DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
2020/2021
KATA PENGANTAR
i
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................4
PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Pengertian Good Manufacturing Practices (GMP).................................4
B. Prinsip Good Manufacturing Practices (GMP).......................................4
C. Cakupan Standar Good Manufacturing Practices (GMP).....................5
D. Ruang Lingkup Good Manufacturing Practices (GMP).........................7
E. Pelaksanaan Good Manufacturing Practices (GMP)............................14
F. Manfaat Good Manufacturing Practices (GMP)...................................16
BAB III..................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................17
A. Kesimpulan................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri pangan dewasa ini meningkat dengan sangat pesat.
Seiring dengan perkembangan industri pangan saat ini banyak ditemui terjadi
masalah pencemaran pangan pada makanan yang dikonsumsi. Salah satu
penyebab dari permasalahan tersebut disebabkan terkontaminasinya produk-
produk pangan dalam proses produksi
Masalah utama pencemaran pangan antara lain adalah: Cemaran Mikroba
karena rendahnya kondisi higiene dan sanitasi; Cemaran Kimia karena kondisi
lingkungan yang kotor; Penyalahgunaan Bahan Berbahaya yang dilarang untuk
pangan; Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) melebihi batas maksimal
yang diijinkan. Keamanan pangan merupakan persyaratan wajib bagi konsumen,
persyaratan tidak tertulis dan tidak dapat ditawar. Jika produk tidak aman,
konsumen akan memberikan sanksi atau tidak membeli produk selamanya.
Kesadaran konsumen akan keamanan pangan terus berkembang dan meningkat
sebab banyaknya kasus/masalah keamanan pangan, seperti kasus keracunan
pangan
Oleh sebab itu dikembangkanlah suatu system standar keamanan pangan yang
disebut sebagai Good Manufacturing Process (GMP) yang termasuk kedalam food
safety management system guidelines for implementation yang merupakan suatu
tindakan keamanan preventif yang efektif untuk menjamin keamanan pangan.
Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) secara luas akan berakibat
pada banyak aspek yang berhubungan dengan hygienis karyawan perusahaan
maupun sanitasi pada proses produksi. Sebab yang diutamakan dari penerapan
Good Manufacturing Practices (GMP) di lapangan adalah agar tidak terjadi
kontaminasi terhadap produk selama proses produksi terjadi, sehingga produk
yang sampai ke konsumen merupakan produk yang aman untuk dikonsumsi. Hal
1
ini sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik /
CPPOB (Good Manufacturing Practise/GMP)
Good Manufacturing Practices (GMP) merupakan suatu pedoman persyaratan
minimum yang menjelaskan bagaimana cara memproduksi makanan agar aman,
bermutu, dan layak untuk dikonsumsi dan berisi penjelasan tentang persyaratan
minimum dalam pengolahan yang harus dipenuhi (Pragana, 2010). GMP menjadi
dasar atau syarat yang utama suatu industri pangan sebelum memperoleh sertifikat
Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP). GMP untuk produksi pangan
(produk makanan dan minuman) diatur oleh Kepmenkes RI No
23/Men.Kes/SK/I/1978.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Good Manufacturing Practices (GMP)?
2. Apakah prinsip yang diterapkan dari Good Manufacturing Practices
(GMP)?
3. Apa sajakah yang termasuk ke dalam cakupan standar Good
Manufacturing Practices (GMP)?
4. Apakah yang termasuk ke dalam ruang lingkup Good Manufacturing
Practices (GMP)?
5. Bagaimanakah pelaksanaan Good Manufacturing Practices (GMP)?
6. Apakah manfaat yang didapatkan dari penerapan Good Manufacturing
Practices (GMP)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengertian Good Manufacturing
Practices (GMP).
2. Untuk mnegtahui prinsip yang diterapkan dari Good Manufacturing
Practices (GMP).
3. Untuk mengetahui cakupan standar dari Good Manufacturing Practices
(GMP).
