Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sanitasi, Hygine, Dan
Keselamatan Kerja
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
ALRIAN PRATAMA : 220503091
MALKAM MALIK :220503092
AGISNA ALFAN :
2023/2024
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................3
BAB I.........................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................5
C. Dasar Teori dan Pendekatan.............................................................5
BAB II........................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................6
A. Pembahasan dan Analisis.................................................................6
1. Pengertian Sanitasi dan Hygine........................................................6
2. Perinsip Sanitasi dan Hygine............................................................7
3. Ruang Lingkup Sanitasi dan Hygine .............................................12
BAB III....................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................14
A. Kesimpulan....................................................................................14
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang lembaga
zakat di indonesia.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh ibu Hj. Suharti, M.Ag
pada mata kuliah lembaga keuangan syariah. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang lembaga zakat di indonesia.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
b. Pengertian Higiene
Higiene (berasal dari nama dewi kesehatan Yunani, Hygieia) biasa diartikan
sebagai “kebersihan”, tetapi dalam arti luas higiene mencakup semua keadaan dan
praktek, pola hidup, kondisi tempat dan lain sebagainya di sepanjang rantai produksi,
yang diperlukan untuk menjamin keamanan pangan (Surono dkk,2016:89).
Dalam pengertian tersebut terkandung makna higiene erat hubungannya dengan
perorangan, makanan dan minuman karena merupakan syarat untuk mencapai derajat
kesehatan. Manusia dalam hal ini sebagai penjamah makanan harus memperhatikan
keadaan pribadi dan praktik, serta pola hidupnya agar terkondisi sehat sehingga tidak
membahayakan makanan yang diproduksinya. Menurut Brownell dalam Rejeki
(2015:3), higiene adalah bagaimana caranya orang memelihara dan melindungi
kesehatan. Penjamah makanan yang hendak bersentuhan langsung dengan makanan
tentu harus dalam kondisi bersih dan sehat sehingga tidak terjadi penyebaran penyakit.
Sebab penjamah makanan merupakan pihak yang terkontak langsung dengan makanan
akan konsumsi.
Penjamah makanan bisa menyebarkan bakteri patogen ke makanan melalui
tangannya. Selain itu, tubuh manusia merupakan tempat berkembangbiaknya bakteri
penyebab penyakit, seperti rambut, hidung, telinga, dan mulut. Bakteri juga sering
menjadi faktor penyebab terjadinya keracunan makanan.
Mengingat manusia merupakan salah satu mata rantai dalam penyebaran penyakit
pemahaman mengenai higiene, terutama higiene perorangan (personal hygiene) amatlah
penting. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Bartono & Ruffino (2006:13) bahwa
mengesampingkan kebersihan dan higiene akan menimbulkan masalah, yaitu keracunan
makanan. Padahal higiene ini dimaksudkan untuk menjamin kesehatan. Metode yang
digunakan sudah baik akan tetapi mengabaikan masalah higiene makanan, peralatan,
dan higiene lingkungan bisa berakibat fatal dan tentunya akan membahayakan
konsumen.
Kasus keracunan pangan paling umum terjadi disebabkan oleh bakteri sehingga
tindakan higiene yang keras harus dilakukan untuk menghindari munculnya penyakit
tipe tersebut. Menurut Indraswati (2016:26-31) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya keracunan makanan, yaitu sebagai berikut.
Keadaan higiene sanitasi yang buruk dapat mempengaruhi kualitas makanan yang
disajikan kepada konsumen. Hal ini jelas akan berpengaruh juga terhadap tingkat
kesehatan konsumen yang mengkonsumsi makanan tersebut. Jika higiene sanitasi
makanannya buruk maka dapat mengakibatkan timbulnya masalah- masalah kesehatan
seperti food borne disease dan kasus keracunan makanan. Salah satu penyakit yang
diakibatkan oleh makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah
penyakit diare (Yulia, 2016).
