Disusun Oleh :
JURUSAN GIZI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
LAPORAN
Disusun Oleh :
Mengetahui
Kepala
PENDAHULUAN
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Persyaratan
keamanan pangan adalah standar dan ketentuan-ketentuan lain yang harus
dipenuhi untuk mencegah pangan dari kemungkinan adanya bahaya, baik karena
cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan manusia (PP No. 28, 2004).
Keamanan pangan adalah suatu risiko yang dapat diterima dan ditolerir atas
keadaan sakit, penyakit, atau cedera yang diakibatkan dari konsumsi makanan.
Keamanan pangan dicapai melalui kebijakan, peraturan, standar, penelitian,
rancang teknik dan teknologi, pengawasan dan pemeriksaan, dan upaya lainnya
yang dapat diterapkan untuk mengurangi resiko atau pengendalian bahaya dalam
rantai pasokan pangan. Ini mencakup semua makanan dan bahan makanan,
dimulai dari produksi pertanian, dilanjutkan dengan panen, pengolahan,
penyimpanan, penyaluran, penanganan, persiapan, dan beragam kegiatan lainnya
sebelum dikonsumsi (Knechtges, 2015).
Penyelenggaraan makanan terutama makanan khsus di rumah sakit harus
optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta indikasi
penyakit pasien. Penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi syarat
kesehatan (tidak saniter dan higienis). Selain memperpanjang proses perawatan,
juga dapat menyebabkan timbulnya infeksi silang (cross infection) atau infeksi
nosokominal (infeksi yang didapatkan di rumah sakit), yang diantaranya dapat
melalui makanan. Selain timbulnya infeksi nosokominal, penyelenggaraan
makanan di rumah sakit yang tidak memenuhi standar kesehatan (tidak higienis)
juga dapat menyebabkan keracunan makanan (Puspita, 2010).
Dengan pembagian setiap kali makan yaitu sekitar 10% dari total asupan
setiap harinya yang berarti sekitar 5,25 gram setiap kali makan harus terpenuhi
hasil Untuk menghasilkan produk pangan yang aman, maka dalam proses
pengolahan pangan diperlukan penjaminan mutu dan keamanan pangan dengan
pendekatan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Di dalam
HACCP, ada 2 program prasyarat yang harus dipenuhi meliputi Good
Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedures
(SSOP). Sistem HACCP ini diterapkan selama produksi mulai dari proses pertama
hingga sampai ke konsumen (Fardiaz, 1996).
Pendekatan dengan cara ini berbeda dengan pendekatan tradisional yang
hanya melakukan pengawasan dengan mengandalkan uji produk akhir. Sistem
HACCP yang diterapkan pada seluruh rantai produksi, akan fokus terhadap
keamanan pangan dengan memproteksi pasokan pangan dan proses produksi
terhadap bahaya kontaminasi fisika, kimia, dan mikrobiologi (Arvanitoyannis,
2009).
Sistem HACCP lebih menekankan pada upaya pencegahan preventif untuk
member jaminan keamanan produk pangan. HACCP adalah salah satu upaya
mengontrol kinerja proses produksi, distribusi dan penggunaan bahan material
dalah pengolahan pangan, yakni berperan dalam mengidentifikasi bahaya
potensial pada bahan baku, produk, keberadaan bakteri atau pertumbuhan bakteri
pada industri pangan. Kategori bahaya pada proses pengolahan pangan dilakukan
dengan penentuan titik kritis pada setiap alur pengolahan sehingga pangan
tersebut layak untuk dikonsumsi (Anonim, 2006).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan perumusan masalah
untuk mengidentifikasi bahaya terkait selama proses pembuatan tahu orak-arik
serta memberikan rekomendasi untuk mengembangkan sistem HACCP, sehingga
menghasilkan hidangan yang aman untuk dikonsumsi oleh pasien Rumah Sakit
Umum Daerah Budhi Asih
1.4 Manfaat
Sebagai bahan evaluasi terhadap hasil olahan yang dihasilkan serta dapat
meminimalisir penyimpangan kualitas dan keamanan pangan yang ada.
