OLEH :
KELOMPOK 1
1. Maisaroh (172110097)
2. Riski Novratiwi (172110108)
Pembimbing :
Windari Natalia, S.Gz
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui penerapan HACCP pada menu Ikan Dencis dengan
Buncis Tauco dan Tempe Goreng Balado di Instalasi Gizi RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2020.
Penerimaan
Bahan Baku Konsumsi
Penyimpanan
Distribusi
Sortasi
Penyimpanan
Sementara
Pencucian
Pengolahan (Proses
Pemasakan)
2.4.3 Tata Cara Skor Keamanan Pangan dan Formulir skor keamanan
Pangan
Langkah-langkah dalam pelaksanaan penetapan skor keamanan
pangan, yaitu :
1. Menentukan nama masakan/makanan/jajanan yang akan dinilai serta
siapkan form penilaian SKP.
2. Lakukan observasi/pengamatan terhadap komponen dan sub komponen,
yaitu :
a. Pemilihan dan penyimpanan bahan makanan (PPB), yang terdiri dari 8
sub komponen.
b. Higiene pemasak (HGP), yang terdiri dari 8 sub komponen.
c. Pengolahan bahan makanan (PBM), yang terdiri dari 27 sub
komponen.
d. Distribusi makanan (DPM), yang terdiri dari 7 sub komponen.
e. Berilah tanda centang pada kolom form yang menunjukkan nilai untuk
setiap sub komponen.
f. Lakukan penjumlahan nilai untuk tiap komponen (jumlah dari langkah
3).
Lakukan perhitungan nilai tiap komponen ke dalam skala nilai 0-1,00
(langkah 4 : nilai maksimal), yaitu nilai riil : nilai maksimal dari tiap
komponen.
a. Lakukan perhitungan skor tiap komponen (langkah 5 x bobot), yaitu
nilai skala 0-1,00 x bobot dari tiap komponen.
b. Jumlahkan skor tiap komponen (jumlah dari langkah 6).
c. Tetapkan kriteria skor keamanan pangan (SKP).
Kriteria SKP untuk makanan yang diproduksi, meliputi :
a. Baik atau aman
b. Sedang
c. Rawan, tetapi masih aman dikonsumsi
d. Rawan, tidak aman dikonsumsi
Interpretasi nilai :
1. Baik, skor SKP ≥ 97,03 %
2. Sedang, skor SKP 93,32 % – 97,02 %
3. Rawan tetapi aman dikonsumsi skor SKP 62,17 % - 93,31 %
4. Rawan, tidak aman dikonsumsi, skor SKP < 62,17 %
Form Penilaian Skor Keamanan Pangan (SKP)
NO KOMPONEN & SUB KOMPONEN NILAI
A. PEMILIHAN DAN PENYIMPANAN BAHAN
MAKANAN (PBB)
1. Bahan makanan yang digunakan masih segar 1 0
2. Bahan makanan yang digunakan tidak rusak 3 0
3. Bahan makanan yang digunakan tidak busuk 3 0
4. Tidak menggunakan wadah/kontak bekas pupuk atau 3 0
pestisida uyntuk menyimpan dan membawa bahan
makanan
5. Bahan makanan disimpan jauh dari bahan 3 0
beracun/berbahaya
6. Bahan makanan disimpan pada tempat tertutup 3 0
7. Bahan makanan disimpan pada tempat bersih 3 0
8. Bahan makanan disimpan pada tempat yang tidak terkana 3 0
sinar matahari langsung
B. HIGIENIS PEMASAK (HGP)
1. Pemasak harus berbadan sehat 3 0
2. Pemasak harus berpakaian bersih 3 0
3. Pemasak memakan tutup kepala selama memasak 1 0
4. Pemasak memakan alas kaki selama memasak 1 0
5. Mencucu tangan sebelum dan sesudah memasak 3 0
6. Mencucu tangan menggunakan sabun sesudah dari WC 3 0
(buang air)
7. Ketika bersin tidak menghadap ke makanan 3 0
8. Kuku pemasak selalu bersih dan tidak panjang 3 0
C. PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN (PBM)
1. Peralatan memasak yang digunakan harus bersih dan 3 0
kering
2. Peralatan memasak harus dicuci sebelum dan sesudah 3 0
dipakai memasak
3. Peralatn memasak dikeringkan terlebih dahulu setelah 3 0
dicuci
4. Peralatan memasakn disimpan di tempat yang bersih 3 0
5. Peralatan memasak disimpan di tempat yang jauh dari 3 0
bahan beracun atau bahan berbahaya
6. Dapur tempat memasak harus dalam keadaan bersih 3 0
7. Dapur tempat memasak harus dalam keadaan kering 3 0
8. Dapur tempat memasak harus mempunyai ventilasi yang 3 0
cukup
9. Dapur terletak jauh dari kandang ternak 3 0
10. Selalu tersedia air bersih dalam wadah tertutup 3 0
11. Di dapur tersedia tempat sampah yang tertutup 2 0
12. Pembuangan air limbah harus lancar 3 0
13. Bahan beracun/berbahaya tidak boleh disimpan di dapur 3 0
14. Jarak tempat memasak ke tempat distribusi tidak lebih 3 0
dari satu jam
15. Pisau dan talenan yang digunakan harus bersih 3 0
16. Bagian makanan yang tidak dimakan tidak ikut dimasak 3 0
17. Bahan makanan harus dicuci dengan air bersih 3 0
18. Meracik/membuat adonan menggunakan alat yang bersih 3 0
19. Adonan/bahan makan yang telah diracik harus segera di 3 0
masak
20. Makanan segera diangkat setelah matang 2 0
21. Makanan yang telah matang ditempatkan pada wadah 3 0
bersih dan terhindar dari debu dan serangga
22. Makanan yang tidak dibungkus dengan menggunakan 1 0
pembungkus dari kertas koran dan kertas ketikan
23. Makanan dibungkus dengan pembungkus yang bersih, 3 0
tidak menggunakan bekas pembungkus bahan beracun
24. Memegang makanan yang telah matang menggunakan 3 0
sendok, garpu, alat penjepit, sarung tangan
25. Tidak menyimpan makanan yang matang lebih dari 4 jam 3 0
terutama makanan berkuah dan bersantan
26. Untuk makanan goreng, minyak goreng tidak boleh 3 0
digunakan jika sudah berwarna coklat tua, atau sudah
dipakai setelah 4 kali
27. Untuk makanan basah, merebus dan mengukus makanan 3 0
dalam wadah tertutup
D. DISTRIBUSI MAKANAN (DPM)
1. Selama distribusi, makanan ditempatkan dalam wadah 3 0
yang bersih dan tertutup
2. Pembawa makanan berpakaian bersih dan mencuci tangan 3 0
3. Tangan dicuci dengan sabun sebelum membagikan 1 0
makanan
4. Makanan tidak boleh berlendir, berubah rasa, atau berbau 3 0
basi sebelum dibagikan
5. Makanan ditempatkan dalam tempat yang bersih dan 3 0
kering
6. Mencuci tangan sebelum makan 3 0
7. Makanan tidak dipegang langsung, menggunakan alat 3 0
untuk memegang makanan saat membagikan
2.5 Spesifikasi Bahan Makanan
2.5.1 Teori Spesifikasi Bahan Makanan
Untuk mewujudkan keamanan dalam pencapaian kualitas bahan makanan
dalam upaya pengawasan harga makanan, maka perlu ditetapkan satu spesifikasi
ini harus disederhanakan, lengkap tapi jelas dan memuat tentang hal-hal berikut :
a. Nama bahan makananan/pokok
b. Ukuran/type unit/container
c. Tingkatan kualitas/grade
d. Umur bahan makanan
e. Tingkat makanan
f. Warna bahan makanan
g. Jumlah porsi/kaleng
h. Jumlah buah/biji/krat/kg
i. Identitas pabrik
j. Keterangan khusus lain bilsa diperlukan (grade, band, condition)
Spesifikasi bahan makanan dalam upaya pembelian bahan makanan
merupakan ketetapan yang harus disepakati dan dimengerti oleh pemerintah,
dalam rangka perlindungan konsumen. Bahan makanan harus terjamin, aman
untuk dimakan, tidak terkontaminasi penyakit, bersih dan memiliki kualitas
tertentu. Sebelum spesifikasi ditetapkan, maka manager harus memberikan
usulam/keputusan tentang bentuk dan kualitas bahan makanan yang memenuhi
kebutuhan yang spesifik dari lembaga. Spesifikasi merupakan gambaran yang
definit dari produk yang akan dipakai. Apabila spesifikasi bahan makanan
kententuannya baru dibuat,maka informasi harus dikonfirmasikan pada rekanan
hingga jelas (Fardiaz, 1997).
