Disusun Oleh :
1. Agnes Sridevy P23131015004
2. Dita Eka Windiarti P23131015016
3. Veby Fitriyanthi P23131015057
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II
PROGRAM GIZI DIII
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Rumah sakit adalah salah satu institusi yang melakukan kegiatan
penyelenggaraan makanan dan minuman dan dalam pelaksanaannya
memerlukan penanganan khusus karena berhubungan dengan keselamatan
pasien. Penyelenggaran makanan khusus dirumah sakit harus optimal dan sesuai
dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta indikasi penyakit pasien (PGRS,
2005). Pasien berhak mendapatkan diet yang bermutu dan aman, tidak
terkontaminasi bahaya. Untuk keselamatan pasien instalasi gizi rumah sakit harus
memiliki kepedulian dan tanggung jawab di sepanjang rantai pengolahan
makanan, dimulai dari bahan baku sampai makanan disajikan ke pasien (Wibowo,
2013). Pasien tubuhnya dalam kondisi lemah sehingga rentan terhadap berbagai
penyakit termasuk penyakit yang ditularkan melalui makanan. Sehingga proses
pengolahan makanan di rumah sakit perlu mendapatkan perhatian yang lebih
seksama (Depkes RI, 2006). Penyelenggaran makanan yang kurang memenuhi
syarat kesehatan dapat menyebabkan timbulnya keracunan makanan (Puspita
dan Nisa, 2010). Penyelenggaran makanan di rumah sakit beresiko terjadinya
kontaminasi silang karena banyaknya hidangan yang dimasak dan disiapkan
secara bersamaan.
Untuk meminimalisir risiko bahaya diperlukan upaya pengendalian
terhadap proses pengolahan makanan dengan mengendalikan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya risiko tersebut, mulai dari bahan makanan, lingkungan
dan kebersihan penjamah. Oleh karena itu diperlukan pendekatan sistematis yaitu
dengan sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) melalui upaya
pengidentifikasian bahaya (hazard) baik fisik, kimiawi dan mikrobiologis pada
proses pengolahan makanan dan melakukan pengendalian bahaya pada titik
kritis. Dalam penyelenggaran makanan dirumah sakit, HACCP adalah teknik yang
efektif untuk menjamin keamanan pangan disemua tahapan proses pengolahan
dan telah mendapat pengakuan dunia internasional yaitu WHO.
Sesuai dengan permasalahan tersebut, sehingga dilakukan penerapan
sistem HACCP pada salah satu menu makanan yang berada di RSUD Budhi Asih
yaitu Balado udang kentang dengan menganalisis risiko bahaya dan
pengendalian bahaya pada titik kritis pada menu tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada masalah keamanan dan sanitasi pada pengolahan balado
udang kentang di RSUD Budhi Asih?
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah keamanan dan sanitasi dalam penyelenggaraan
makanan dengan melakukan HACCP pada menu balado udang kentang di
RSUD Budhi Asih.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proses pembuatan balado udang kentang dari penerimaan
bahan makanan sampai distribusi makanan ke pasien.
b. Menganalisis bahaya yang dapat terjadi pada proses penerimaan,
penyimpanan, persiapan, pengolahan bahan makanan, penyajian
makanan dan pendistribusian makanan.
c. Menentukan titik kritis pada proses pengolahan balado udang kentang
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan ilmu yang telah
diperoleh dan merupakan pengalaman dalam mengkaji pelaksanaan
pelayanan penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
2. Bagi Rumah Sakit
a) Dapat mengetahui apakah penyelenggaraan makanan yang diproduksi
sudah sesuai dengan keamanan dan terjamin mutunya.
b) Sebagai pertimbangan untuk meningkatkan mutu dan keamanan produk
dalam pengolahan makanan sehingga aman dikonsumsi pasien.
BAB II
Tinjauan Pustaka
b. Bahaya Kimia
Dalam bahan makanan bahaya kimia bisa terjadi akibat perlakuan kimia
selama proses pengolahan.
c. Bahaya Fisik
Bahaya fisik yang biasa terdapat pada bahan pangan yaitu seperti
pecahan gelas, logam, batu, ranting kayu, perhiasan, pasir dan lain – lain.
Setelah melakukan identifikasi bahaya, kemudian dilakukan analisa
resiko. Istilah resiko dalam HACCP adalah sebagai peluang kemungkinan
suatu bahaya yang akan terjadi.