2
4. Untuk mengetahui ruang lingkup Good Manufacturing Practices (GMP).
5. Untuk mengetahui pelaksaan Good Manufacturing Practices (GMP).
6. Untuk mengetahui manfaat dari Good Manufacturing Practices (GMP).
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dilakukan dengan benar. Sedangkan standar diperlukan dalam menentukan apakah
hasil pekerjaan sudah baik. Indonesia telah memiliki standar yang dapat
digunakan, yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI).
Prinsip praktek produksi terdiri dari empat prinsip, yaitu :
1. Cepat, beberapa bahan dan produk pangan perlu segera ditangani atau
diolah.
2. Cermat, penanganan dan pengolahan bahan baku atau penanganan produk
pangan harus dilaksanakan cermat.
3. Bersih, penanganan dan pengolahan bahan atau produk pangan ditujukan
untuk menghambat aktivitas mikroba atau enzim pembusuk.
4. Dingin, temperature tinggi dapat mempercepat proses biokimia dan
aktivitas mikoba pada bahan pangan.
5
yang mungkin dapat dilakukan untuk melindungi pangan yang
diproduksinya.
2. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas industri dapat menjamin bahwa pangan selama
dalam proses produksi tidak tercemar oleh bahaya fisik, biologis dan kimia
serta mudah dibersihkan dan disanitasi.
3. Peralatan dan Produksi
Tata letak kelengkapan ruang produksi diatur agar tidak terjadi
kontaminasi silang. Peralatan produksi yang kontak langsung dengan
pangan seharusnya didesain, dikonstruksi dan diletakkan sedemikian untuk
menjamin mutu dan keamanan pangan yang dihasilkan.
4. Suplai air atau sarana penyediaan air
Air yang digunakan selama proses produksi harus cukup dan memenuhi
persyaratan kualitas air bersih dan atau air minum
5. Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi
Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi diperlukan untuk menjamin
agar bangunan dan peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah
terjadinya kontaminasi silang dari karyawan.
6. Kesehatan dan higiene karyawan
Kesehatan dan hygiene karyawan yang baik dapat menjamin bahwa
pekerja yang kontak langsung maupun tidak langsung dengan pangan
tidak menjadi sumber pencemaran.
7. Pemeliharaan dan program hygiene sanitasi karyawan
Pemeliharaan dan program sanitasi terhadap fasilitas produksi (bangunan,
mesin/ peralatan, pengendalian hama, penanganan limbah dan lainnya)
dilakukan secara berkala untuk menjamin terhindarnya kontaminasi silang
terhadap pangan yang diolah.
8. Penyimpanan
Penyimpanan bahan yang digunakan dalam proses produksi (bahan baku,
bahan penolong, BTP) dan produk akhir dilakukan dengan baik sehingga
tidak mengakibatkan penurunan mutu dan keamanan pangan.
6
9. Pengendalian proses
Untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman, proses produksi
harus dikendalikan dengan benar. Pengendalian proses produksi pangan
industri rumah tangga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
10. Pelabelan
pangan Label pangan harus jelas dan informatif agar memudahkan
konsumen memilih, menyimpan, mengolah dan mengkonsumsi pangan.
Kode produksi pangan diperlukan untuk penarikan produk, jika
diperlukan.
11. Pengawasan
oleh penangungjawab pangan Seorang penanggung jawab diperlukan
untuk mengawasi seluruh tahap proses produksi serta pengendaliannya
untuk menjamin dihasilkannya produk pangan yang bermutu dan aman.
12. Penarikan produk
Penarikan produk pangan adalah tindakan menghentikan peredaran pangan
karena diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit atau keracunan
pangan.
Pencatatan dan dokumentasi
13. Pencatatan dan dokumentasi
Pencatatan dan dokumentasi yang baikdiperlukan untuk memudahkan
penelusuran masalah yang berkaitan dengan proses produksi.
14. Pelatihan karyawan
Pimpinan dan karyawan harus mempunyai pengetahuan dasar mengenai
prinsip–prinsip dan praktek higiene dan sanitasi pangan serta proses
pengolahan pangan yang ditanganinya agar dapat memproduksi pangan
yang bermutu dan aman.