Sebagai mutu keamanan pangan dari olahan protein pada siklus menu
kelima untuk makan siang pasien Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih.
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk setiap CCP yang teridentifikasi maka harus ditentukan batas kritis.
Batas kritis menunjukkan perbedaan antara produk yang aman dan tidak aman
sehingga proses produksi dapat dikelola dalam tingkat yang aman. Batas kritis ini
tidak boleh dilewati untuk menjamin bahwa CCP secara efektif mengendalikan
bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik. Kriteria yang lazim digunakan untuk
menentukan batas kritis adalah kriteria fisik, seperti suhu, waktu, tingkat
kelembaban, Aw dan kekentalan serta kriteria kimia, seperti pH, residu klorin
bebas, kadar asam tertitrasi, konsentrasi pengawet dan konsentrasi garam. Kriteria
mikrobiologi tidak digunakan sebagai batas kritis karena pengukurannya
memerlukan waktu lama. Selain itu pengukuran fisik dan kimia dapat digunakan
sebagai indikator pengukuran atau pengendalian mikrobiologis (Surono, 2016).
Setiap CCP akan memiliki satu atau lebih tindakan pencegahan yang harus
dikontrol dengan baik untuk memastikan pencegahan, penghapusan atau
pengurangan bahaya ke tingkat yang dapat diterima. Agar efektif setiap batas
kritis harus:
1. Berdasarkan informasi yang telah terbukti. Sumber informasi tentang batas
kritis dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya peraturan
pemerintah, literatur ilmiah dan konsultasi dengan para ahli.
2. Ukuran batas kritis biasanya adalah kombinasi dari faktor-faktor yang
dapat diukur pada saat proses produksi berjalan, seperti paparan suhu dan
waktu pada proses sentralisasi, pH, ukuran benda fisik dan sebagainya.
3. Nilai batas kritis harus memenuhi persyaratan peraturan pemerintah atau
standar perusahaan yang didukung dengan data ilmiah analisis resiko
(misalnya persyaratan suhu dan waktu untuk proses termal, seperti
pasterisasi, memasak dan sebagainya).
Metode monitoring atau pemantauan batas kritis harus berbasis ilmiah dan
menggunakan peralatan yang selalu dikalibrasi secara rutin, sehingga memberikan
data pengamatan yang handal dan dapat dipertanggung-jawabkan. Setiap sistem
pemantauan harus ditetapkan dalam prosedur standar dan data pemantauan CCP
harus dicatat dan didokumentasikan secara rutin.
Pemantauan merupakan tindakan untuk menjalankan pemeriksaan dan
observasi untuk memastikan bahwa proses memang terkendali. Pembentukan
prosedur pemantauan melibatkan sejumlah unsur, sebagai berikut:
1. Peralatan dan metode Kriteria yang digunakan dapat mencakup dan
karenanya membutuhkan, pengukuran terhadap:
Parameter fisik, seperti suhu, warna dan tingkat kelembaban. Jenis
pengukuran fisik lainnya yang mencakup pemeriksaan jalannya
pendektesian logam, magnet, deteksi sinar-X dan inspeksi ayakan dan
saringan.
Pemeriksaan kimiawi, seperti analisis klorin, pH dan Aw. Jenis uji
kimia lain dapat mencakup analisis residu pestisida, uji residu alergen
atau analisis logam berat.
Uji sensorik, seperti penampakan visual dan tekstur. Meskipun uji
semacam ini sering dikaitkan dengan kriteria mutu, pemantauan
penampakan visual dapat diterapkan pada CCP benda asing dan tekstur
mungkin sangat menentukan untuk penetrasi panas yang efektif, seperti
dalam produk kalengan.