SPESIFIKASI BAHAN MAKANAN
No Bahan makanan Spesifikasi
1. Makanan pokok
Beras giling - Beras C4, bersih, bulir beras tidak pecah, warna
beras tidak gelap, Bebas hama dan penyakit
- Tidak bau apek, asam dan bau asing lain
- Bebas dari campuran bekatul
- Bebas dari bahan kimia
Ketan putih - Ketan bersih, bulir tidak pecah, warna putih, Bebas
hama dan penyakit
- Tidak bau apek, asam dan bau asing lain
- Bebas dari campuran bekatul
- Bebas dari bahan kimia
Tepung beras - Tepung beras merk rose
- Warna putih terang
- Tidak ada kotoran , serangga dan benda asing.
- Tidak menggumpal
- Baunya tidak apek, asam atau berbau lain
Tepung terigu - Tepung terigu protein tinggi
- Warna Putih bersih
- Berat per kemasan 1kg
- Tidak ada kotoran , serangga dan benda asing.
- Tidak menggumpal
- Baunya tidak apek, asam atau berbau lain
Tepung ketan - tidak menggumpal
putih - Kemasan tidak robek atau rusak
- Tidak menimbulkan bau apek
Tepung panir - Tepung roti merk kobe dengan berat per bungkus 1
kg
- Warna cream
- Tidak ada kotoran , serangga dan benda asing.
- Tidak menggumpal
- Baunya tidak apek, asam atau berbau lain
- Kadar air maksimal
- Kemasan tidak sobek atau rusak
Roti tawar - Tidak bau apek atau bau asing lainnya
- Bebas dari kotoran
- Berwarna putih
- Bebas dari bahan kimia
Kentang - Kentang lokal
- Warnanya putih kekuning-kuningan
- Bentuknya bulat lonjong, Permukaannya rata
- Kulitnya tidak ada kotoran, Tidak berlubang ataupun
lecet, Tidak ada hama, tidak bau busuk
- Kentang berumur tua dengan kulit kentang kuat
- Berat 1 kentang rata-rata 60 gram
bihun - Warnanya putih
- bihun utuh tidak terpotong-potong
- kemasannya tidak rusak dan berlubang
- bihun keras
Ubi jalar ungu - Bebas bau apek, masih dalam keadaan utuh, tidak
terpotong-potong
- Kulit tidak lecet, tidak berlubang
- Bebas dari hama,
- Warna kulit ungu, warna isi ungu segar
Jagung kuning - Bebas bau busuk, asam dan bau asing lain
- Bebas dari hama, penyakit, Bebas dari bahan kimia
- 1 tongkol jagung beratnya 150 gram
2. Lauk hewani
Ikan kakap - Matanya cembung
- Tidak bau amis dan busuk
- Tidak berlendir
- Sisiknya masih utuh
- Insangnya merah
- Tekstur daging ikan masih kenyal tidak lunak
- Disimpan dalam keadaan beku
Ikan mas - Matanya cembung
- Tidak bau amis dan busuk
- Tidak berlendir
- Sisiknya masih utuh
- Insangnya merah
- Tekstur daging ikan masih kenyal tidak lunak
- Disimpan dalam keadaan beku
Udang - Udang galah
- Kenampakan utuh
- Berwarna cerah
- Ruas-ruas udangnya kokoh
- Baunya segar tidak amis
- Teksturnya sangat elastis, kompak dan padat
- Kepala, kulit, ekor masih utuh
- Bersih dari jeroan
- Besarnya sedang dengan berat 1 ekor udang 10 gram
- Kemasan udang mengguanakan plastik kedap udara
dan dalam keadaan beku
Daging sapi - Daging sapi has dalam, Bersih dari lemak
- berwarna merah segar
- Dagingnya tebal, Tekstur dagingnya kompak
- Bebas dari warna-warna memar, Baunya tidak busuk
- Tidak ada mikroba
- Kemasan daging menggunakan plastik kedap udara
dan dalam keadaan beku
Daging kambing - Daging kambing has dalam, Bersih dari lemak
- Dagingnya tebal, Tekstur dagingnya kompak
- berwarna merah segar
- Bebas dari warna-warna memar, Baunya tidak busuk
- Tidak ada mikroba
- Kemasan daging menggunakan plastik kedap udara
dan dalam keadaan beku
Ayam - Ayam negeri atau broiler, tanpa kulit
- Masih segar, tidak berbau amis, berwarna putih
segar
- Kemasan tidak rusak dan kedap udara, dalam
keadaan beku
Telur - Telur ayam negeri
- Permukaan telur mulus, tidak terdapat kotoran
- Kulit telur tidak retak
