Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN SKOR KEAMANAN PANGAN ( SKP )

PADA AYAM GORENG MENTEGA DAN SAYUR ASEM


DI RYAN CATERING

Oleh :
Aulia Haq Rabbani NIM. 172210636
Azizah Aini NIM. 172210637
Ikram Humaidi Viboda NIM. 172210650
Nissia Adhayati Anas NIM. 172210660 Rahmi
Wulandari. S. NIM. 172210664

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PADANG PROGRAM
STUDI S1 TERAPAN JURUSAN GIZI DAN DIETETIKA
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah penting dalam bidang pangan di Indonesia adalah masalah
keamanan pangan. Masalah ini perlu mendapat perhatian khusus dalam program
pengawasan pangan. Pangan yang aman, bermutu dan sesuai dengan tuntutan
konsumen merupakan hak asasi setiap manusia termasuk pangan yang dihasilkan oleh
industri penyelenggara makanan.
Jaminan mutu dan keamanan pangan merupakan persyaratan utama dan
terpenting dari seluruh parameter mutu pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi
suatu bahan pangan atau makanan, penampilannya baik, juga lezat rasanya, tetapi bila
tidak aman, maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi.
Pengawasan pangan yang mengandalkan pada uji produk akhir tidak dapat
mengimbangi kemajuan yang pesat dalam industri pangan, dan tidak dapat menjamin
keamanan makanan yang beredar di pasaran. Pendekatan tradisionil yang selama ini
dilakukan dapat dianggap telah gagal untuk mengatasi masalah tersebut. Padahal
pengawasan makanan sangat penting disemua aspek penyelenggaraan makan.
Oleh karena itu, dikembangkan suatu penilaian pangan dengan metode skor
yang dikenal dengan skor keamanan pangan merupakan suatu tindakan preventif yang
efektif untuk menjamin keamanan pangan. Sistem ini mencoba untuk
mengidentifikasi berbagai bahaya yang berhubungan dengan suatu keadaan pada saat
pembuatan, pengolahan, atau penyiapan makanan, menilai resiko – resiko yang terkait
dan menentukan kegiatan dimana prosedur pengendalian akan berdaya guna.
Sistem ini mencoba untuk mengidentifikasi berbagai bahaya yang
berhubungan dengan suatu keadaan pada saat pembuatan, pengolahan atau penyiapan
makanan, menilai risiko-risiko yang terkait dan menentukan kegiatan dimana
prosedur pengendalian akan berdaya guna. Sehingga, prosedur pengendalian lebih
diarahkan pada kegiatan tertentu yang penting dalam menjamin keamanan makanan.
Salah satu lauk hewani yang disediakan oleh Ryan Catering sebagai menu
makanan biasa berupa lauk hewani dan sayuran. Dalam penyelenggaraan lauk hewani
dan sayuran mungkin saja akan terjadi penyimpangan dalam keamanan pangan, oleh
sebab itu penulis tertarik untuk melakukan kegiatan penghitungan skor keamanan
pangan terhadap produk lauk hewani dan sayuran berupa ayam goreng mentega dan
sayur asem.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana melakukan pengawasan makanan terhadap ayam goreng mentega
dan sayur asem dengan skor keamanan pangan?
C. Tujuan Perumusan
1. Tujuan umum
Melakukan pengawasan makanan terhadap ayam goreng mentega dan
sayur asem
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengawasan skor keamanan pangan
b. Mendeskripsikan menu yang akan dilakukan pengawasan skor keamanan
pangan
c. Memantau dan mengevaluasi penanganan, pengolahan, distribusi dan sanitasi
dalam produksi terhadap ayam goreng mentega dan sayur asem.

D. Manfaat
1. Bagi Institusi
Dapat memberikan informasi tentang jaminan keamanan menu lauk
hewani dan lauk nabati yang diproduksi di Ryan Catering melalui analisa skor
keamanan pangan yang terjadi selama produksi
2. Bagi mahasiswa
a. Menambah wawasan dan pengetahuan terhadap pengawasan mutu pangan
suatu produk
b. Melatih dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan dalam melakukan
kegiatan skor keamanan pangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian keamanan pangan


Keamanan pangan adalah jaminan bahwa pangan tidak akan menyebabkan
bahaya kepada konsumen jika disiapkan atau dimakan sesuai dengan maksud dan
penggunaannya (FAO/WHO 1997). Sedangkan definisi keamanan pangan menurut
Undang – Undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan
Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.

