Anda di halaman 1dari 25

`LAPORAN GROUP PROJECT KESEHATAN LINGKUNGAN

SANITASI DAN HIGINE BURJOAN DI DAERAH KARANGMALANG, DEPOK,


SLEMAN, YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :

Bagas Isdiyantara Putra (16308144030) BIOLOGI E 2016

Anggrieta Mega Ayu O. (16308144006) BIOLOGI E 2016

Imam Riyadi (16308141038) BIOLOGI B 2016

Syarah Salsabila (16308144035) BIOLOGI B 2016

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sanitasi adalah usaha pencegahan / preventif gangguan bagi kesehatan


manusia yang berasal dari eksternal dengan menciptakan dan memelihara kebersihan
lingkungan. Hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan sanitasi adalah menata
lingkungan, menjaga kebersihan lingkungan dan segala benda yang berhubungan
dengan manusia. Hygiene adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga kesehatan
dengan memelihara kebersihan objek / manusia itu sendiri sehingga terhindar dari
kuman dan penyakit.

Warung burjoan adalah setiap tempat usaha individu yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.
Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan factor makanan, orang
tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit
atau gangguan kesehatan.

Sebagai salah satu bangunan tempat-tempat umum yang sifatnya komersil,


dengan kegiatan penyediaan makanan dan minuman, maka warung burjoan harus
memenuhi persyaratan kebersihan dan kesehatan.Keamanan makanan merupakan
kebutuhan masyarakat, karena makanan yang aman akan melindungi dan mencegah
terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Keamanan makanan pada
dasarnya adalah upaya hygiene sanitasi makanan, gizi dan safety.

Warung burjoan di yogyakarta merupakan warung yang sangat digemari oleh


para mahasiswa, melihat bahwa yogyakarta merupakan kota pendidikan yang banyak
dihuni para pelajar dan mahasiswa.Khususnya di kompleks karangmalang banyak
mahasiswa yang makan dan minum di burjoan,sehingga kami ingin melakukan
penelitian tentang higine dan sanitasi warung burjoan di karangmalang sehinggadapat
mengetahui seberapa besar tingkat kebersihan dan keamanan makanan yang
dikonsumsi mahasiswa. Kami memilih tempat di karangmalang karena daerah ini
dekat dengan UNY dan banyak dihuni oleh mahasiswa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sanitasi dan higine burjoan di daerah karangmalang, depok, sleman,
yogyakarta?
2. Potensi penyakit saluran pencernaan yang biasanya muncul akibat sanitasi dan
higiene burjoan di daerah karangmalang, depok, sleman,yogyakarta terhadap
kesehatan mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sanitasi dan higine burjoan di daerah karangmalang, depok, sleman,
yogyakarta?
2. Mengetahui potensi penyakit saluran penceraan akibat sanitasi dan higiene
burjoan di daerah karangmalang, depok, sleman, yogyakarta terhadap kesehatan
mahasiswa.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu di perkuliahan.
b. Dapat mengembangkan keterampilan (soft skill) mahasiswa di bidang
kesehatan lingkungan.
2. Bagi Masyarakat
a. Memberikan pengetahuan mengenai higine dan sanitasi.
b. Memberikan pengetahuan tentang pengaruh higine dan sanitasi warung burjo
terhadap kesehatan lingkungan.
3. Bagi Perkembangan IPTEK
a. Dapat mengetahui warung burjo yang memiliki higine dan sanitasi yang baik
sehingga dapat menerapkan nya.
b. Dapat dijadikan acuan bagi pemilik warung burjo agar memperhatikan higine
dan sanitasi warung burjo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Higiene Sanitasi Makanan
Higiene adalah suatu usaha yang dilakukan untuk melindungi, memelihara, dan
meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
subyeknya. (Depkes RI, 2004). Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya
menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat
sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000:3), makanan adalah kebutuhan
pokok manusia yang dibutuhkan oleh manusia setiap saat dan memerlukan
pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh manusia, karena
makanan sangat diperlukan untuk tubuh manusia. Higiene makanan adalah usaha
pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiatannya pada kebersihan dan
kutuhan makanan itu sendiri (Anonim, 1993).
Sanitasi makanan adalah salah satu upaya pencegahan yang menitikberatkan
kegiatannya terhadap kesehatan lingkungan untuk membebaskan makanan dan
minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan,
mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan/produksi,
pada saat penyimpanan, pada saat pengangkutan, sampai pada saat di mana makanan
dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen
(Depkes RI, 2004 ).
Menurut Kusnoputranto (1986), sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin
keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah
penjualan makanan yang akan merugikan pembeli, dan mengurangi
kerusakan/pemborosan makanan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasa
Boga.
Higiene sanitasi makanan yaitu upaya untuk mengendalikan faktor makanan,
orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan. Aspek higiene sanitasi makanan adalah aspek
pokok dari higiene sanitasi makanan yang mempengaruhi keamanan makanan.
Depkes (2004) menyatakan bahwa ada 4 bagian aspek higiene sanitasi makanan yaitu:
a. Kontaminasi
Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing kedalam
makanan yang tidak dikehendaki atau diinginkan. Kontaminasi
dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu pencemaran mikroba seperti bakteri,
jamur, cendawan; pencemaran fisik seperti rambut, debu tanah, serangga dan
kotoran lainnya; pencemaran kimia seperti pupuk, pestisida, mercuri,
cadmium, arsen; serta pencemaran radioaktif seperti radiasi, sinar alfa, sinar
gamma dan sebagainya.
b. Keracunan
Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau
gangguan kesehatan lain akibat mengonsumsi makanan yang tidak hygienis.
Terjadinya keracunan pada makanan disebabkan karena makanan tersebut
telah mengandung unsur-unsur seperti fisik, kimia dan biologi yang sangat
membahayakan kesehatan.

