Farmasi Industri
DOSEN PEMBIMBING
apt. Ani Haerani, S. Farm., M. Farm
DISUSUN OLEH :
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat
serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.
Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya makalah Farmasi Industri yang
berjudul “Ketentuan CPOB, CPOTB dan CPKB” ini dapat diselesaikan. Penulis
juga mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa memiliki keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh
karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu
pula dengan makalah yang telah penulis selesaikan ini. Tidak semua hal dapat
dideskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini, namun penulis membuat
makalah semaksimal mungkin dengan kemampuan yang dimiliki.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
memperbaiki makalah ini menuju kesempurnaan. Akhir kata penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
secara sembarangan karena obat digunakan untuk memelihara kesehatan
sehingga perlu diterapkan persyaratan CPOB. (PerMenKes No 1799, 2010).
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 006 Tahun 2012 tentang industri
dan usaha obat tradisional menyatakan bahwa Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB) adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan
obat tradisional yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang
dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai
dengan tujuan penggunaannya.
Dalam lampiran Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor :HK.00.05.4.3870 Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik
(CPKB) merupakan salah satu faktor penting untuk dapat menghasilkan
produk kosmetik yang memenuhi standard mutu dan keamanan. Mengingat
pentingnya penerapan CPKB maka pemerintah secara terus menerus
memfasilitasi industri kosmetik baik skala besar maupun kecil untuk dapat
menerapkan CPKB melalui langkah-langkah dan pentahapan yang
terprogram.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan CPOB, CPOTB dan CPKB.
2. Mengetahui aspek-aspek yang ada dalam CPOB, CPOTB dan CPKB.
2
BAB II
TNJAUAN PUSTAKA
3
penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah
ditentukan tetap dicapai. Otoritas Pengawasan Obat hendaklah menggunakan
Pedoman ini sebagai acuan dalam penilaian penerapan CPOB, dan semua
peraturan lain yang berkaitan dengan CPOB hendaklah dibuat minimal sejalan
dengan Pedoman ini. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh
industri farmasi sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan.
4
Manajemen puncak bertanggung jawab untuk pencapaian sasaran
mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari personel pada semua
tingkat di berbagai departemen dalam perusahaan, juga pemasok dan
distributor. Untuk mencapai sasaran mutu yang handal, diperlukan Sistem
Mutu yang didesain secara komprehensif dan diterapkan secara benar serta
mencakup Cara Pembuatan Obat yang Baik dan Manajemen Risiko Mutu.
Pelaksanaan sistem ini hendaklah didokumentasi lengkap dan dimonitor
dipantau efektivitasnya. Semua bagian Sistem Mutu hendaklah didukung
ketersediaan personel yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan
yang cukup dan memadai.
2. Personalia
Industri farmasi hendaklah memiliki personel dalam jumlah yang
memadai yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis. Menyediakan
sumber daya yang memadai dan tepat (manusia, finasial, bahan, fasilitas dan
peralatan) untuk menerapkan dan mengawasi sitem mutu industri farmasi
dan meningkatkan efektivitas secara terus-menerus. Oleh sebab itu industri
farmasi harus bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua
tugas. Tanggung jawab individual secara jelas dipahami oleh masing-
masing dan didokumentasikan. Seluruh personel hendaklah memahami
prinsip CPOB yang menyangkut tugasnya serta memperoleh pelatihan awal
dan berkesinambungan, termasuk instruksi higiene yang berkaitan dengan
pekerjaannya. Tiap personel tidak boleh dibebani tanggung jawab yang
berlebihan sehingga menimbulkan risiko terhadap kualitas. Manajemen
puncak hendaklah menunjuk Personel Kunci termasuk Kepala Produksi,
Kepala Pengawasan Mutu, dan Kepala Pemastian Mutu. Posisi kunci
tersebut dijabat oleh Apoteker purnawaktu. Kepala Produksi, Kepala
Pengawasan Mutu dan Kepala Pemastian Mutu harus independen satu
terhadap yang lain. Hendaklah personel tersebut tidak mempunyai
5
kepentingan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau
finansial.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta
seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
pemeliharaan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu
atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu
6
produk. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk
antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi
yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang
ditentukan. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah
risiko kesalahan atau kontaminasi. Peralatan satu sama lain hendaklah
ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan serta
memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk.
