DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang dikemas dengan format dan bahasa yang
sederhana namun penuh manfaat. Makalah ini membahas tentang Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Mutu Pangan Pada Setiap Tahapan Proses untuk
melengkapi Tugas Mata kuliah Pengawasan Mutu Pangan
Walaupun dalam bentuk yang sederhana, namun kami berusaha semaksimal
mungkin untuk menyajikan sesuatu yang terbaik, meskipun menjumpai banyak
kendala, terutama kendala karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.,
namun kendala tersebut tidak menyurutkan niat kami untuk dapat menyelesaikan
makalah ini.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya. Kami
mohon maaf apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan
penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan
makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi pembaca
maupun kami
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Khusus
Tujuan dari makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami faktor –
faktor yang mempengaruhi mutu pangan pada setiap tahapan proses secara
menyeluruh.
1.3.2. Tujuan Umum
1.3.2.1. Untuk Menjelaskan Aspek – aspek Mutu Pangan
1.3.2.2. Untuk Menjelaskan Jenis – jenis Bahan Mutu Fisik Pangan
1.3.2.3. Untuk Menjelaskan Proses Dan Pengolahan Mutu Pangan
1.3.2.4. Untuk Menjelaskan Karakteristik Pengolahan Mutu Pangan
1.3.2.5. Untuk Menjelaskan Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Mutu
Pangan Olahan
1.3.2.6. Untuk Menjelaskan Pengendalian Mutu Pangan
1.3.2.7. Untuk Menjelaskan Elemen Pengendali Mutu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspek-aspek Mutu Pangan
Mutu pangan merupakan seperangkat sifat atau faktor pada produk pangan yang
membedakan tingkat pemuas/aseptabilitas produk itu bagi pembeli/konsumen. Mutu
pangan bersifat multi dimensi dan mempunyai banyak aspek. Aspek-aspek mutu pangan
tersebut antara lain adalah aspek gizi (kalori, protein, lemak, mineral, vitamin, dan lain-
lain); aspek selera (indrawi, enak, menarik, segar); aspek bisnis (standar mutu, kriteria
mutu); serta aspek kesehatan (jasmani dan rohani). Kepuasan konsumen berkaitan
dengan mutu.
Peranan kelas mutu adalah sebagai keadilan mutu; pelayanan pada konsumen;
penggunaan produk yang berbeda; menghadapi keragaman produk dan bidang usaha.
Sedangkan unsur mutu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sifat mutu, parameter mutu, dan
faktor mutu. Parameter mutu adalah gabungan dari dua atau lebih sifat mutu yang
menjadi suatu ukuran. Sedangkan faktor mutu adalah sesuatu yang berkaitan dengan
produk tetapi tidak bisa diukur dan dianalisa oleh peralatan apapun juga.
Ada enam sifat mutu, yaitu dasar penilaian mutu; kepentingan (standarisasi, uji
mutu, sertifikasi, dan penggunaan produk); sifat subyektif (morfologi, fisik, mekanik,
kimiawi, mikrobiologi, fisiologik, dan anatomi); aspek penting (cacat,
pencemaran/pemalsuan, sanitasi); serta sanitasi (merupakan tiang mutu). Faktor mutu
terbagi menjadi empat, yaitu asal daerah, varietas/ras, umur panen, dan faktor
pengolahan.
2.2 Jenis – jenis Mutu Fisik Pangan
Mutu sensorik merupakan sifat produk /komoditas pangan yang diukur dengan
proses pengindraan menggunakan penglihatan (mata), penciuman (hidung),
pencicipan (lidah), perabaan (ujung jari tangan), dan pendengaran (telinga). sifat fisik
penting dalam bahan pangan adalah berat jenis, titik beku, titik gelatinisasi pati,
bilangan penyabunan, dan indeks bias. Dengan kata lain sifat fisik
berhubungan dengan karakteristik bahan dan komponennya. Salah satu karakter
penting yang berhubungan dengan sifat fisik adalah sifat fungsional dari bahan
pangan atau komponennya. Mutu kimia suatu produk pangan ditentukan oleh
komposisi bahan (pengukuran kadar air, lemak, protein, karbohidrat, vitamin,
mineral) serta perubahannya selama proses pengolahan, termasuk untuk mengetahui
kerusakan/kehilangan zat gizi tertentu yang diakibatkan oleh perlakuan selama
proses pengolahan. Mutu mikrobiologis suatu produk pangan ditentukan oleh ada
tidaknya mikroba pada produk tersebut baik yang bersifat patogen maupuntidak.