Keamanan Pangan telah menjadi salah satu isu sentral dalam perdagangan
produk pangan. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.

Penyediaan pangan yang cukup disertai dengan terjaminnya keamanan, mutu


dan gizi pangan untuk dikonsumsi merupakan hal yang tidak bisa ditawar dalam
pemenuhan kebutuhan pangan. Tuntutan konsumen akan keamanan pangan juga turut
mendorong kesadaran produsen menuju iklim persaingan sehat yang berhulu pada
jaminan keamanan bagi konsumen.

Ketentuan mengenai keamanan pangan meliputi sanitasi pangan, bahan


tambahan pangan, rekatasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan pangan, jaminan
mutu dan peperiksaan laboratprium, dan pangan tercemar. Selain hal tersebut, di
dalam peraturan yang sama juga disebutkan bahwa setiap orang dilarang
mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya, yang dapat
merugikan, atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia.

Salah satu cara produsen untuk memenuhi ketentuan tersebut adalah


mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, termasuk persyaratan
sanitasi di setiap rantai pangan, yang meliputi proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan dan peredarannya serta penerapan cara produksi makanan yang baik
(CPMB).
B. Dampak Keamanan Pangan Terhadap Gizi Kesehatan Masyarakat

a) Dampak positif

Dampak positif terhadap keamanan pangan yakni diantaranya :

Teknologi Pengamanan, pemprosesan dan pengolahan bahan pangan


yang dihasilkan dalam meningkatnya nilai tambah makanan dan lebih
terjaminnya pasokan satu jenis bahan pangan. Satu Jenis bahan Pangan
dapat dipertahankan ketersediaanya dengan proses pengawetan dan
menitikberatkan khusus pada keamanan itu sendiri. Pangan adalah
kebutuhan pokok manusia untuk dapat bertahan hidup . Pangan ini terus
meninngkat baik kualitas maupun kuantitasnya.Usaha untuk memenuhi
kebutuhan pangan dilakukan dengan cara ekstensifikasi, yaitu memperluas
lahan pertanian, serta dengan intensifikasi , yaitu dengan meningkatkan
keamanan dalam ketersediaan pangan tersebut.

Dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin


berkembang ,sepeti dapat menciptakan bibit unggul dengan tekhnik radiasi ,
rekayasa genetika , dan lain sebagainya. Di samping keuntungan yang
diperoleh akibat penggunaan teknologi untuk pengolahan lahan pertanian

b) Dampak Negatif

Dampak Negatif dari kemanan pangan dilihat dari kuarangnya


pemantauan terhadap keamanan Pangan tersebut, sehingga masih banyak
oknum-oknum yang masih menggunakan zat kimia yang berbahaya
terhadap kesehatan dalan bahan pangan tersebut, diantaranya :

1. Residu Pestisida mempunyai pengaruh yang sangat merugikan


terhadap kesehatan manusia dalam jangka panjang. Dapat
menyebabkan kanker, cacat dan merusak sistem syaraf, endokrin,
reproduktif dan sistem kekebalan.
2. Efek logam berat :
a. Al : Kerusakan urat syaraf dan otak
b. Timbal (Pb) : Kerusakan sistem syaraf, kemunduran mental,
sistem pembentukan sel darah (anemia), ginjal dll
c. Merkuri : Kerusakan sistem syaraf, depresi, kelelahan,
lesu, sakit kepala, gangguan lambung dan usus.

Begitupun sebaliknya ,dampak yang ditimbulkan terhadap kurangnya


pengawasan keamanan pangan akan mengakibatkan dampak terhadap
masalah gizi kesehatan masyarakat. Yang salah satunya menjadi masalah
gizi adalah timbulnya penyakit Infeksi karena adanya kontasminasi dari
bakteri atau zat pencemar lainnya terhadap pangan sehingga ankan
mempengaruhi status gizi kesehatan masyarakat.