- Apabila di kocok tidak menimbulkan suara
- Berat rata-rata telur 55 gr
- Kemasa telur menggunakan trai
3. Lauk nabati
Tempe - Tempe kedelai murni
- Tidak bau apek atau bau asing lainnya
- Bebas dari kotoran
- Berwarna putih
- Bebas dari bahan kimia
- Kemasan menggunakan plastik
Tahu - Tahu kedelai
- Tidak bau apek atau bau asing lainnya
- Bebas dari kotoran
- Berwarna putih
- Bebas dari bahan kimia
- berat 1 tahu 50 gram
- Kemasan Menggunakan plastik
Kacang hijau - Warna hijau
- Tidak berbau
- Tidak ada kotoran
Penimbangan
Pencucian Ikan, pencucian buncis, bawang merah, bawang putih, cabe hijau, laos,
sereh, dan jahe
Pemotongan ikan dencis, buncis, Pengirisan cabe hijau, penghalusan bawang merah dan
putih, penggilingan laos, sereh dan jahe
Sajikan
3. Mengkonfirmasi / Verifikasi Diagram Alir/Alur Proses di Lapangan
Konvirmasi / verifikasi dapat dilakukan dengan cara :
- Mengamati aliran proses
- Wawancara
4. Analisis potensi bahaya (hazard analisis) dan penetapan resiko tindakan
pencegahan (Preventive Measure) Ikan dencis dengan buncis tauco
Tabel 3.2 Analisis Potensi Bahaya
No Bahan Bahaya Jenis Pengendalian
/ B/K/F
1 Ikan B Salmonella,S.Aureus Salmonella akan mati
E.Coli Patogenik disuhu 70oc
Pemeriksaan atau
pemilhan bahan dengan
teliti dan sesuai
F Busuk, spesifikasi
Dicuci dengan air
K Formalin mengalir
2 Buncis K Pestisida Mencuci buncis dengan
air mengalir dan petugas
F Rambut, tanah, debu, menggunakan pakaian
kerikil kerja yang lengkap dan
bersih
M Ulat Membuang bagian yang
rusak
3 Tauco B/M Salmonella sp Memilih tauco yang
terjamin dan berkualitas
3. P3 apakah formulasi /komposisi atau struktur produk antara atau produk akhir
penting untuk mencegah meningkatnya bahaya sampai pada tingkat yang dapat
diterima ?
Penimbangan
Pemotongan tempe, tomat, penghalusan bawang merah dan putih, blender cabe merah
Penggorengan tempe
9. Tindakan Koreksi
Penerimaan - -
Persiapan Penggunaan blender Sebaiknya setelah
(Blender) digunakan untuk menggunakan blender
semua bumbu dicuci dengan sabun dan
makanan dan tidak air mengalir.
dibersihkan Seharusnya penjamah
menggunakan sabun harus lengkap memakai
hanya menggunakan APD dan tidak mengobrol
air mengalir saja. Ada
beberapa penjamah
tidak mengunakan
sarung tangan dan
mengobrol dalam
melakukan persiapan
4.1.2 Penyimpanan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara bahan makanan kering dan basah serta mencatat dan pelaporannya.
Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, bahan makanan
tersebut harus segera dibawa ke ruangan penyimpanan, gudang atau ruangan
pendingin. Apabila bahan makanan langsung akan digunakan, setelah
ditimbang dan diawasi oleh bagian penyimpanan bahan makanan dibawa ke
ruangan persiapan bahan makanan (Moehyi, 1992).
Ada 4 prinsip penyimpanan bahan makanan yang sesuai dengan suhunya
(Depkes RI, 200) :
a. Penyimpanan sejuk (colling) pada suhu 10ºC-15ºC seperti jenis
minuman, buah dan sayuran.
b. Penyimpanan dingin (chilling) pada suhu 4ºC-10ºC seperti makanan
berprotein yang segera akan diolah.
c. Penyimpanan dingin sekali (freezing) pada suhu 0ºC-4ºC seperti bahan
makanan yang mudah rusak untuk jangka waktu 24 jam.
d. Penyimpanan beku (frozen) pada suhu <0ºC seperti bahan protein yang
mudah rusak untuk jangka waktu <24 jam.
Dari pengamatan yang kami lakukan, untuk bahan makanan yang akan
digunakan sebelum melakukan penyimpanan bahan makanan, bahan makanan
seperti buncis serta bumbu lainnya terlebih dahulu di bersihkan dan dipotong-
potong terlebih dahulu di pagi hari. Kemudian dimasukkan kedalam chiller.
