Kelompok :
Mahya Aufa
22030112120012
22030112140086
A. Pendahuluan
Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Makanan
mengandung zat zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Selain
memiliki manfaat yang penting, makanan juga sangat rentan tercemar oleh
zat zat berbahaya ataupun mikrobioligi yang dapat membahayakan
kesehatan manusia. Makanan sehat dan aman merupakan salah satu faktor
yang penting untuk meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu, kualitas
makanan baik secara bakteriologis, kimiawi dan fisik harus dipertahankan.
Kualitas makanan harus terjamin agar konsumen dapat terhindar dari
penyakit atau gangguan kesehatan serta keracunan makanan (Depkes,2002)
Konsep HACCP dikembangkan pada awal tahun 1970 sebagai sistem
untuk meyakinkan keamanan produk pangan. HACCP memuat peralihan
penekanan
dari
pengujian
produk
akhir
menjadi
pengendalian
dan
satu
dalam
penyelenggaraan
makanan
institusi
sering
dari
pengelolaan
yang
tidak
dilakukan
dengan
profesional,
perencanaan yang kurang baik, tenaga pelaksana yang tidak profesional dan
sistem pengawasan yang rendah menyebabkan mutu makanan yang
Page
2
disajikan kurang baik dan kondisi ini akan berakibat pada cita rasa makanan
dan keamanan makanan menjadi tidak terjamin atau tidak memenuhi syarat.
Bagi penyelenggara makanan baik bersifat komersial maupun semikomersial, menjaga keamanan makanan merupakan keharusan karena dapat
membahayakan kesehatan. Penyelenggara makanan harus yakin bahwa
setiap makanan yang disajikan sudah benar-benar terbebas dari unsur-unsur
yang dapat mengganggu kesehatan konsumen.
Dalam meminimalisasi risiko bahaya bahan makanan terkontaminasi
oleh zat zat yang dapat membahayakan kesehatan, diperlukan suatu sistem
sanitasi pengolahan makanan yang baik dan terstandar. Sistem yang dapat
meminimalisir kontaminasi bahaya pada makanan dan menjamin kualitas
makanan dipergunakan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) atau
Analisis Bahaya pada Titik Pengendalian Kritis dalam penyelenggaraan
makanan adalah sebuah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi
bahaya-bahaya, tindakan-tindakan pengendalian dalam proses persiapan
makanan, dimana pengendalian penting dalam memastikan keamanan
pangan. (Krisnamurni,S, 2007)
Pengertian lain HACCP adalah suatu alat (tools) yang dipakai untuk
mengukur tingkat bahaya, menduga perkiraan resiko dan menetapkan ukuran
yang tepat dalam pengawasan, dengan menitikberatkan pada pencegahan
dan pengedalian proses pengolahan makanan (Ditjen PPM & PL, 2001)
Sistem HACCP yaitu suatu sistem yang bertujuan mengidentifikasi
bahaya spesifik yang mungkin timbul dan cara pencegahan untuk
mengendalikan bahaya tersebut, yang harus dikembangkan untuk setiap
produk beserta kondisi pengawasan dan distribusinya. Dalam pengawasan
mutu dengan menggunakan sistem HACCP merupakan pendekatan yang
efektif dan rasional untuk menjamin keamanan pangan(Peter AgyeiBaffour,2013).
Pendekatan HACCP dapat disesuaikan dengan perkembangan desain,
prosedur, proses atau teknologi pengolahan makanan. Sebagai nilai tambah
dari
penerapan
HACCP
adalah
meningkatkan
keamanan
makanan,
misi
dari
pelayanan
gizi
rumah
sakit
adalah
klien/pasien
untuk
menunjang
aspek
promotif,
teratas
beberapa
sumber
yang
dapat
mengharuskan
industri makanan.
Negara
Amerika serikat
Kejaidan keracunan
Makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme
pathogen, 77% makanan yang diolah oleh usaha jasa
Casper
boga
Wyoming, Pengujian pada piring, gelas minuman dan garpu
Amerika Serikat
menggunakan
surfaktan,
air
sama
keran,
seperti
natrium
bahan
hipoklorit
yang
dan
digunakan
Indonesia
termasuk
Jakarta.
Kontaminasi
E.Coli
Indonesia
Data
makan/restoran
5
New Maxico
ini
tidak
membuktikan
meutup
bahwa
kemungkinan
rumah
masih
Peoria, Illinois
Milwaukee,
Wisconsin
Oregon
Ameriak Serikat
10
Sydney, Australia
Vieginia Barat
Kasus keracunan ini terjadi pada 2005 lalu. Monika
samaan dan keluarganya terpaksa harus dirawat di
rumah sakit akibat terinfeksi bakteri salmonella yang
disinyalir terdapat pada menu twister yang disediakan
di erstoran KFC dekat Sidney. Monika mengalami
kerusakan otak dan harus menjalani hidupnya di atas
kursi roda
Berdasarkan fakta diatas, secara garis besar food borne illness disebabkan
karena adanya patogen dalam makanan yang kemudian makanan tersebut
dikonsumsi baik makanan yang berasal dari restoran atau instansi yang
menyediakan penyelenggaraan makanan. Patogen yang terlanjur terkontamiansi ke
dalam makanan tidak secara langsung mengganggu kesehatan seseorang, peran
anti body tiap indivudulah yang berperan sangat penting dlaam kondisi seperti ini
(Anonim, 2005)
Perlu diketahui pula bahwa masa inkubasi setiap patogen sangat bervariasi
tergantung Jenis pathogen yang terkandung . Masa inkubasi adalah rentang waktu
sejak patogen masuk sampai timbulnya gejala klinis yang biasanya ditandai dengan
demam. Berikut kami lampirkan masa inkubasi jenis jenis patogen yang biasanya
menyebabkan food borne illness.
Page
8
untuk
membantu
meningkatkan
status
gizi
anak-anak
yang
sakit
menyelenggarakan
perkembangan
merupakan
kegiatan
penyakit,
suatu
tempat
atau
pelayanankesehatan.
tuntutan
terhadap
pemakai
sarana
Selaras
jasa
yang
dengan
pelayanan
syarat
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI.
Nomor
01/Birhukmas/1975.
Standar mutu air tersebut, meliputi :
Standar bersih yaitu suhu, warna, bau dan rasa.
Standar biologi yaitu kuman-kuman parasit, kuman-kuman pathogen dan
bakeri E.coli.
Standar kimiawi yaitu derajat keasaman (pH) jumlah zat padat dan
bahan-bahan kimia lainnya.
Page
11
antimony
Wadah makanan, alat penyajian dan distribusi makanan harus tertutup.
3. Infeksi
Pasien di rumah sakit merupakan salah satu kelompok yang rentan dan lebih
mudah terkena infeksi penyakit melalui makanan. Bukan hanya berisiko tinggi
untuk terjangkit penyakit bawaan makanan tapi juga dapat menderita sakit
yang lebih berat. Daya tahan tubuh yang rendah akan dialami oleh orang
dalam keadaan sakit (dalam masa perawatan maupun penyembuhan).
Makanan yang aman diperlukan agar tidak menambah beban pertahanan
tubuh dari kontaminasi baru.
3. pemanasan yang tidak memadai
Page
12
ke dalam makanan dapat mencemari makanan seperti zat warna, air raksa,
arsen dan sebagainya.
e. Kulit harus bersih dan bebas luka, sebab kulit yang luka akan memudahkan
berkembangnya kuman di kulit dan menimbulkan pencemaran kulit perlu
dipelihara jangan sampai luka sehingga waktu mencuci tangan mudah
bersih.
6. bahan baku yang tidak aman
Kelayakan bahan baku dalam penyelenggaraan makanan seharusnya adalah
kondisi bahan yang tidak mengalami kerusakan, kebusukan, menjijikan, kotor,
tercemar atau terurai. Bahan baku yang amanmerupakan kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegah dari cemaran biologis, kimia dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan pasien
7. Use of leftovers
Perlakuan pada sisa makanan harus dijaga untuk menghindari pencemaran,
jadi yang harus dilakukan ketika sisa makan sudah banyak segera dibuang ke
tempat sampah untuk menghindari cemaran biologi, kimia maupun fisik.
