Disususn oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
MANAJEMEN SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN
DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
Disusun oleh :
Reta Qoirin Nisah G42161697
Septiana Veronita Yustanti G42161047
Mengetahui,
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan penilaian penerapan HACCP menu sayur bobor bayam labu
siamdi Instalasi Gizi Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menetapkan TIM HACCP.
2. Mendeskripsikan produk.
3. Menuliskan bagan alir proses pembuatan produk.
4. Mendeskripsikan identifikasi bahaya dan cara penanggulangannya.
5. Menetapkan batas kritis dan toleransi untuk setiap CCP.
6. Menetapkan sistem atau tindakan pemantauan pada setiap CCP.
7. Menetapkan tindakan koreksi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Dapat digunakan sebagai jaminan produk makanan bagi pasien rawat inap
di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
2. Dapat memperbaiki cara pengolahan makanan dengan perhatian khusus
pada proses yang dianggap kritis.
3. Menambah pengetahuan mahasiswa dalam penerapan HACCP.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 3.1 Resep dan Cara Pembuatan Bobor Bayam Labu Siam
Resep 1 Porsi
No
Bahan Berat
Bahan :
Bayam 50 g
Labu siam 40 g
Laos 1 cm
Daun salam ½ lembar
Santan encer 50 ml
Santan kental 50 ml
Gula pasir Secukupnya
Garam Secukupnya
Bumbu Halus :
Ketumbar 1g
Merica ½g
Kencur 1 cm
Bawang putih 1 siung
Bawang merah 1 siung
Kemiri 1 butir
Minyak secukupnya
Air secukupnya
Cara Pembuatan:
1. Cuci bayam dan labu siam dengan air sampai benar-benar bersih,
tiriskan.
2. Potong bayam dan labu siam sesuai dengan kebutuhan.
3. Tumis bumbu yang dihaluskan dengan sedikit minyak sampai
harum.
Masukkan daun salam yang sudah dicuci bersih, aduk sampai layu.
4. Tuang santan encer ke dalam bumbu yang ditumis sampai mendidih
sambil diaduk-aduk.
5. Masukkan bumbu labu siam ke dalam rebusan santan encer.
6. Tuang santan kental lalu tambahkan gula pasir, garam, aduk sampai
tercampur rata.
7. Masukkan bayam sambil diaduk perlahan hingga matang.
8. Sajikan.
Cara Pendistribusian:
Sayur bobor bayam labu siam diporsikan dengan menggunakan plato untuk
pasien kelas II dan III, sedangkan untuk pasien VVIP sampai kelas I disajikan
dengan mangkok kecil dan dilapisi plastik wrap. Proses distribusi menggunakan
troli tertutup dari tempat pengolahan hingga penyajian ke masing-masing ruang
pasien.
Bayam Labu Siam Laos Kelapa Bawang Bawang Kencur Gudang Kering Gudang
Gudang
Muda Putih Merah Air
Basah
Parut
Pemotongan Perendama Pencucia
n n Pengupasan Air
Pemerasan Minya
Pencucian Merica Ketu Kemi Daun
Pengupasan Pengge k
mbar ri Salam
prekan
Gula
Pemotongan
Pencucian Pencucian
Garam
Penghalusan
Penumisan
Perebusan
No. Dokumen :
DOKUMEN HAACP
Revisi :
Tanggal :
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS BAHAYA
Halaman :
Evaluasi Bahaya
Jenis
Tahap Proses Bahaya Penyebab Bahaya (Signifikansi Bahaya) Tindakan Pencegahan
Bahaya
Seve Risk Sign.
B F K
1. Penerimaan Bahan Baku
Biologi:
- E. coli H H US - Memakai plastik yang
sekali pakai/baru dan tidak
Kantong plastik yang tidak hiegenis,
memakai plastik hitam.
memakai kantong plastik yang
- Ulat L L US - Mimilih dan mensortir
sudah pernah dipakai
bayam yang sesuai
spesifikasi.
