HACCP PLAN
RSUD BATIN MANGUNANG
Tim HACCP
Oktania Rosida (2013411034)
Shantica Indrianie (2013411044)
Baiti Sari (2013411063)
Devia Safitri (2013411070)
Neneng Latifah (2013411106)
Nova Dwi Nurhidayati (2013411108)
Riska Amelia (2013411127)
Septi Yuniza (2013411139)
RSUD BATIN MANGUNANG
2023
HACCP WORKBOOK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak
asasi setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan merupakan unsur
terpenting dalam menentukan derajat kesehatan seseorang, makanan juga dapat
menjadi sumber penularan penyakit (Priyanto, 2008). Penyakit dapat menular
melalui makanan dan minuman yang dikenal dengan food borne disease
(keracunan makanan) yang disebabkan oleh mikroorganisme. Interaksi mikroba
terhadap manusia dapat memberikan kerugian, contohnya Clostridium perfringens
dan Bacillus cereus dan yang memberikan keuntungan adalah Lactobacillus
bulgaricus serta Rhyzopus oryzae. Escherichia coli dan bakteri kelompok
Coliform merupakan indikator adanya kotoran atau senyawa yang tidak baik
terdapat pada air, makanan, dan susu (Pelczar, 2008).
Penyelenggaraan makanan terutama makanan khusus di rumahsakit harus
optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan, serta indikasi
pasien. Penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan (tidak
saniter dan higienis) selain memperpanjang proses perawatan, juga dapat
menyebabkan timbulnya infeksi silang atau infeksi nosokornial (Infeksi yang
didapatkan di rumah sakit) yang diantaranya dapat melalui makanan. Selain
timbulnya infeksi nosokornial, penyelenggaraan makanan di rumah sakit yang
tidak memenuhi standar kesehatan juga dapat menyebabkan keracunan makanan
(Puspita, 2010).
Instalasi Gizi merupakan bagian penunjang yang menyelenggarakan
makanan di rumah sakit yang dilaksanakan untuk menyediakan makanan yang
kualitasnya baik dan jumlahnya sesuaidengan kebutuhan pasien. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan penampilan, rasa, tekstur, aroma dan
sanitasi dari makanan tersebut. Salah satu cara pengawasan mutu makanan yaitu
dengan menetapkan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), sehingga
makanan yang disajikan terjaga keamanannya untuk dikonsumsi.
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pengawasan terhadap kualitas keamanan makanan untuk
mencegah terjadinya penyakit keracunan yang dapat ditimbulkan melalui
perantara produk Ikan Nibung Bumbu Kuning.
3
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui fungsi pengawasan mutu
b. Mengetahui gambaran umum produk
c. Mengetahui pelaksanaan kegiatan HACCP .
C. Manfaat Pengamatan
1. Manfaat bagi Peneliti Melakukan pengawasan terhadap kualitas keamanan
makanan untuk mencegah terjadinya penyakit keracunan yang dapat
ditimbulkan melalui perantara produk Ikan Nibung Bumbu Kuning.
2. Manfaat bagi Rumah Sakit Memberikan bahan masukan bagi institusi
mengenai bagaimana pengawasan mutu terhadap produk makanan yang
diselenggarakan di Instalasi Gizi RSUD Batin Mangunang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Sejarah HACCP
HACCP diperkenalkan pertama kali di USA oleh perusahaan Pillsbury
yang bekerja sama dengan NASA dan laboratorium Research and
Development USA Army Natick pada awal tahun 1960. Sistem ini didasarkan
pada konsep teknis analisis kegagalan, cara, dan analisis dampak (failfure, mode
and effect analysis, FMEA) yang mengkaji potensi kesalahan yang mungkin
muncul disetiap tahapan pelaksanaan, dan penempatan mekanisme pengendalian
yang efektif secara tepat. Konsep tersebut kemudian diterapkan kedalam
sistem keamanan mikrobiologis di hari-hari awal pelaksanaan program
pesawat ulang-alik berawak AS untuk menjamin keamanan makanan astronotnya
guna meminimalkan risiko terjadinya kejadian luar biasa (KLB) keracunan
makanan diluar angkasa (Takenaka, 2005).