C. Penanggulangan terhadap keamanan pangan

Seperti yang kita ketahui bahwa masih banyak maslah yang dihadapi
terhadap keamanan pangan tersebut, berikut beberapa penanggulangan terhadap
keamanan panagan diantaranya :

1) Menerapkan system jaminan mutu dan keamanan pangan

Sistem jaminan mutu dan keamanan pangan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan pengaturan, pembinaan dan atau pengawasan yang
dilakukan terhadap proses produksi dan peredaran pangan, hingga pangan
tersebut siap dikonsumsi, agar pangan yang beredar aman dan layak untuk
dikonsumsi. Jaminan mutu dan keamanan pangan terhadap proses produksi
dilakukan mulai dari penerimaan bahan baku di sarana produksi, proses
produksi, pengemasan, sampai produk siap untuk didistribusikan.

Sistem jaminan mutu merupakan upaya pencegahan yang perlu


diperhatikan dan atau dilaksanakan dalam rangka menghasilkan pangan yang
aman bagi kesehatan manusia dan bermutu, yang lazimnya dilaksanakan sejak
awal kegiatan produksi pangan sampai dengan siap untuk diperdagangkan,
dan merupakan system pengawasan dan pengendalian mutu yang selalu
berkembang menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

2) Melakukan penerapan cara produksi pangan yang baik (CPMB) dalam


memproduksi pangan.
3) Tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi
bagi kepentingan kesehatan manusia.
4) Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab
5) Terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan
terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

D. Pengertian Skp

SKP Adalah Skor atau nilai yang menggambarkan kelayakan makanan untuk
dikonsumsi, yang merupakan hasil pengataman terhadap pemilihan dan
penyimpanana bahan makanan, higiene pengolah, pengolahan, dan distribusi
makanan . Tujuannya adalah untuk menjaga dan mengontrol makanan dari segala
kontaminan yang mungkin akan menkontaminasi. UU no. 7 tahun 1996 tentang
Pangan (Bab II. Tentang Keamanan Pangan), mengatur secara tegas : “produsen
produk pangan harus mampu untuk memenuhi berbagai persyaratan produksi
pangan sehingga dapat memberikan jaminan yang dihasilkan produk pangan yang
aman dan bermutu bagi konsumen ”

Food Quality

1. Aman (SAFENESS), exp : tidak boleh ada kontaminan seperti E. coli


2. Bergizi (NUTRISIOUS)
3. Harga (PRICE)

4. Kegunaan (USEFULL)

Keamanan pangan (food safety)


Menurut UU RI No. 7 tahun 1996 tentang pangan
➔ adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan
kesehatan manusia

E. Komponen

1. Pemilihan dan Penyimpanana Bahan Makanan (PPB) 8 sub kompnen

2. Higiene Pengolah (GBP) 8 sub komponen

3. Pengolahan Bahan Makanan (PBM) 27 sub komponen

4. Distribusi Makanan (DPM) 7 sub komponen

Semuanya tercakup

dalam Form SKP F. Tata Cara


1. Siapkan form
2. Lakukan observasi / pengamatan terhadap komponen dan subkomponen
3. Berilah tanda (v) pada kolom form yang menunjukkan nilai untuk tiap sub
komponen
4. Lakukan penjumlahan nilai untuk tiap komponen (jumlah dari langkah 3)
5. Lakukan perhitungan nilai tiap komponen kedalam skala nilai 0 – 1,00

(langkah 4 : nilai maksimal), (nilai riil : nilai maksimal) tiap komponen
6. Lakukan perhitungan skor tiap komponen (langkah 5 x bobot)
(nilai skala 0 – 1,00 x bobot) tiap komponen

7. Jumlahkan skor tiap komponen ( dari langkah 6) skor keamanan pangan
(SKP)
8. Tetapkan kriteria Skor Keamanan Pangan

G. Interpretasi SKP

No Kategori Keamanan Pangan SKP (%)


1 Baik > 0,9703 ( > 97,03% )
2 Sedang 0,9332 - 0,9702 ( 93,32 – 97,02 % )
3 Rawan Tetapi aman dikonsumsi 0,6217 – 0,9331 ( 62,17 – 93,31 % )
4 Rawan tidak aman dikonsumsi < 0,6217 ( 62,17% )
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL DAN PEMBAHASAN

FORM PENILAIAN SKOR KEAMANAN PANGAN (SKP)

