Disusun Oleh :
Tsamara Badilla
(P07131219035)
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
praktek kerja lapangan (PKL) ini dengan tepat waktu.
Adapun judul dari laporan ini adalah “Laporan Hasil Penerapan HACCP
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi (SPMI)
Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen Tahun 2022”.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini dengan ketulusan hati
maka penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Andriani Ms, S. Pd, M. Pd selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, nasehat, arahan, serta motivasi dalam penulisan
laporan ini.
2. Nonong Fauziah, SKM, M. Kes selaku kepala instalasi gizi di Di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin yang telah memberikan izin
untuk melaksanakan kegiatan praktek ini.
3. Yuldawita RZ dan Nanda Nafizatun Ulfa, A.mg selaku pembimbing
lapangan yang telah memberikan bimbingan, masukan, serta motivasi
dalam penulisan laporan selama kegiatan praktek berlangsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih memiliki banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dari semua pihak untuk
penyempurnaan laporan ini. Semoga apa yang telah ditulis penulis pada laporan ini
dapat bermanfaat untuk semua orang.
Penulis
Tsamara Badilla
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, salah satu upaya pemerintah untuk melindungi konsumen
dan produsen akan pangan yang sehat dan aman adalah dengan memberlakukan
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Bagian Keempat:
Pengamanan Makanan dan Minuman), Undang- Undang RI No. 7 Tahun 1996
tentang Pangan, Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pangan, Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu dan Gizi Pangan. Pemerintah Indonesia juga telah memiliki Undang-
Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Namun Cahyono
(2007) menyebutkan gambaran keamanan pangan saat ini di Indonesia adalah
masih ditemukan beredarnya produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan,
masih banyak dijumpai kasus keracunan makanan, masih rendahnya tanggung
jawab dan kesadaran produsen serta distributor tentang keamanan pangan yang
diproduksi, dan masih kurangnya kepedulian dan pengetahuan konsumen
terhadap keamanan pangan. Menurut (Siswono, 2006) Dampak buruk keracunan
pangan bagi masyarakat adalah kerugian ekonomis, sakit atau meninggal pada
korban keracunan, berkurangnya produktivitas kerja maupun terancamnya status
kesehatan masyarakat dalam jangka panjang (Cartwright & Latifah, 2017).
Critical control point (CCP) atau titik kendali kritis adalah langkah dimana
pengendalian dapat di terapkan dan di perlukan untuk mencegah atau
menghilangkan bahaya atau menguranginya sampai titik aman. Titik kendali
kritis (CCP) dapat berupa bahan mentah, lokasi praktek, prosedur atau
pengolahan dimana pengendaliannya dapat diterapkan untuk mencegah atau
mengurangi bahaya. Berdasarkan pada tujuh prinsip dasarya itu melakukanan
alisisbahaya , menentukan titik kendali kritis (TKK), menetapkan batas-batas
kritis, dan menetapkan prosedur pemantauan, menetapkan tindakan koreksi,
menetapkan prosedur verifikasi, dan menetapkan prosedur penyimpanan catatan
dan prosedur dokumentasi.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen merupakan rumah sakit
tipe B dan telah terakreditasi internasional yang penyelenggaran makanannya
dikelola langsung oleh pihak rumah sakit, untuk itu perlu diterapkan HACCP
dalam penyelenggaraan makanan yang bertujuan menjaga keamanan makanan
yang akan diberikan kepada pasien atau konsumen.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan HACCP pada pengolahan ayam lada hitam
sesuai dengan tahapan proses penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menganalisis permasalahan penerapan HACCP pada bahan
mentah dan proses pengolahan sop bayam
d. Mampu menganaliis risiko bahaya dan kategori risiko bahaya pada sop
bayam
1. Bagi Instansi
Bagi institusi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen, khususnya
pada isntalasi gizi dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam perbaikan
mutu makanan, sebagai dasar acuan pengolahan untuk menerapkan konsep
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dalam proses pengolahan
makanan sehingga dapat lebih meningkatkan pentingnya penerapan HACCP
dalam pengolahan makanan dan mutu (quality control).
2. Bagi Peneliti
3. Bagi Pasien
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari daftar siklus menu standar yang telah
ada, data yang diambil tanpa harus dilakukan pengamatan. Menu yang
diamati adalah sop bayam yang berada di siklus menu ke 5 tepatnya menu
untuk makan pagi.
B. Waktu Pelaksanaan
1. Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian hari Selasa, 4 – 5 Oktober 2022 mulai
pukul 20.00 – 06.00 WIB.
2. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Zainoel Abidin.
C. Prosedur Kerja
1. Melakukan pengamatan pada persiapan bahan makanan dan bumbu
2. Melakukan pengamatan pada pengolahan
3. Melakukan pengamatan pada penyajian
4. Melakukan pengamatan pada distribusi makanan
BAB III
TIM HACCP
A. TIM HACCP
6. Pramusaji : Mahliawati
Tugas : Distribusi makanan ke pasien
8. Cara Pembuatan :
Penghalusan
Pematangan
Penyajian
Distribusi
BAB VI
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN CARA PENCEGAHAN
Bahaya
Bahan Jenis Bahaya Cara Pencegahan
No.
mentah/proses (B/F/K)
No Bahaya
Proses
Jenis Bahaya Cara Pencegahan
B/F/K
1. Persiapan B Bayam : Hindari memegang ayam
Staphylococcus, secara langsung tanpa
Bacillus, menggunakan sarung tangan.
Pseudomonas, E.
Coli, Salmonela
Pembusukan Pengecekan spesifikasi bahan
F
makanan yang diterima.
Alat (pisau) : Cuci sebelum dan setelah
berkarat digunakan lalu dikeringkan
dengan dilap dan diletakkan
di tempatnya.
2. Pemotongan B Bakteri dari pisau Mencuci pisau sebelum dan
sesudah digunakan dengan
sabun
3. Pencucian B Bakteri E.Coli, Cek kualitas air secara rutin
kualitas air
4. Pemasakan B, F, K Pemasakan yang Hindari pemasakan dengan
terlalu matang, api yang terlalu besar dan
kontaminasi lama, jauhkan bahan-bahan
bahan kimia dari pembersih dari tempat
sisa sabun memasak
5. Distribusi B, F Bakteri pada Pencucian peralatan makan
peralatan makan, dengan sabun dan dibilas
troli makan, hingga bersih dan
kotoran debu dikeringkan dengan kain
sebelum disajikan bersih, usahakan makanan
selalu tertutup
Penjamah Bahaya
No
Makanan B/F/K Jenis Bahaya Cara Pencegahan
Analisis
Berdasarkan hasil analisis risiko diatas, pengolahan produk “Sop Bayam”
termasuk dalam kategori bahaya II. Kategori resiko II mengandung 2 risiko bahaya
(B dan F). Risiko bahaya F, yaitu tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya
oleh konsumen. Risiko bahaya B, yaitu mengandung bahan yang sensitif terhadap
bahaya biologis, kimia, atau fisik.
BAB VII
PENETAPAN CCP (Critical Control Point)
CCP Dessission Tree Sop Bayam
A. CCP Dessission Bayam
Ya CCP
Bukan
Ya
CCP
Ya CCP
Bukan
Ya
CCP
C. CCP Dessission Bawang Putih
Ya CCP
Ya Bukan
CCP
Ya CCP
Bukan
Ya
CCP
E. CCP Dessission Gula Pasir
Ya CCP
Bukan
Ya
CCP
Ya CCP
Bukan
Ya
CCP
G. CCP Dessission Jahe
Ya CCP
Bukan
Ya
CCP
Ya CCP
Bukan
Ya
CCP
I. CCP Dessission Tomat
Ya CCP
Bukan
Ya
CCP
CCP Dessission Tree Proses Pengolahan
1. Tahap sortasi
Ya CCP
Ya Bukan
CCP
Bukan
Ya CCP
2. Tahap Pencucian
Ya CCP
Ya Bukan
CCP
Bukan
Ya CCP
3. Tahap Penghalusan
Ya CCP
Bukan
Ya
CCP
Bukan
Ya
CCP
4. Tahap Pengolahan
Ya CCP
Bukan
Ya
CCP
Bukan
Ya CCP
Penetapan Pemantauan pada Setiap CCP
Keterangan :
P1 : apakah bahan mentah mengandung bahaya sampai pada tingkat yang
berbahaya?
P2 : apakah pengolahan/penanganan selanjutnya (termasuk cara penggunaan
oleh konsumen) dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai
pada tingkat yang aman?
P3 : apakah formulasi / komposisi atau struktur produk antara atau produk
akhir penting untuk mencegah meningkatnya bahaya sampai pada tingkat
yang tidak dapat diterima?
P4 : mungkinkah kontaminasi ulang? Mungkinkah bahaya akan meningkat?