7
Pencemaran pada bahan pangan dapat terjadi karena lingkungan yang
kotor. Oleh karena itu, lingkungan di sekitar sarana produksi/ pengolahan
harus terawat baik, bersih, dan bebas dari tumbuhnya tanaman liar. Mengingat
lingkungan yang kotor dapat menjadi penyebab pencemaran bahan pangan
maka dari sejak awal pendirian pabrik perlu dipertimbangkan berbagai hal
yang berkaitan dengan kemungkinan pencemaran tersebut.
Lokasi pabrik pengolahan pangan yang baik dan sehat yaitu berada di
lokasi yang bebas dari pencemaran. Pada saat memilih lokasi pabrik
pengolahan pangan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah:
a. Jauh dari lokasi industri yang sudah mengalami polusi.
b. Tidak berlokasi di daerah yang mudah tergenang air atau banjir sebab
sistem saluran pembuangan airnya tidak berjalan lancar.
c. Jauh dari daerah yang menjadi tempat pembuangan sampah baik sampah
padat maupun sampah cair atau jauh dari daerah penumpukan barang
bekas dan daerah kotor lainnya.
d. Jauh dari tempat pemukiman penduduk yang terlalu padat dan kumuh.
Lingkungan juga harus selalu dipertahankan dalam keadaan bersih dengan
cara-cara seperti :
a. Sampah dan bahan buangan pabrik lainnya harus dikumpulkan
setiap saat di tempat khusus dan segera dibuang atau didaur
ulang sehingga tidak menumpuk dan menjadi sarang hama.
b. Tempat-tempat pembuangan sampah harus selalu dalam keadaan
tertutup untuk menghindari bau busuk dan mencegah pencemaran
lingkungan.
c. Sistem pembuangan dan penanganan limbah harus baik dan selalu
dipantau agar tidak mencemari lingkungan.
d. Sistem saluran pembuangan air harus selalu berjalan lancar untuk
mencegah genangan air yang mengundang hama.
e. Sarana jalan hendaknya dikeraskan atau diaspal, dan dilengkapi dengan
sistem drainase yang baik agar tidak tergenang air.
8
2. Bangunan yang meliputi design dan fasilitas.
Bangunan dan fasilitas pengolahan pangan harus dapat menjamin
bahwa pangan selama dalam proses produksi tidak tercemar oleh
bahaya fisik, biologis, dan kimia, serta mudah dibersihkan dan
disanitasi.Bangunan secara umum harus memenuhi hal-hal berikut ini :
Sesuai persyaratan teknik dan hygiene
a. Mudah dibersihkan dan mudah dipelihara
b. Bangunan terdiri dari ruang pokok (proses produksi), ruang pelengkap
(administrasi, toilet, tempat cuci,dll.)
c. Ruang pokok dan ruang pelengkap harus terpisah untuk
mencegah pencemaran terhadap produk pangan.
d. Ruangan proses produksi : cukup luas, tata letak ruangan sesuai urutan
proses, ada sekat antara ruang bahan dan proses/pengemasan.
- Desain dan Kontruksi Pabrik
Ruang proses pengolahan meliputi :
a. Ruang bahan baku dan bahan pembantu,
b. Ruang bahan berbahaya (insektisida, pencuci, desinfektan),
c. Ruang penyiapan bahan (ruang penimbangan, pencucian,
pengupasan),
d. Ruang proses (pemasakan, penggorengan, pemanggangan,
fermentasi, pencetakan, dll),
e. Ruang pengemasan dan ruang penyimpanan produk.
- Konstruksi Lantai
a. Lantai tahan lama, tidak tergenang dan mudah dibersihkan.
b. Lantai ruang proses: rapat atau kedap air, tahan terhadap air, garam,
asam, basa, atau bahan kimia lain.
c. Lantai rata, halus, tidak licin, mudah dibersihkan.
d. Ruang pengolahan plus pencucian/pembilasan, lantai miring kearah
pembuangan air, lubang pembuangan ditutup.