Sistem keamanan dan mutu makanan umumnya didasarkan pada
pengujian produk akhir. Akan tetapi, akibat keterbatasan teknik pengambilan
sampel dan pengujian, keamanan makanan sulit dijamin. Dengan demikian
tampak jelas bahwa ada suatu kebutuhan untuk mendatangkan suatu yang
lain, sebuah metode praktik dan pencegahan yang dapat memberi jaminan
keamanan makanan dalam tingkat yang lebih tinggi-sistem HACCP. Sistem
HACCP memang belum dipublikasikan sampai tahun 1970-an tetapi sejak
mendapatkan pengakuan dunia Internasional, penerapannya didalam produksi
makanan yang aman telah diakui. Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai
metode yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit bawaan makanan
(foodborne disease) (Mortimore & Wallace,2004).
6
6. Penggolongan Resiko
Pengelompokkan prioritas resiko berdasarkan bahaya yang mungkin
timbul atau terdapat pada makanan.
7. Pemantauan (Monitoring)
Pengamanan atau pengukuran untuk menetapkan apakah suatu
CCP dapat dikendalikan dengan baik dan benar serta menghasilkan
catatan yang teliti untuk digunakan selanjutnya dalam verifikasi.
8. Pemantauan Kontinyu
Pengumpulan dan pencatatan data secara kontinyu, misalnya
pencatatan suhu padatabel.
9. Tindakan Koreksi (Corrective Action)
Prosedur atau tatacara tindakan yang harus dilakukan jika terjadi
penyimpangan pada CCP.
10. Tim HACCP
Sekelompok orang atau ahli yang bertanggung jawab untuk menyusun
rancangan HACCP. Pembentukan tim HACCP hendaknya disusun
berdasarkan struktur organisasi yang sudah ada dalam badan usaha pemilik
restoran terkait, sehingga legalitas dari tim HACCP tersebut dapat
dipertanggungjawabkan (Sudibyo, 2008).
11. Validasi Rancangan HACCP
Pemeriksaan awas oleh tim HACCP untuk menjamin bahwa semua
elemen dalam rancangan HACCP sudah benar.
12. Validasi
Metode, prosedur dan uji yang dilakukan selain pemantauan untuk
membuktikan bahwa sistem HACCP telah sesuai dengan rancangan
HACCP, dan untuk menentukan apakah rancangan HACCP memerlukan
modifikasi dan revalidasi.
C. Prinsip HACCP
Secara teoritis ada tujuh prinsip dasar penting dalam penerapan sistem
HACCP pada industri pangan. Ketujuh prinsip dasar penting HACCP yang
merupakan dasar filosofi HACCP tersebut menurut Rauf (2013) adalah :
8
3. Batas Kritis
Batas kritis merupakan satu atau lebih toleransi mutlak yang harus
dipenuhi untuk menjamin keamanan pangan dari suatu produk (Thaheer,
2005). Cara praktis untuk menentukan batas kritis dari suatu CCP adalah
dengan menggunakan parameter yang lebih cepat terdeteksi. Sebagai
contoh, tahap perebusan untuk menghilangkan bakteri pathogen, lebih
praktis menggunakan indikator suhu dan waktu sebagai batas kritis. Dengan
asumsi bahwa pada suhu dan waktu tersebut, bakteri pathogen telah
dimatikan. Untuk produk berbentuk padat perlu diperhitungkan waktu
pemanasan yang dibutuhkan untuk mencapai suhu 72°C pada bagian
dalam produk, ditambah 15 detik (Dian, 2018).