Adanya mikroba terutama mikroba patogen pada produk pangan akan menyebabkan
terjadinya keracunan. Uji dilakukan untuk mengetahui cemaran bakteri, kapang,
khamir dan virus.
2.3 Proses Produksi dan Pengolahan
2.3.1 Pra Panen
Pra (pre) berarti sebelum sehingga pra panen berarti sebelum panen. Kegiatan
yang dimulai sejak penebaran benih sampai hasilnya dipanen adalah kegiatan pra
panen. Contohnya seperti kegiatan pra panen untuk padi, meliputi kegiatan
persiapan (lahan, benih, pupuk, obat-obatan, dan sebagainya), menabur benih
dipesemaian, merawat persemaian, mencabut bibit padi, memindahkan dan
menanam bibit padi, merawat tanaman (mengairi, memupuk, mengendalikan hama
dan penyakit, menyiangi, dan sebagainya) sampai hasilnya siap dipanen.
2.3.2 Pasca Panen
Secara umum, pasca panen dapat diartikan sebagai tindakan meliputi
pemetikan hasil, pembersihan lahan, pengangkutan hasil, penyimpanan hingga
pengemasan. Kegiatan panen seperti memetik, memungut, mengambil, memerah,
dan sebagainya sampai diperoleh hasil yang digunakan secara langsung ataupun
tidak langsung disebut kegiatan pasca panen. Tujuan utama dari pasca panen
adalah guna menghasilkan panen sesuai standar nasioal yang berlaku dan untuk
meminimalisir hasil yang kurang memuaskan pada periode tanam selanjutnya.
Beberapa kegiatan pasca panen sebagai berikut.
a. Penanganan pasca panen padi meliputi panen, perontokan gabah, pembersihan
dan pengeringan gabah, penumpukan, pengarungan dan penyimpanan gabah,
penggilingan gabah menjadi beras, pengayakan dan sortasi, pencampuran
beras, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan beras.
b. Penanganan pasca panen jagung, meliputi panen dan pengeprisan,
pengumpulan hasil panen, pengeringan tongkol, pemipilan, pengeringan biji,
pembersihan dan pewadahan, penyimpanan biji, dan penggilingan untuk
memperoleh jagung beras.
c. Penanganan pasca panen kedelai, meliputi panen, pengumpulan hasil panen,
pengeringan polong, pengupasan atau pengeluaran biji dari polong,
pengeringan biji, pewadahan, penyimpanan, dan pengangkutan.
d. Penanganan pasca panen ubi kayu meliputi panen, pembersihan, pengupasan,
perajangan, pengeringan untuk membuat gaplek, pewadahan, dan
penyimpanan.
2.3.3 Pengolahan
Kegiatan lebih lanjut terhadap beras, seperti membuat tepung beras atau
menanak beras menjadi nasi, tidaklah tergolong kegiatan pascapanen, tetapi
kegiatan lebih lanjut tersebut lebih condong disebut kegiatan pengolahan. Apabila
terjadi perubahan kimiawi yang biasanya juga bersamaan dengan perubahan
fisiknya maka perubahan demikian tergolong radikal dan kegiatannya termasuk
pengolahan.
Beberapa kegiatan pengolahan sebagai berikut.
a. Pengolahan dengan bahan baku serealia, misalnya pembuatan bihun dari beras,
tape ketan, mi dari terigu, tepung jagung, berbagai roti dan kue.
b. Pengolahan dengan bahan baku kacang-kacangan, misalnya pembuatan tempe,
tahu, tauco, susu dari kedelai, bumbu kacang, minyak kedelai/kacang tanah.
c. Pengolahan dengan bahan baku umbi-umbian,misalnya pembuatan tepung
tapioka, gula glukosa dari tapioka, keripik kentang, kerupuk udang.
2.4 Karakteristik Pengolahan Mutu Pangan Olahan
2.4.1 Karakteristik Fungsional
Karakteristik fungsional pada produk pangan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar, yaitu :
1. Sifat fisikia (morfologi, sifat termal, sifat reologi, dan sifat spektral)
2. Sifat kimia (komposisi kimia, senyawa kimia aktif, bahan kimia tambahan,
bahan kimia pengolahaan) dan
3. Sifat mikrobiologi (mikroba alami, mikroba kontaminan, mikroba patogen,
mikroba pembusuk).