8. kontaminasi silang
Kontaminasi silang (cross contamination) yaitu kontaminasi yang terjadi
secara tidak langsung sebagai akibat ketidaktahuan dalam pengolahan
makanan. Contohnya, makanan mentah bersentuhan dengan makanan
masak, makanan bersentuhan dengan pakaian atau peralatan kotor, misalnya
piring, mangkok, pisau atau talenan.
Risiko terjadinya kontaminasi silang jauh lebih besar karena banyaknya
hidangan yang dimasak atau disiapkan secara bersamaan. Seringnya, pada
saat makanan disajikan untuk banyak orang, sejumlah banyak makanan telah
dipersiapkan berjam jam bahkan lebih dari sehari untuk mendukung
pelayanan yang cepat. Jika selama selang waktu antara penyiapan dan
penyajian makanan tersebut tidak disimpan pada kondisi yang dapat
mencegah pertumbuhan mikroba, sebuah bahaya akan terbentuk.
9. Inadequate cooking
Menurut Adams penjamah makanan diartikan sebagai orang yang
pekerjaannya menyiapkan bahan makanan hingga siap untuk dikonsumsi.
Ditinjau dari lokasi kerjanya, penjamah makanan dibedakan menjadi dua yaitu
penjamah makanan rumah : individu yang menyiapkan makanan untuk
keluarga, sedangkan penjamah makanan professional : individu yang bekerja
di perusahaan yang menyelenggarakan makanan banyak. Penjamah
Page
14
makanan merupakan salah satu dari pihak yang berperan dalam keamanan
pangan selain pengambil keputusan, produsen, pengelola dan konsumen
pangan. Pada usaha tata boga baik di katering maupun di instalasi gizi rumah
sakit, penjamah makanan adalah ujung tombak penyelenggaraan makanan.
Penjamah makanan yang berpendidikan dan ketrampilan rendah akan
melaksanakan tugasnya hanya mengandalkan kebiasaan yang dimilikinya
tanpa mengetahui alasan yang benar serta melatarbelakangi tindakannya.
Perilaku penjamah yang tidak mendukung tentunya akan menimbulkan
masalah terhadap proses pemasakan. Sehingga dalam proses pemasakan
dibutuhkan yang benar benar memiliki ilmu dan ketrampilan dalam
memasak.
1.2 Komersial
Penyelenggaraan
makanan
pada
institusi
komersial
merupakan
bagian
makanan
sampai
suhu
100C)
dipastikan
dapat
penjamah
makanan
dan
pengawasan
selama
proses
penyelenggaraan makanan.
Pengolahan makanan untuk menjamin kualitas dan keamanan
makanan dipergunakan Hazard analysis critical control point (HACCP) atau
analisis bahaya dan titik kendali kritis. Penerapan HACCP dalam kegiatan
penyelenggaraan makanan di rumah sakit mutlak dilakukan namun tentunya
harus ditunjang dengan pendekatan dari good practices dan penerapan
sanitasi yang baik.
Page
17
Deskripsi Produk
Identifikasi Penggunaan
Produk
7 Prisip HACCP
harus
diperiksa
dengan
mengamati
jalannya
proses
dan
ini
penting
untuk
mempertimbangkan
Page
19
masukan
dari
ahli
Penyimpanan
bahan
makanan
hingga
proses
RI
No.
1204/Menkes/SK/X/2004
Page
20
tentang
persyaratan
setiap
CCP dengan
menyesuaikan
kembali
verifikasi
oleh
pihak
eksternal.