Batas kritis tidak boleh dikacaukan dengan batas operasi. Dalam suatu
pengolahan, bahan pangan direbus pada suhu 100°C selama 5 menit atau
digoreng pada suhu 130°C selama 3 menit. Suhu dan waktu yang digunakan
dalam kedua tahap pengolahan tersebut merupakan batas operasi. Batas
kritis kedua proses tersebut adalah 72°C selama 15 detik. Jika perebusan
dilakukan dibawah batas operasi, misalnya 80°C, 15 menit, maka hal
tersebut tidak berpengaruh terhadap keamanan pangan karena masih berada
di atas batas kritis. Namun jika dilakukan dibawah batas kritis, misalnya
65°C, maka makanan yang dihasilkan menjadi tidak aman dikonsumsi
(Dian,2018).
Tahap atau proses yang dimasukkan ke dalam batas kritis adalah hanya
tahapan yang teridentinfikasi sebagai CCP. Potensi bahaya yang ditampilkan
adalah bukan potensi bahaya yang secara utuh ada pada bahan baku,
namun hanya potensi bahaya yang dapat dikendalikan oleh suatu CCP. Batas
kritis bisa berubah, tergantung jenis makanan, jenis bakteri pathogen, dan
proses.Suatu bahan yang mudah mengalami kerusakan karena panas
seperti susu, maka batas suhu dan waktu kritisnya bisa dirubah, misalnya
menggunakan pemanasan suhu yang lebih tinggi dan waktu dibuat yang lebih
singkat. Namun penyesuaian batas kritis harus melalui penelitian yang
mendalam (Dian,2018).
11
d. Produk dimusnahkan
6. Prosedur Verifikasi
Prosedur verifikasi merupakan suatu kegiatan penerapan metode,
prosedur pengujian dan analisis, maupun tindakan evaluasi lainnya
sebagai tambahan pada sistem monitoring (pemantauan) guna mengetahui
dan memastikan tingkat kesesuaiannya terhadap sistem HACCP (Yesua,
2013).
Kalibrasi dilakukan pada peralatan dan instrumen yang digunakan
dalam monitoring atau verifikasi. Hal ini untuk menjamin keakuratan
pengukuran. Jika peralatan pengolahan telah dilengkapi indikator
pengukuran, seperti alat pengukur suhu, maka peralatan tersebut secara
periodik dikalibrasi. Pengujian mikrobiologi dilakukan pada produk akhir
untuk memberikan keyakinan yang tinggi bahwaproduk yang dihasilkan
aman dikonsumsi. Kegiatan verifikasi dapat dilakukan setiap tahun satu
kali.Verifikasi dapat dilakukan setiap saat, jika (Dian, 2018):
a. Ada perubahan bahan baku
b. Ada perubahan proses atau kondisi proses
c. Ada kasus atau pengaduan yang merugikan
b. Terjadinya penyimpangan atau deviasi yang berulang
c. Adanya informasi baru tentang potensi bahaya atau tindakan
d. pengendalian, distribusi atau praktek penangan konsumen yang
e. baru
7. Pemeliharaan Catatan/ Penyimpanan Dokumen
Menurut Thaheer (2005) prosedur dokumentasi dan penyimpanan
dokumen memiliki beberapa tujuan, yaitu :
a. Bukti keamanan produk berkaitan dengan prosedur dan proses yang ada
b. Jaminan pemenuhan terhadap peraturan;
c. Kemudahan pelacakan / penelusuran dan peninjauan catatan
d. Dokumentasi data pengukuran menuju catatan permanen mengenai
keamanan produk pangan
e. Sumber tinjauan data yang diperlukan pada proses audit HACCP
13
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode observasi. Metode observasi
dilakukan secara langsung yaitu pada proses penerimaan, persiapaan,
pengolahan, dan penyajian Ikan Nibung Bumbu Kuning.
C. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian HACCP ini meliputi data primer
dan sekunder.
1. Data Primer:
a. Data mengenai bahan makanan dan peralatan yang digunakan
b. Data tentang cara pembuatan ikan nibung bumbu kuning.
2. Data sekunder:
a. Data standar resep Ikan Nibung Bumbu Kuning RSUD Batin
Mangunang.
b. Data spesifikasi bahan makanan yang berlaku RSUD Batin
Mangunang
14
15
F. Prosedur Penelitian
1. Melengkapi form “Penerapan HACCP mengenai informasi jenis makanan
yang meliputi langkah 2-4 (penetapan jenis produk, identifikasi
pengguna, penggunaan produk serta membuat diagram alir)
2. Pengamatan kegiatan pada setiap tahap pengolahan makanan yang
kemungkinan ditemukan adanya hazard (langkah 5 yaitu konfirmasi
diagram alir)
a. Persiapan alat
b. Penerimaan bahan kering
c. Penerimaan bahan segar
d. Persiapan bumbu
b. Pengolahan bahan makanan
c. Penyajian
3. Identifikasi bahaya, dokumentasi pada form identifikasi bahaya (langkah
6).
4. Penentuan titik kritis (CCP pada langkah 7)
5. Pengamatan tentang pelaksanaan spesifikasi batas kritis yang telah
ditentukan (langkah 8)
6. Penyusunan rencana penerapan sistem monitoring (langkah 9)
7. Tindakan perbaikan (langkah 10)
8. Verifikasi (langkah 11)
9. Dokumentasi (langkah 12)
10. Membuat hasil pengamatan dan pembahasan
11. Membuat kesimpulan dari penelitian
A. Hasil
17
18
DIAGRAM ALIR
Penerimaan Penerimaan bahan baku Penerimaan bahan baku Penerimaan bahan baku Penerimaan bahan baku
bahan baku (kunyit, laos, kemiri, (bawang merah, putih, (minyak goreng) (santan kara)
(ikan nibung) lada, daun salam) kunyit, kemiri, lada)
(
Bumbu ditumis
DIAGRAM ALIR
Penerimaan Penerimaan bahan baku Penerimaan bahan baku Penerimaan bahan baku Penerimaan bahan baku
bahan baku (laos, daun salam) (bawang merah, putih, (minyak goreng) (santan kara)
(ikan nibung) kunyit, kemiri, lada)
(
Pencucian ikan Penyimpanan disuhu Bumbu digiling hingga Penyimpanan disuhu Penyimpanan disuhu
nibung ruang (28°C) halus gudang (31,3°C) gudang (31,3°C)
Bumbu ditumis
RENCANA HACCP
RSUD : Batin Mangunang Sejahtera (SS)
Produk : Ikan nibung bumbu kuning Daging
Bahan Baku
Penyebab/
Bahaya Tindakan/ Peluang Keparahan
Tahap/Input Jenis Bahaya Sumber/Justifikasi Signifikansi
(M/K/F) Pengendalian/Pencegahan (L/M/H) (L/M/H)
bahaya
Ikan nibung Biologis : Kontaminasi Udara (mikroba) Pencucian ikan dilakukan
Jamur, dari udara secara benar dan dibawah
saprolegnia air mengalir
sp, achliya sp
Penetapan standar dan
Air laut spesifikasi bahan makanan
Kimia : Kontaminasi
dengan suplier
Formali dan air laut
merkuri M L N-S
Udara (kotoran) Pemakaian APD, alat
Fisik : Kontaminasi
Rambut, pasir, udara saat dicuci dan dibersihkan
debu pengolahan sebelum digunakan
Kunyit Biologis : Kontaminasi Udara (mikroba) Disimpan pada suhu ruang L L N-S
B. Cereus udara pada saat (20°C-25°C)
23
penyimpanan
Lada Biologis : Kontaminasi Udara (mikroba) Disimpan pada suhu ruang L L N-S
B. Cereus udara pada saat (20°C-25°C)
penyimpanan
pestisida.