c. Pembusukan

Pembusukan adalah proses perubahan komposisi makanan baik


sebagian atau seluruhnya pada makanan dari keadaan yang normal menjadi
keadaan yang tidak normal. Pembusukan dapat terjadi karena pengaruh fisik,
enzim dan mikroba. Pembusukan karena mikroba disebabkan oleh bakteri atau
cendawan yang tumbuh dan berkembang biak di dalam makanan sehingga
merusak komposisi makanan yang menyebabkan makanan menjadi
basi,berubah rasa, bau serta warnanya.

d.Pemalsuan

Pemalsuan adalah upaya perubahan tampilan makanan yang secara


sengaja dilakukan dengan cara menambah atau mengganti bahan makanan
dengan tujuan meningkatkan tampilan makanan untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga hal tersebut memberikan dampak
buruk pada konsumen (Depkes, 2004).

2. Penjamah makanan
Menurut Kepmenkes No. 1098 tahun 2003 “penjamah makanan adalah orang
yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap
persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai penyajian”. Untuk
menjadi seorang penjamah makanan harus memenuhi beberapa syarat. Syarat seorang
penjamah makanan menurut Departemen Kesehatan RI (dalam Nur 2011: 20)
“seorang penjamah makanan harus mempunyai tempramen yang baik; seorang
penjamah makanan harus mengetahui higiene perorangan yang meliputi : kebersihan
panca indra, kulit, tangan, rambut dan pakaian kerja; serta harus berbadan sehat
dengan mempunyai surat keterangan kesehatan”.
Cara pengolahan makanan adalah kegiatan yang meliputi penerimaan bahan
mentah, pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan dan pewadahan. Kontaminasi
terhadap makanan oleh peralatan, penjamah makanan dan air harus dihindari selama
proses pengolahan baik dalam hal mencuci, meracik maupun memasak makanan.
Dalam mencuci bahan makanan, hal-hal yang perlu diperhatikan bila bahan makanan
tersebut akan dimakan langsung, maka gunakan air yang didihkan + 30 menit atau air
yang mengandung klor + 50 ppm. Sedangkan bila bahan makanan masih akan diolah
dicuci dengan air yang mempunyai sisa klor 0,02 ppm (Anwar, 2011). Proses
pengolahan makanan yang baik menitikberatkan pada hal-hal sebagai berikut :
a. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari
kontak langsung dengan tubuh.

b. Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan :

1) Sarung tangan plastik sekali pakai


2) Penjepit makanan
3) Sendok garpu
c. Untuk melindungi pencemaran terhadap makanan digunakan :
1) Celemek
2) Tutup rambut
3) Sepatu dapur
d. Perilaku karyawan/tenaga selama bekerja adalah tidak merokok, tidak makan atau
mengunyah, tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin polos, tidak menggunakan
peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluannya, selalu mencuci tangan
sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil, selalu memakai pakaian kerja
dan pakaian pelindung dengan benar, selalu memakai pakaian kerja yang bersih dan
tidak digunakan diluar tempat jasa boga (Anonim, 2004).

3. Tempat pengolahan makanan


Tempat pengolahan makanan adalah tempat makanan itu diolah sehingga menjadi
makanan jadi yang lazim disebut dengan dapur (Aswar, 1983). Adapun syarat-syarat
tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat adalah :
a. Lantai harus terbuat dari bahan yang keras atau rapat air dan mudah
dibersihkan, tahan akan kerusakan atau korosif dan luas lantai 35% sampai
40% dari luas ruang makan.
b. . Dinding rata, tidak menyerap air dan mudah dibersihkan.
c. Atap dan langit-langit dibuat dari bahan yang rapat air dan tidak bocor, anti
debu dan mudah dibersihkan.
d. Penerangan atau pencahayaan bebas dari silau dan tidak menimbulkan
bayangan.
e. Ventilasi yang memenuhi syarat akan efektif dan cocok untuk memelihara
kenyamanan.
f. Harus ada tempat pembungan asap
g. Harus ada tempat persediaan air yang cukup
h. Harus ada tempat pembuangan sampah
i. Harus ada tempat pembuangan air limbah
j. Tersedia bak pencuci tangan dan alat-alat dapur
k. Perlindungan dari serangga dan tikus
l. Barang-barang yang mungkin dapat menimbulkan bahaya tidak
diperbolehkan disimpan didapur seperti racun hama dan bahan peledak.
m. Tersedia alat pemadam kebakaran
4. Perlengkapan atau peralatan dalam pengolahan makanan
Prinsip dasar persyaratan perlengkapan atau peralatan dalam pengolahan
makanan adalah aman sebagai alat atau perlengkapan pemroses makanan. Adapun
syarat dari perlengkapan makanan adalah sebagai berikut :
1. Bahan yang digunakan anti karat, kedap air, halus, mudah dibersihkan, tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Bila digunakan “sambungan” gunakan bahan anti karat dan aman.
3. Bila digunakan “kayu sebagai bahan” maka dianjurkan sebagai bahan yang
tidak kontak langsung dengan makanan.
4. Bila digunakan “plastik” dianjurkan yang aman dan mudah dibersihkan
permukaan.
5. Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang menutup sempurna.
6. Kebersihan ditentukan dengan angka kuman sebanyak-banyaknya 100/cm2
dan tidak ada kuman E-coli (Mukono,2004).

5. Keracunan Makanan
Keracunan makanan adalah segala penyakit yang bersifat infeksius atau
toksik yang disebabkan atau dianggap disebabkan oleh konsumsi makanan atau air. 15
Gejala keracunan makanan ditandai dengan pusing, mual, muntah, nyeri lambung
dan diare (Adams dan Montarjeni, 2003).