Fisik:
- Hancur - Tertindih bahan lain L L US - Memilih bayam yang tidak
Bayam √ √ √
memar, segar, dan sesuai
spesifikasi.
- Ada sisa kotoran - Pembersihan dan pencucian tidak L L US - Dicuci terlebih dahulu
(tanah) bersih sebelum digunakan
Kimia:
- Residu Pestisida Pemberian pestisida berlebihan dan M L US Pencucian yang bersih
pencucian yang kurang bersih sebelum diolah
Jenis Evaluasi Bahaya
Tahap Proses Bahaya Bahaya Penyebab Bahaya (Signifikansi Bahaya) Tindakan Pencegahan
Seve Risk Sign.
B F K
Biologi:
- E.coli Kemasan yang tidak hiegenis H H US - Pemilihan labu siam yang
segar dan tidak beraroma
busuk.
- Ulat L L US - Mimilih dan mensortir
bayam yang sesuai
spesifikasi.
Fisik: Memar Tertindih bahan lain L L US - Bahan yang berisiko mudah
Labu Siam √ √ √
memar sebaiknya
diletakkan dibagain atas
sendiri.
- Memilih labu siam yang
tidak memar, segar, dan
sesuai spesifikasi.
Kimia : Residu Pemberian pestisida berlebihan dan M L US Pencucian yang bersih
pestisida pencucian yang kurang bersih sebelum diolah
2. Penerimaan Bahan Tambahan
Fisik:
Laos √ Ada sisa kotoran Pembersihan dan pencucian tidak L L US Dicuci terlebih dahulu
(tanah) bersih sebelum digunakan
Biologi:
E.coli - Kantong plastik yang tidak H H US - Menggunakan plastic yang
higienis bersih dan higienis.
Kelapa Muda
√ - Pada saat melakuan pemarutan - Alat yang digunakan untuk
Parut
kurang memperhatikan hygiene memarut harus bersih dan
sanitas hiegienis
Jenis Evaluasi Bahaya
Tahap Proses Bahaya Bahaya Penyebab Bahaya (Signifikansi Bahaya) Tindakan Pencegahan
Seve Risk Sign.
B F K
Fisik: Ketengikan Kelapa muda parut diletakkan di L L US Disimpan di tempat dan
tempat terbuka sehingga wadah yang tertutup
√
menyebabkan adanya kontaminasi
dengan udara luar (oksidasi).
Fisik:
Busuk, debu, dan Pada saat penyimpanan terjadi L L US - Tidak melalukan
memar benturan antar bawang merah dan penumpakan terlalu banyak
tempat penyimpanan kurang kering dan disimpan di tempat
Bawang Putih √ kering.
- Memilih dan mensortir
bawang putih yang sesuai
spesifikasi.
Fisik:
Busuk, debu, dan Pada saat penyimpanan terjadi L L US - Tidak melalukan
memar benturan antar bawang merah dan penumpakan terlalu banyak
tempat penyimpanan kurang kering dan disimpan di tempat
kering.
Bawang Merah √ √
- Memilih dan mensortir
bawang putih yang sesuai
spesifikasi.
Kimia: Residu Pemberian pestisida berlebihan dan M L US Pencucian yang bersih
pestisida pencucian yang kurang bersih sebelum diolah
Jenis Evaluasi Bahaya
Tahap Proses Bahaya Bahaya Penyebab Bahaya (Signifikansi Bahaya) Tindakan Pencegahan
B F K Seve Risk Sign.