Kimia :
Oksidasi
lemak atau
ketengikan
(basi)
26
Proses Pengolahan
Penyebab/
Bahaya Tindakan Peluang Keparahan
Tahap/input Jenis Bahaya Sumber/ Signifikansi
(B/K/F) pengendalian/pencegahan (L/M/H) (L/M/H)
Justifikasi bahaya
Biologis : Kontaminasi Udara (mikroba) Pencucian ikan dilakukan
Jamur, dari udara secara benar dan dibawah
saprolegnia sp, air mengalir
achliya sp
Penetapan standar dan
Air laut spesifikasi bahan makanan
Kimia : Kontaminasi
dengan suplier
Penerimaan Formali dan air laut
bahan baku merkuri M L N-S
ikan nibung Udara (kotoran) Pemakaian APD, alat dicuci
Fisik : Kontaminasi
Rambut, pasir, udara saat dan dibersihkan sebelum
debu pengolahan digunakan
kotoran
29
RENCANA HACCP
RSUD : Batin Mangunang Sejahtera (SS)
Produk : Ikan nibung bumbu kuning Daging
Bahan Baku:
Penyebab/Sumber/ Peluang Keparahan Tindakan Alasan
Tahap Bahaya P1 P2 CCP/CP
Justifikasi Bahaya (L/M/H) (LM/H) Pengendalian/Pencegahan Keputusan
Biologis : Udara (mikroba) Pencucian ikan dilakukan Karna tahap
Jamur, secara benar dan dibawah selanjutnya
saprolegnia air mengalir adalah
sp, achliya sp pencucian
yang tidak
Ikan nibung Kimia : Air laut M L Penetapan standar dan Y T dapat
CCP
Formali dan spesifikasi bahan makanan menghilangk
merkuri dengan suplier an bahaya
Kimia :
Residu
pestisida.
Bawang merah Biologis : Udara (mikroba) L L Sortasi, pencucian dengan Y Y CP Bahaya akan
Mikroba dan tempat benar. hilang
(Pseudomona penyimpanan dengan
s allicola) penyimpanan
yang benar
Fisik : Amati keadaan fisik dan dan hygiene
Kotoran, sesuai spesifikasi.
sanitasi yang
32
Kimia :
Oksidasi
lemak atau
ketengikan
(basi)
Proses
Penyebab/Sumber/ Peluang Keparahan Tindakan Alasan
Tahap Bahaya P1 P2 P3 P4 CCP/CP
Justifikasi Bahaya (L/M/H) (LM/H) Pengendalian/Pencegahan Keputusan
Penerimaan Biologis : Udara (mikroba) M L Penetapan standar dan Y T Y T CCP Kemungkinan
bahan baku Jamur, spesifikasi bahan makanan adanya
ikan nibung saprolegnia dengan suplier bakteri yang
sp, achliya tetap hidup
Pemakaian APD, alat dicuci
sp hingga tahap
Air laut dan dibersihkan sebelum
digunakan selanjutnya
Kimia :
Formali dan
merkuri
Udara (kotoran)
Fisik :
34
Rambut,
pasir, debu
Biologis : Air yang digunakan Penetapan standar air yang Karena bahan
Bakteri untuk proses akan digunakan untuk akan hilang
coliform pencucian ikan mencuci pada proses
Pencucian dan E-coli nibung
Y T T - CP perebusan
bahan baku M L
ikan nibung Fisik :
Kotoran
dan benda
asing
Biologis : Sanitasi tempat - Memastikan sanitasi Karena baik
Terdapat penyimpanan lingkungan dan alat buruknya
jamur, penyimpanan. penyimpanan
kapang dan - Memastikan suhu bahan baku
Penyimpana
bakteri L L penyimpan bahn baku Y T T - CP akan
n bahan baku
sesuai dengan berpengaruh
penyimpanannya pada saat
proses
pengolahan
Penumisan Fisik : - Hygiene pekerja L L - Penerapan hygiene Y T T - CP Bahaya tidak
bumbu Hygiene - Alat yang pekerja akan terjadi
pekerja, digunakan. - Pengecekan dan melebihi
benda asing pembersihan alat yang tingkatan
(debu, digunakan yang tidak
35
rambut, dapat
kotoran) diterima