6. Warung Makan Indomie/Burjo di Jogja


Perkembangan warung makan indomie didahului adanya warung burjo.Sampai
saat ini orang masih mengenal warung makan indomie sebagai warung burjo. Dari
wawancaranya yang dilakukan terhadap pelaku usaha. Pada saat awal berkembangnya
memang dinamai sebagai warung burjo dan menjual menu bubur kacang hijau.
Karena kebutuhan akan jenis menu makanan pokok seperti nasi, sayur dan lauk pauk
akhirnya banyak warung burjo yang tidak lagi menjual menu bubur kacang hijau.
Semenjak tahun 2005 banyak warung burjo yang berganti nama dengan warung
makan indomie. Tetapi masyarakat masih banyak yang mengenali warung makan
indomie sebagai warung burjo.
Burjo singkatan dari bubur kacang hijau. Salah satu hidangan yang berasal
dari kacang hijau yang direbus hingga lunak dengan kuah santan dapat juga
ditambahkan ketan, roti,es serut dan susu. Tetapi untuk di Jogja, persepsi akan rumah
makan burjo bukanlah rumah makan yang menjual hidangan burjo atau bubur kacang
hijau melainkan rumah makan yang menjual berbagai macam makanan dan minuman
yang menunya rata – rata sama. Rumah makan “burjo” ini malah sebagian besar tidak
menjual bubur kacang hijau.
Pada awal – awal kemunculan rumah makan “burjo”/warung makan indomie
memang rumah makan ini menjual bubur kacang hijau tetapi karena lebih banyak
kebutuhan makan untuk mahasiswa sehingga banyak yang tidak menjual hidangan
bubur kacang hijau melainkan makanan dan minuman yang harganya sesuai dengan
kantong mahasiswa.Biasanya rumah makan “burjo”/warung makan indomie dikelola
orang kuningan dan sekitarnya. Tetapi ada juga yang dikelola orang jogja. Bahkan
saat awal – awal kemunculan burjo ini adanya grup perusahaan yang mengelola
rumah makan “burjo” yang cukup besar dan banyak sekali cabangnya.Pengelolaannya
pun sangat baik sekali bahkan saat itu lebih baik dari yang dikelola orang kuningan.
Adanya supervisor yang bertanggungjawab untuk beberapa cabang, pengelolaan dan
suplai bahan sangat baik dan lain sebagainya.
BAB III
METODE PENGAMBILAN DATA

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

B. Waktu dan Tempat


Waktu : 10 Mei 2018
Tempat : Karangmalang, Depok, Sleman, Yogyakarta
C. Populasi dan Sampel
Populasi : Warung burjoan didaerah karangmalang
Sampel : 2 warung burjoan masing-masing didaerah karangmalang yang
memiliki tempat didekat sampah dan jauh dari sampah
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling
E. Instrumen Alat dan Bahan
1. Kamera
2. Alat tulis
3. Kuisioner
4. Kamera
5. Alat tulis
6. Kuisioner

F. Teknik Analisis Data


Data dianalisis statistika deskriptive
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Group Project yang berjudul Hygene dan Sanitasi Warung Burjoan di Daerah
Karangmalang, Depok, Sleman, Yogyakarta.Tujuan dari group project ini yaitu
Mengetahui sanitasi dan higine burjoan di daerah karangmalang, depok, sleman,
yogyakarta dan Mengetahui potensi penyakit saluran penceraan akibat sanitasi dan
higiene burjoan di daerah karangmalang, depok, sleman, yogyakarta terhadap
kesehatan mahasiswa. Alat dan bahan yang digunakan yaitu alat tulis, kuisioner, dan
alat dokumentasi.Langkah kerja yang digunakan yaitu dengan memberikan kuisioner
dari kemenkes tentang higine dan sanitasi warung makan kepada pegawai burjoan
yang nantinya datanya akan diolah menjadi grafik.

Warung burjoan adalah setiap tempat usaha individu yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.
Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan factor makanan, orang
tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit
atau gangguan kesehatan.

Sebagai salah satu bangunan tempat-tempat umum yang sifatnya komersil,


dengan kegiatan penyediaan makanan dan minuman, maka warung burjoan harus
memenuhi persyaratan kebersihan dan kesehatan. Keamanan makanan merupakan
kebutuhan masyarakat, karena makanan yang aman akan melindungi dan mencegah
terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Keamanan makanan pada
dasarnya adalah upaya hygiene sanitasi makanan, gizi dan safety.

Praktikum Higine dan Sanitasi Warung Burjoan di Karang Malang, Depok,


Yogyakarta. Praktikum ini menggunakan kuisioner dan observasi,dihasilkan data
sebagai berikut :

Perbandingan Penilaian Antara Bobot ukur dengan Burjo

18
16
14
12
10
8
Skor

6
4
2
0
lokasi, Ruang Peralatan
Pencahayaa Perlindunga
Bangunan, Air Bersih Air Kotor Pengolahan Karyawan Makanan Makanan
n n Makanan
dan Fasilitas Makanan dan Masak
Bobot 6 2 8 6 2 11 5 9 16
Burjo A 5 2 8 5 2 10 5 9 14
Burjo B 4 1 8 5 1 11 5 7 14
Burjo C 5 2 8 5 1 11 5 7 14
Grafik 1. Penilaian Higine dan Sanitasi Burjoan dekat sampah

Data diatas adalah perbandingan bobot penilaian antara standar kemenkes dengan
burjo karangmalang yang berlokasi di dekat sampah. Diagram berwarna biru menunjukkan
penilaian standar kemenkes penilaian standar kemenkes adalah 65. Diagram berwarna orange
menunjukkan penilaian Burjo A dengan nilai 60. Diagram berwarna ungu menunjukkan
penilaian Burjo B dengan nilai 56. Diagram berwarna kuning menunjukkan penilaian burjo C
dengan nilai 58.

16
Penilaian Burjo jauh dari sampah
14

12

10

6
Nilai

0
lokasi, Pencaha Air Air Kotor Ruang Karyawa Makanan Perlindu Peralata
Banguna yaan Bersih Pengolah n ngan n
n, dan an Makanan Makanan
Fasilitas Makanan dan
Masak
Bobot 6 2 8 6 2 11 5 9 16
Burjo D (DEKAT KOPMA) 5 2 8 4 0 8 4 7 14
Burjo E (DITENGAH DUSUN) 4 1 7 5 1 8 5 7 13

Grafik 2. Penilaian Higine dan Sanitasi Burjoan jauh dengan sampah

Data diatas adalah perbandingan bobot penilaian antara standar kemenkes


dengan burjo karangmalang yang berlokasi jauh dari sampah. Diagram berwarna
Merah menunjukkan penilaian standar kemenkes penilaian standar kemenkes adalah
65 . Diagram berwarna biru menunjukkan penilaian Burjo D dengan nilai 51. Diagram
berwarna Hijau menunjukkan penilaian Burjo E dengan nilai 56.

Lokasi Bangunan dan Fasilitasi

Lokasi bangunan warung burjoan pada sampel yang kami amatai ada yang
didekat sumber penyakit yaitu dekat dengan tong sampah yaitu burjo A,B dan C. Dan
ada yang tidak ditutup,dan ada juga warung burjoan yang jauh dari sampah burjoan D
dan E. Warung burjoan rata-rata memiliki fasilitas dengan kursi dan meja yang
ergonomis, bangunan kokoh, kuat dan bebas debu, terdapat jendela dan pintu untuk
sirkulasi udara dan pencahayaan,terdapat warung pelanggan,pengolahan makanan,
tempat istirahat dan WC yang sudah diberi sekat . Pada burjo A,B,C,D bangunan
memiliki luas yang cukup, namun burjo E memiliki luas bangunan yang cukup sempit
dan kecil.Bahan- bahan yang digunakan tidak mudah diserang serangga dan kedap
air,lantai mudah dibersihkan namun pada burjo E lantai susah dibersihkan karena
tidak terbuat dari keramik.Terdapat tempat cuci tangan baik untuk karyawan.Sebagian
besar burjoan didaerah karang malang (burjo A,B,C,dan D) sudah memenuhi standar
dari kemenkes dan ada burjo E yang masih ada lokasi bangunan dan fasilitas tidak
memenuhi syarat dari kemenkes.Pengamatan ini ada yang sesuai dan tidak sesuai
dengan standar baku kemenkes tentang higine dan sanitasi warung makan.

Syarat lokasi dan fasilitas bangunan dari kemekes yaitu : Lokasi warung
burjoan tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,
WC umum dan sumber pencemaran lainnya.Halaman bersih, tidak bersemak, tidak
banyak lalat dan tersedia tempat sampah yang bersih dan bertutup, tidak terdapat
tumpukan barang-barang yang dapat menjadi sarang tikus. Pembuangan air limbah
(air limbah dapur dan kamar mandi) tidak menimbulkan sarang serangga, jalan
masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya. Pembuangan air hujan lancar, tidak
terdapat genangan air.

Konstruksi bangunan warung burjoan harus kokoh dan aman. Konstruksi


selain kuat juga selalu dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas dari barang-barang
sisa atau bekas yang ditempatkan sembarangan. Lantai kedap air, rata, tidak retak,
tidak licin, kemiringan/kelandaian cukup dan mudah dibersihkan. Permukaan dinding
sebelah dalam rata, tidak lembab, mudah dibersihkan dan berwarna terang.
Permukaan dinding yang selalu kena percikan air, dilapisi bahan kedap air setinggi 2
(dua) meter dari lantai dengan permukaan halus, tidak menahan debu dan berwarna
terang. Sudut dinding dengan lantai berbentuk lengkung (conus) agar mudah
dibersihkan dan tidak menyimpan debu/kotoran. Bidang langit-langit harus menutupi
seluruh atap bangunan, terbuat dari bahan yang permukaannya rata, mudah
dibersihkan, tidak menyerap air dan berwarna terang. Tinggi langit-langit minimal 2,4
meter di atas lantai.

Pintu dan jendela.Pintu ruang tempat pengolahan makanan dibuat membuka


ke arah luar dan dapat menutup sendiri (self closing), dilengkapi peralatan anti
serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain.Pintu dan jendela ruang
tempat pengolahan makanan dilengkapi peralatan anti serangga/lalat seperti kassa,
tirai, pintu rangkap dan lain-lain yang dapat dibuka dan dipasang untuk dibersihkan.

Fasilitas warung burjoan tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dari tempat
cuci peralatan maupun bahan makanan dilengkapi dengan air mengalir dan sabun,
saluran pembuangan tertutup, bak penampungan air dan alat pengering. Tempat cuci
tangan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau dan dekat dengan tempat
bekerja. Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan jumlah karyawan. Tempat
sampah harus terpisah antara sampah basah (organik) dan sampah kering (an organik).
Tempat sampah harus bertutup, tersedia dalam jumlah yang cukup dan diletakkan
sedekat mungkin dengan sumber produksi sampah, namun dapat menghindari
kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah. (Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Higine Sanitasi
Jasa Boga).
Pencahayaan

Semua warung burjoan yang kami amati pencahayaannya sudah


cukup,terdapat fasilitas ventilasi,jendela,dan pintu yang cukup luas untuk masuknya
cahaya matahari kedalam ruangan warung burjoan. Hal ini sesuai syarat pencahayaan
warung makan standar darik emenkes yaitu Intensitas pencahayaan harus cukup untuk
dapat melakukan pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan pekerjaan-pekerjaan
secara efektif. Setiap ruang tempat pengolahan makanan dan tempat cuci tangan
intensitas pencahayaan sedikitnya 20 foot candle/fc (200 lux) pada titik 90 cm dari
lantai. Semua pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bayangan. Cahaya terang dapat
diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle meter) Bangunan atau ruangan
tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan ventilasi sehingga terjadi
sirkulasi/peredaran udara. Luas ventilasi 20% dari luas lantai. (Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Higine
Sanitasi Jasa Boga).