MENU AYAM GORENG MENTEGA

Komponen sub komponen dan nilai

No Komponen Dan Sub Komponen Nilai


(1) (2)
A Pemilihan Dan Penyimpanan Bahan Makanan
1 Bahan makanan yang digunakan masih segar 1 (v) 0
2 Bahan makanan yang digunakan tidak rusak 3 (v) 0
3 Bahan makanan yang digunakan tidak busuk 3 (v) 0
4 Tidak menggunakan wadah / kotak bekas /pestisida untuk 3 (v) 0
menyimpan BM
5 Bahan makanan disimpan jauh dari bahan beracun/ 3 (v) 0
berbahaya
6 Bahan makanan disimpan pada tempat tertutup 3 (v) 0
7 Bahan makanan disimpan pada tempat bersih 3 (v) 0
8 Bahan makanan disimpan pada tempat yang tidak terkena 3 (v) 0
sinar matahari langsung
Jumlah nilai maksimum untuk PPB 22 22
B Higiene Pemasak (HIGP)
1 Pemasak harus berbadan sehat 3 (v) 0
2 Pemasak harus berpakaian bersih 3 (v) 0
3 Pemasak memakai tutup kepala selama memasak 1 (v) 0
4 Pemasak memakai alas kaki selama memasak 1 (v) 0
5 Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak 3 (v) 0
6 Mencuci tangan menggunakan sabun sesudah dari wc 3 (v) 0
(buang air)
7 Ketika bersin tidak menghadap ke makanan 3 (v) 0
8 Kuku pemasak selalu bersih dan tidak panjang 3 (v) 0
Jumlah nilai maksimum untuk HGP 14 14
C Pengolahan Bahan Makanan ( PBM)
1 Peralatan memasak yang digunakan harus bersih dan 3 (v) 0
kering
2 Peralatan memasak harus dicuci sebelum dan sesudah 3 (v) 0
dipakai memasak
3 Peralatan memasak dikeringkan terlebih dahulu setelah 3 (v) 0
dicuci
4 Peralatan memasak disimpan di tempat bersih 3 (v) 0
5 Peralatan memasak disimpan di tempat yang jauh dari 3 (v) 0
bahan beracun atau bahan berbahaya
6 Dapur tempat memasak harus dalam keadaan bersih 3 (v) 0
7 Dapur tempat memasak harus dalam keadaan kering 3 (v) 0
8 Dapur tempat memasak harus mempunyai ventilasi yang 3 (v) 0
cukup
9 Dapur terletak jauh dari kandang ternak 3 (v) 0
10 Selalu tersedia air bersih dalam wadah tertutup 3 0 (v)
11 Di dapur tersedia tempat sampah tertutup 2 (v) 0
12 Pembuangan air limbah harus lancar 3 (v) 0
13 Bahan beracun atau berbahaya tidak boleh disimpan di 3 (v) 0
dapur
14 Jarak tempat memasak ke tempat distribusi tidak lebih 3 (v) 0
dari satu jam
15 Pisau dan talenan yang digunakan harus bersih 3 (v) 0
16 Bagian makanan yang tidak dimakan tidak ikut di masak 3 (v) 0
17 Bahan makanan di cuci dengan air bersih 3 (v) 0
18 Meracik/ membuat adonan dengan air yang bersih 3 (v) 0
19 Adonan / bahan makanan yang telah di racik harus segera 3 (v) 0
dimasak
20 Makanan segera diangkat setelah matang 2 (v) 0
21 Makanan yang telah matang di tempatkan pada wadah 3 (v) 0
yang bersih dan terhindar dari debu dan serangga
22 Makanan tidak dibungkus dengan menggunakan 3 (v) 0
pembungkus dari kertas koran da kertas ketikan
23 Makanan dibungkus dengan pembungkus yang bersih, 3 (v) 0
tidak menggunakan bekas pembungkus bahan beracun
24 Memegang makan yang telah matang menggunakan 3 (v) 0
sendok garpu, alat penjepit, sarung tangan
25 Tidak menyimpan makanan yang matang lebih dari 4 jam 3 (v) 0
terutama makanan berkuah dan bersantan
26 Untuk makanan goreng, minyak goreng tidak boleh 3 (v) 0
digunakan jika sudah berwarna coklat tua, atau sudah di
pakai 4 kali
27 Untuk makanan basah merebus dan mengukus makanan 3 (v) 0
dalam wadah tertutup
Jumlah nilai maksimum untuk PBM 63 60
D Distribusi Makanan (DPM)
1 Selama distribusi makanan ditempatkan dalam wadah 3 (v) 0
yang bersih dan tertutup
2 Pembawa makanan berpakaian bersih dan mencuci tangan 3 (v) 0
3 Tangan dicuci dengan sabun sebelum membagi makanan 1 (v) 0
4 Makanan tidak boleh berlendir, berubah rasa, atau berbau 3 (v) 0
basi sebelum dibagikan
5 Makanan ditempatkan dalam tempat yang bersih dan 3 (v) 0
kering
6 Mencuci tangan sebelum makan 3 (v) 0
7 Makanan tidak dipegang langsung, menggunakan alat 3 (v) 0
untuk memegang makanan saat membagi makanan
Jumlah nilai maksimum untuk DPM 12 12
PENERAPAN NILAI SKP