Pada suhu chiller, kami menemukan untuk chiller nabati suhunya tidak sesuai
dengan suhu seharusnya, di mana suhu pada saat itu 14,5°C sedangkan, untuk
suhu chiller nabati adalah 6°-10°C. Pada ruang penyimpanan basah terdapat 2
buah lemari pendingin. Untuk penyimpanan kering, menggunakan rak
penyimpanan sebanyak 3 buah, serta jarak rak penyimpanan adalah sebagai
berikut : jarak rak dari dinding 2 cm, jarak rak dari lantai 15 cm, dan jarak rak
dari langit-langit 60 cm. Namun di instalasi gizi RSUD Dr. Achmad Mochtar
jarak rak dari dinding melebihi standar yaitu 5.5 cm, jarak rak dari lantai 10
cm, dan jarak rak dari langit-langit juga melebihi 60 cm. Hal ini belum sesuai
dengan standar yang ada.
Untuk APD yang harus dipakai pada ruang penyimpanan basah (High
Hygiene) adalah baju kerja, sepatu, celemek, sarung tangan, masker dan tutup
kepala (jilbab/korpus).
4.1.3 Persiapan
4.1.4 Pengolahan
Suatu kegiatan mengubah bahan makanan mentah menjadi makanan
yang siap dimakan, berkualitas, dan aman dikonsumsi. Prinsip pengolahan
bahan makanan yaitu cara pemasakan bahan makanan yang tepat dan benar
sesuai prosedur pengolahan sehingga menghasilkan makanan yang berkualitas
dan dapat dikonsumsi klien dengan sisa makanan yang minimal (sedikit /tidak
bersisa).
Pengolahan bahan makanan disesuaikan dengan standar porsi,
penggunaan standar resep, waktu pemasakan, suhu pemasakan, suhu penyajian
makanan, prosedur kerja dalam pemasakan dan ketepatan penggunaan alat.
Dari pengamatan yang telah kami lakukan ruangan pengolahan sudah
memiliki standar resep, standar porsi, standar bumbu dan waktu pengolahan.
Saat mengolah makanan tenaga penjamah makanan tidak melakukan
penimbangan bumbu dikarenakan estimasi sudah mendekati. Berdasarkan teori
standar resep dan standar bumbu berfungsi untuk konsistensi rasa hidangan
yang diproduksi sama untuk setiap kali pembuatan walaupun dengan orang
yang berbeda. Tahap pengolahan ini termasuk CCP 1 karena mampu
menghilangkan bahaya yang disebabkan oleh terjadinya proses pemasakan
dengan menggunakan suhu kisaran 1000 C yang telah kami lakukan
pengukurannya.
Ruangan pengolahan sudah dibersihkan setiap hari, untuk alat
pengolahan sudah dibersihkan setiap hari. Untuk alat pengolahan terkadang
masih basah pada saat digunakan. Pada tenaga penjamah makanan ditemukan
ada penjamah yang tidak menggunakan APD dengan baik dan benar seperti
tidak memakai handscoon, tidak memakai masker dengan baik, serta masih
memakai aksesoris berupa cincin pada saat pengolahan berlangsung, saat
mencicipi makanan penjamah juga tidak menggunakan alat, mereka
menggunakan tangan untuk mencicipi makanan tersebut. Hal ini bisa
menyebabkan masakan terkontaminasi bakteri yang berasal dari tangan dan
mulut penjamah makanan.
Pada meja yang berfungsi untuk meletakkan makanan sesaat setelah
masak, dicampur dengan bahan makanan, sehingga bahan makanan dengan
makanan yang baru masak diletakkan dalam satu meja.
Untuk APD yang harus dipakai pada ruang pengolahan (High Hygiene)
adalah baju kerja, sepatu, celemek, sarung tangan, masker dan tutup kepala
(jilbab/korpus).
4.1.5 Pemorsian
Untuk tempat pemorsian makanan sudah baik namun pada saat
pemorsian makanan petugas tidak mencuci tangan sebelum melakukan
pemorsian dan ada beberapa tenaga pemorsian tidak memakai APD dengan
baik seperti handscoon.
Untuk APD yang harus dipakai pada saat pemorsian (High Hygiene)
adalah baju kerja, sepatu, celemek, sarung tangan, masker dan tutup kepala
(jilbab/korpus).
4.1.6 Distribusi
Serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi
dan jenis makanan konsumen yang dilayani (makanan biasa maupun khusus).