7. Menetukan CCP (Critical Control Point) (Prinsip 2)
Tahap ini merupakan kunci dalam menurunkan atau mengeliminasi
bahaya – bahaya (hazards) yang sudah diidentifikasi. Dalam tahapan
produksi makanan, banyak tahapan yang dapat memungkinkan terjadinya
kontaminasi bahaya pada makanan yang diproduksi. Tidak semua tahapan
dijadikan sebagai CCP. Tahapan yang dapat dijadikan CCP adalah setiap
titik, tahap, atau prosedur dimana bahaya kimia, biologi dan fisik dapat
terkontrol. Codex Elementarius Commission (CAC) 1997 membuat suatu
cara untuk membantu menentukan letak CCP yaitu dengan menggunakan
pohon keputusan CCP (CCP Decision Tree) yang berisikan seri pertanyaan
logis yang menanyakan setiap bahaya.
Diagram Pohon Keputusan Penentuan CCP
BAB III
PEMBAHASAN
LANGKAH- LANGKAH DALAM PERENCANAAN PENERAPAN HACCP BALADO
UDANG KENTANG
Rumah Sakit : RSUD Budhi Asih
Tanggal Pelaksanaan : Rabu, 21 Februari 2018
Menu makanan : Balado Udang Kentang Menu ke Satu Karyawan
Langkah 1
Pembentukan Tim HACCP
Langkah 2
Deskripsi Produk
Langkah 3
Identifikasi Pengguna yang Dituju
Untuk dikonsumsi karyawan RSUD Budhi Asih yang sedang bekerja pada Shift Sore
yang berjumlah ±145 orang, dengan bentuk makanan biasa dan tanpa diet khusus.
Langkah 4
Diagram Alir Proses Pembuatan Balado Udang Kentang
1.
Penerimaan Udang
2. dan kentang
Persiapan bumbu:
Persiapan Kentang dikupas
Cabai merah keriting,
bawang merah,
bawang putih dikupas
Tambahkan garam
Penyajian
Distribusi
Sumber: Buku 100 Resep Hidangan Tradisional. Karya: Tuti Soenardi, dkk
Langkah 5
Verifikasi Diagram Alir Proses Pembuatan Balado Udang Kentang
Goreng udang
Goreng kentang
Penyajian
Distribusi
Langkah 6
Analisa Bahaya (PRINSIP 1 CCP)
1. Identifikasi bahaya dan cara pencegahan
Bahan baku pembuatan balado udang kentang
Kelompok
Bahan Baku Bahaya Jenis Bahaya Cara Pengendalian
(B/K/F)
V.Parahaemolyticus - Memeriksa udang sesuai
Biologi V. Cholerae dengan spesifikasi
C. Botullinum
Kotoran , benturan, - Melakukan pencucian
Udang Fisik
denaturasi protein dengan air mengalir
- Mengecek udang sesuai
Formalin
Kimia dengan spesifikasi
bahan.
Biologi Ceratocystis - Melakukan pemilihan
fimbriata, Rhizopus bahan makanan sesuai
sp., Diaporthe batalis, dengan spesifikasi
Diplodia tuhericola - Mencuci dengan air
dan Macrophomina
mengalir
phaseoli.
Fisik - Melakukan pencucian
Kentang dengan air mengalir
Pestisida, udara
- Kentang direndam
kedalam air
Kimia - Melakukan pemilihan
kentang saat
Solanin
penerimaan sesuai
spesifikasi (sortasi)
Biologi - Melakukan pemilihan
Alternaria tenuis, kentang saat
Rhizopus penerimaan sesuai
spesifikasi (Sortasi)
Fisik - Melakukan pencucian
dengan air mengalir
Tomat
- Saat pengiriman bahan
dengan menggunakan
Benturan, pestisida
kemasan box kayu, jika
menggunakan plastik
maka tomat ditumpuk
pada bagian paling atas
Kimia - Disimpan pada suhu 10˚C
Pseudomonas (Peraturan Menteri
solanacearum Kesehatan Republik
(pembusukan) Indonesia Nomor
1096/Menkes/Per/Vi/2011)
Biologi - Menyimpan dalam suhu
Achromobacter ruang 20-25oC
Micrococcus, B. (Peraturan Menteri
Cerius Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
1096/Menkes/Per/VI/2011)
Bawang merah Fisik - Melakukan pencucian
dengan menggunakan
air mengalir hingga
Pestisida, tanah,
bersih.
kerikil
- Melakukan sortasi saat
penerimaan dan
dibersihkan.