- Konstruksi Dinding atau Ruang Pemisah
9
a. Dinding tahan lama, mudah dibersihkan serta melindungi produk
pangan dari kontaminasi
b. Bahan dinding tidak menyerap air (pondasi semen) dan tidak beracun.
c. Permukaan halus, rata, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah
mengelupas, mudah dibersihkan, berjarak minimal 2 m dari lantai.
d. Pertemuan dinding dengan dinding atau lantai mudah
dibersihkan.
- Konstruksi Atap dan Langit-langit
a. Tahan lama, tahan air dan tidak bocor serta tidak mudah pecah.
b. Tidak menimbulkan debu, mudah dibersihkan, tidak terdapat lubang
c. Tinggi langit-langit dari lantai min. 3 m untuk aliran udara yang cukup
dan mengurangi panas akibat proses produksi. Permukaan rata dan
berwarna terang.
- Konstruksi Pintu
a. Terbuat dari bahan yang tahan lama (kayu, aluminium, dll) kuat, tidak
mudah pecah serta dilapisi bahan kedap air
b. Permukaan rata, halus, berwarna terang, serta mudah dibereskan
c. Dapat ditutup dan dibuka dengan baik dengan dilengkapi tirai (plastic
lembaran pada pinu ruangan proses.
- Konstruksi Jendela
a. Bahan tahan lama, tidak mudah pecah atau rusak, permukaan rata,
halus, terang dan mudah dibersihkan
b. Jarak minimal 1 m dari lantai dengan jumlah dan ukuran yang dibatasi
(menghindari pencemaran dari luar) serta dilengkapi kaca pencegah
serangga yang mudah dibersihkan.
- Konstruksi Penerangan dan Ventilasi
a. Tempat kerja dan ruang kerja cukup terang.
b. Sumber penerangan harus dilindungi agar tidak menjadi
sumber pencemaran
c. Peredaran udara baik dan dapat menghilangkan uap, gas, bau,
debu, panas.
10
d. Lubang ventilasi dilengkapi kasa pencegah hama dan mudah
dibersihkan.
- Konstruksi Gudang
Jumlah cukup, mudah dibersihakn, mencegah masuknya ham, memberikan
perlindungan terhadap produk pangan, mencegah kerusakan bahan pangan
dengan mengatur suhu, kelembapab sinar, dll.
4. Fasilitas sanitasi.
Adanya fasilitas dan kegiatan sanitasi di pabrik bertujuan untuk
menjamin bahwa ruang pengolahan dan ruangan yang lain dalam
bangunan serta peralatan pengolahan terpelihara dan tetap bersih,
sehingga menjamin produk pangan bebas dari mikroba, kotoran, dan cemaran
lainnya
a. Suplai Air
Berasal dari sumber air ang aman dan jumlah yang cukup untuk memenuhi
seluruh kebutuhan. Sumber dan saluran air untuk keperluan lain
11
seperti untuk pamadam api, boiler, dan pendinginan harus terpisah
dari sumber dan saluran air untuk pengolahan. Memberikan warna yang
berbeda pada pipa air untk membedakan fungsi. Memberikan syarat bahan
air untuk air minum pada air yang mengalami kontak langsung dengan
pangan. Sellau menyediakan penampungan air yang cukup.
b. Sarana Pembuangan Air Limbah
Melengkapi system pembuangan air dan limbah yang baik berupa saluran-
saluran air dan selokan. Merancang system pembuangan air dan limbah
sedemikian rupa.
c. Fasilitas Pencucian
Proses pencucucian sarana pengolahan merupaka proses rutin yang
penting untuk menjamin mutu dan keamanan produk pangan. Oleh karena
itu, industry harus menyediakan fasilitas pencucian/pembersihan yang
memadai. Pecucian produk pangan dipisah dari pencucian peralatan lain.
Dilengkapi sumber air yang bersih dan air panas. Pembersihan dapat
dilakukan secara fisik dengan cara penyikatan, penyemprotan dengan air,
ll. Secara kimia dengan menggunakan deterjen basa atau asam, jika
diperlukan cara disinfeksi dapat dilakukan dengan deterjen, kemudian
larutan klorin 100 sampai 250 ppm (mg/liter) atau larutan iodin 20 sampai
59 ppm.
5. Hygiene karyawan.
Karyawan yang bekerja di ruangan pengolahan pangan harus
selalu dalam keadaan bersih, mengenakan baju kerja serta penutup
kepala dan sepatu. Perlengkapan seperti baju kerja, penutup kepala,
dan sepatu tidak boleh dibawa keluar dari pabrik. Karyawan harus
selalu mencuci tangannya dengan sabun pada saat-saat sebelum mulai
melakukan pekerjaan mengolah produk pangan sesudah keluar dari
toilet/jamban, sesudah menangani bahan mentah atau bahan kotor lainnya
karena dapat mencemari produk pangan lainnya.
12
6. Pengendalian proses.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan proses pengolahan
makanan antara lain adalah sebagai berikut :
- menetapkan persyaratan bahan mentah yang digunakan, komposisi
bahan yang digunakan serta cara-cara pengolahan secara tetap.
- menetapkan persyaratan distribusi serta cara transportasi yang
baik untuk melindungi produk pangan yang didistribusikan.
7. Manajemen pengawasan
Tujuan dilakukannya pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan untuk
mencegah terjadinya penyimpangan yang mungkin terjadi selama kegiatan
dilakukan. Untuk tujuan pengendalian produksi yang efektif,
tergantung pada skala industrinya, dibutuhkan minimal seorang
penanggung jawab jaminan mutu yang mempunyai latar belakang
pengetahuan higiene yang baik. Yang bersangkutan bertanggung jawab
penuh terhadap terjaminnya mutu dan keamanan produk pangan yang
dihasilkan. Dengan demikian tugas utamanya adalah mengawasi
jalannya produksi dan memperbaikinya jika selama produksi terjadi
penyimpangan yang dapat menurunkan mutu dan keamanan produk pangan
yang dihasilkan. Kegiatan pengawasan ini hendaknya dilakukan secara
rutin dan dikembangkan terus untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi
yang lebih baik.
13
E. Pelaksanaan Good Manufacturing Practices (GMP)
Dalam pelaksanaan Good Manufacturing Practices (GMP) terdapat 3
komponen, yaitu :
1. Bahan Baku yang Bermutu Baik
Pilihlah bahan baku yang berasal dari daerah yang diketahui tidak
tercemar. Hal ini dilakukan untuk memperkecil risiko mendapatkan bahan
baku berkualitas rendah. Cara panen juga perlu diperhatikan karena sangat
mempengaruhi mutu bahan baku. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari
untuk mencegah penurunan mutu yang diakibatkan tingginya suhu
lingkungan. Buah-buahan yang dipanen pagi hari memiliki kualitas lebih baik
dibandingkan buah yang dipanen siang atau sore hari. Ikan yang dipanen pagi
hari memiliki mutu lebih baik dibandingkan ikan yang dipanen siang hari.
Penggunaan suhu rendah dapat menghambat penurunan mutu. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu lingkungan adalah dengan
menggunakan ruang ber AC atau es batu. Namun harus diperhatikan, tidak
semua bahan pangan dapat disimpan pada ruangan bersuhu rendah.
2. Lingkungan Terkontrol
Lingkungan tempat penanganan dan pengolahan harus terkontrol agar
dapat
menghambat penurunan mutu, sehingga dihasilkan produk pangan dengan
mutu terjamin. Pengontrolan lingkungan harus dilakukan secara cermat dan
terus-menerus terhadap sanitasi lingkungan, bahan dan peralatan yang
digunakan, suhu lingkungan, dan pekerja yang terlibat. Sanitasi lingkungan
dapat menjadi sumber mikroba yang dapat mencemari produk pangan.