Tujuan dari distribusi makanan adalah agar konsumen mendapat makanan
sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. (Depkes RI, 2003)
Sistem distribusi makanan yang diterapkan yaitu sistem sentralisasi dan
desentralisasi, dimana pada sistem sentralisasi makanan dibagi dan disajikan
dalam alat makan di ruang produksi dimana sistem ini dipakai pada RSAM
utama, untuk kelebihannya diantaranya tidak tidak membutuhkan alat makan
yang berlebih, makanan dapat langsung ke pasien, pelayanan cepat dan hanya
membutuhkan waktu singkat, sedangkan kelemahannya yaitu dibutuhkan
pegawai yang terampil dan terlatih untuk mampu bekerja dengan teliti, cepat
dan rapi, serta tidak sesuainya alat makan dan jenis hidangan yang tersedia.
Untuk sistem desentralisasi yaitu makanan dibawa menggunakan mobil dan
baru di bagikan di ruangan masing-masing, dan system ini diterapkan di
Ambun Suri. Kelebihan system ini yaitu peralatan yang dibutuhkan relatif
lebih sedikit dan macam peralatan lebih murah, serta mutu makanan dapat
dipertahankan karena makanan dihangatkan kembali, tetapi sayangnya ini
tidak ditemukan/diterapkan pada Ambun Suri di mana makanan dihangatkan
kembali sebelum dibagikan ke pasien. Sedangkan untuk kelemahannya adalah
pelayanan makanan lebih lambat, dan kadang kualitas makanan dapat rusak.
Tahap sentralisasi ini merupakan bukan CCP dikarenakan ada waktu tunggu
yang bisa menyebabkan kontaminasi ulang kecuali ada proses pemasakan.
Ruangan distribusi sudah dikelompokkan sesuai jenis makanan, untuk
alat makanan sudah dibersihkan oleh petugas PRT. Tenaga distribusi
makanan sebagian masih belum menggunakan APD. Serta kami mengamati
sebelum melakukan pendistribusian PRT tidak mencuci tangan terlebih
dahulu.
Seharusnya sebelum melakukan pendistribusian tenaga pendistribusian
melakukan cuci tangan agar terhindar bakteri dan kuman. Secara kasat trolly
pendistribusian sudah bersih, kalau dipegang dengan tangan tidak ada debu
yang lengket di trolly.
Untuk APD yang harus dipakai pada saat pendistribusian (High
Hygiene) adalah baju kerja, sepatu, celemek, sarung tangan, masker dan tutup
kepala (jilbab/korpus).
4.2.2 Penyimpanan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara bahan makanan kering dan basah serta mencatat dan pelaporannya.
Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, bahan makanan
tersebut harus segera dibawa ke ruangan penyimpanan, gudang atau ruangan
pendingin. Apabila bahan makanan langsung akan digunakan, setelah
ditimbang dan diawasi oleh bagian penyimpanan bahan makanan dibawa ke
ruangan persiapan bahan makanan (Moehyi, 1992).
Ada 4 prinsip penyimpanan bahan makanan yang sesuai dengan suhunya
(Depkes RI, 200) :
a. Penyimpanan sejuk (colling) pada suhu 10ºC-15ºC seperti jenis
minuman, buah dan sayuran.
b. Penyimpanan dingin (chilling) pada suhu 4ºC-10ºC seperti makanan
berprotein yang segera akan diolah.
c. Penyimpanan dingin sekali (freezing) pada suhu 0ºC-4ºC seperti bahan
makanan yang mudah rusak untuk jangka waktu 24 jam.
d. Penyimpanan beku (frozen) pada suhu <0ºC seperti bahan protein yang
mudah rusak untuk jangka waktu <24 jam.
Untuk APD yang harus dipakai pada ruang penyimpanan basah (High
Hygiene) adalah baju kerja, sepatu, celemek, sarung tangan, masker dan tutup
kepala (jilbab/korpus).
4.2.3 Persiapan
4.2.4 Pengolahan
Suatu kegiatan mengubah bahan makanan mentah menjadi makanan
yang siap dimakan, berkualitas, dan aman dikonsumsi. Prinsip pengolahan
bahan makanan yaitu cara pemasakan bahan makanan yang tepat dan benar
sesuai prosedur pengolahan sehingga menghasilkan makanan yang
berkualitas dan dapat dikonsumsi klien dengan sisa makanan yang minimal
(sedikit /tidak bersisa).