Prinsip Prinsip
Prinsip 1 Prinsip 4 Prinsip 5 Prinsip 6 Prinsip 7
2 3
Tindakan
Tindakan Pemantauan Verifikasi Dokumentasi
Tahap/input Batas Koreksi
Bahaya Pengendalian CCP
Kritis Apa & Apa &
Apa Dimana Bagaimana Kapan Siapa
Siapa Siapa
Ikan nibung Biologis: Pencucian ikan CCP Penggun Air, Ruang Memastikan Setiap Petug Hubungi Review form form
Jamur, dilakukan aan air spesifi pengolah sumber air proses as ahli gizi pengecekan pengecekan
saproleg secara benar mengalir kasi an bersih, pengola dan air, bahan air, bahan
nia sp, dan dibawah yang bahan melakukan han putuskan makanan yang makanan yang
achliya air mengalir bersih maka pengecekan apakah diterima dan diterima dan
sp padassat na, disetiap barang bahan kepatuhan kepatuhan
pencucia pema pesana datang makanan pemakaian pemakaian
n ntaua dan tersebut APD APD
Kimia : Penetapan
Penerima n memastikan masih bisa
Formali standar dan
an harus pengg tenaga digunakan
dan spesifikasi sesuai unaan pengolah atau tidak
merkuri bahan dengan APD menggunakan
makanan spesifika APD.
dengan suplier si
37
Fisik : Pemakaian
Rambut, APD, alat Tenaga
pasir, dicuci dan pengolah
debu dibersihkan harus
sebelum menggun
digunakan akan
APD
yang
baik dan
benar
Penerimaan Biologis: Penetapan CCP Penerima Spesif Diruang Pengecekan Setiap Petug Penerimaa Review form form ceklis
bahan baku Jamur, standar dan an harus ikasi penerima pada saat proses as n harus ceklis spesifikasi
ikan nibung saproleg spesifikasi sesuai ikan an penerimaan peneri sesuai spesifikasi bahan yang
nia sp, bahan dengan nibun bahan maan dengan bahan yang dipesan
achliya makanan spesifika g spesifikasi dipesan
sp dengan suplier si
Pemakaian
Kimia :
APD, alat
Formali
dicuci dan
dan dibersihkan
merkuri sebelum
digunakan
Fisik :
Rambut,
38
pasir,
debu
Biologis: Sanitasi alat CCP Pengguna Penge Di tempat Memastik- Saat Penja Pengguna- Review Form
Salmonel distribusi dan an APD cekan pendistrib sebelum mah pemeriksa- monitoring APD
pada kepatu usian an penjamah proses makan an tempat dan form
la dan higine tenaga
tenaga han makan makanan pendistri an untuk an atau Tindakan
e.coli pendistribusian mengguna- makanan pengeceka
makanan pendistrib penja busian koreksi
usian. mah an dimulai harus penggunan pada
Fisik : kan APD dan bersih, kebersihan alat-
makan pembersih-
Benda Pengguna an aman dan alat
asing dan an alat- mengg an ulang dan alat yang pendistribusian.
Pendistribusi alat digunakan
kotoran una- pengecekan
an ikan makanan juga bersih
pada alat yang
nibung bb harus kan digunakan dan aman.
kuning bersih dan APD
aman dan
pemen
uhan
standa
r alat
yang
diguna
kan
39
B. Pembahasan
1. Fungsi pengawasan mutu
Pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi dirumah sakit,
ditujukan untuk menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi. Fungsi
dari kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu dalam pelayanan gizi
dirumah sakit adalah
a. Mengawasi setiap tahapan proses,
b. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan serta
c. Menghasilkan pelayanan yang bermutu.
