MAKALAH
Oleh
6411418116
2020
DAFTAR ISI
2.3 Standar Baku Mutu Kualitas Kesehatan Pangan di Rumah Sakit ................................ 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, dan penyajian. Pengetahuan dan sikap
penjamah makanan sangat diperlukan agar sesuatu yang dikerjakan dapat berjalan sesuai
prosedur dan menghasilkan suatu yang baik pula, selain itu agar makanan yang disajikan
terjamin mutu dan kualitasnya, sebab makanan sangatlah rentan terhadap kontaminasi
mikroorganisme, terlebih pada bahan makanan bersumber pangan hewani (Djarismawati,
2004). Berdasarkan paparan tersebut, maka pada makalah ini penulis akan membahas tentang
kemanan pangan untuk menjamin kualitas pangan di Rumah Sakit.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang standar keamanan dan kualitas
pangan di Rumah Sakit.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu agar penulis dan pembaca, terutama yang bergerak di bidang
pangan rumah sakit dapat mengetahui standar kemanan dan kualitas rumah sakit, sehingga
nantinya dapat mengimplementasikan hal tersebut agar dapat menjamin baiknya kualitas
pangan di rumah sakit.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Keamanan pangan diartikan sebagai terbebasnya makanan dari zat-zat atau bahan
yang dapat membahayakan kesehatan tubuh tanpa membedakan apakah zat itu secara alami
terdapat dalam bahan makanan yang digunakan atau tercampur secara sengaja atau tidak
sengaja kedalam bahan makanan atau makanan jadi (Moehyi, 2000).
Pengertian keamanan pangan adalah segala upaya yang dapat ditempuh untuk
mencegah adanya indikasi yang membahayakan pada bahan pangan. Untuk memenuhi
kebutuhan akan keadaan bebas dari resiko kesehatan yang disebabkan oleh kerusakan,
pemalsuan dan kontaminasi, baik oleh mikroba atau senyawa kimia, maka keamanan pangan
merupakan faktor terpenting baik untuk dikonsumsi pangan dalam negeri maupun untuk
tujuan ekspor. Keamanan pangan merupakan masalah kompleks sebagai hasil interaksi antara
toksisitas mikrobiologik, toksisitas kimia dan status gizi. Hal ini saling berkaitan, dimana
pangan yang tidak aman akan mempengaruhi kesehatan manusia yang pada akhirnya
menimbulkan masalah terhadap status gizi (Seto, 2001).
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan
dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Pangan yang aman setara bermutu dan
bergizi tinggi sangat penting peranannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan, dan peningkatan
derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat (Saparinto, 2006).
Keamanan pangan adalah jaminan bahwa pangan tidak akan menyebabkan bahaya
kepada konsumen jika disiapkan atau dimakan sesuai dengan maksud dan penggunaannya
(FAO/WHO 1997). Sedangkan definisi keamanan pangan menurut Undang – Undang
Republik Indonesia nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah nomor 28
tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Ketentuan
mengenai keamanan pangan meliputi sanitasi pangan, bahan tambahan pangan, rekatasa
genetika dan iradiasi pangan, kemasan pangan, jaminan mutu dan peperiksaan laboratprium,
3
dan pangan tercemar. Selain hal tersebut, di dalam peraturan yang sama juga disebutkan
bahwa setiap orang dilarang mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun,
berbahaya, yang dapat merugikan, atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia. Pada
dasarnya keamanan pangan (food safety) merupakan hal yang komplek dan berkaitan erat
dengan aspek toksisitas mikrobiologik, kimia, status gizi dan ketentraman batin. Masalah
keamanan pangan ini kondisinya terus berkembang, bersifat dinamis seiring dengan
berkembangnya peradaban manusia yang meliputi aspek sosial budaya, kesehatan, kemajuan
Iptek dan segala yang terkait dengan kehidupan manusia.
Ada beberapa komponen penting yang perlu diperhatikan dalam peningkatan kualitas
pangan.
Higiene dan sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara kebersihan
individu. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk
melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi
keutuhan makanan secara keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan
dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dari segala bahaya yang dapat
mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam
proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan tersebut
siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini
bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari
penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi
kerusakan makanan
4
Tujuan utama dari penerapan aspek higiene sanitasi kantin di perusahaan adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
2. Higiene Makanan
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan higienis serta
berguna bila dimasukan ke dalam tubuh, dan makanan jadi adalah makanan yang telah diolah
dan atau langsung disajikan/dikonsumsi. Usaha untuk meminimalisasi dan menghasilkan
kualitas makanan yang memenuhi standar kesehatan, dilakukan dengan menerapkan prinsip-
prinsip sanitasi. Secara lebih terinci sanitasi meliputi pengawasan mutu bahan makanan
mentah, penyimpanan bahan, suplai air yang baik, pencegahan kontaminasi makanan dari
lingkungan, peralatan, dan pekerja, pada semua tahap proses.
Menurut WHO (2006), sanitasi makanan dapat diartikan pula sebagai upaya
penghilangan semua faktor luar makanan yang menyebabkan kontaminasi dari bahan
makanan sampai dengan makanan siap saji. Tujuan dari sanitasi makanan itu sendiri adalah
mencegah kontaminasi bahan makanan dan makanan siap saji sehingga aman dikonsumsi
oleh manusia.
Ada lima langkah berikut ini harus dilakukan dalam upaya pemeliharaan sanitasi
makanan:
5
Kelima, jangan menyimpan makanan tidak terlalu lama. Jarak waktu penyimpanan
makanan selama 3 atau 4 jam sudah cukup bagi berbagai bakteri untuk berkembang
Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan penyehatan pangan
siap saji dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka harus
memperhatikan dan mengendalikan faktor risiko keamanan pangan siap saji sebagai berikut:
Peralatan masak
1. Peralatan masak terbuat dari bahan dan desain alat yang mudah dibersihkan dan tidak
boleh melepaskan zat beracun ke dalam bahan pangan (food grade).
2. Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor serta tidak boleh dicampur.
3. Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam yang lazim
dijumpai dalam pangan.
4. Peralatan masak seperti talenan dan pisau dibedakan untuk pangan mentah dan
pangan siap saji.
5. Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya didesinfeksi dan
dikeringkan.
6. Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dan disimpan pada
rak terlindung dari vector
Penjamah Pangan
6
1. Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.
2. Secara berkala minimal 2 (dua) kali setahun diperiksa kesehatannya oleh dokter yang
berwenang.
3. Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelindung pengolahan pangan
dapur.
4. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja.
KUALITAS PANGAN
1. Tempat penyimpanan bahan pangan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain.
2. Pengambilan dengan cara First In First Out (FIFO) yaitu yang disimpan lebih dahulu
digunakan dahulu dan First Expired First Out (FEFO) yaitu yang memiliki masa
kadaluarsa lebih pendek lebih dahulu digunakan agar tidak ada pangan yang busuk.
3. Pangan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain) harus tertutup.
4. Perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi lemari pendingin (kulkas/freezer) secara
berkala.
5. Bahan pangan basah disimpan pada suhu yang aman sesuai jenis seperti buah, sayuran
dan minuman, disimpan pada suhu penyimpanan sejuk (cooling) 10°C s/d -15°C, bahan
pangan berprotein yang akan segera diolah kembali disimpan pada suhu penyimpanan
dingin (chilling) 4°C s/d 1 0 °C, bahan pangan berprotein yang mudah rusak untuk jangka
7
waktu sampai 24 jam disimpan pada penyimpanan dingin sekali (freezing) dengan suhu
0°C s/d – 4°C, dan bahan pangan berprotein yang mudah rusak untuk jangka kurang dari
24 jam disimpan pada penyimpanan beku (frozen) dengan suhu < 0 °C.
6. Penempatan bahan pangan harus rapi dan ditata tidak padat untuk menjaga sirkulasi
udara.
7. Gudang harus dibangun dengan desain konstruksi anti tikus dan serangga.
8. Suhu gudang bahan pangan kering dan kaleng dijaga kurang dari 25 °C sampai
dengan suhu ruang yang aman.
9. Semua bahan pangan hendaknya disimpan pada rak-rak dengan ketinggian atau jarak
rak terbawah kurang lebih 30 cm dari lantai, 15 cm dari dinding dan 50 cm dari atap atau
langit- langit bangunan.
10. Tidak ada drainase disekitar gudang pangan.
11. Bahan pangan tidak diletakkan dibawah saluran/pipa air (air bersih maupun air
limbah) untuk menghindari terkena bocoran.
12. Semua gudang bahan pangan hendaknya berada dibagian yang tinggi.
13. Penyimpanan bahan pangan jadi dilakukan monitoring dan pencatatan suhu/ruang
penyimpanan minimal 2 kali per hari. 14) Dalam ruangan dapur harus tersedia tempat
penyimpanan contoh pangan jadi (food bank sampling) yang disimpan dalam jangka
waktu 3 x 24 jam.
Pengangkutan Pangan
Pangan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara pengangkutannya yaitu:
1. Pangan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup, dan bersih dan
dilengkapi dengan pengatur suhu agar suhu pangan dapat dipertahankan.
2. Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia udara untuk ruang
gerak.
3. Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk mengangkut
bahan/barang kotor.
Penyajian Pangan
8
3. Wadah yang digunakan untuk menyajikan/mengemas pangan jadi harus bersifat
foodgrade dan tidak menggunakan kemasan berbahan polystyren.
4. Pangan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas
penghangat pangan dengan suhu minimal 60 °C dan 4 °C untuk pangan dingin.
5. Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian bersih.
6. Pangan jadi harus segera disajikan kepada pasien.
7. Pangan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien, kecuali
pangan yang sudah disiapkan untuk keperluan pasien besok paginya, karena kapasitas
kemampuan dapur gizi yang terbatas dan pangan tersebut disimpan ditempat dan suhu
yang aman.
Pengawasan Internal
Pengawasan Eksternal
9
Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh petugas sanitasi dinas kesehatan
pemerintah daerah provinsi dan dinas kesehatan pemerintah daerah kabupaten/kota untuk
menilai kualitas pangan dan minuman. Untuk melakukan pengawasan penyehatan pangan
baik internal maupun eksternal dapat menggunakan instrumen Inspeksi Kesehatan
Lingkungan Jasaboga Golongan B.
Rumah sakit sendiri adalah sumber infeksi. Tanpa prosedur ketat yang berlaku,
mikroorganisme berbahaya dari segala jenis (mis. Bakteri patogen, virus) dapat dengan
mudah menyebar di antara pasien, staf layanan kesehatan, staf administrasi, dan pengunjung.
Rute transmisi yang paling umum adalah:
Dalam kebanyakan kasus penyakit yang ditularkan melalui makanan di rumah sakit,
asal infeksi dapat ditelusuri kembali ke pengadaan, yang berarti makanan atau bahan telah
terkontaminasi pada saat pengiriman. Untuk alasan ini, semua produk makanan yang masuk
harus diskrining untuk bahaya biologis, kimia, fisik, dan alergi. Kegagalan untuk mengikuti
langkah-langkah kontrol penting ini dapat memiliki konsekuensi yang menghancurkan; jika
yang terburuk terjadi, rumah sakit dapat berharap untuk menghadapi kritik dan pengawasan
yang mendalam.
10
Rumah sakit diharuskan memiliki Program Keamanan Pangan menyeluruh
berdasarkan pada tujuh prinsip HACCP. Program Keamanan Pangan Anda akan membantu
Anda menentukan, menerapkan, dan mengelola kebijakan dan prosedur administrasi yang
diperlukan untuk mengatur operasi keamanan pangan dan untuk memastikan bahwa hanya
makanan yang aman dan sehat yang disajikan kepada pasien.
Inspeksi harian dapur dan semua area penanganan makanan harus dilakukan oleh staf
katering, manajer dan pengawas. Pengawas layanan makanan juga mengaudit suhu makanan,
akurasi baki, dan distribusi baki. Di sebagian besar rumah sakit, survei kepuasan pasien
memberikan umpan balik yang berharga dan mengidentifikasi peluang untuk perbaikan.
Dalam pengaturan rumah sakit, Penjamah Makanan termasuk perawat atau staf rumah
tangga yang mendistribusikan atau menyajikan makanan, sehingga mereka juga perlu dididik
11
tentang penyakit yang ditularkan melalui makanan, berbagai jenis kontaminasi makanan,
praktik penanganan makanan yang aman, kebersihan pribadi dan prinsip-prinsip HACCP .
Staf administrasi juga harus diberikan pelatihan dasar dalam praktik penanganan makanan
yang aman.
Lokakarya pelatihan keamanan makanan harus menjadi bagian dari proses sosialisasi
untuk semua staf rumah sakit sebelum memasuki dapur atau melayani pasien. Lokakarya
harus mencakup:
- pendinginan yang tepat, pembekuan, pencairan dan pemanasan kembali makanan
- praktik pembersihan dan sanitasi yang efektif
- gejala penyakit yang ditularkan melalui makanan dan bagaimana hal itu dapat terjadi
- patogen paling sering dikaitkan dengan penyakit bawaan makanan
- makanan berisiko tinggi dan risiko yang terkait dengan masing-masing
- alergen yang umum dan bagaimana mereka mempengaruhi tubuh
Jika pekerja layanan makanan tahu bahwa memasak makanan pada suhu tertentu akan
menghancurkan bakteri, maka mereka dapat memahami mengapa penting untuk memeriksa
suhu akhir makanan sebelum menyajikannya kepada pasien.
12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas yaitu keamanan pangan adalah
suatu upaya untuk menjamin meningkatnya kualitas pangan sehingga aman untuk disajikan
dan mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Keamanan pangan
merupakan suatu hal yang penting dilakukan terlebih lagi di rumah sakit, agar pasien dapat
mendapatkan pangan yang sesuai dengan kualitas berdasarkan baku mutu pangan di rumah
sakit.
3.2 Saran
Hendaknya di setiap rumah sakit menerapkan sistem keamanan pangan rumah sakit
yang dapat menjamin kualitas pangan rumah sakit sehingga dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien dan menjamin kesembuhan pasien.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36737306/MAKALAH_PENGOLAHAN_KEAMANAN_PANG
AN.docx
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1164/3/chapter%201.pdf
https://galihendradita.wordpress.com/2019/03/25/standar-baku-mutu-dan-persyaratan-
kesehatan-pangan-siap-saji/
https://www.foodsafety.com.au/resources/guides/food-safety-supervisor-guide-food-safety-
hospital
https://blog.smartsense.co/food-safety-in-hospitals
14