Biologi: E.coli Air yang digunakan mengandung H H US Menggunakan air yang baik
Air √ bakteri E.coli dikarenakan tercemar dan mengalir, bersih
atau terjadi kontaminasi silang
4. Pencucian Bahan
Biologi: Kontaminasi tambahan, air yang H L S - Menggunakan air yang
(Bakteri) E. Coli, digunakan kurang baik dan kurang baik, mengalir
Sayuran √ Salmonella T., higienis, pencucian yang kurang - Mencuci dengan baik dan
Salmonella spp, s. baik benar
Aureus
Biologi: E.coli Kandungan air yang kurang bersih / H L S - Menggunakan air yang
kurang higienis baik, mengalir
Bumbu √
- Mencuci dengan baik dan
benar
5. Penghalusan Bumbu
Penghalusan Fisik: Debu, rambut Pencucian alat kurang bersih L L US Alat yang digunakan untuk
bumbu (bawang menghaluskan bumbu harus
putih, bawang dicuci bersih dan dengan air
√
merah, kencur, mengalir.
kemiri, merica,
ketumbar)
6. Penumisan
Biologi: Kontaminasi Tidak menggunakan APD secara L L US Penggunaan APD yang
tangan penjamah benar lengkap dan benar agar tidak
Penumisan
√ √ (Stapyloaureus) terjadi kontaminasi silang.
bumbu
Fisik: Debu, rambut Tidak menggunakan APD secara L L US
benar
Jenis Evaluasi Bahaya
Tahap Proses Bahaya Bahaya Penyebab Bahaya (Signifikansi Bahaya) Tindakan Pencegahan
B F K Seve Risk Sign.
7. Pemasakan
Biologi: - Kontaminasi saat pencucian dan H M US - Memasak dengan suhu yang
- S. Aureus pembersihan dari air maupun dari tepat dan waktu yang tepat
E. Coli, Salmonella penjamah makanan untuk mengurangi atau
spp mematikan bakteri yang
terdapat dalam bahan
makanan
- Lalat - Lingkungan kurang bersih H M US - Kebersihan lingkungan
sehingga masih banyak lalat lebih dijaga agar tidak
berkeliaran banyak lalat
Pemasakan √ √ Fisik: karat/potongan - Menggunakan alat yang tidak L M US - Perawatan alat secara
logam, rambut, air hiegenis berkala
liur, keringat, lantai - Penjamah makanan/pekerja tidak - Penjamah makanan atau
licin memakai APD atau memakai pekerja menggunakan APD
APD tetapi tidak secara benar dan dengan baik dan benar saat
baik mengolah makanan
- Lantai licin dapat dikarenakan - Memakai masker
minyak-minyak di ruang - Kebersihan lantai
pengolahan diperhatikan dan sering
dibersihkan
8. Pemorsian
Biologi: Kontaminasi Tidak menggunakan APD secara L L US Penggunaan APD yang baik
tangan penjamah benar dan benar serta kebersihan
Pemorsian √ √ (Stapyloaureus) dan perawatan alat secara
berkala dan penanganan yang
Fisik: Debu tepat.
Jenis Evaluasi Bahaya
Tahap Proses Bahaya Bahaya Penyebab Bahaya (Signifikansi Bahaya) Tindakan Pencegahan
B F K Seve Risk Sign.
9. Pendistribusian
Biologi: Kontaminasi Tidak menggunakan APD secara L L US Penggunaan APD yang baik
tangan penjamah benar dan benar serta kebersihan
Pendistribusian √ √ (Stapyloaureus) dan perawatan alat secara
berkala dan penanganan yang
Fisik: Debu, rambut tepat.
10. Penyajian
Penyajian
Biologi: Kontaminasi Tidak menggunakan APD secara L L US Penggunaan APD yang baik
tangan penjamah benar dan benar serta kebersihan
(Stapyloaureus) dan perawatan alat secara
√ √
berkala dan penanganan yang
Fisik: Debu, rambut tepat.
No. Dokumen :
DOKUMEN HACCP
Revisi :
Tanggal :
PENETAPAN CCP (P2)
Halaman :
Berdasarkan hasil pengamatan pembuatan produk bobor bayam labu siam yang
dilakukan pada tanggal 20 Januari 2020 di Dapur Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang, komponen CCP pada produk bobor bayam labu siam hanya pada proses
pencucian sayuran dan bumbu.
Pada setiap proses pembuatan produk tahu lapis kukus terdapat resiko bahaya
yang timbul, dan resiko tersebut harus segera dilakukan pencegahan sesuai dengan
kelompok bahayanya. Setiap proses mempunyai resiko bahaya yang bermacam-macam
dan lebih dari atau resiko bahaya, akan tetapi tingkat risikonya masih rendah
(unsignifikan).
