TINJAUAN PUSTAKA
kesehatan manusia dan bermutu, yang lazimnya dilaksanakan sejak awal kegiatan
produksi pangan sampai dengan siap untuk diperdagangkan, dan merupakan sistem
pengawasan dan pengendalian mutu yang selalu berkembang menyesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. [penjelasan pasal 20 ayat
(2)], Undang – Undang Republik Indonesia no 7, tahun 1996 tentang Pangan.
- Jaminan keamanan pangan dilakukan oleh produsen, peritel dan pemerintah.
Pihak yang paling bertanggung jawab terhadap mutu dan keamanan pangan adalah
produsen yang memproduksi pangan. Ruang lingkup jaminan keamanan pangan
yang dilakukan oleh produsen, yang utama yaitu pemilihan bahan baku yang akan
digunakan dalam proses produksi. Bahan baku yang digunakan harus sesuai
dengan spesifikasi bahan yang bersangkutan, karena bahan baku yang memenuhi
syarat keamanan dan mutu, ikut menentukan keamanan dan mutu produk jadi.
Selain pemilihan bahan baku, produsen harus menjamin bahwa selama proses
produksi terhindar dari kemungkinan masuknya cemaran, baik cemaran fisik, kimia
maupun mikrobiologi, demikian juga pada saat pengemasan dan pelabelan produk.
Produsen juga harus menjamin bahan baku dan produk akhir disimpan secara
terpisah, didalam gudang yang aman, termasuk pengaturan suhu apabila diperlukan.
Produsen bisa memberikan jaminan terhadap mutu dan keamanan pangan yang
diproduksi, dengan cara memenuhi peraturan dan standar yang berlaku, salah
satunya termasuk melakukan penerapan cara produksi pangan yang baik (CPMB)
dalam memproduksi pangan.
CPMB adalah suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana cara
memproduksi pangan agar produk yang dihasilkan merupakan produk yang aman,
bermutu dan layak untuk dikonsumsi. merupakan salah satu faktor yang penting
untuk dilakukan oleh sarana produksi pangan dalam rangka memenuhi standar mutu
dan keamanan yang ditetapkan untuk produk pangan. Dalam dunia internasional
dikenal sebagai Good Manufacturing Practices (GMP) dan Good Hygienic Practices
(GHP). GMP merupakan suatu aturan atau standar yang menyatakan bahwa obat
dan makanan yang diproduksi harus dalam keadaan saniter, dan merupakan dasar
dari pengolahan dan produksi makanan yang aman. Yang dimaksud dengan
keamanan pangan adalah jaminan bahwa makanan tidak akan menyebabkan
bahaya kepada konsumen jika disiapkan atau dimakan sesuai dengan
penggunaannya (Codex 1997). Sedangkan GHP merupakan semua tindakan yang
6
terkait dengan kondisi dan perlakuan untuk menjamin keamanan dan kelayakan
pangan seluruh tahapan pada setiap rantai pangan, dengan tujuan agar
menghasilkan produk pangan yang aman dan layak untuk dikonsumsi. Kelayakan
pangan adalah jaminan bahwa pangan dapat diterima untuk konsumsi manusia
sesuai dengan penggunaannya. Penggunaan GHP lebih luas dibandingkan dengan
GMP sehingga dapat diterapkan di mana – mana, termasuk industri kecil skala IRT-
P dan street food.
Peritel atau sarana distribusi pangan harus bisa memberikan jaminan bahwa
produk pangan yang dijual terhindar dari kemungkinan masuknya cemaran, baik
pada saat penyimpanan maupun di dalam tempat peragaan (gerai), termasuk
pengaturan tata letak dan suhu, apabila diperlukan. Pemerintah menyediakan
peraturan – peraturan yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh pelakua usaha.
Selain hal tersebut, pemerintah juga melakukan pengawasan dan pembinaan
terhadap pelaku usaha.