2. Gambaran umum produk
Ikan kuah bumbu kuning merupakan hidangan khas maluku. Bahan
baku hidangan tersebut ialah ikan tongkol, selain ikan tongkol juga
membutuhkan bahan pelengkap lainnya seperti bawang merah, bawang putih,
kunyit, merica, laos dan kemiri. Ikan kuah bumbu kuning kerap disajikan saat
perayaan natal di Maluku. Kemudian resep tersebut dimodifikasi sesuai
dengan potensi yang dimiliki oleh kabupaten Tanggamus khususnya daerah
kotaagung yaitu menggunakan bahan baku ikan nibung (blue marlin).
Ikan nibung bumbu kuning adalah salah satu makanan protein hewani
yang disajikan pada menu kelas I, II, III di dapur penyelenggaraan makan
bagian Instalasi Gizi RSUD Batin Mangunang. Ikan nibung bumbu kuning
terdiri dari bahan-bahan yang digunakan seperti ikan nibung, bawang
merah, bawang putih, kunyit, kemiri, garam, gula, daun salam, laos, lada,
minyak goreng, santan.
Menurut SNI SNI 01-2729.1-2006 ikan segar adalah ikan yang
belum mengalami perlakuan pengawetan kecuali pendinginan (chilling).
Potensi bahaya potensi kemungkinan terjadinya bahaya di dalam suatu proses
atau pengolahan produk yaitu bahaya yang akan mengakibatkan gangguan
terhadap keamanan pangan (food safety). Potensi cacat mutu potensi
kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian spesifikasi mutu produk
(wholesomeness). Semua jenis ikan yaitu dari jenis ikan bersirip (pisces)
hasil penangkapan atau budidaya. Asal bahan baku berasal dari perairan
40
A. Kesimpulan
Haccp merupakan suatu tindakan preventif yang efektif untuk menjamin
keamanan pangan. Sistem ini mencoba untuk mengidentifikasi berbagai bahaya
yang berhubungan dengan suatu keadaan pada saat pembuatan, pengolahan atau
penyiapan makanan, menilai risiko-risiko yang terkait dan menentukan kegiatan
dimana prosedur pengendalian akan berdaya guna untuk mengurangi bahaya yang
ada. Ikan nibung masuk kedalam CCP hal ini dikarenakan Kemungkinan adanya
bahaya biologis yaitu Jamur, saprolegnia sp, achliya sp, kemudian adanya bahaya
kimia yaitu formalin dan merkuri, serta adanya bahaya fisik yaitu rambut, pasir,
debu. Penerimaan bahan baku ikan nibung masuk kedalam CCP hal ini
dikarenakan Kemungkinan adanya Kontaminasi dari udara dan air laut.
Pendistribusian ikan nibung bumbu kuning masuk kedalam CCP hal ini
dikarenakan Kemungkinan adanya bahaya biologis yaitu Salmonella dan e.coli,
serta kontaminasi alat makan dan penjamah.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pihak Instalasi Gizi di RSUD Batin
Mangunang dengan adanya penelitian ini adalah:
1. Dalam rangka mencapai penerapan sistem HACCP secara maksimal, perlu
komitmen tinggi dari manajemen yang tepat untuk melaksanakan HACCP
ini secara berkesinambungan dan menyeluruh.
2. Petugas diharapkan selalu mempertahankan dan meningkatkan kinerja
agar makanan yang diolah dan diberikan kepada konsumen selalu dalam
keadaan yang baik,serta selalu menerapkan enam langkah cuci tangan dan
memakai kelengkapan APD selama proses kinerja berlangsung.
43
44
DAFTAR PUSTAKA
Dian, I. 2018. Analisis Bahaya dan Titik Kritis (HACCP)Pada ayam Bumbu Bali.
Di Aerofood ACS Balikpapan
Ir. Sere Saghranie Daulay, M. (2014). Hazard Analysis Critical Control Point.
(Haccp) Dan Implementasinya Dalam Industri Pangan.
Rauf, Rusdin. 2013. Sanitasi dan HACCP. Graha Ilmu. Yogyakarta. &Rauf
(2013)