5. Produksi
Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Produksi hendaklah dilakukan dan
disupervisi oleh personel yang kompeten. Seluruh penanganan bahan dan
produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel,
penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan
distribusi hendaklah dilakukan sesuai prosedur atau instruksi tertulis dan
bila perlu dicatat. Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk
memastikan kesesuaiannya dengan pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan
di mana perlu dan diberi penandaan dengan data yang diperlukan. Terdapat
beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam produksi, yaitu
pengadaan bahan awal, validasi proses, pencegahan pencemaran silang,
sistem penomoran bets atau lot, penimbangan dan penyerahan,
pengambilan, pengolahan, kegiatan pengemasan, pengawasan selama
proses, serta karantina dan penyerahan produk jadi.
7
lanjut, belum ditekankan keperluan akan pembuatan, pengembangan dan
pemeliharaan prosedur penyimpanan dan pengiriman obat, serta
pengendalian kegiatan proses distribusi. Untuk menjaga mutu awal obat,
semua kegiatan dalam penyimpanan dan pengirimannya hendaklah
dilaksanakan sesuai prinsip CPOB dan CDOB.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi,
pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan,
dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk
dijual, sampai mutunya telah dibuktikan persyaratan. Pengawasan Mutu
tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam
semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Bagian ini harus
independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab dan wewenang
seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang membawahi
satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai hendaklah tersedia
untuk memastikan bahwa segala kegiatan Pengawasan Mutu dilaksanakan
dengan efektif dan dapat diandalkan. Bagian Pengawasan Mutu secara
keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab, antara lain adalah membuat,
memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu,
mengawasi pengendalian sampel pembanding dan/atau sampel pertinggal
dari bahan dan produk bila perlu, memastikan kebenaran label pada wadah
bahan dan produk, memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas produk,
ikut serta dalam investigasi keluhan yang terkait dengan mutu produk, dan
lain-lain. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilakukan sesuai dengan
prosedur tertulis, dan dicatat di mana perlu.
8. Inspeksi Diri
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan
8
CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi
kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan
perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara
independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang
dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara objektif. Inspeksi diri
hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada situasi khusus,
misalnya dalam hal terjadi penarikan obat jadi atau terjadi penolakan yang
berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan hendaklah dilaksanakan.
Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat
program tindak lanjut yang efektif.
Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari
sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya.
Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen
atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen
perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan
penerima kontrak. Audit mutu erat dikaitkan dengan kegiatan alih daya.
Kegiatan alih daya adalah aktivitas yang tercakup dalam Pedoman CPOB
yang dialihdayakan hendaklah didefinisikan, disetujui dan dikendalikan
dengan benar untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat
menghasilkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
9
dan pencegahan serta tindakan pengurangan-risiko lain. Semua otoritas
pengawas obat terkait hendaklah diberitahu secara tepat waktu jika ada
cacat mutu yang terkonfirmasi (kesalahan pembuatan, kerusakan produk,
temuan pemalsuan, ketidakpatuhan terhadap izin edar atau spesifikasi
produk, atau isu mutu serius lain) terhadap obat atau obat uji klinik yang
dapat mengakibatkan penarikan produk atau pembatasan pasokan. Apabila
ditemukan produk yang beredar tidak sesuai dengan izin edarnya,
hendaklah dilaporkan kepada Badan POM dan/atau otoritas pengawas obat
terkait sesuai dengan ketentuan berlaku.
Dalam hal kegiatan alih daya, kontrak hendaklah menggambarkan
peran dan tanggung jawab pabrik pembuat, pemegang izin edar dan/atau
sponsor dan pihak ketiga terkait lainnya dalam kaitan dengan penilaian,
pengambilan keputusan, dan penyebaran informasi dan implementasi
tindakan pengurangan-risiko yang berkaitan dengan produk cacat.. Kontrak
tersebut juga hendaklah membahas cara berkomunikasi dengan penanggung
jawab dari masing-masing pihak untuk pengelolaan masalah cacat mutu
dan penarikan.