Air bersih dan Air Kotor

Semua burjoan yang kami amati memiliki air bersih yang jika dilihat dari
fisiknya tidak berbau, tidak berwarna (transparant). Air yang diguanakan berasal dari
PAM yang bertekanan dan mengalir dan jumlah air cukup untuk kegiatan sehari-hari
warung burjoan. Tidak ada kendala seperti sumbatan air dan lain-lain.Untuk air kotor
atau limbah,setiap burjoan memiliki WC berjumlah satu yang hanya dipakai 2-3
oraang karyawan, pembuangan air limbah dari WC lancar.

Hal ini memenuhi standar dari kemenkes yaitu Air bersih harus tersedia cukup
untuk seluruh kegiatan penyelenggaraan warung burjoan. Kualitas air bersih harus
memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jamban dan peturasan
(urinoir) .Warung burjoan harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi
syarat higiene sanitasi. Jumlah jamban harus cukup. Jumlah karyawan : 1 - 10 orang :
1 buah , 11 - 25 orang : 2 buah , 26 - 50 orang : 3 buah .Setiap ada penambahan
karyawan sampai dengan 25 orang, ada penambahan 1 (satu) buah jamban. Warung
burjoan harus mempunyai fasilitas kamar mandi yang dilengkapi dengan air mengalir
dan saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kesehatan. Jumlah
kamar mandi harus mencukupi kebutuhan (Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Higine Sanitasi Jasa Boga).

Ruang pengolahan makanan

Ruang pengelolaan setiap burjuan rumayan luas terdiri dari fasilitas meja
,kompor, peralatan masak, sampah limbah dapur.Pada burjo A,B,C lokasi jauh dari
WC atau jamban,sedangkan padaburjoan D dan E ruang pengelolaan makanan
langsung berhubungan dengan WC. Peralatannya juga tertata rapi.Rata-rata burjoan
memiliki sampah yang tidak terutup pada dapur pengelolahan makanan.Ruangan
pengolahan makanan ada yang memenuhi standar kemnkes dan ada juga yang belum
memenuhinya.

Menurut kreteria standar kemenkes tentang higine dan sanitasi makanan


warung makan tentang ruang pengelolaan makanan harus memenuhi syarat sebagai
berikut yaitu Luas tempat pengolahan makanan harus sesuai dengan jumlah karyawan
yang bekerja dan peralatan yang ada di ruang pengolahan. Luas lantai dapur yang
bebas dari peralatan minimal dua meter persegi (2 m2) untuk setiap orang pekerja.
Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung dengan toilet/jamban,
peturasan dan kamar mandi. Peralatan di ruang pengolahan makanan minimal harus
ada meja kerja, lemari/ tempat penyimpanan bahan dan makanan jadi yang terlindung
dari gangguan serangga, tikus dan hewan lainnya. (Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Higine Sanitasi
Jasa Boga).

Karyawan

Karyawan burjoan yang akan masak selalu mencuci tangannya, dan rata-rata
tidak menggunakan perhiasan,namun pada burjo E karyawan ada yang memakai
perhiasan emas pada pergelangan tanganya yang dapat mengakibatkan kontaminasi
pada makanan.Karyawan tidakada yang menggunakan clemek dan topi penutup
rambut dan juga tidak punya sertifikat sehat tidak memiliki penyakit yang
menular,penyakit kulit dan penyakit lainnya.Pengamatan ini banyak yang belum
memenuhi persayaratan baku tentang higine dan sanitasi warung makanan sesuai
kemenkes.

Menurut Kemenkes, karyawan burjoan tidak Tenaga/karyawan pengolah


makanan memiliki sertifikat kursus higiene sanitasi makanan.Berbadan sehat yang
dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Tidak mengidap penyakit menular seperti
tipus, kolera, TBC, hepatitis dan lain-lain atau pembawa kuman (carrier). Setiap
karyawan harus memiliki buku pemeriksaan kesehatan yang berlaku. Semua kegiatan
pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung
dengan tubuh.Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan
menggunakan alat : Sarung tangan plastik sekali pakai (disposal), penjepit makanan
,sendok garpu

Untuk melindungi pencemaran terhadap makanan menggunakan :


Celemek/apron, Tutup rambut, Sepatu kedap air. Perilaku selama bekerja/mengelola
makanan:tidak merokok ,tidak makan atau mengunyah ,tidak memakai perhiasan,
kecuali cincin kawin yang tidak berhias (polos) ,Tidak menggunakan peralatan dan
fasilitas yang bukan untuk keperluannya ,selalu mencuci tangan sebelum bekerja,
setelah bekerja dan setelah keluar dari toilet/jamban,selalu memakai pakaian kerja dan
pakaian pelindung dengan benar ,selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang
tidak dipakai di luar tempat warung burjoan,tidak banyak berbicara dan selalu
menutup mulut pada saat batuk atau bersin dengan menjauhi makanan atau keluar dari
ruangan,tidak menyisir rambut di dekat makanan yang akan dan telah diolah
(Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Higine Sanitasi Jasa Boga).

Makanan dan Pelindungan Makanan

Makanan yang dihasilkan oleh pengelola makanan burjoan biasanya makanan


yang masih panas seperti mie,nasi goreng,dan lain-lain jadi makanan masih fresh
disajikan sehingga meminimalisir kontaminan terhadap makanan.Makanan juga
disimpan dalam kacadan diberi korden agar terhindar dari vektor penyakit seperti
lalat.Namunada warung burjoan D yang makanan gorengannya dibiarkan terbuka dan
tidak ditutup dengan tudung makanan.Hal iniada yang tidak memenuhi standar
kemenkes yaitu penyimpanan makanan yang masih tidak ditutup tudung saji.

Menurut standar kemenkes tentang makanan dan perlindungan makanan yaitu sebagai
berikut:

Makanan yang dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman yaitu bebas dari cemaran
fisik, kimia dan bakteri.

1. Cemaran fisik seperti pecahan kaca, kerikil, potongan lidi, rambut, isi staples, dan
sebagainya Dengan penglihatan secara seksama atau secara kasat mata

2. Cemaran kimia seperti Timah Hitam, Arsenicum, Cadmium, Seng, Tembaga,


Pestisida dan sebagainya Melalui pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan
negatif

3. Cemaran bakteri seperti Eschericia coli (E.coli) dan sebagainya Melalui


pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan menunjukkan angka kuman E.coli 0
(nol) (Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Higine Sanitasi Jasa Boga).

Penyimpanan makanan jadi/masak

a. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau, berlendir,
berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain.

b. Memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang berlaku.

1). Angka kuman E. coli pada makanan harus 0/gr contoh makanan.

2). Angka kuman E. coli pada minuman harus 0/gr contoh minuman.
c. Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh melebihi ambang
batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku.

d. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first
expired first out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu dan yang
mendekati masa kedaluwarsa dikonsumsi lebih dahulu.

e. Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis makanan jadi
dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi yang dapat
mengeluarkan uap air.

f. Makanan jadi tidak dicampur dengan bahan makanan mentah (Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Higine
Sanitasi Jasa Boga).

Peralatan Makanan dan Masak

Peralatan masak dan makanan pada semua burjoan sudah bagus,mencuci


peralatan dengan air bertekanan dan mengalir dan setelah itu meniriskan kering
peralatan. Penyimpanan peralatan makanan juga disimpan dengan baik pada tempat
yang baik dan terhindar dari serangga dan hewan pengerat. Pencucian peralatan
menggunakan sunlight yang dapat membersihkan kotoran masak sehingga bersih dan
aman.Hal ini sudah sesuai standar kemenkes

Menurut kemenkes,standar baku warung makan tentangperalatan makan dan


masak yaitu tersedia tempat pencucian peralatan, jika memungkinkan terpisah dari
tempat pencucian bahan pangan. Pencucian peralatan harus menggunakan bahan
pembersih/deterjen. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau dimakan
mentah harus dicuci dengan menggunakan larutan Kalium Permanganat (KMnO4)
dengan konsentrasi 0,02% selama 2 menit atau larutan kaporit dengan konsentrasi
70% selama 2 menit atau dicelupkan ke dalam air mendidih (suhu 80°C - 100°C)
selama 1 – 5 detik. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan
dalam tempat yang terlindung dari pencemaran serangga, tikus dan hewan lainnya.
(Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Higine Sanitasi Jasa Boga).
Jumlah Angka lalat

Jumlah angka lalat

30

25

20
Nilai

15

10

0
Burjo A Burjo B Burjo C Burjo D Burjo E
Jumlah angka lalat 8 27 9 1 2

Jumlah angka lalat dari yang tertinggi ke rendah yaitu burjo B,burjo C,burjo
A,burjo E, dan terakhir burjo D. Jumlah angka lalat tertinggi yaitu pada burjo B
karena dekat dengan sampah dan tidak ditutup. Yang pailing terendah yaitu burjo D
yang jauh dengan sampah. Dilihat dari grafik rata-rata jumlah lalat tertinggi di warung
burjoan dekat dengan sampah jika dibandingkan dengan warung burjoan jauh dari
sampah. Penyakit yang dapat ditimbulkan dengan adanya vektor penyebar penyakit
lalat dapat menyebabkan :

1.Lalat sebagai pembawa penyakit bagi manusia

Penularan penyakit disebabkan lalat karena adanya kontak lalat dengan


manusia dan makanan adapun beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui
kontaminasi air, udara, makanan, tangan dan kontak orang dengan orang, diantaranya
penyakit seperti myasis, diare, chorela dan lain-lain.

2. Lalat sebagai penyebab miyasis

Myasis adalah suatu kondisi yang dapat merugikan, bagi manusia dan
hewan.Tubuh hewan seringkali menjadi kurus.Myasis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi larva ordo Diptera pada manusia atau vertebra,cairan tubuh
atau makanan yang dutelan hospesnya.

3. Lalat sebagai penganggu kenyamanan

Lalat adalah vektor penganggu bagi lingkungan sekitar adanya kepadatan lalat
yang tinggi dapat menganggu kenyamanan orang yang sedang berkerja dan
beristirahat.
Jumlah lalat dapat dikurangi dengan mengecat warna biru pada dinding urjoan
dan dapat mengunaskan air yang digantungkan dengan plastik pada ruangan.
Pengecatan warna biru ,karena lalat tidak menyukai warna biru akibat panjang
gelombang warna biru tidak disukai oleh lalat.