Pengolahan bahan makanan disesuaikan dengan standar porsi,
penggunaan standar resep, waktu pemasakan, suhu pemasakan, suhu
penyajian makanan, prosedur kerja dalam pemasakan dan ketepatan
penggunaan alat.
Dari pengamatan yang telah kami lakukan ruangan pengolahan sudah
memiliki standar resep, standar porsi, standar bumbu dan waktu pengolahan.
Saat mengolah makanan tenaga penjamah makanan tidak melakukan
penimbangan bumbu dikarenakan estimasi sudah mendekati. Berdasarkan teori
standar resep dan standar bumbu berfungsi untuk konsistensi rasa hidangan
yang diproduksi sama untuk setiap kali pembuatan walaupun dengan orang
yang berbeda. Tahap pengolahan ini termasuk CCP 1 karena mampu
menghilangkan bahaya yang disebabkan oleh terjadinya proses pemasakan
dengan menggunakan suhu kisaran 1000 C yang telah kami lakukan
pengukurannya.
Ruangan pengolahan sudah dibersihkan setiap hari, untuk alat
pengolahan sudah dibersihkan setiap hari. Untuk alat pengolahan terkadang
masih basah pada saat digunakan. Pada tenaga penjamah makanan ditemukan
ada penjamah yang tidak menggunakan APD dengan baik dan benar seperti
tidak memakai handscoon, tidak memakai masker dengan baik, serta masih
memakai aksesoris berupa cincin pada saat pengolahan berlangsung, saat
mencicipi makanan penjamah juga tidak menggunakan alat, mereka
menggunakan tangan untuk mencicipi makanan tersebut. Hal ini bisa
menyebabkan masakan terkontaminasi bakteri yang berasal dari tangan dan
mulut penjamah makanan.
Pada meja yang berfungsi untuk meletakkan makanan sesaat setelah
masak, dicampur dengan bahan makanan, sehingga bahan makanan dengan
makanan yang baru masak diletakkan dalam satu meja.
Untuk APD yang harus dipakai pada ruang pengolahan (High Hygiene)
adalah baju kerja, sepatu, celemek, sarung tangan, masker dan tutup kepala
(jilbab/korpus).
4.2.5 Pemorsian
Untuk tempat pemorsian makanan sudah baik namun pada saat
pemorsian makanan petugas tidak mencuci tangan sebelum melakukan
pemorsian dan ada beberapa tenaga pemorsian tidak memakai APD dengan
baik seperti handscoon.
Untuk APD yang harus dipakai pada saat pemorsian (High Hygiene)
adalah baju kerja, sepatu, celemek, sarung tangan, masker dan tutup kepala
(jilbab/korpus).
4.2.6 Distribusi
Serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi
dan jenis makanan konsumen yang dilayani (makanan biasa maupun khusus).
Tujuan dari distribusi makanan adalah agar konsumen mendapat makanan
sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. (Depkes RI, 2003)
Sistem distribusi makanan yang diterapkan yaitu sistem sentralisasi dan
desentralisasi, dimana pada sistem sentralisasi makanan dibagi dan disajikan
dalam alat makan di ruang produksi dimana sistem ini dipakai pada RSAM
utama, untuk kelebihannya diantaranya tidak tidak membutuhkan alat makan
yang berlebih, makanan dapat langsung ke pasien, pelayanan cepat dan hanya
membutuhkan waktu singkat, sedangkan kelemahannya yaitu dibutuhkan
pegawai yang terampil dan terlatih untuk mampu bekerja dengan teliti, cepat
dan rapi, serta tidak sesuainya alat makan dan jenis hidangan yang tersedia.
Untuk sistem desentralisasi yaitu makanan dibawa menggunakan mobil dan
baru di bagikan di ruangan masing-masing, dan system ini diterapkan di
Ambun Suri. Kelebihan system ini yaitu peralatan yang dibutuhkan relatif
lebih sedikit dan macam peralatan lebih murah, serta mutu makanan dapat
dipertahankan karena makanan dihangatkan kembali, tetapi sayangnya ini
tidak ditemukan/diterapkan pada Ambun Suri di mana makanan dihangatkan
kembali sebelum dibagikan ke pasien. Sedangkan untuk kelemahannya adalah
pelayanan makanan lebih lambat, dan kadang kualitas makanan dapat rusak.
Tahap sentralisasi ini merupakan bukan CCP dikarenakan ada waktu tunggu
yang bisa menyebabkan kontaminasi ulang kecuali ada proses pemasakan.
Ruangan distribusi sudah dikelompokkan sesuai jenis makanan, untuk
alat makanan sudah dibersihkan oleh petugas PRT. Tenaga distribusi
makanan sebagian masih belum menggunakan APD. Serta kami mengamati
sebelum melakukan pendistribusian PRT tidak mencuci tangan terlebih
dahulu.
Seharusnya sebelum melakukan pendistribusian tenaga pendistribusian
melakukan cuci tangan agar terhindar bakteri dan kuman. Secara kasat trolly
pendistribusian sudah bersih, kalau dipegang dengan tangan tidak ada debu
yang lengket di trolly.
Untuk APD yang harus dipakai pada saat pendistribusian (High
Hygiene) adalah baju kerja, sepatu, celemek, sarung tangan, masker dan tutup
kepala (jilbab/korpus).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan analisa HACCP pada menu Ikan Dencis dengan Buncis
Tauco dan Tempe Goreng Balado dapat disimpulkan bahwa :
5.1.1 Bahaya yang terdapat dalam proses produksi Ikan Dencis dengan Buncis
Tauco dan Tempe Goreng Balado adalah bahaya mikrobiologi, fisik, dan
kimia
5.1.2 Titik kendali kritis (CCP) dalam proses Ikan Dencis dengan Buncis Tauco
dan Tempe Goreng Balado yaitu pada daging ikan, tempe, buncis, dan
santan.
5.1.3 Batasan kritis dalam proses produksi Ikan Dencis dengan Buncis Tauco
dan Tempe Goreng Balado yaitu pada bagian persiapan, pengolahan,
pemorsian dan pendistribusian
5.1.4 Bentuk sistem untuk memantau pengendalian CCP dalam proses produksi
Ikan Dencis dengan Buncis Tauco dan Tempe Goreng Balado yaitu
dengan cara pengamatan
5.1.5 Bentuk prosedur verifikasi untuk memastikan bahwa sistem HACCP
bekerja dengan efektif dalam proses produksi Ikan Dencis dengan Buncis
Tauco dan Tempe Goreng Balado yaitu dengan memeriksa secara benar
dokumen HACCP
5.1.6 Semua prosedur dan catatan yang berkaitan dengan prinsip dan
penerapannya melalui dokumentasi HACCP dalam bentuk HACCP Plan
5.1.7 Skor keamanan pangan untuk menu ikan dencis dengan buncis tauco
didapatkan hasil 0.94 yang mana dapat dikategorikan pada level sedang
untuk dikonsumsi.
5.1.8 Skor keamanan pangan untuk menu tempe goreng balado didapatkan hasil
0.94 yang mana dapat dikategorikan pada level sedang untuk dikonsumsi.
5.2 Saran
Dari masalah yang ditemukan pada observasi disarankan :
5.2.1 Sebaiknya pada saat penerimaan makanan untuk waktu kedatangan bahan
makanan sebaiknya tepat pada waktunya sehingga proses persiapan bisa
berjalanan dengan lancar.
5.2.2 Sebaiknya pada saat persiapan penjamah makanan harus memakai alat
pelindung yang lengkap pada saat persiapan agar tidak terjadi kontaminasi
pada makanan yang akan disajikan. Sebaiknya penjamaah lebih
memperhatikan peraturan pencucian bahan makanan serta tempat mencuci
setiap bahan makanan agar tidak terjadi lagi di mana tempat pencucian
nabati dijadikan untuk tempat mencuci sayur dan sebagainya, dan juga
untuk pemakaian blender sebaiknya dipisahkan, tidak hanya memakai satu
blender saja.
5.2.3 Sebaiknya dalam proses pengolahan makanan tenaga penjamah makanan
menggunakan APD dengan baik dan benar, mencicipi makanan dengan
menggunakan sendok, tidak dengan tangan, makanan yang telah masak
dengan bahan makanan sebaiknya diletakkan secara terpisah, tidak dalam
satu meja, serta tenaga penjamah diharapkan tidak memakai aksesoris saat
bekerja, karena akan menyebabkan terjadinya kontaminasi serta bahaya
lainnya.
5.2.4 Sebaiknya dalam proses pemorsian makanan, untuk pemorsian makanan
ke dalam rantang, sebaiknya dilakukan dengan sendok takar yang sudah
sesuai dengan berat porsi makanan, agar makanan yang diporsikan jumlah
nya sama banyak.
5.2.5 Sebaiknya petugas PRT menggunakan APD dan menjaga kebersihan
dengan mencuci tangan sebelum proses pendistribusian.
DAFTAR PUSTAKA