10. Dokumentasi
Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari sistem
pemastian mutu dan merupakan kunci untuk pemenuhan persyaratan
CPOB. Berbagai jenis dokumen dan media yang digunakan hendaklah
sepenuhnya ditetapkan dalam Sistem Mutu Industri Farmasi. Dokumentasi
dapat dibuat dalam berbagai bentuk, termasuk media berbasis kertas,
elektronik atau fotografi.
Tujuan utama sistem dokumentasi yang dimanfaatkan haruslah
untuk membangun, mengendalikan, memantau dan mencatat semua
kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung berdampak pada semua
aspek kualitas obat. Sistem Mutu Industri Farmasi hendaklah mencakup
penjabaran rinci yang memadai terhadap pemahaman umum mengenai
persyaratan, di samping memberikan pencatatan berbagai proses dan
10
evaluasi setiap pengamatan yang memadai, sehingga penerapan persyaratan
yang berkelanjutan dapat ditunjukkan. Acuan lebih lanjut terkait penerapan
Cara Dokumentasi yang Baik untuk menjamin integritas dokumen dan
catatan dapat mengacu pada Pedoman WHO Guidance on Good Data and
Record Management Practices atau pedoman internasional lain terkait.
Dokumen hendaklah bebas dari kesalahan dan tersedia secara
tertulis. Istilah “tertulis” berarti tercatat, atau terdokumentasi di media
tempat data dapat diberikan dalam bentuk yang mudah terbaca oleh
manusia. Ada dua jenis dokumentasi utama yang digunakan untuk
mengelola dan mencatat pemenuhan CPOB: prosedur/instruksi (petunjuk,
persyaratan) dan catatan/laporan. Pelaksanaan dokumentasi yang tepat
hendaklah diterapkan sesuai dengan jenis dokumen.
11
dengan kegiatan alih daya, misal catatan pengolahan, analisis dan distribusi,
serta sampel pembanding hendaklah disimpan oleh atau disediakan untuk
Pemberi Kontrak. Semua catatan yang relevan untuk penilaian mutu
produk, bila terjadi keluhan atau cacat produk atau penyelidikan kasus
dugaan pemalsuan, hendaklah dapat diakses dan ditetapkan dalam prosedur
yang dibuat oleh Pemberi Kontrak. Kontrak hendaklah mencakup izin bagi
Pemberi Kontrak untuk menginspeksi kegiatan alih daya yang dilaksanakan
oleh Penerima Kontrak atau pihak ketiga yang telah disetujui bersama.
12
pengendalian perubahan, acuan dokumen yang digunakan. Berdasarkan
CPOB 2018, kualifikasi sendiri terdiri atas kualifikasi desain, kualifikasi
instalasi, kualifikasi operasional, kualifikasi kinerja dan kualifikasi ulang.
13
dengan faktor lain di luar Persyaratan Teknis ini, seperti desain dan
pengembangan produk.
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOTB yang berhubungan
dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan
organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan
yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan
tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan
memenuhi syarat. Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah
dilakukan terhadap semua obat tradisional terdaftar, termasuk produk
ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian
dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat
tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan
proses.
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk
melakukan penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu
suatu produk. Hal ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun
retrospektif.
2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat
tradisional yang benar. Oleh sebab itu industri obat tradisional bertanggung
jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang
memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tanggung jawab tiap personil
hendaklah dipahami masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah
memahami prinsip CPOTB dan memperoleh pelatihan awal dan
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
14
3. Bangunan, fasilitas, dan peralatan
Bangunan, fasilitas dan peralatan untuk pembuatan obat tradisional
hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta
disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan
pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran
silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan
perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang,
penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan
mutu obat tradisional tradisional. Karena berpotensi untuk terdegradasi dan
terserang hama serta sensitivitasnya terhadap kontaminasi mikroba maka
produksi dan terutama penyimpanan bahan yang berasal dari tanaman dan
binatang memerlukan perhatian khusus. Bangunan dan fasilitas serta semua
peralatan kritis hendaklah dikualifikasi untuk menjamin reprodusibiltas dari
bets ke bets.
15
5. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian
mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan
bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan
rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi,
Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan
instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara
tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting.
6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
tervalidasi yang telah ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOTB yang
menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan
mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Untuk bahan mentah - baik yang dibudidayakan maupun yang hidup secara
liar, dan yang digunakan baik dalam bentuk bahan mentah maupun sudah
melalui tehnik pengolahan sederhana (misal perajangan atau penghalusan) -
tahap kritis pertama dalam proses produksi, dalam hal ini di mana
persyaratan teknis ini mulai diterapkan, hendaklah ditentukan dengan jelas.
Penjelasan tentang hal tersebut hendaklah dinyatakan dan
didokumentasikan. Petunjuk diberikan seperti berikut. Namun untuk proses
seperti ekstraksi, fermentasi dan pemurnian, penentuannya hendaklah
ditetapkan berdasarkan kasus-perkasus. Pengumpulan /pembudidayaan dan
/atau pemanenan, proses pasca panen termasuk pemotongan pertama dari
bahan alamiah hendaklah
dijelaskan secara rinci. Jika diperlukan penghalusan lebih lanjut dalam
proses pembuatannya, hendaklah hal tersebut dilakukan sesuai CPOTB.
Dalam hal bahan aktif, sesuai definisi dalam Glosarium, terdiri hanya dari
rajangan atau serbuk, aplikasi dari persyaratan teknis ini dimulai pada proses
16
fisik yang mengikuti pemotongan awal dan perajangan, dan termasuk
pengemasan. Jika ekstraks digunakan, prinsip-prinsip dari persyaratan
teknis ini hendaklah diberlakukan pada setiap tahap produksi mengikuti
proses pasca panen / pasca pengumpulan. Dalam hal produk jadi diolah
secara fermentasi, penerapan CPOTB hendaklah meliputi seluruh tahap
produksi sejak pemotongan awal dan penghalusan.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara
Pembuatan Obat Tadisional yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa
produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang
berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai
sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk
jadi.
Ruang lingkup Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel,
spesifikasi dan pengujian serta organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan
dilakukan, dan bahwa bahan-bahan yang tidak diluluskan untuk digunakan,
atau produk jadi diluluskan untuk dijual atau didistribusikan, sampai
kualitasnya dinilai memenuhi syarat. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada
kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang
terkait dengan mutu produk. Independensi Pengawasan Mutu dari Produksi
adalah fundamental sehingga Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan
dengan benar.
17
Kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan
kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas
prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung
jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) pada
bagian ini meliputi tanggung jawab industri obat tradisional terhadap Badan
POM dalam hal pemberian izin edar dan pembuatan obat. Hal ini tidak
dimaksudkan untuk memengaruhi tanggung jawab legal dari Penerima
Kontrak dan Pemberi Kontrak terhadap konsumen.
18
pelaksanaan CPOTB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci
oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya bila juga
menggunakan auditor luar yang independen.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu,
pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali produk
jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan
perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri
hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Hal-hal mengenai personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan,
dokumentasi, produksi, pengawasan mutu, distribusi produk jadi,
penanganan keluhan dan penarikan produk jadi dan inspeksi diri hendaklah
diinspeksi secara berkala mengikuti program yang telah disusun
sebelumnya untuk memverifikasi pemenuhan terhadap prinsip pemastian
mutu. Semua inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan hendaklah
mencantumkan semua observasi selama inspeksi dan usul untuk tindakan
korektif yang diperlukan. Laporan tindak lanjut hendaklah dicatat juga.
19
Indonesia untuk bersaing dengan produk sejenis dari negara lain baik di pasar
dalam negeri maupun internasional.
2. Personalia
Personalia harus memiliki pengetahuan, pengalaman, keterampilan
dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya dan tersedia dalam
jumlah yang cukup. Mereka harus dalam keadaan sehat dan mampu
menangani tugas yang dibebankan kepadanya.
20
3. Peralatan
Peralatan harus didesain dan ditempatkan sesuai dengan produk
yang dibuat. Dalam aspek peralatan ini meliputi rancangan bangunan,
pemasangan dan penempatan dan pemeliharaan.