Higiene sanitasi makanan minuman yang baik perlu ditunjang oleh kondisi
lingkungan dan sarana sanitasi yang baik pula. Sarana tersebut antara lain:
(1) tersedianya air bersih yang mencukupi, baik dari segi kuantitas maup
kualitas,
(2) pembuangan air limbah yang tertata dengan baik agar tidak menjadi sumber
pencemar,
(3) tempat pembuangan sampah yang terbuat dari bahan kedap air,
mudah dibersihkan, dan mempunyai tutup (Yulia, 2016
Tujuan dari sanitasi yaitu menciptakan atau pemeliharaan kondisi yang mampu
mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau terjadinya penyakit yan disebabkan
oleh makanan dan usaha kongkret dalam mewujudkan kondisi higienis (Widyati,
2002).
2.2 Tujuan Higiene dan Sanitasi Makanan
Higiene dan sanitasi memiliki tujuan untuk mencegah timbulnya penyakit dan
keracunan serta gangguan kesehatan lainnya yang diakibatkan dari adanya interaksi
faktor-faktor lingkungan hidup manusia (Rahmadhani dan Sumarmi, 2017). Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003
Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran Menteri
Kesehatan Republik Indonesia bahwa rumah makan dan restoran dalam menjalankan
usahanya harus memenuhi persyaratan higiene sanitasi.
2.3 Prinsip Higiene dan Sanitasi Restauran
2.3.1 Lokasi dan Bangunan
Lokasi tempat pengelolaan makanan yang berhubungan langsung dengan kondisi
luar sehingga memiliki kemungkinan sangat besar terjadi pencemaran akibat debu,
asap, serangga, dan tikus. Komponen lain yang belum memenuhi persyaratan adalah
pembagian ruang yang tidak sesuai, dinding masih banyak yang terlihat kotor, langit-
langit depot yang berlubang, ventilasi minim, pencahayaan kurang serta masih
ditemukan tanda-tanda keberadaan tikus. Masih ditemukannya tanda-tanda keberadaan
rodent (hewan pengerat) dan vektor dapat menyebabkan perkembangbiakan yang
menjadi sumber penularan penyakit (Dakwani, 2019)
Gudang Bahan Makanan adalah suatu tempat, dimana semua bahan makanan
disimpan dalam keadaan teratur menurut macam, golongan ataupun urutan pemakaian
bahan makanan tersebut (Grueber et al., 2019).
Gudang Bahan Makanan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Jumlah bahan makanan yang disimpan sesuaikan dengan ukuran gudang
2. Gudang bahan makanan tidak boleh untuk menyimpan bahan lain selain
makanan
3. Pencahayaan gedung minimal 4 foot candle (fc) pada bidang setinggi lutut
4. Gudang dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpanan makanan
5. Gudang dilengkapi dengan ventilasi yang menjamin sirkulasi udara
6. Gudang harus dilengkapi dengan pelindung serangga dan tikus.
2.3.4 Bahan Makanan dan Makanan Jadi
Menurut Minantyo (2011) Bahan makanan adalah bahan yang biasanya berasal
dari hewan atau tumbuhan yang dapat di makan oleh makhluk hidup untuk memberikan
tenaga dan nutrisi. Dengan adanya bahan makanan maka akan dapat menjamin bahwa
bahan makanan tersebut menjadi lebih tahan lama sesuai dengan daya tahan masing-
masing bahan-bahan tersebut. Maka dari itu penempatan bahan makanan yang akan
diolah harus di simpan pada tempat dimana seharusnya bahan tersebut di simpan agar
tidak berpengaruh terhadap bahan-babhan makanan yang lainnya. Apabila bahan
makanan tersebut tidak di simpan pada tempat yang sesuai maka akan berpengaruh
terhadap rasa atau warna bahkan penampilan dari makanan itu sendiri sehingga
membuat makanan tersebut menjadi kurang berkualitas. Untuk tetap menjaga bahan
makanan tersebut agar tetap terjaga dengan baik maka gudang penyimpanan bahan
makanan dan penempatan bahan makanan harus disesuaikan dengan jenisnya atau
dibedabedakan agar tidak mudah rusak.Makanan jadi kondisi fisik makanan jadi baik,
angka kuman dan bahan kimia makanan memenuhi persyaratan yang ditentukan,
makanan jadi kemasan tidak ada tanda-tandakerusakan dan terdaftar pada Depkes RI.