Komponen Nilai Yang Di Nilai Harus Nilai Komponen Skor


Tolerir Dipenuhi
PPB 0 22 22:22=1 0,16 x 1 = 0,16
HGP 0 14 14:14=1 0,15 x 1 = 0,15
PBM 3 63-3 = 60 60 : 63 = 0,95 0,55 x 0,95 = 0,52
DMP 0 12 12:12=1 0,14 x 1 = 0,14
SKP MAKS = 0,97

Berdasarkan hasil perhitungan, skor keamanan pangan dari ayam goreng mentega
tergolong kedalam kategori baik. Hal ini menandakan bahwa ayam goreng mentega aman di
konsumsi, walaupun terdapat kriteria yang masih belum terpenuhi yaitu, tidak ada air bersih
yang tersedia di wadah yang tertutup. Namun kriteria yang tidak terpenuhi tersebut masih bisa di
tolerir.

FORM PENILAIAN SKOR KEAMANAN PANGAN (SKP)

MENU SAYUR ASEM

Komponen sub komponen dan nilai

No Komponen Dan Sub Komponen Nilai


(1) (2)
A Pemilihan Dan Penyimpanan Bahan Makanan
1 Bahan makanan yang digunakan masih segar 1 (v) 0
2 Bahan makanan yang digunakan tidak rusak 3 (v) 0
3 Bahan makanan yang digunakan tidak busuk 3 (v) 0
3 Tidak menggunakan wadah / kotak bekas /pestisida untuk 3 (v) 0
menyimpan BM
4 Bahan makanan disimpan jauh dari bahan beracun/ 3 (v) 0
berbahaya
5 Bahan makanan disimpan pada tempat tertutup 3 (v) 0
6 Bahan makanan disimpan pada tempat bersih 3 (v) 0
7 Bahan makanan disimpan pada tempat yang tidak terkena 3 (v) 0
sinar matahari langsung
Jumlah nilai maksimum untuk PPB 22 22
B Higiene Pemasak (HIGP)
1 Pemasak harus berbadan sehat 3 (v) 0
2 Pemasak harus berpakaian bersih 3 (v) 0
3 Pemasak memakai tutup kepala selama memasak 1 (v) 0
4 Pemasak memakai alas kaki selama memasak 1 (v) 0
5 Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak 3 (v) 0
6 Mencuci tangan menggunakan sabun sesudah dari wc 3 (v) 0
(buang air)
7 Ketika bersin tidak menghadap ke makanan 3 (v) 0
8 Kuku pemasak selalu bersih dan tidak panjang 3 (v) 0
Jumlah nilai maksimum untuk HGP 14 14
C Pengolahan Bahan Makanan ( PBM)
1 Peralatan memasak yang digunakan harus bersih dan 3 (v) 0
kering
2 Peralatan memasak harus dicuci sebelum dan sesudah 3 (v) 0
dipakai memasak
3 Peralatan memasak dikeringkan terlebih dahulu setelah 3 (v) 0
dicuci
4 Peralatan memasak disimpan di tempat bersih 3 (v) 0
5 Peralatan memasak disimpan di tempat yang jauh dari 3 (v) 0
bahan beracun atau bahan berbahaya
6 Dapur tempat memasak harus dalam keadaan bersih 3 (v) 0
7 Dapur tempat memasak harus dalam keadaan kering 3 (v) 0
8 Dapur tempat memasak harus mempunyai ventilasi yang 3 (v) 0
cukup
9 Dapur terletak jauh dari kandang ternak 3 (v) 0
10 Selalu tersedia air bersih dalam wadah tertutup 3 0 (v)
11 Di dapur tersedia tempat sampah tertutup 2 (v) 0
12 Pembuangan air limbah harus lancar 3 (v) 0
13 Bahan beracun atau berbahaya tidak boleh disimpan di 3 (v) 0
dapur
14 Jarak tempat memasak ke tempat distribusi tidak lebih 3 (v) 0