Audit
eksternal
N
P1
Apakah
Memerlukan
Pengawasan
Y
P2
N
P3
P4
Y
Modifikasi
Proses
N
Apakah Langkah
Tersebut Dibuat khusus
untuk mengendalikan
Bahaya
Dapatkah terjadi
peningkatan bahaya
hingga tidak dapat
terolerir
Y
Page
22
Bukan CCP
CCP
N
P1
Y
Apakah
Memerlukan
Pengawasan
Y
P2
N
P3
Y
P4
Modifikasi
Proses
N
Apakah Langkah
Tersebut Dibuat khusus
untuk mengendalikan
Bahaya
Dapatkah terjadi
peningkatan bahaya
hingga tidak dapat
terolerir
Apakah Langkah
selanjutnya dapat
mengendalikan bahaya
Y
CCP
Bukan CCP
3. Implementasi HACCP
Melihat beberapa sumber, dalam penerapan HACCP di Rumah sakit,
Restoran,
Asrama
TNI.
Beberapa
menyebutkan
bahwa
untuk
a.
Apel malang
Bahan
datang
Penimbangan
Penimbangan
Penyimpaman
Dimasak (T=
100oC, t= 10
menit)
pencucian
Persiapan
Pengupasan
dan
pemotongan
Larutan sirup
Susu skim
Gula pasir
Minyak sayur
Larutan
elektrolit
Air hangat
Dimasukkan
kedalam mangkuk
Penimbangan (25 g)
Penimbangan
(100 g)
Penimbangan (30
g)
Distribusi ( waktu 15
Pengukuran (20
ml)
CCP
b. F 75 Menu
Rumah
Sakit
menit,
suhu min
450C) diaduk
Pencampuran,
hingga merata
Setup apel
CCP
Page
Pemasakan (T= 50-65oC t=4
24min)
CCP
Distribusi
CCP
Pasien
c.
CCP
CCP
Page
25
C. Rangkuman
Penerapan HACCP dalam penyelenggaraan makanan di rumah sakit,
komersial
maupun
semi-komersial
sebenarnya
sudah
mengalami
perkembangan kea rah yang lebih baik, namun masih ditemukan beberapa
masalah yang darus segera teratasi.
Masalah yang timbul dikarenakan
penerapan
HACCP
dalam
masalah
tersebut
disarankan
untuk
mempertimbangkan
D. Penutup
Page
26
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M, Motarjemi, Y. 2004. Dasar-Dasar Keamanan Makanan untuk Petugas
Kesehatan. Jakarta: EGC
Page
27
Anonim. 2005. Public Health Service & Food and Drug Administration. U.S. Public
Health Service College Park
Anonim. 2003. HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT (HACCP)
SYSTEM AND GUIDELINES FOR ITS APPLICATION. Annex to CAC/RCP 1-1969
Ditjen PPM & PL. 2001. Pengendalian Mutu Mandiri Hazard Analysis Critical Control
Point. Jakarta
Georgia P. 2010. The Significance of the Application of Hazard Analysis Critical
Control Point System in Hospital Catering. Health Science Journal
Gobel, Van, Yunanci, Sri. 2011. Menu Pilihan Diet Nasi yang Disajikan Berpengaruh
Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Vip di RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal
Gizi Klinik Indonesia 7(3): 112-20
Hai Yen Lee, Wan Nadirah Wan Chik. 2012. Sanitation Practices among Food
Handlers in a Military Food Service Institution, Malaysia
Iffa Zulfana dan Sudarmaji. 2008 Hazard Analysis and Critical Control Point
(HACCP) in Food Managing of Hospital Patient at Lumajang Islamic Hospital.
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL.4, NO.2
Iskak R. 2006. Infeksi Nosokomial dan Staphylococcus Epidermidis. Republika
Krisnamurni,S. 2007. Keamanan Pangan pada Penyelenggaraan Makanan di
Rumah
Sakit. Dibawakan pada Pertemuan Ilmiah Nasional Asosiasi Dietisien
Indonesia ke III, Semarang, Indonesia
Nurmasari W & Adriyan P. 2014. Manajemen Jasa Boga. Yogyakarta : Graha Ilmu
Peter Agyei-Baffour, Kofi Boateng Sekyere and Ernestine Akosua Addy. 2013. Policy
on Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) and adherence to food.
preparation guidelines: a cross sectional survey of stakeholders in food service in
Kumasi, Ghana. BMC Research Notes, 6:442
Page
28
Page
29
Page
30