Sistem jaminan mutu dan keamanan pangan di Indonesia, diwujudkan dengan
berbagai bentuk, diantaranya adalah disusunnya peraturan – peraturan yang terkait
dengan jaminan mutu dan keamanan pangan, dibentuknya jejaring keamanan
pangan dan pengawasan pangan, yang merupakan koordinasi lintas sektor antar
instansi terkait Peraturan – peraturan tersebut diperlukan untuk memberikan
kepastian dan perlindungan hukum baik bagi produsen maupun bagi konsumen.
Koordinasi lintas sektor diperlukan karena banyaknya instansi yang berwenang dan
terkait dalam pembinaan dan pengawasan makanan.
4) Kemasan Pangan
Yang dimaksud dengan kemasan pangan adalah bahan yang digunakan
untuk mewadahi dan atau membungkus pangan, baik yang bersentuhan
langsung dengan pangan maupun tidak. Ketentuan mengenai kemasan pangan
antara lain :
9
6) Pangan Tercemar
Ketentuan mengenai pangan tercemar antara lain, larangan bagi setiap orang
untuk mengedarkan :
Pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya, atau yang dapat
merugikan atau membahayakan kesehatan jiwa manusia.
Pangan yang mengandung cemaran yang melampaui ambang batas
maksimal yang ditetapkan.
Pangan yang mengandung bahan yang kotor, busuk, tengik, terurai atau
mengandung bahan nabati atau hewani yang berpenyakit atau berasal dari
bangkai sehingga menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi manusia.
Pangan yang kedaluwarsa
Pelanggaran terhadap peraturan tersebut, dapat dikenakan sangsi berupa
denda maupun sangsi pidana.
10
Hak konsumen yang terkait dengan keamanan pangan yaitu hak atas
kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau
jasa.
Kewajiban dari pelaku usaha antara lain adalah
menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan diperdagangkan
sesuai dengan standar mutu barang yang berlaku.
wajib mencantumkan tanggal kadaluwarsa dalam label, serta mengikuti
ketentuan berproduksi secara halal, apabila mencantumkan kata "Halal" dalam
label.
wajib dituliskan dalam label ialah nama barang, ukuran, berat / isi bersih atau
netto, komposisi, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain yang
diperlukan, mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang
dalam bahasa Indonesia.
Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label yang
berisi: nama produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau isi bersih;
nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukan makanan dan
minuman kedalam wilayah Indonesia; dan tanggal, bulan dan tahun
kadaluwarsa.(pasal 111 ayat 3)
Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar, persyaratan
kesehatan, dan/atau membahayakan kesehatan dilarang untuk diedarkan, ditarik
dari peredaran, dicabut izin edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.(pasal 111 ayat 6)
Pemerintah berwenang dan bertanggung jawab mengatur dan mengawasi
produksi, pengolahan, pendistribusian makanan, dan minuman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 109, Pasal 110, dan Pasal 111.(pasal 112)
Keterangan pada label ditulis, dicetak atau ditampilkan secara tegas dan jelas
sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat dan menggunakan bahasa
Indonesia, angka arab, dan huruf latin.
Larangan bagi setiap orang untuk memberikan keterangan atau pernyataan yang
tidak benar dan atau menyesatkan tentang pangan yang diperdagangkan pada
label dan iklan
bidang pertanian atau perikanan sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan
masing-masing.
Pangan olahan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia, pengeluarannya
dari pabean hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan
pemasukan pangan yang dikeluarkan oleh Kepala Badan.
Setiap pangan yang dikeluarkan dari wilayah Indonesia wajib memenuhi
persyaratan keamanan pangan.
Setiap orang yang mengeluarkan pangan dari wilayah Indonesia bertanggung
jawab atas keamanan, mutu dan gizi pangan.
Dalam rangka pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap pangan
olahan baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke dalam
wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran sebelum
diedarkan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran.
Pangan olahan yang dibebaskan dari kewajiban memiliki surat persetujuan
pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 atau sertifikat produksi
pangan industri rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, yaitu
pangan yang mempunyai masa simpan kurang dari 7 (tujuh) hari pada suhu
kamar; dan/atau dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia dalam jumlah kecil
untuk keperluan permohonan surat persetujuan pendaftaran; penelitian; atau
konsumsi sendiri.
coklat, kopi dan teh; minuman keras; rempah-rempah dan bumbu serta rempah-
rempah dan bumbu.