Biologi Bacillus Cereus, - Menyimpan dalam suhu
Achromobacter ruang 20-25oC
Micrococcus (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
1096/Menkes/Per/VI/2011)
Bawang Putih Fisik Pestisida, Tanah, - Melakukan pencucian
busuk, kerikil dengan menggunakan
air mengalir hingga
bersih.
- Melakukan sortasi saat
penerimaan dan
dibersihkan.
Fisik Pestisida - Melakukan pencucian
dengan menggunakan
air mengalir hingga
Cabai merah
bersih.
keriting
- Melakukan sortasi saat
penerimaan dan
dibersihkan.
Biologi - Disimpan di tempat yang
kering dan suhu ruang
(25oC-27oC)
Garam Halobacterium (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
1096/Menkes/Per/VI/2011)
Fisik Batu, serangga, - Disimpan dalam wadah
suhu yang tertutup
Fisik - Disimpan di tempat yang
Serangga
kering
Kimia - Disimpan di tempat yang
kering dengan suhu
Gula ruang (25oC-27oC)
Karamelisasi (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
1096/Menkes/Per/VI/2011)
Cuka Fisik Masa kadaluarsa - Menerapkan sistem
pada label makanan FIFO
Biologi - Disimpan di tempat yang
kering, suhu ruang dan
C. Prefinges tidak diletakan atau
menempel pada lantai
dan dinding.
Minyak
Fisik Masa kadaluarsa - Menerapkan sistem
pada label makanan FIFO
Kimia - Disimpan ditempat yang
Oksidasi kering dan tidak terpapar
oleh matahari.
- Di ruang penerimaan,
terpasang alat Insect
Penerimaan Udang Fisik Serangga
Killer (Pembunuh
Serangga)
- Dilakukan pencucian
Kimia Logam berat dengan air yang
mengalir
- Melakukan pemilihan
Tanah, bahan makanan yang
Fisik
benturan sesuai dengan
Penerimaan spesifikasi yang ada.
Kentang - Melakukan pemilihan
bahan makanan yang
Kimia Solanin
sesuai dengan
spesifikasi yang ada
- Melakukan pemilihan
Tanah, kerikil, bahan makanan yang
Penerimaan Bumbu Fisik
dan Benda lain sesuai dengan
spesifikasi yang ada.
- Membersihkan alat
timbangan /
Penimbangan Debu dan
Fisik menggunakan alas
Kentang kotoran
(kardus) untuh bahan
makanan basah
- Membersihkan alat
timbangan /
Penimbangan Debu dan
Fisik menggunakan alas
Udang kotoran
(kardus) untuh bahan
makanan basah
- Membersihkan alat
timbangan /
Penimbangan Debu dan
Fisik menggunakan alas
Bumbu kotoran
(kardus) untuh bahan
makanan basah
- Membersihkan alat yang
akan digunakan dan
menggunakan APD
E.Coli pada saat persiapan
Biologi
S. Aureus bumbu.
- Pencucian dilakukan
menggunakan air yang
Pencucian bumbu
berasal dari air sumur
- Dilakukan pemilihan
bahan makanan sesuai
Debu dan dengan spesifikasi
Fisik
kotoran - Dicuci hingga bersih
menggunakan air yang
berasal dari sumur
Biologi - Disimpan pada suhu
beku (-5oC)
Salmonella, sp.
(Peraturan Menteri
E. Coli
Coliform Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
Penyimpanan 1096/Menkes/Per/VI/2011)
udang Fisik - Menyimpan dengan
kotoran menggunakan plastik
bening
Kimia Denaturasi - Suhu pada kulkas
protein penyimpanan di kontrol
- Penyimpanan bumbu
ditempatkan pada
wadah terpisah, kering,
Penyimpanan tertutup dan pada suhu
Fisik Debu, tanah
bumbu kering ruangan.
- Bumbu kering disimpan
dan dikeluarkan dengan
metode FIFO/FEFO.
Biologi E. Coli - Mencuci tangan
Staphylococcus sebelum menjamah
Aureus makanan
Pencucian Udang
Fisik Kotoran - Mencuci udang dengan
menggunakan air
mengalir
Biologi E. Coli - Penjamah makanan
Pengupasan Staphylococcus tidak menggunakan
kentang. Aureus sarung tangan
Fisik Benda asing, - Melakukan pemilihan
tanah, kotoran kentang sesuai dengan
spesifikasi (sortasi)
- Jika ada tanah, kulit
kentang di cuci hingga
bersih dengan air
mengalir
Biologi E. Coli - Penjamah makanan
Staphylococcus tidak menggunakan
Pemotongan Aureus sarung tangan
kentang
Kimia Browning - Kentang direndam
dengan air
Fisik Benda asing, - Penjamah makanan
Pencucian kentang kotoran tidak menggunakan
APD
Fisik - Dilakukan pencucian
Sisa makanan alat masak
lain, suhu - Memasak dengan suhu
yang tepat
Kimia Minyak - Menggunakan minyak
Menggoreng udang
digunakan bekas penggorengan
berulang kali makanan sebelumnya
bekas
pemasakan
sebelumnya
Fisik - Memasak dengan suhu
Hangus
yang tepat
Kimia Minyak - Menggunakan minyak
Menggoreng digunakan yang baru dari gudang
kentang berulang kali kering dengan metode
bekas FEFO /FIFO
pemasakan
sebelumnya
Fisik - Menggunakan alat yang
debu, sisa
Penirisan udang sama dari pemasakan
makanan
dan kentang sebelumnya tanpa di
lainnya
cuci terlebih dahulu
Biologi - Merebus bumbu sampai
Perebusan bumbu E.Coli
air mendidih
- Dilakukan pencucian
blender
Penghalusan Debu dan
Fisik - Menggunakan sendok
bumbu kotoran
saat bumbu telah
dihaluskan
Kimia - Menggunakan minyak
Minyak dipakai bekas penggorengan
berulangkali
Penumisan bumbu makanan sebelumnya
Fisik - Memasak dengan suhu
Suhu
yang tepat
Tidak YA CCP
YA Tidak CCP
Bukan CCP
Penetapan CCP dengan pendekatan diagram
Tahapan
NO Bahaya Justifikasi bahaya P1 P2 P3 P4 P5 CCP/bukanCCP
proses
Minyak yang digunakan
Kimia minyak bekas menggoreng
Menggoreng
1. bahan makanan lain √ √ √ CCP 1
Udang
Sisa makanan lain dan debu
Fisik
kotoran
Minyak yang digunakan CCP 1
Penumisan
2. Kimia minyak bekas menggoreng √ √ √
bumbu
bahan makanan lain
Menambahkan bumbu-bumbu
Pencampuran ke dalam bahan makanan
3. Fisik √ √ √ CCP 2
bahan tanpa menggunakan sarung
tangan
Kegiatan Dokumentasi
Penerimaan kentang
Penerimaan Udang
Penerimaan bumbu
Penyimpanan Udang
Persiapan Kentang
Persiapan Udang
Persiapan Bumbu
Penggorengan kentang
Penggorengan udang
Penumisan
Pencampuran Bahan
Penyajian
Distribusi
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Perencanaan penerapan HACCP yang dilakukan pada tanggal 21
Februari 2018 di RSUD Budhi Asih dapat disimpulkan bahwa dalam pengolahan menu
ke-1 karyawan pada masakan balado udang kentang, terdapat dua titik kritis CCP 1
yaitu proses penggorengan udang dan penumisan bumbu. Sedangkan titik kritis CCP
2 yaitu pada pencampuran bahan dan penyajian. Penyebab dari titik kritis yang
ditentukan dikarenakan penjamah makanan tidak menggunakan APD secara lengkap
dan pengunaan minyak yang digunakan secara berulang.
B. Saran
Secara umum proses pengolahan makanan di Intalasi RSUD Budhi Asih
sudah baik, tetapi dalam pelaksanaan pengolahan makanan penjamah makanan
sebaiknya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap setiap melakukan
proses pengolahan.
DAFTAR PUSTAKA
https://lordbroken.wordpress.com/2010/07/27/kerusakan-pada-sayuran-akibat-
mikroorganisme/
PMK No. 1096 ttg Higiene Sanitasi Jasaboga
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor
Hk.03.1.23.12.11.10569 Tahun 2011 Tentang Pedoman Cara Ritel Pangan Yang
Baik