Jumlah Skor Hygiene dan Sanitasi

Perbandingan

60
58
56
Jumlah Skor

54
52
50
48
46
Burjo A Burjo B Burjo C Burjo D Burjo E
(DEKAT (DITENGAH
KOPMA) DUSUN)
Jumlah 60 56 58 52 51

Dari grafik diatas,nilai hygine dan sanitasi dari yang tertinggi ke rendah yaitu
burjo A, burjo C, burjo B, Budrjo D, dan yang terakhir burjo E. Nilai hygine dan
sanitasi warung burjoan yang paling bagus dari responden adalah burjo A dengan skor
60,jika dibandingkan dengan nilai kemenkes 65,berjoan A medekati skor dari
kemenkes.Letak burjo A didekat sampah,namun hygine dan sanitasinya sangat baik
karena dari lokasi bangunanpun kokoh terhindar dari debu,kedap air,dan juga
lantainya terbuat dari kramik dan selalu bersih.Meja makan setiap saat dibersihkan
sehingga setiap pelanggan makan disana selalu bersih.Pencahayaan dan ventilasi
udara mencukupi.Air bersih bertekanan dan mengalir,dan air kotor juga disalurkan
melalui pipa pembuangan dengan tertutup hingga tidak menimbulkan bau.Karyawan
di burjo A juga tidak memakai perhiasan yang akan mengkontaminasi makanan saat
masak,dan rapi berpakaiannya.Serta setiap rangan selalu diberi sekat utuk
menghindari kontaminan dari makanan.Pengolahan makanan juga ditutup pada kaca
yang diberi korden untuk menutupi makanan agar tidak terdapat lalat dan mikroba
masuk dalam makanannya.

Sedangkan nilai hiygine dan sanitasi yang terendah yaitu burjo E (dekat
dengan rusun). Burjo E memiliki lokasi dan fasilitas bangunan yang ruangannya
sempit dan tidak diberi sekat,bagunan kokoh namun banyak debu,dan juga lantai
belum terbuat dari keramik sehingga masih banyak kotoran menempel karena susah
dibersihkan.Pencahayaannya dan ventilasi memenuhi syarat.Pengelola makanan
masih menggunakan perhiasan yang dapat mengkontaminasikan makanan.
Penyimpananan makanan sudah baik ditaruh pada kaca namun tidak diberi
korden.Peralatan makananya habis dibuat masak tidak dicuci lagi,dan penirisan gelas
dan piring tidak ada langsung dilap dengan kain. Terdapat sampah yang tidak tertutup
didalam ruangan.

Higine dan Sanitasi Warung burjoan baik didekat sampah dan jauh sampah
tidak mempengaruhi higine dan sanitasi warung burjoan,walaupun jumlah angka lalat
yang berada di warung hurjoan dekat sampah lebih banyak angka lalatnya dibanding
warung burjoan jauh dengan sampah.Hal ini yang paling berpengaruh tentang higine
dan sanitasi makanan atau nilai kritis pada sanitasi dan hygene burjoan yaitu
pengelolaan burjoan sendiri,seberapa besar pengetahuan mereka dan kebiasaan
mengelola makanan yang menentukan higine dan sanitasi di warung burjoan.

Data Kuisioner Mahasiswa

Rata-rata responden

Indikator Burjo A Burjo B Burjo C Burjo D Burjo E

1. Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata


Frekuensi frekuensi frekuensi makan frekuensi frekuensi frekuensi
makan makan responden makan makan makan
responden sebanyak 2 kali responden responden responden
sebanyak 1 sebanyak 2 sebanyak 1 sebanyak 2
kali kali kali kali

2.Jenis Makanan Makanan Makanan Makanan Makanan


makanan panas,instan. panas,instan,nasi panas, panas,instan, panas ,
sayur instan,nasi nasi sayur instan.
sayur

3. Riwayat diare, tifus. - Diare,tifus diare -


penyakit

Dari tabel diatas mahasiswa yang tinggal disekitar karangmalang yang makan di
burjoan rata-rata frekuensi makan 2 kali sehari,jenis makanan yang digemari oleh pelanggan
yaitu makanan panas (nasi goren, mie goreng,magelangan, kwetiaw,dan lain-lain) dan ada
juga yang memakan nasi sayur. Makanan panas yang paling banyak dimakan pelanggan dari
pada nasi sayur. Riwayat penyakit pelanggan yang sangat sering yaitu diare dan tifus.

Diare

Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
yang dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan
muntah dan tinja berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama
pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare
berat (WHO, 2011).

Diare adalah suatu keadaan buang air besar (defekasi) dengan feses yang berbentuk
cair atau setengah cair (setengah padat), dengan demikian kandungan air pada feses lebih
banyak dari pada biasanya (Priyanto & Lestari, 2009). Balita yang mengalami diare akan
kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh
tidak berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa (Robbins & Cotran, 2009).

Diare sering dikaitkan dengan penyakit bawaan sehingga diare ditularkan secara
fecal-oral melalui masuknya makanan atau minuman yang terkontaminasi. Penularan dapat
juga terjadi karena makan dengan tangan yang terkontaminasi (Ditjen P2PL, 2009).

Tipes

Penyakit tipes Thypus abdominalis merupakan penyakit yang ditularkan melalui


makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa, (food and water
borne disease). Seseorang yang sering menderita penyakit tifus menandakan bahwa dia
mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri ini.Tipes atau thypus
adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah yang
disebabkan oleh Bakteri Salmonella typhosa atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini
dapat juga menyebabkan gastroenteritis (radang lambung). Dalam masyarakat penyakit ini
dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut Typhoid
fever atau Thypus abdominalis karena berhubungan dengan usus di dalam perut (Widoyono,
2002).

Potensi Penyakit Akibat Hygene dan Sanitasi Warung Burjoan

Makanan dapat berperan sebagai penimbul penyakit, yang dalam hal ini dapat
digolongkan sebagai berikut yaitu secara alamiah makanan sudah mengandung bahan kimia
yang beracun.

1. Water Washed Disease


Salah satu klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media
penularan penyakit yaitu Water Washed Disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh
kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan perseorangan dan air bagi kebersihan
alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh
tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit-penyakit tertentu pada manusia
dapat dikurangi. Penyakit tersebut diantaranya adalah infeksi saluran pencernaan,
salah satunya adalah diare ( Cahyaningsih, 2009;25(4):180).
2. Lalat dapat bertindak sebagai vektor mekanis yang menyebabkan penyakit pada
manusia maupun hewan. Infeksi terjadi melalui komsumsi makanan atau minuman
yang dihinggapi lalat. Peristiwa penularan penyakit yang disebarkan lalat bersumber
dari makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan (TPM) khususnya jasa
boga, rumah makan, warung makan, dan makanan jajanan yang pengolahannya tidak
memenuhi syarat kesehatan atau sanitasi lingkungan (Devi,2013 :2).
3. Makanan dapat juga menyebabkan penyakit apabila mengandung bahan kimia
beracun, baik yang ada secara alami (contohnya glikosida sianida dalam singkong)
maupun yang berasal dari kontaminasi bahan kimia (contohnya logam-logam
beracun). Oleh karena itu banyak negara membentuk program keamanan makanan,
dalam suatu studi berbasis populasi di Belanda, angka kejadian gastroenteritis
diperkirakan pada 45 per 100 orang/tahun; 4.5% dan 1.5% masing-masing
berhubungan dengan infeksi Campylobacter dan Salmonella (Hamzah,2011).
(Kaferstein,1997).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sanitasi dan higine burjoan di daerah karangmalang, depok, sleman, yogyakarta


memiliki nilai skoring antara 51 – 60. Nilai ini mendekati nilai skoring dari
kemenkes yaitu 65. Kategori nilai antara 51 – 60 ini sudah cukup baik memenuhi
syarat sanitasi dan higine di warung makan / warung burjoan.
2. Potensi penyakit saluran penceraan akibat sanitasi dan higiene burjoan di daerah
karangmalang, depok, sleman, yogyakarta terhadap kesehatan mahasiswa sebagai
pelanggan yaitu
a. Diare
b. Tifus

B. Saran

Pada praktikum tentang higine dan sanitasi warung burjoan hasilnya kritis
pada pengelolaan pemilik burjo terhadap warung burjoan. Pada praktikum selanjutnya
lebih ditekanankan pada higine dan sanitasi terhadap pengelola burjoan.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, dkk. Pedoman bidang studi sanitasi makanan dan minuman pada institusi
pendidikan tenaga sanitasi. Departemen Kesehatan RI.Cahyaningsih CT,
Kushadiwijaya H, Tholib A. Hubungan higiene sanitasi dan perilaku penjamah
makanan dengan kualitas bakteriologis peralatan makan di warung makan. Berita
Kedokteran Masyarakat. 2009;25(4):180.

Agustina, F., Pambayun, R., Febry, F. 2009. Higiene Dan Sanitasi Pada Pedagang
Makanan Jajanan Tradisional Di Lingkungan Sekolah Dasar Di Kelurahan Demang
Lebar Daun Palembang Tahun 2009. Jurnal Publikasi Ilmiah Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya.

Azwar, Azrul. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Jakarta :


Sumber Widya.

Depkes R1 2000. Prinsip-prinsip Higiene dan Sanitasi Makanan, Jakarta

Depkes RI 2004. Tentang Bakteri Pencemaran Makanan dan Penyakit Bawaan


Makanan, Modul 4. Jakarta

Indrati R dan Gardjito M. 2014. Pendidikan Konsumsi Pangan, Aspek Pengolahan


dan Keamanan. Jakarta: Kencana.

Kaferstein FK,et.al. dan FAO/WHO W. 1997. In : Martin W. Borgdorff dan Yasmine


Motarjemi, Surveilans Penyakit Bawaan Makanan: Sistem Apa Saja Yang Dapat
Digunakan? Unit Keamanan MakananWHO Seameo TROPMED RCCN UI and
Industry Council For Development, WHO.

Kementrian kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Iindonesia Nomor


1098/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan
dan Restoran.

Kusnoputranto,H, 1986, Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia,Jakarta

Kurniadi, Y., Saam, Z. & Afandi, D. 2013. Faktor Kontaminasi Bakteri E.coli Pada
Makanan Jajanan Di Lingkungan Kantin Sekolah Dasar Wilayah Kecamatan
Bangkinang. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol 7

Mukono, HJ, (2004). Higiene Sanitasi Hotel dan Restoran. Surabaya : Airlangga
University Press.
Nur Laila. 2011. Hubungan Antara Hygiene dan Sanitasi dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli pada Warung Jus Buah di Sekiar Kampus UNNES Sekaran
Gunungpati. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Semarang.
Semarang.

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Higine Sanitasi Jasa Boga

Jurnal AcTion HYGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN TERHADAP


KANDUNGAN Escherichia Coli DIPERALATAN MAKAN PADA WARUNG MAKAN
(Hygiene sanitation food handlers to the content of escherichia coli on cutlery at food
stalls) Aceh Nutrition Journal, November 2017; 2(2): 132-136

Devi Justika Sembiring, Taufik Ashar dan Wirsal Hasan .2013. HIGIENE DAN
SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN KEPADATAN LALAT PADA
WARUNG MAKAN DI PASAR TRADISIONAL PASAR HORAS
PEMATANGSIANTAR

Hamzah Hasyim ANALISIS BAHAYA DAN PENGENDALIAN TITIK KRISIS DALAM


PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN DI KAMPUS (ALTERNATIF
PENCEGAHAN FOODBORNE DISEASES) HAZARD ANALYSIS CRITICAL
CONTROL POINTIN THE FOOD STALL ON CAMPUS JURNAL ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT Maret 2011; VOLUME 2 Nomor 01

Anda mungkin juga menyukai