5. Produksi
Produksi meliputi bahan awal (air) produksi, verifikasi material
(bahan), pencatatan bahan, material yang ditolak (reject), sistem pemberiaan
nomot batch, sistem pemberian nomor batch, penimbangan dan
pengukuran, prosedur dan pengolahan, produk sediaan (produk kering,
prosuk aerosol), pelabelan dan pengemasan dan produk jadi, karantina dan
pengiriman ke gudang produk jadi.
6. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian terpenting dari CPKB, karena
memberikan jaminan konsistensi mutu produk kosmetik yang dihasilkan.
7. Dokumentasi
Sistem dokumentasi hendaknya meliputi riwayat sistem batch,
dimulai dari bahan awal sampai produk jadi. Sistem ini hendanya merekam
aktivitas yang dilakukan meliputi pemeliharaan, penyimpanan peralatan,
penyimpanan, pengawasan mutu, distrbusi dan hal-hal sepesifik lain yang
terkait dengan CPKB.
21
8. Audit Internal
Audit internal terdiri dari kegiatan penilaian dan pengujiam seluruh
atau sebagian dari aspek produksi dan pengendalian mutu dengan tujuan
untuk meningkatkan sistem mutu. Audit Internal dapat dilakukan oleh pihak
luar atau auditor professional atau tim internal yang dirancang oleh
manajemen untuk keperluan ini. Pelaksanaan audit internal dapat diperluas
sampai ke tingkat pemasok dan kontraktor.
9. Penyimpanan
a. Area Penyimpanan
Area penyimpanan hendaknya luas cukup luas untuk
memungkinkan penyimpanan yang memadai dari berbagai kategori baik
bahan maupun produk jadi, produk yang dikarantina dan produk yang
lulus uji, ditolak (reject), dikembalikan atau ditarik dari peredaran.
Area penyimpanan hendaknya dirancang atau disesuaikan untuk
menjamin kondisi penyimpanan yang baik. Area penyimpanan harus
bersih, kering dan dirawat dengan baik dan bila perlu dengan kondisi
khusus (suhu dan kelembaban) dan hendaknya disediakan, diperiksa dan
dipantau fungsinya.
Area penyimpanan untuk produk karantina hendaknya diberi batas
secara jelas.
b. Penanganan dan Pengawasan Persesiaan
Penerimaan Produk
Pada saat penerimaan, barang dokumen hendaknya diperiksa
dan dilakukan verifikasi fisik dengan bantuan keterangan pada
label yang meliputi tipe barang dan jumlahnya. Barang kiriman
harus diperiksa dengan teliti terhadap kemungkinan terjadinya
kerusakan ata cacat dan hendaknya ada catatan pertinggal untuk
setiap penerimaan barang.
Pengawasan
22
Dalam pengawasan, catatan-catatan harus dipelihara yang
meliputi semua catatn penerimaan dan catatan pengeluaran
produk. Pengawasan hendaknya meliputi pengamatan prinsip
rotasi barang (FIFO) dan semua label serta wadah produk tidak
boleh dirubah, dirusak atau diganti.
23
BAB III
PPENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. CPOB, CPOTB, dan CPKB merupakan pedoman yang digunakan
Industri farmasi untuk memastikan mutu dan kualitas dari hasil
produksinya.
2. CPOB, CPOTB dan CPKB dengan mengacu pada current Good
Manufacturing Practice (cGMP) untuk menjamin obat yang diproduksi
secara konsisten dan kontinyu dapat memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya yang mencakup
seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu
3. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara pembuatan obat
yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai
dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya.
4. bahwa Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) adalah
seluruh aspek kegiatan pembuatan obat tradisional yang bertujuan untuk
menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
5. Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) merupakan salah satu
faktor penting untuk dapat menghasilkan produk kosmetik yang
memenuhi standard mutu dan keamanan.
3.2 Saran
Berdasarkan makalah ini menyarankan untuk lebih memahami
CPOB, CPOTB dan CPKB dan aspek-aspek yang ada di dalamnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2018. Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB). Badan Pengawas Obat dan
Makanan :Jakarta.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2021. Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB). Badan Pengawas Obat
dan Makanan :Jakarta.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2019. Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Kosmetik Yang Baik (CPKB). Badan Pengawas Obat dan
Makanan :Jakarta.
Darmawan A., Irawan. 2015. Mengenal CPOB. Bagian Ilmu Kedokteran Kerja
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
25