P5 : apakah pengolahan/ penanganan (termasuk penggunaan oleh konsumen)
dapat menghilangkan bahaya?
P6 : apakah tahap proses ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya sampai batas aman?
Penetapan CCP Berdasarkan Pohon Keputusan untuk Tahapan Proses
Bahaya Kesimpulan
Tahapan proses P1 P2 P3 P4 P5 P6
Potensial
Sortasi B, F - - - - - Y CCP
Pencucian B, F - - - - - Y CCP
Pengupasan B, F - - - - - Y CCP
Penyiangan B, F - - - - - Y CCP
Pengirisan B, F - - - - - Y CCP
Pengolahan B, F - - - - Y Y CCP
Penyajian F - - - - - Y CCP
Distribusi F - - - - N Y CCP
Keterangan :
P1 : Apakah bahan mentah mengandung bahaya sampai pada tingkat yang
berbahaya?
Dari hasil yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa hygiene dan sanitasi
makanan sudah memenuhi syarat.
BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Sop bayam merupakan salah satu jenis menu makanan pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen. Bahan-bahan untuk membuat sop
bayam yaitu bayam, daun sop, daun bawang, jeruk nipis, tomat, bawang
putih, bawang merah, jahe, merica, garam, dan gula. Dari beberapa bahan dan
proses pembuatan sop bayam, terdapat potensi bahaya fisik, kimia dan
biologi.
B. SARAN
Proses pengolahan sop bayam di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Fauziah Bireuen sudah baik, diharapkan agar dapat terus
mempertahankan kualitasnya, meningkatkan pengawasan hygiene sanitasi
pada penjamah makanan dan peralatan yang digunakan agar dapat terhindar
dari pencemaran makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Cartwright, L. M., & Latifah, D. (2017). Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) sebagai model kendali dan penjaminan mutu produksi pangan.
invotec, 6(2).
Agustini, T.W dan Fronthea, S. 2003. Pemanfaatan Hasi Perikanan sebagai
Produk Bernilai Tambah dalam Upaya Penganekaragaman Makanan. Jurnal
teknologi dan industri makanan.
Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun diet edisi baru Instalasi Gizi Perjan RS. Dr.
Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Badan Standarisasi Nasional. 1998. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik
Ktitis (HACCP)sSerta Pedoman Penerapannya. Badan Standarisasi
Nasional.
Daulay, Sere Saghranie, dkk. 2017. Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) dan Implementasinya dalam Industri Pangan. Widyaiswara
Pusdiklat Industri.
Lampiran
NILAI
NO KOMPONEN & SUB KOMPONEN Keterangan
(1) (2)
A. Pemilihan dan Penyimpanan Bahan makanan
(PPB)
1. * Bahan makanan yang digunakan masih segar 1 0 1
2. Bahan makanan yang digunakan tidak rusak 3 0 3
3. Bahan makanan yang digunakan tidak busuk 3 0 3
4. Tidak menggunakan wadah / kotak bekas pupuk atau 3 0 3
pestisida untuk menyimpan dan membawa bm
5. Bahan makanan disimpan jauh dari bahan beracun / 3 0 3
berbahaya
6.* Bahan makanan disimpan pada tempat tertutup 3 0 3
7. Bahan makanan disimpan pada tempat bersih 3 0 3
8. Bahan makanan disimpan pada tempat yang tidak 3 0 3
terkena sinar matahari langsung
JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK PPB 22 22
B. HIGIENE PEMASAK (HGP)
1. Pemasak harus berbadan sehat 3 0 3
2. Pemasak harus berpakaian bersih 3 0 3
3.* Pemasak memakai tutup kepala selama memasak 1 0 1
4.* Pemasak memakai alas kaki selama memasak 1 0 1
5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak 3 0 2
6.* Mencuci tangan menggunakan sabun sesudah dari 3 0 3
WC (buang air)
7. Ketika bersin tidak menghadap ke makanan 3 0 3
8. Kuku pemasak selalu bersih dan tidak panjang 3 0 3
JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK HGP 20 19
C. PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN (PBM)
1. Peralatan memasak yang digunakan harus bersih dan 3 0 3
kering
2.* Peralatan memasak harus dicucui sebelum dan 3 0 3