Komponen CCP yang pertama yaitu proses pengolahan. Bahaya yang timbul
pada proses pengolahan yaitu bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik. Bahaya
mikrobiologis disebabkan oleh bakteri Bacillus cereus yang biasa terdapat pada
bawang putih dan merica. Bahaya kimia disebabkan oleh bahan – bahan kimia yang
tersimpan di tempat pengolahan. Pada bahaya fisik disebabkan oleh lamanya waktu
pemasakan dan terdapat kotoran, debu. Batas kritisnya Bersih dan terbebas dari bakteri.
Cara pencegahan pada tahap ini adalah produk tahu lapis kukus dengan cara diolah
pada suhu 100°C yang dapat membunuh bakteri patogen dan penentuan waktu sesuai
dengan tingkat kematangan, dantahu lapis kukus yang telah masak disimpanan pada
tempat yang bersih dalam keadaan tertutup di troli hasil pengolahan. Hasil pengamatan
yang dilakukan, produk makanan yang diolah sudah bersih. Monitoring yang dapat
dilakukan yaitu pengecekan kebersihan tempat pengolahan dan kelengkapan APD
penjamah makanan.
Komponen CCP kedua yaitu pemorsian dengan bahaya yang ditimbulkan
adalah bahaya Fisik berupa kontaminasi dengan kotoran, rambut, kuku petugas
pemorsian. Batas kritis terbebas dari kotoran, rambut, dan kuku. Bahaya tersebut dapat
dicegah dengan cara membersihkan peralatan makan dengan air yang mengalir,
membershkan tempat pemorsian secara berkala, petugas pemorsian selalu
menggunakan APD lengkap, dan makanan yang telah dilakukan pemorsian segera
diwrapping. Monitoring yang dapat dilakukan yaitu pengecekkan alat makan selama
proses pemorsian dan kelengkapan APD petugas pemorsian. Hasil pengamatan Alat
penyajian sudah dari kotoran dan dalam keadaan kering,makanan dalam keadaan tersaji
dengan diwrap. Petugas pemorsian juga menggunakan APD lengkap. Pada proses
proses pendistribusian, diantar pramusaji dengan tepat waktu menggunakan troli yang
tertutup.
Pada proses termasuk CCP (titik pengendalian kritis), karena dalam sebuah
proses pengendalian terhadap resiko bahaya yang mungkin terjadi dapat dicegah,
diturunkan, atau dihilangkan hingga batas yang aman. Pada setiap proses pengolahan
resiko bahaya yang timbul dapat dikendalikan, dipantau, dapat pula dilakukannya
tindakan koreksi, tindakan evaluasi, serta pendokumentasian, untuk meminimalkan
dan menindak lanjuti resiko bahaya yang timbul.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa setiap bahan, proses, dan
lingkungan pembuatan menu tahu lapis kukus dapat menimbulkan resiko bahaya yang
meliputi bahaya mikrobiologi, biologi, kimia, dan fisik. Terdapat pula cara mengatasi
untuk mengurangi bahaya resiko kontaminasi silang dalam proses pembuatan tahu
lapis kukus, antara lain penggunaan APD dengan tepat, pematangan masakan yang
sesuai, pengecekkan kebersihan troli, dan lain-lain.
5.2 Saran
Dapat disarankan bahwa setiap resiko bahaya yang timbul pada pengolahan tahu
lapis kukus sebaiknya dilakukan pencegahan dengan dimonitoring setiap hari, agar
resiko tersebut tidak dapat timbul dan mengakibatkan penurunan pada kualitas
makanan yang dihidangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI
Suotomo, S. 2013. Pangan dan Gizi. Semarang: Sagung Seto
LAMPIRAN
Gambar 5. Tahu lapis kukus yang Gambar 6. Tahu lapis kukus yang
sudah matang siap didistribusikan