Penerapan cara budi daya yang baik diterapkan pada budi daya hasil ternak
dan pertanian. Aspek – aspek keamanan pangan yang diperhatikan pada budi daya
hasil ternak dan pertanian meliputi mencegah penggunaan lahan yang
lingkungannya berpotensi mengancam keamanan pangan, mengendalikan cemaran
biologis, hama dan penyakit hewan serta tanaman. Selain hal tersebut juga
mengendalikan penggunaan pupuk kimia, pestisida pada tumbuhan dan hormon
pertumbuhan dan antibiotika pada hewan ternak.
Penerapan cara produksi pangan segar yang baik untuk hasil pertanian
meliputi cara pemanenan, penyimpanan dan pengangkutan. Sedangkan untuk hasil
peternakan cara produksi pangan segar yang baik diterapkan mulai dari cara
penyembelihan hewan ternak sampai dengan pengangkutannya, termasuk sanitasi
rumah potong hewan (RPH) dan peralatannya.
Ruang lingkup penerapan CPMB meliputi disain dan fasilitas pabrik, proses
pengolahan, bahan pengemas, mutu produk akhir, keterangan produk, higiene dan
kesehatan karyawan, pemeliharaan dan program sanitasi, penyimpanan,
transportasi, laboratorium dan pemeriksaan, manajemen dan pengawasan,
dokumentasi/pencatatan, penarikan produk serta pelatihan dan pembinaan. Disain
dan fasilitas pabrik harus disesuaikan dengan produk pangan yang akan diproduksi.
Bangunan, peralatan dan fasilitas pabrik harus didisain sedemikan rupa untuk
menjamin pencemaran terhadap produk pangan dapat dicegah, disain dan tata letak
pabrik mempermudah pemeliharaan dan pembersihan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya pencemaran. Bahan baku yang digunakan dalam produksi
pangan tidak boleh merugikan atau membahayakan. Bahan tambahan pangan yang
digunakan harus sesuai dengan ketentuan atau standar yang berlaku. Air yang
digunakan dalam proses harus memenuhi persyaratan air bersih. Apabila dalam
proses pengolahan digunakan es, maka es yang digunakan harus dibuat dari air
yang memenuhi persyaratan air minum.
Untuk menjamin mutu dan keamanan produk pangan yang akan diedarkan,
maka perlu dilakukan pengawasan pada setiap tahapan proses produksi.
Pengawasan yang dilakukan termasuk pengawasan terhadap bahan, suhu pada
saat pemasakan atau pendinginan. Setelah selesai proses produksi, sebaiknya
produk langsung dikemas, baik dalam wadah maupun dengan pembungkus. Wadah
dan pembungkus yang digunakan harus dapat melindungi dan mempertahankan
mutu pangan yang dibungkus, tidak beracun, tidak menimbulkan reaksi dengan
produk pangan yang kontak langsung dengan wadah atau pembungkus.
Selain dari hal tersebut diatas, yang perlu diperhatikan dalam melakukan
penerapan CPMB adalah higiene dan kesehatan karyawan. Higiene dan kesehatan
karyawan merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kontaminasi pada
pangan yang diproduksi, apabila karyawan yang menangani atau bersentuhan
langsung dengan produk tidak bersih dan tidak sehat. Demikian juga dengan
program pemeliharaan dan sanitasi terhadap fasilitas dan peralatan pabrik, harus
dilakukan secara rutin, untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
20
2.4. Pengawasan
Untuk menjamin mutu dan keamanan produk pangan, ada persyaratan –
persyaratan yang harus dipenuhi oleh produsen, maka untuk jaminan terhadap
pemenuhan tersebut diperlukan pengawasan. Pengawasan bisa dilakukan oleh
produsen, pemerintah dan konsumen. Sesuai dengan lingkup tugasnya, Badan POM
melakukan pengawasan terhadap sarana produksi pangan. Pengawasan tersebut
dilakukan secara rutin oleh BB/BPOM di 26 propinsi di Indonesia, baik terhadap
sarana produksi yang berskala menengah keatas, maupun yang berskala industri
rumah tangga.