sesudah dipakai memasak
3.* Peralatan memasak dikeringkan terlebih dahulu 3 0 2
setelah dicuci
4. Peralatan memasak disimpan di tempat yang bersih 3 0 3
5. Peralatan memasak disimpan di tempat yang jauh 3 0 3
dari bahan beracun atau bahan berbahaya
6. Dapur tempat memasak harus dalam keadaan bersih 3 0 3
7.* Dapur tempat memasak harus dalam keadaan kering 3 0 2
8.* Dapur tempat memasak harus mempunyai ventilasi 3 0 3
yang cukup
9. Dapur terletak jauh dari kandang ternak 3 0 3
10.* Selalu tersedia air bersih dalam wadah tertutup 3 0 3
11.* Di dapur tersedia tempat sampah yang tertutup 2 0 2
12.* Pembuangan air limbah harus lancer 3 0 3
13. Bahan beracun / berbahaya tidak boleh disimpan di 3 0 3
dapur
14.* Jarak tempat memasak ke tempat distribusi tidak 3 0 3
lebih dari satu jam
15. Pisau dan telenan yang digunakan harus bersih 3 0 2
16.* Bagian makanan yang tidak dimakan tidak ikut 3 0 3
dimasak
17. Bahan makanan dicuci dengan air bersih 3 0 3
18. Meracik / membuat adonan menggunakan alat yang 3 0 3
bersih
19.* Adonan / bahan makanan yang telah diracik harus 3 0 3
segera di masak
20.* Makanan segera diangkat setelah matang 2 0 1
21. Makanan yang telah matang ditempatkan pada 3 0 3
wadah bersih dan terhindar dari debu dan serangga
22.* Makanan tidak dibungkus dengan menggunakan 1 0 1
pembungkus dari kertas koran dan kertas ketikan
23. Makanan dibungkus dengan pembungkus yg bersih, 3 0 3
tidak menggunakan bekas pembungkus bhn beracun
24.* Memegang makanan yang telah matang 3 0 3
menggunakan sendok, garpu, alat penjepit, sarung
tangan
25. Tidak menyimpan makanan yang matang lebih dari 4 3 0 3
jam terutama makanan berkuah dan bersantan
26. Untuk makanan goreng, minyak goreng tidak boleh 3 0 2
digunakan jika sudah berwarna coklat tua, atau sudah
dipakai setelah 4 kali
27. Untuk makanan basah, merebus dan mengukus 3 0 2
makanan dalam wadah tertutup
JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK PBM 74 71
D. DISTRIBUSI MAKANAN (DPM)
1. Selama distribusi, makanan ditempatkan dalam 3 0 3
wadah yang bersih dan tertutup
2. Pembawa makanan berpakaian bersih dan mencuci 3 0 2
tangan
3.* Tangan dicuci dengan sabun sebelum membagikan 1 0 0
makanan
4. Makanan tidak boleh berlendir, berubah rasa, atau 3 0 3
berbau basi sebelum dibagikan
5. Makanan ditempatkan dalam tempat yang bersih dan 3 0 3
kering
6.* Mencuci tangan sebelum makan 3 0 3
7.* Makanan tidak dipegang langsung, menggunakan alat 3 0 2
untuk memegang makanan saat membagikan
JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK DMP 19 16
Sumber : Mudjajanto (1999) dalam Indaru,M (2019)
Keterangan : (1) Nilai, jika kriteria terpenuhi ;
(2) Nilai, jika kriteria tidak terpenuhi (0)
* dapat ditolerir untuk kategori keamanan pangan
tertentu
FROM UJI KELAYAKAN FISIK UNTUK HIGIENE SANITASI MAKANAN
JASA BOGA (PERMENKES RI, NOMOR: 1096/MENKES/PER/VI/2011)
Hasil :
Nilai dari hasil penjumlahan uraian yang telah memenuhi syarat,
menentukan terhadap dipenihi atau tidaknya persyaratan secara keseluruhan dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Untuk golongan A I antara 65 – 70%
2. Untuk golongan A II antara 71 – 74%
3. Untuk golongan A III antara 75 – 83%
4. Untuk golongan B antara 84 – 92%
5. Untuk golongan C antara 92 – 100%
Dari hasil yang telah diperoleh :
1. Nilai golongan A I = 62/70x100 = 88,6%
2. Nilai golongan A II = 66/74x100 = 89,2%
3. Nilai golongan A III = 75/83x100 = 90,4%
4. Nilai golongan B = 83/92x100 = 90,2%
5. Nilai golongan C = 90/100x100 = 90 %
Kesimpulan :
Dari hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa kelayakan fisik
hygiene sanitasi makanan sudah memenuhi syarat yang telah ditetapkan untuk
golongan A I (88,6), A II (89,2), A III (90,4). B (90,2), C (90).
Lampiran Dokumentasi