2. Penetapan frekuensi. Frekuensi pemantauan bergantung pada jenis CCP
dan perlu dipandang sebagai bagian dari sistem pengendalian. Contoh:
pemantauan asiditas dapat dilakukan dengan mengukur pH setiap
kumpulan produk yang dihasilkan.
3. Manusia
Karyawan yang ditugaskan harus:
Sudah terbiasa dengan prosesnya
Terlatih dalam teknik pemantauan
Terlatih dalam kesadaran akan HACCP
Tidak bias dalam pemantauan dan pelaporan
Terlatih dalam prosedur tindakan perbaikan
4. Pencatatan hasil aktivasi pemantauan harus dicatat oleh pemantau CCP.
Buku laporan harian yang digunakan untuk mendokumentasikan semua
pengujian harus memuat informasi yang benar untuk memastikan bahwa
CCP memang terkendali dan catatan itu harus ditelaah secara teratur dan
disimpulkan oleh pihak terlatih yang berwenang. Catatan pemantauan
CCP dapat disimpan sebagai bagian dari buku laporan harian produksi
umum.
1. Keperluan inspeksi
2. Mempelajari kerusakan yang mengakibatkan penyimpangan
3. Menemukan tindakan koreksi yang sesuai
Jenis dokumen (rekaman data) yang harus ada dalam penyusunan rencana
HACCP adalah Rencana HACCP dan semua materi pendukungnya, dokumen
pemantauan, dokumen tindakan koreksi, dokumen verifikasi.
3.2.1 Bahan
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan untuk pengamatan haccp antara lain kertas, pulpen
dan kamera untuk mendokumnetasikan proses pengolahan orak-arik tahu. Alat
yang digunakan untuk membuat olahan orak-arik tahu ialah kuali, baskom, food
procesor, kompor, pisau, dan telenan
Kuali
Baskom
Food procesor
Kompor
Pisau
Telenan
Karakter Produk Akhir Tahu Orak-Arik adalah masakan
yang biasanya berbahan dasar tahu
yang cara masaknya dengan proses
digoreng atau dioseng.
Diagram alir yang dibuat harus memuat semua tahapan di dalam operasi
produksi dan menggambarkan kondisi nyata proses produksi.
Penerimaan Bahan
Pencucian Pencucian
Pemotongan Penghalusan
Penggorengan Penumisan
Pencampuran
Penyajian
Distribusi
4.5 Verifikasi Diagram Alir di Unit Produksi
Penerimaan tahu Penerimaan bawang Daun bawang, Bawang merah dan Minyak Goreng
merah, bawang bawang bombay Bawang putih
putih, bawang
Penerimaan gtahu bombay dan daun
Dicuci Di Blender
bawang
Dicuci Dicuci
Di iris-iris Tumis
Diaduk menjadi
adonan
Penggorengan Tahu
Digoreng dengan
suhu 180oC selama
10 menit
4.6 Identifikasi Bahaya dan Tindakan pemcegahan (Prinsip 1)
Mikrobiologi - Salmonella
2. Penerimaan bawang Fisik Krikil Bawang dan daun dibersihkan dari krikil dan tanah, tidak
merah, bawang putih, busuk, tidak layu dan tidak berlobang.
bawang bombay dan Tanah
daun bawang.
3. Pencucian tahu Mikrobiologi E.Coli Penjamah makanan menggunakan APD lengkap serta
mencuci tangan untuk menghindari kontaminasi silang.
Fisik Kotoran
4. Pencucian bawang Mikrobiologi E.Coli Penjamah makanan menggunakan APD lengkap serta
merah, bawang putih, mencuci tangan untuk menghindari kontaminasi silang.
bawang bombay dan Fisik Kotoran
daun bawang.
5. Pemotongan tahu Mikrobiologi E.Coli Penjamah makanan menggunakan APD lengkap serta
mencuci tangan untuk menghindari kontaminasi silang dan
Fisik Rambut mencuci alat-alat untuk memotong bahan.