dari satu jam
15 Pisau dan talenan yang digunakan harus bersih 3 (v) 0
16 Bagian makanan yang tidak dimakan tidak ikut di masak 3 (v) 0
17 Bahan makanan di cuci dengan air bersih 3 (v) 0
18 Meracik/ membuat adonan dengan air yang bersih 3 (v) 0
19 Adonan / bahan makanan yang telah di racik harus segera 3 (v) 0
dimasaka
20 Makanan segera diangkat setelah matang 2 (v) 0
21 Makanan yang telah matang di tempatkan pada wadah 3 (v) 0
yang bersih dan terhindar dari debu dan serangga
22 Makanan tidak dibungkus dengan menggunakan 3 (v) 0
pembungkus dari kertas koran da kertas ketikan
23 Makanan dibungkus dengan pembungkus yang bersih, 3 (v) 0
tidak menggunakan bekas pembungkus bahan beracun
24 Memegang makan yang telah matang menggunakan 3 (v) 0
sendok garpu, alat penjepit, sarung tangan
25 Tidak menyimpan makanan yang matang lebih dari 4 jam 3 (v) 0
terutama makanan berkuah dan bersantan
26 Untuk makanan goreng, minyak goreng tidak boleh 3 (v) 0
digunakan jika sudah berwarna coklat tua, atau sudah di
pakai 4 kali
27 Untuk makanan basah merebus dan mengukus makanan 3 (v) 0
dalam wadah tertutup
Jumlah nilai maksimum untuk PBM 63 60
D Distribusi Makanan (DPM)
1 Selama distribusi makanan ditempatkan dalam wadah 3 (v) 0
yang bersih dan tertutup
2 Pembawa makanan berpakaian bersih dan mencuci tangan 3 (v) 0
3 Tangan dicuci dengan sabun sebelum membagi makanan 1 (v) 0
4 Makanan tidak boleh berlendir, berubah rasa, atau berbau 3 (v) 0
basi sebelum dibagikan
5 Makanan ditempatkan dalam tempat yang bersih dan 3 (v) 0
kering
6 Mencuci tangan sebelum makan 3 (v) 0
7 Makanan tidak dipegang langsung, menggunakan alat 3 (v) 0
untuk memegang makanan saat membagi makanan
Jumlah nilai maksimum untuk DPM 12 12
PENERAPAN NILAI SKP

Komponen Nilai Yang Di Nilai Harus Nilai Komponen Skor


Tolerir Dipenuhi
PPB 0 22 22:22=1 0,16 x 1 = 0,16
HGP 0 14 14:14=1 0,15 x 1 = 0,15
PBM 3 63-3 = 60 60 : 63 = 0,95 0,55 x 0,95 = 0,52
DMP 0 12 12:12=1 0,14 x 1 = 0,14
SKP MAKS = 0,97

Berdasarkan hasil perhitungan, skor keamanan pangan dari sayur asem tergolong kedalam
kategori baik. Hal ini menandakan bahwa sayur asem aman di konsumsi, walaupun terdapat
kriteria yang masih belum terpenuhi yaitu, tidak ada air bersih yang tersedia di wadah yang
tertutup. Namun kriteria yang tidak terpenuhi tersebut masih bisa di tolerir.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang di dapat bahwa ayam goreng mentega dan sayur asem di

kategorikan baik atau aman untuk di konsumsi walaupun terdapat beberapa kekurangan tetapi

masih bisa di tolerir.

B. SARAN

Sebaiknya karyawan disediakan air bersih dengan wadah tertutup di tempat pemasakan
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai