Kerusakan yang sangat ditentukan oleh sifat alamiah produk sehingga tidak dapat dicegah
dengan pengemasan saja (perubahan-perubahan fisik, biokimia, dan kimia serta
mikrobiologis).
2. Kerusakan yang tergantung pada lingkungan dan hampir seluruhnya dapat dikontrol dengan
kemasan yang digunakan (kerusakan mekanis, perubahan kadar air, absorpsi dan interaksi
dengan oksigen, kehilangan dan penambahan cita rasa yang tidak diinginkan).
Pengemasan dapat mempengaruhi mutu pangan antara lain melalui:
1. Perubahan fisik dan kimia karena migrasi zat-zat kimia dari bahan kemas (monomer plastik,
timah putih, korosi).
2. Perubahan aroma (flavor), warna, tekstur yang dipengaruhi oleh perpindahan uap air dan
O2.
Ada 6 fungsi utama kemasan yang seharusnya dipenuhi oleh suatu bahan pengemas, yaitu:
1. Menjaga produk bahan pangan atau hasil pertanian agar tetap bersih dan terlindung dari
kotoran dan kontaminasi.
2. Melindungi makanan dari kerusakan fisik, perubahan kadar air dan penyinaran.
3. Mempunyai kemudahan dalam membuka atau menutup, dan juga memudahkan dalam
tahap-tahap penanganan, pengangkutan dan distribusi.
4. Mempunyai fungsi yang baik efisien dan ekonomis, aman untuk lingkungan.
5. Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada,
mudah dibuang dan mudah dibentuk atau dicetak.
6. Menampilkan identifikasi, informasi, daya tarik dan penampilan yang jelas sehingga dapat
membantu promosi atau penjualan.
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pangan Pada Tahap Distribusi Dan
Penyimpanan
Setelah proses pengolahan selesai sebelum makanan siap dikonsumsi maka disimpan pada
tempat tersendiri untuk menghindari terjadinya cemaran. Menurut Kep Menkes
No.715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi penyimpanan makanan terolah
adalah:
a. Penyimpanan makanan terolah sebaiknya tertutup dan disimpan pada suhu ±10º C.
b. Penyimpanan makanan jadi :
- Terlindungi dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan.
- Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5º C atau lebih atau disimpan
dalam suhu dingin 4º C. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama
(lebih dari 6 jam) disimpan dalam suhu -5º C sampai -1º C.
Pangan telah diproduksi dengan cara-cara yang baik masih dapat mengalami kerusakan
akibat penanganan yang tidak benar selama pengangkutan dan penyimpanan. Oleh karena itu,
pelaksanaan cara distribusi yang baik penting untuk dilaksanakan. Pedoman cara
distribusipangan yang baik ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab dibidang
perindustrian, pertanian, atau perikanan sesuai bidang tugas dan kewenangan masing-masing.
Dalam pedoman ini dapat disimak hal-hal yang berkenaan dengan cara bongkar muat,
pengendalian suhu, kelembaban dan tekanana udara selama distribusi dan penyimpanan serta
system pencatatan untuk penulusuran distribusi pangan. Pedoman cara distribusi pangan yang
baik adalah cara distribusi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan
cara:
a. Melakukan cara bongkar muat pangan yang tidak menyebabkan kerusakan pada pangan
b. Mengendalikan kondisi lingkungan, distribusi dan penyimpanan pangan khususnya yang
berkaitan dengan suhu, kelembaban dan tekanan udara.
c. Mengendalikan system pencatatan yang menjamin penelususran kembali pangan yang
didistribusikan (Chaidir,2015).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat makanan itu aman untuk
dimakan, bebas dari factor-faktor penyebab penyakit misalnya banyak mengandung sumber
penular penyakit (infactius agent), mengandung bahan kimia beracun, dan mengandung benda
asing (foreign objects).
. Salah satu standar keamanan pangan yang diakui di Indonesia adalah Hazard Analysis
Critical Control Point (HACCP). HACCP merupakan suatu piranti (sistem) yang digunakan
untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan pada
pencegahan. HACCP diterapkan pada seluruh mata rantai proses pengolahan produk pangan.
Makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, kualitas makanan baik secara bakteriologis,
kimiawi, dan fisik harus dipertahankan. Kualitas makanan harus terjamin setiap saat, agar
masyarakat sebagai konsumen dapat terhindar dari penyakit/gangguan kesehatan serta
keracunan.
Penerapan HACCP tidak hanya terbatas pada industri pangan modern tetapi juga dapat
diterapkan dalam pengelolaan makanan untuk pasien di rumah sakit. Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) adalah suatu sistem kontroldalam upaya pencegahan terjadinya masalah
yang didasarkan atas identifikasi titik-titik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Auliana, Rizqie. 2001. Gizi&Pengolahan Pangan. Yogyakarta: AdiCita

Chaidir Umar,S. (2015).Mutu Gizi dan Keamanan Pangan. Bandung: Dapartemen Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univ Padjajaran.

Fatbonah,S.(2013). Sanitasi Hygiene. Yogyakarta

Hariyadi. (2008). Keamanan Pangan. 303.

Julianti, E., & Nurminah, M. (2006). Teknologi Pengemasan. Bahan Ajar Fakultas Pertanian

Universits Sumatera Utara.

Kaihatu, T. S. (2014). Manajemen Pengemasan. Penerbit Andi.

Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief, M. D. (2013). Pengemasan dan Perlindungan Mutu Bahan Pangan

Pudjirahayu, A. (2017). Pengawasan Mutu Pangan. In Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia.

Putra, F. U. (2016). Latar Belakang Keamanan Pangan. June, 1–7.

仁佐藤. (n.d.). Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pangan. アジア経済.

Anda mungkin juga menyukai