6. Pemotongan bawang Mikrobiologi E.Coli Penjamah makanan menggunakan APD lengkap serta
bombay dan daun mencuci tangan untuk menghindari kontaminasi silang dan
bawang Fisik Rambut mencuci alat-alat untuk memotong bahan.
8. Penggorengan tahu Kimia Reaksi oksidasi Penjamah makanan dianjurkan untuk menggunakan suhu dan
minyak waktu penggorengan yang sesuai dengan bahannya.
9. Penumisan bumbu Fisik Kotoran tangan, Penjamah makanan menggunakan APD lengkap serta
rambut dan mulut mencuci tangan untuk menghindari kontaminasi gelap.
dari penjamah
10. Pencampuran bumbu Fisik Rambut Penjamah makanan menggunakan APD lengkap.
11. Penyajian Fisik Kotoran tangan, Penjamah makanan menggunakan APD lengkap dan wadah
rambut dan mulut penyajian bersih dan ditutup.
dari penjaga.
1. Penerimaan tahu Fisik - Kerikil - Tahu yang diterima bersih bebas dari bau asam, berwarna
- Rambut putih bersih, bentuk utuh tidak hancur.
Kimia - Formalin - Tidak ada pemeriksaan bakteri.
Mikrobiologi - Salmonella
2. Penerimaan bawang merah, Fisik Krikil Bawang dan daun yang datang yang diterima bersih, tidak
bawang putih, bawang busuk, utuh dan tidak berulat.
bombay dan daun bawang. Tanah
Fisik Kotoran
4. Pencucian bawang merah, Mikrobiologi E.Coli Pencucian bawang merah, bawang putih, bawang bombay
bawang putih, bawang dan daun bawang dengan air mengalir.
Fisik Kotoran
bombay dan daun bawang.
Fisik Rambut
Kotoran
8. Penggorengan tahu Kimia Reaksi oksidasi Penjamah makanan menggunakan APD lengkap serta
minyak mencuci tangan untuk menghindari kontaminasi gelap dan
alat yang digunakan bersih.
9. Penumisan bumbu Fisik Kotoran tangan, Penjamah makanan menggunakan APD lengkap dan
rambut dan mulut sebelum melakukan penumisan terlebih dahulu sudah
dari penjamah mencuci tangan.
10. Pencampuran bumbu Fisik Rambut Penjamah makanan menggunakan APD lengkap dan
sebelum melakukan penumisan terlebih dahulu sudah
mencuci tangan.
11. Penyajian Fisik Kotoran tangan, Penjamah makanan menggunakan APD lengkap dan wadah
rambut dan mulut penyajian bersih dan ditutup.
dari penjaga.
1. Wadah Fisik Berdebu / licin karena masih terdapat sisa - Mencuci wadah hingga bersih sebelum
dari pengolahan sebelumnya. digunakan dan ditiriskan dari sisa air cucian
atau dikeringkan dengan kain bersih.
Kimia Pengeroposan pada logam aluminium
2. Food processor Fisik Terdapat kotoran dari sisa pengolahan Mencuci food processor hingga bersih sebelum
(untuk sebelumnya. digunakan dan ditiriskan dari sisa air cucian atau
menghaluskan dikeringkan dengan kain kasah.
bumbu) Kimia Pengeroposan pada logam aluminium
3. Kompor Mikrobiologi Sisa makanan yang jatuh dapat Mencuci kompor hingga bersih sebelum
menyebabkan pertumbuhan bakteri digunakan dan ditiriskan dari sisa air cucian atau
dikeringkan dengan kain bersih.
Fisik Terdapat kotoran dari sisa pengolahan
sebelumnya.
4. Pisau Kimia Pengeroposan pada logam aluminium Mencuci pisau hingga bersih sebelum digunakan
dan ditiriskan dari sisa air cucian atau
Fisik Terdapat kotoran dari sisa pengolahan dikeringkan dengan kain bersih.
sebelumnya.
5. Talenan Kimia Pengeroposan pada logam aluminium Mencuci telenan hingga bersih sebelum
digunakan dan ditiriskan dari sisa air cucian atau
Fisik Terdapat kotoran dari sisa pengolahan dikeringkan dengan kain bersih.
sebelumnya.
8. Petugas pramusaji Fisik Kotoran dari tangan, debu dan rambut Penjamah makanan harus menggunakan APD
yang lengkap dan menggunakan sendok untuk
Mikrobiologi Bakteri mencicip makanan.
9. Ruangan Fisik Debu dan kotoran lainnya. Membersihkan ruangan secara berkala.
Penentuan CCP (Critical Control Point) Prinsip
Tabel. Tingkat Peluang, Keparahan dan Signifikansi
(B/M, K, F)
Mikrobiologi - Salmonella M M T
Fisik Kotoran L L T
Fisik Kotoran L L T
Fisik Rambut L L T
6 Pemotongan bawang bombay dan daun Mikrobiologi E.Coli M M T
bawang
Fisik Rambut L L T
Pemotongan tahu Mikrobiologi : Kebersihan alat Pisau dan Alat yang Tahu yang Memastikan alat Melakukan
E.Coli dan penjamah Telenan digunakan dipotong tidak yang akan pengecekan tahu
menggunakan sudah steril dan ada bahaya fisik digunakan
Fisik : Rambut APD yang penjamah maupun sudah steril dan
lengkap menggunakan mikrobiologi penjamah sudah
APD memakai APD
yang lengkap
Penggorengan Kimia : Reaksi Suhu Suhu dan waktu Penggorengan Tahu yang Melakukan Melakukan
Tahu Oksidasi minyak penggorengan penggorengan tahu dipastikan digoreng tidak pemantauan penggorengan
150 – 165oC tidak melebihi mengandung zat suhu dan waktu ulang hingga
suhu dan aktu kimia akibat penggorengan batas suhu dan
Waktu penggorengan oksidasi minyak dengan suhu dan waktu yang
penggorengan yang ditentukan timer telah ditentkan
10 menit
Tebel. Monitoring CC dan Tindakan Koreksi (HACCP Plan Matrix) Prinsip 4 dan 5
Pemotongan Alat yang Alat dan Sebelum Petugas Ruang Alat Melakukan Pengecekan Pencatatan dan
tahu digunakan Penjamah memulai pengolahan pengolahan dipastikan pengecekan sebelum pendokumentasi
sudah steril pemotongan makanan sudah steril pada tahu kegiatan
dan penjamah dan penjamah pengolahan
menggunakan telah dilakukan
APD memakai secara
APD yang berkala
lengkap
Penggorengan Penggorengan Suhu dan Sebelum Petugas Ruang Melakukan Melakukan Laporan Data
tahu tahu dipastikan waktu memulai pengolahan pengolahan pengecekan pengecekan QC pengecekan
tidak melebihi penggorengan penggorengan suhu dengan tahu yang suhu dan waktu
suhu dan aktu termometer telah penggorengan
penggorengan dan digoreng
yang pengecekan
ditentukan waktu
menggunakan
timer
DAFTAR PUSTAKA
Dewi. L.M. 2015. Penerapan Sistem Hazard Analysis Critical Control Point
(Haccp) Dan Statistical Process Control (Spc) Dalam Proses Produksi
Bumbu Penyedap Rasa Di Pt Unilever Indonesia Tbk. Bogor : IPB.
Penerimaan Tahu
Penyimpanan Minyak
Penyimpanan Tahu
Penerimaan Bumbu
Penghalusan Bumbu
Pemotongan Tahu
Pemasakan Semua Bahan
Penyajian
Distribusi