Untuk setiap jensi produk pangan harus ditentukan sifat sifat mana yang menonjol
dalam mempengaruhi mutu secara keseluruhan.
Bentuk – bentuk makanan instan seperti mie, kopi, bubur, tepung santan, susu
dan sebagainya.
Bumbu siap pakai untuk jenis-jenis makanan tertentu (konsumen tidak perlu
menggiling, mengatur jumlah, dan sebagainya).
Makanan-makanan kaleng/tetra pack yang siap santap dengan cara dipanaskan
terlebih dulu (opor ayam, sayur lodeh, kari dan sebagainya).
Makanan-makanan baku yang tinggal dipanaskan di oven (microwave).
Tepung susu instan, yang lebih mudah larut dalam air dibandingkan tepung susu
konvensional.
Daging-daging olahan seperti sosis, burger dan bakso.
Restoran-restoran “fast food”.
2. Karakteristik bau meliputi keharuman, bau busuk, tengik, apek dan sebagainya
3. Karakteristik rasa meliputi rasa dasar (manis, asin, asam, pahit, pedas, dingin,
lezat dan sebagainya)
4. Karakteristik tekstural meliputi sifat lengket, halus, keras, lunak dan sebagainya.
Keamanan pangan (food safety) akhir-akhir ini telah menadi isu nasional dan
internasional. Semakin tinggi pengetahuan dan kemampuan ekonominya, semakin
tinggi pula kecenderungan menuntut pangan yang lebih aman untuk dikonsumsi.
Kemungkinan-kemungkinan bahaya bagi produk-produk pangan dapat terjadi
karena beberapa sebab :
1. Adanya residu bahan kimia yang terbawa pada bahan pangan akibat teknologi
pertanian misalnya insektisida, pestisida, fungisida, antibiotik, dan hormone.
2. Adanya kesalahan dalam penggunaan bahan kimia tambahan baik jenis maupun
dosisnya.
3. Penyerapan logam berbahaya oleh tanaman dan hewan akibat pencemaran
lingkungan oleh industri.
4. Terjadinya kontaminasi mikroba dan bahan kimia terhadap bahan pangan dan
produk pangan sejak dari pertama sampai pada tingkat pengolahan akibat
kurangnya sanitasi.
5. Kurang cukupnya kondisi proses pengolahan menyebabkan mikroba aktif
kembali pada saat penyimpanan dan pemasaran.
6. Dampak dari penggunaan teknologi yang belum tuntas penelitiannya misalnya
senyawa-senyawa baru, teknik radiasi dan sebagainya.
7. Adanya komponen kimia tertentu pada bahan pangan dan produk pangan yang
dapat mendorong timbulnya penyakit-penyakit tertentu jika dikonsumsi
berlebihan (misalnya kolestrol, lemak dan sebagainya).
2. Metode Proses
Untuk memproduksi makanan yang aman dari mikroorganisme, metode proses
harus dapat membunuh bakteri-bakteri patogen yang terdapat dalam pangan atau
menciptakan kondisi yang tidak sesuai bagi bakteri tersebut dengan pengendalian
suhu, pH, Aw atau menggunakan zat pengawet. Pada keadaan mikroba awal
cukup tinggi, kondisi proses harus dirancang untuk dapat mengendalikannya,
misalnya dengan menaikkan suhu retort pada saat proses sterilisasi.
Banyak kejadian keamanan pangan disebabkan oleh produk pangan secara praktis
telah bebas dari bakteri patogen setelah diproses, tetapi tetap terkena kontaminasi
kembali pada saat pengemasan. Hal ini bisa terjadi akibat kontaminasi dari bahan
mentah, pekerja, peralatan atau kondisi lingkungan pabrik. Untuk itu diperlukan
konsep-konsep sanitasi dalam bentuk prosedur yang jelas.
B. Tahap persiapan
Pada proses produksi yang perlu diperhatikan untuk menjaga keamanan makanan
adalah proses persiapan, pada proses persiapan merupakan tahap awal atau titik awal
dari proses untuk mendapatkan makanan jadi, Untuk itu pada tahap ini perlu sekali
dilakukan pengamanan bahan makanan.
c. Simpan buah dan sayur pada almari pendingin ( kecuali pisang hijau, kentang, dan
jamur) untuk menghambat enzym yang bisa membuat buah dan sayuran kehilangan
zat gizi. Enzym sangat aktif pada suhu yang hangat.
f. Cuci sayuran secara ceput dan jungan merendam sayur dalam air.
g. Saat memusak kentang atau syuran jangan kupas kulitnya karena sebagian zat gizi
akan hilang ketiku pengupasan dan pemotongan sa yuran. Pada umumnya sebelum
memasak adalah cara pengolahin yang bagus untuk mempertahankan zat gizi.
Metoda in cepat dan menggunakan sedikat air atau bahkan tidak menggunakan air
Nama sekalt, puda waktu perebusNan savuran dengan menggunakan air yang
banyak dan waktu yang lama akan banyak menghilangkan kandungan zat gizinya.
i. Jangan pernah menggunakan baking soda untuk memperbaiki rupa sayuran karena
membuat zat gizi pada sayuran hilang.
l. Jangan memakai gelas tanpa corak karena cahaya bisa merusak ribovlafin yang
terkandung didalamnya. Faktor yang bisa merusak vitamin dan sering merusak
warna, aroma dan tekstur makanan.
m. Kupas kulit pada buah-buahan seminim mungkin karena jika seluruh kulit dikupas
banyak vitamin dan mineral yang hilang bersama kulit buah, karena vitamin dan
mineral banyak tersimpan dibawah kulit buah-buahan.
n. Mengukus cara pengolahan yang bagus untuk memperhatikan zat gizi. Metode ini
cepat dan menggunakan sedikit air atau bahkan tidak menggunakan air sama
sekali, pada perebusan sayuran dengan menggunakan air banyak dan waktu yang
lama akan banyak menghilangkan kandungan zat gizinya.
C. Tahap pengolahan
Pada proses pengolalhan hal yang penting yang harus diperhatikan untuk menghindari
terjadinya kontaminasi silang adalah penjamah makanan, cara pengolahan makanan,
sarana pengolahan dan lingkungannya, dan peralatan pengolahan.
a. Penjamah makanan
Karyawan terutama yang bekerja langsung dengan bahan pangan atau pangan
dapat mencemari bahan pangan atau pangan tesebut, baik berupa cemaran fisik,
kimia maupun biologis. Oleh karena itu, kebersihan karyawan dan higienen
karyawan merupakan salah satu hal yang sangat penting yang harus diperhatikan
industri pangan agar produk pangannya bermutu dan aman untuk dikonsumsi.
Cara higienen karyawan yang baik adalah upaya yang dilakukan untuk
mencegah tercemarnya pangan oleh campuran fisik, kimia maupun biologis dari
tubuh karyawan. Upaya yang dapat dilakukan adalah memupuk kebiasaan
karyawan yang baik dan melatih karyawan untuk meninggalkan kebiasaan
karyawan yang buruk.
d. Peralatan pengolahan
D. Tahap pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan yang berfungsi
untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis, perubahan kadar air.
Teknologi pengemasan perkembangan sangat pesat khususnya pengemas plstik yang
dengan drastic mendesak peranan kayu, karton, gelas dan metal sebagai bahan
pembungkus primer.
Berbagai jenis bahan pengepak seperti tetaprak, tetabrik, tetraking merupakan jenis
teknologi baru bagi berbagai jus serta produk cair yang dapat dikemas dalam keadaan
qaseptiis steril. Sterilisasi bahan kemasan biasanya dilakukan dengan pemberian
cairan atau uap hydrogen peroksida dan sinar UV atau radiasi gama.
Jenis generasi baru bahan makanan pengemas ialah lembaran plstik berpori yang
disebut Sspore 2226. sejenis platik yang memilki lubang + lubang. Plastik ini sangat
penting penngunaanya bila dibandingkan dengan plastic yang lama yang harus dibuat
labang dahulu. Jenis plastic tersebut dapat menggeser pengguanaan daun pisang dan
kulit ketupat dalam proses pembuatan ketupat dan sejenisnya.
Pangan yang telah diproduksi dengan cara-cara yang baik masih dapat
mengalami kerusakan akibat penanganan yang tidak benar selama pengangkutan dan
penyimpanan. Karena itu, pelaksanaan cara distribusi vang baik penting untuk
dilaksanakan. Pedoman Cara Distribusi Pangan Yang Baik ditetapkan oleh Menteri
yang bertanggungjawab di bidang perindustrian, pertanian, atau perikanan sesuai
bidang tugas dan kewenangan masing-masing. Dalam pedoman ini dapat disimak hal-
hal yang berkenaan dengan cara bongkar muat, pengendalian suhu, kelembaban dan
tekanan udara selama distribusi dan penyimpanan serta sistem pencatatan untuk
penelusuran distribusi pangan.
Pedoman Cara Distribusi Pangan yang Baik adalah cara distribusi yang
memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara:
a. melakukan cara bongkar muat pangan yang tidak menyebabkan kerusakan pada
pangan
b. mengendalikan kondisi lingkungan, distribusi dan penyimpanan pangan khususnya
yang berkaitan dengan suhu, kelembaban, dan tekanan udara
c. mengendalikan sistem pencatatan yang menjamin penelusuran kembali pangan
yang didistribusikan.
3. Memberi petunjuk waktu yang tepat perlunya segera dilakukan tindakan koreksi
untuk meluruskan proses yangmenyimpang.
Sesuai dengan standar ISO 9000, maka kegiatan pengendalian memiliki fungsi antara
lain:
1. Membantu dalam membangun pengendalian mutu pada berbagai titik dalam
proses produksi.
3. Meneliti cacat yang terjadi dan membantu memecahkan masalah mutu selama
produksi.
6. Mengorganisasikan inspeksi pada setiap tahap proses dan spot checks bilamana
diperlukan.
7. Melaksanakan inspeksi akhir untuk menilai mutu produk akhir dan efektivitas
pengukuran pengendalian mutu.
9. Melakukan uji untuk mengukur dan menganalisa produk yang diterima akibat
tuntutan konsumen.
10. Memberikan umpan balik data cacat dan tuntutan konsumen kepada bagian
rekayasa mutu.
3. Sistem mutu pengendalian mutu total atau disebut pula sistem kendali mutu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mutu pangan adalah kesesuaian antara karakteristik produk pangan tertentu
dengan kemampuannya dalam memenuhi perannya sebagaimana yang dikehendaki.
Mutu pangan bersifat multi dimensi dan mempunyai banyak aspek diantaranya adalah
aspek gizi, aspek selera, aspek bisnis, dan aspek kesehatan. Pengujian mutu pangan
dilakukan dengan cara uji sensori, uji fisik, uji kimia, dan uji mikrobiologi. Pada pangan
olahan, mutu ditentukan oleh berbagai karakteristik yaitu katakteristik fungsional,
kemudahan penggunaan, masa simpan, psikologi, dan keamanan. Adapun factor yang
mempengaruhi mutu makanan dapat dilihat dari tahapan pengolahannya yaitu, tahap
penerimaan stok makanan, tahap persiapan, tahap pengolahan, penjamah makanan, cara
pengolahan makanan, sarana pengolahan dan lingkungannya, peralatan pengolahan,
tahap pengemasan, serta tahap distribusi dan penyimpanan. Untuk mempertahankan
standar mutu bahan agar tetap baik, perlu adanya pengendalian mutu pangan.
Pengendalian mutu pangan mencakup kegiatan menginterpretasikan dan
mengimplementasikan rencana mutu yang bertujuan untuk menjaga standar mutu yang
telah ditetapkan hingga dapat terus mengembangkan mutu yang unggul. Kegiatan
pengendalian kualitas diarahkan pada perolehan produk yang sesuai dengan standar
kualitas yang diinginkan dengan melibatkan elemen-elemen pengendalian kualitas yang
terdiri dari objek pengendalian, manusia/pekerja, peralatan, tenaga kerja, teknik/metode,
dan komunikasi informasi.
3.2 Saran
Pada pembahasan ini, diharapkan dapat memberikan wawasan kepada pembaca
mengenai factor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu pangan sehingga dapat terbebas dari
jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Multi Kompetensi Lembaga Kursus dan Pelatihan (2019) Karakteristik Mutu Produk
Industri Pangan. https://multikompetensi.com/artikel-dan-berita/karakteristik-
mutu-produk-industri-pangan/ (Diakses pada 26 januari 2021)
Soekarto, S.T. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. PAU
Pangan dan Gizi. IPB Press, Bogor. (Diakses pada 26 januari 2021)