Menurut Utari (2009) Tempat Penyimpanan Bahan makanan adalah suatu cara
menyimpan, menata, memelihara bahan makanan baik yang kering maupun yang basah
serta mencatat pelaporannya, setelah bahan makanan diterima harus segera di dibawa
keruang penyimpanan untuk disimpan baik itu gudang atau ruang pendingin. Tujuan
penyimpanan bahan makanan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi dan
mutu bahan makanan yang disimpan, melindungi bahan makanan yang disimpan dari
kerusakan, kebusukan dan gangguan lingkungan lainnya, melayani kebutuhan macam
dan jumlah bahan makanan dengan mutu dan waktu yang tepat, Menyediakkan
persediaan bahan makanan dalam macam jumlah dan mutu yang memadai Kualitas
makanan yang diolah sangat dipengaruhi oleh suhu. Namun demikian didalam
perkembangan bakteri tersebut masih pula ditentukan oleh jenis makanan yang cocok
sabagai media pertumbuhannya. Untuk itu perlu diperhatikan teknik penyimpanan
makanan yang baik, ditujukan untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan
bakteri patogen, mengawetkan makanan dan mengurangi pembusukan.
1. Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus, dan hewanlainnya.
2. Makanan yang cepat busuk disimpan dalam suhu panas (65,5 ºC atau lebih)
ataudisimpan dalam suhu dingin sekitar 4 ºC atau kurang.
3. Makanan cepat busuk untuk digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam)
harus disimpan dalam suhu - 5 ºC sampai -1 ºC.
5. Makanan dan minuman yang disajikan harus dengan wadah yang bersih danaman
bagi kesehatan atau tutup makanan dan minuman harus dalam keadaan bersih dan
tidak mencemari makanan (Atmoko, 2017).
Makanan yaang disajikan adalah makanan yang siap santap/layak santap. Dalam
prinsip penyajian makanan, wadah untuk setiap jenis makanan ditempatkan dalam
wadah terpisah, dan diusahakan tertutup (Rejeki,2015). Syarat penyajian makanan
yang baik Menurut (Susanto, Y, Kuntani, E, 2016) adalah sebagai berikut :
2. Makanan jadi yang disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan yang
bersih.
3. Tempat-tempat bumbu/merica, garam, cuka, saus, kecap, sambal, dan lain- lain
perlu dijaga kebersihannya terutama mulut tempat bumbu.
A. KESIMPULAN
Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan individu, sedangkan sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya. Higiene dan
sanitasi makanan sangat erat hubungannya teruatama dalam penyelenggaraan
makan di Rumah Sakit. Makanan yang diproduksi haruslah makanan yang
terjamin keamanannya. Makanan yang terkontaminasi dapat mengakibatkan
keracuanan makanan.
K3RS (Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit) adalah upaya yang
dilakukan untuk menjamin serta melindungi keselamatan dan kesehatan sumber
daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan rumah sakit dengan upaya pencegahan kecelakan akibat kerja (KAK)
dan penyakit akibat kerja (PAK) di rumah sakit. Hal ini bertujuan agar terciptanya
lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif sehingga proses pelayanan
rumah sakit berjalan baik dan Lancar.
Terdapat standard operating procedure (SOP) dalam menjalankan higiene
dan sanitasi serta K3 di Rumah Sakit. Hal ini meliputi prinsip, persyaratan,
pengawasan, dan bagaimana langkah-langkah penyelenggaraannya yang biasanya
mengacu pada peraturan menteri kesehatan (PMK) yang berlaku ataupun standar
good manufacturing practice (GMP) dan hazard analysis and critical control
points (HACCP) yang telah ditetapkan.
B. DAFTAR FUSTAKA
1. http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/4530/8.
2. https://eprints.ums.ac.id/42231/19.
3. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1913/9/Referen.