Pengontrolan sanitasi lingkungan harus dilaksanakan sesuai prosedur
operasional sanitasi standar (SSOP) yang telah ditentukan.
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi sebaiknya
steril sehingga tidak menimbulkan rekontaminasi pada produk pangan yang
dihasilkan. Proses sterilisasi peralatan sebaiknya dilakukan setelah peralatan
14
tersebut digunakan sehingga dapat langsung digunakan pada saat pengolahan
berikutnya.
Pekerja yang terlibat dalam proses pengolahan sangat berpengaruh
terhadap mutu produk pangan yang dihasilkan. Kesehatan, kebersihan, dan
perilaku pekerja perlu diperhatikan. Selain itu juga, kebersihan badan dan
pakaian para pekerja perlu diperhatikan. Sebaiknya, pekerja sudah
membersihkan badan dan menggunakan pakaian bersih yang telah disiapkan
oleh perusahaan sebelum memasuki ruang pengolahan. Kewajiban mencuci
tangan dan kaki sebaiknya diterapkan bagi pekerja yang akan memasuki ruang
pengolahan atau pindah ke ruang lain.
3. Pengolahan yang Cermat
Cara penanganan dan proses pengolahan bahan baku, penanganan,
distribusi dan pemasaran produk pangan berpengaruh terhadap mutu produk
pangan yang dipasarkan. Bahan baku pangan harus dicuci untuk
menghilangkan mikroba dan kotoran yang mungkin meningkat selama
pengangkutan. Pencucian bahan baku sebaiknya menggunakan air yang
mengalir, sehingga kotoran langsung terbuang dari wadah pencucian.
Penggunaan air yang tidak mengalir akan menyebabkan konsentrasi mikroba
dalam air terus meningkat. Pisahkan bahan baku pangan berdasarkan jenis,
ukuran,, dan kesegarannya. Pemisahan ini akan menjaga mutu bahan baku
tetap baik. Dengan bahan baku bermutu tinggi akan dapat dihasilkan produk
pangan dengan mutu yang relatif sama.
Bahan baku pangan yang mudah mengalami penurunan mutu sebaiknya
segera diproses agar mutu produk pangan yang dihasilkan tetap baik. Proses
pengolahan bahan baku juga akan mempengaruhi mutu produk pangan yang
dihasilkan. Proses pengolahan bahan baku sebaiknya disesuaikan dengan
standar yang berlaku.
Pengemasan merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya
rekontaminasi, Pemilihan waktu untuk mengemas, jenis bahan pengemas, dan
kebersihan bahan pengemas sangat berpengaruh terhadap upaya pencegahan
rekontaminasi. Produk pangan sebaiknya tidak dikemas dalam keadaan panas
15
karena uap air yang terbentuk akan melekat pada kemasan. Uap air tersebut
dapat dimanfaatkan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang-biak
sehingga akan mencemari produk pangan. Jenis bahan yang dapat digunakan
sebagai pengemas diantaranya logam, kaca, plastik, atau bahan organik.
Pemilihan jenis kemasan harus disesuaikan dengan produk pangan yang
dihasilkan.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan CCP perlu
D. ditingkatkan seperti diadakan pelatihan (training) sanitasi untuk
karyawan
E. untuk lebih menjamin dan meningkatkan kualitas produk yang
diproduksi
17
F. Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan CCP perlu
G. ditingkatkan seperti diadakan pelatihan (training) sanitasi untuk
karyawan
H. untuk lebih menjamin dan meningkatkan kualitas produk yang
diproduksi
Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan CCP perlu dilakakukan
bagi perusahaan/organisasi yang belum memulai, sedangkan bagi mereka yang
sudah memulai, peningkatan seperti pelatihan (training) sanitasi terhadap
karyawan untuk lebih menjamin dan meningkatkan kualitas produk yang di
produksi. Selain itu tentunya, penerapan Good Manufacturing Practices ini dapat
meningkatkan daya saing serta terbukanya peluang memasuki pasar global.
18
DAFTAR PUSTAKA
19