PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana system penyelenggaraan
makanan lanjut di laboratorium pengolahan pangan.
2. Mahasiswa mengetahui penerapan HACCP, GMP dan SSOP di
laboratorium pengolahan pangan.
BAB 2. DASAR TEORI
2.6.1 Ruangan/Tempat
Dalam penyelenggaraan makanan diperlukan ruangan atau tempat untuk
melaksanakan penyelenggaraan makanan tersebut, mulai dari ruangan penerimaan
bahan makanan sampai kepada tempat pembuangan akhir sisa bahan makanan.
Adapun ruangan tersebut adalah:
1. Tempat/ruang penerimaan bahan makanan.
2. Tempat/ruang penyimpanan bahan makanan.
3. Tempat/ruang persiapan bahan makanan.
4. Tempat/ruang pemasakan dan pendistribusian bahan makanan.
5. Tempat/ruang pencucian dan penyimpanan alat.
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) merupakan suatu
piranti (sistem) yang digunakan untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem
pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan. HACCP menekankan
pentingnya mutu keamanan pangan. Karena itu, sebagai suatu sistem jaminan
mutu keamanan pangan, HACCP dapat diterapkan pada seluruh mata rantai proses
pengolahan produk pangan (dari bahan baku sampai produk dikonsumsi)
(Muhandri, 2012).
Salah satu alasan mengenai pentingnya penerapan sistem HACCP pada
industri pangan adalah karena bahan- bahan yang digunakan (baik bahan baku
maupun penolong) serta selama proses produksi memiliki peluang terjadinya
pencemaran yang dapat membahayakan konsumen. Pencemaran ini dapat berupa
pencemaran fisik, kimia, maupun mikrobiologi (Muhandri, 2012).
Prosedur yang dikerjakan untuk identifikasi bahaya menggunakan HACCP
adalah pertama melakukan deskripsi terhadap produk yang akan dilakukan
analisis bahaya, meliputi: nama makanan, bahan- bahan yang digunakan, cara
penyimpanan, cara distribusi, cara mengkonsumsi makanan tersebut, dan proses
pengolahan dalam bentuk bagan alir. Kedua, menentukan jenis bahaya (fisik,
kimia, biologi) dan cara pencegahannya pada bahan baku. Ketiga, melakukan
analisis resiko bahaya dengan menetapkan makanan tersebut termasuk dalam
kelompok bahaya yang mana (lihat table pengelompokan bahaya sesuai dengan
karakteristik, (A,B,C,D,E,F)). Selanjutnya, penetapan kategori bahaya
berdasarkan hasil analisis resiko bahaya (langkah ketiga). Dan terakhir, tentukan
jenis bahaya (fisik, kimia, biologi) dan cara pencegahannya pada proses dan
lingkungan.
4.2.1 Identifikasi bahaya dan cara pencegahannya pada bahan makanan
Kelepon adalah sejenis makanan tradisional Indonesia yang termasuk ke dalam
kelompok jajan pasar. Terbuat dari tepung beras ketan yang dibentuk seperti bola-bola
kecil dengan isi gula kelapa (gula Jawa) kemudian direbus dalam air mendidih lalu
disajikan dengan parutan kelapa. Klepon biasa dijajakan bersama getuk dan cenil (juga
disebut cetil) sebagai camilan sore atau pagi hari. Warna klepon biasanya putih atau hijau
tergantung selera. Untuk klepon dengan warna hijau perlu ditambahkan pewarna dari
daun suji atau daun pandan. Menurut Koswara (2006), kelepon termasuk kedalam
kelompok kue basah.
Bahan makanan yang dianalisa yaitu bahan bahan yang digunakan untuk
pembuatan kelepon ketan. Bahan bahan tersebut diantaranya tepung ketan, pasta
pandan, air kapur sirih, garam, air, gula merah, dan kelapa parut. Bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan kelepon ketan memiliki resiko bahaya, sehingga perlu
diterapkan system HACCP untuk mengidentifikasi bahaya spesifik yang mungkin timbul
dalam rantai produksi makanan dan dapat dilakukan tindakan pencegahannya untuk
mengendalikan bahaya terhadap jaminan keamanan makanan.
Terdapat tiga bahaya yang dapat menyebabkan makanan menjadi tidak aman
untuk di konsumsi, yaitu bahaya fisik, kimia, dan biologi. Bahaya fisik termasuk
benda-benda seperti pecahan logam, gelas, batu yang dapat ,menimbulkan luka di
mulut, gigi patah, tercekik atau luka pada saluran pencernaan. Bahaya kimia
antara lain pestisida, zat pembersih, antibiotik, logam berat, dan bahan tambahan
makanan. Bahaya biologi antara lain mikroba patogen (parasit, bakteri), tanaman
dan hewan beracun.
1. Bahaya Fisik
2. Bahaya Biologi
3. Bahaya kimia
Hasil analisa tidak ditemukan bahaya kimia yang terdapat pada bahan
makanan. Bahan makanan yang dianalisa meliputi pasta pandan, garam, air kapur
sirih, tepung ketan, dan gula merah. Beberapa bahaya kimia misalnya residu
pestisida yang terdapat pada sayuran, cara pencegahannya yaitu dengan
mencucinya secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir, bukan dengan
air diam. Jika yang kita gunakan air diam (direndam) justru sangat memungkinkan
racun yang telah larut menempel kembali ke sayuran. Pencucian bisa menurunkan
residu sebanyak 70 persen untuk jenis pestisida karbaril dan hampir 50 persen
untuk DDT. Dalam mencuci sayur sebaiknya jangan lupa membersihkan bagian-
bagian yang terlindung mengingat bagian ini pun tak luput dari semprotan petani.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA