Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

METODE-METODE STERILISASI
“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teknologi Sediaan Steril”

DOSEN PEMBIMBING :
apt. Ani Haerani,S.Farm.,M.Farm

DISUSUN OLEH :
Lita Novitasari 7119003

Fatimah A.Zahra 7119020

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
Jl. Cihanjuang No. 303 Kab. Bandung Barat 40559 Telp. 0226647780
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah mata kuliah Teknologi Sediaan Steril tentang Metode-
Metode Sterilisasi ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Makalah mata kuliah Teknologi


Sediaan Steril tentang Metode-Metode Sterilisasi ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandung, April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Tablet.........................................................................................................3
2.2 Tablet Sublingual......................................................................................5
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Oven....................................................................................................8


Gambar 2.2 Autoklaf.............................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Salah satu bagian yang penting dalam pembuatan sediaan steril adalah
pengetahuan tentang cara-cara mematikan, menyingkirkan, dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme berbeda-beda tergantung
spesies yang dihadapi. Selain itu lingkungan dan tempat mikroba ini pun
berbeda-beda misalnya dalam darah, makanan, air, sampah, roil, dan tanah.
Hal tersebut juga dapat dijadikan sebagi bahan pertimbangan untuk
menentukan cara untuk menghancurkan mikroorganisme yang digunakan
tergantung pengetahuan, keterampilan dan tujuan dari yang
melaksanakannya, sebab tiap situasi yang dihadapi merupakan kenyataan-
kenyataan dasar yang dapat menuntun pada cara atau prosedur yang harus
dilakukan.
Tindakan untuk membebaskan alat atau bahan dari mikroba adalah
dengan sterilisasi. Secara umum, sterilisasi dapat dilakukan dengan cara
mekanik, fisik dan kimia. Teknik aseptis dibutuhkan untuk mencegah
ataupun mengurangi kontaminasi yang tidak diinginkan.
Karena pentingnya sterilisasi alat dan bahan khususnya pada sediaan
steril maka hal inilah yang melatar belakangi pembuatan makalah ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut
1. Apa itu sterilisasi?
2. Apa saja macam-macam sterilisasi?
3. Bagaimana cara menentukan metode sterilisasi yang cocok untuk setiap
variasi sediaan steril?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan sterilisasi?
5. Apa saja persyaratan hasil sterilisasi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini antara lain
1. Untuk mengetahui tentang sterilisasi
2. Untuk mengetahui macam-macam sterilisasi
3. Untuk mengetahui metode sterilisasi yang cocok untuk setiap variasi
sediaan steril
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sterilisasi
5. Untuk mengetahui persyaratan hasil sterilisasi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sterilisasi

Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari pencemaran mikroba


baik patogen maupun non patogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari
suatu objek atau material. Hal tersebut dapat dicapai melalui beberapa cara
penghilangan secara fisika semua organisme hidup, misalnya melalui
penyaringan atau pembunuhan organisme dengan panas, bahan kimia, atau
dengan cara lainnya.

Sterilisasi perlu dilakukan untuk mencegah transmisi penyakit,


mencegah pembusukan material oleh mikroorganisme, dan untuk mencegah
kompetisi nutrient dalam media pertumbuhan sehingga memungkinkan
kultur organisme spesifik berbiak untuk keperluan sendiri atau untuk
metabolitnya (Agoes,2009).

Berbeda dengan sediaan farmasi pada umunya, produk steril haruslah


dibuat dengan persyaratan khusus, dengan tujuan meniadakan
(mempeerkecil) risiko kontaminasi mikroba, partikel partikulat, pirogen dan
produk interaksi lainnya (Agoes, 2009). Salah satu bentuk sediaan steril
adalah injeksi. Sediaan injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi,
suspensi, atau serbuk secara parenteral, suntikan dengan cara menembus,
atau merobek jaringan dalam atau melalui kulit atau selaput lendir (Lukas,
2006).

Pemberian obat dengan cara injeksi banyak dilakukan di rumah sakit,


puskesmas maupun klinik. Sediaan injeksi diberikan jika diperlukan
tercapainya respon fisiologis yang cepat, dipersyaratkan atau diperlukan
untuk obat yang tidak efektif secara oral atau akan dirusak oleh sekresi
saluran cerna dan untuk pasien yang tidak kooperatif, meloya, atau tidak
sadar (Agoes, 2009).

Salah satu bentuk sediaan injeksi yang ada pada saat ini berupa
sediaan parenteral volume kecil,termasuk dalam kategori ini adalah sediaan
dalam wadah dosis tungal (single dose) dan dosis ganda (multiple dose).
3
Wadah dosis tunggal merupakan suatu wadah kedap udara yang
mempertahankan jumlah obat steril dengan tujuan pemberian parenteral
sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka, tidak dapat ditutup rapat
kembali dengan jaminan tetap steril. Wadah dosis ganda merupakan wadah
kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya per bagian berturut-
turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas, atau kemurnian bagian
yang tertinggal. (Lukas, 2006). Wadah dosis ganda lebih memungkinkan
terjadinya kontaminasi mikroorganisme hal ini disebabkan oleh adanya
pengambilan sediaan yang berulang. Salah satu usaha yang dilakukan untuk
menjaga sterilitas sediaan dengan wadah dosis ganda adalah dengan
penambahan bahan pengawet antimikroba (Ansel, 2005).

Pengawet antimikroba mutlak harus digunakan terutama pada wadah


dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat masuk
secara tidak sengaja selama atau setlah proses produksi (Depkes RI,1995).
Selain itu, penambahan pengawet antimikroba juga berfungsi untuk
melindungi konsumen dari kontaminasi mikroba serta untuk
mempertahankan potensi dan stabilitas dari sediaaaan. Pengawet yang biasa
digunakan dalam sediaan injeksi meliputi turunan alkohol, komponen
ammonium quartener, komponen fenol, serta komponen merkuri organik
(Agoes,2009). Salah satu pengawet antimikroba yang sering digunakan
dalam sediaan injeksi adalah benzalkonium klorida yang merupakan
komponen ammonium quartener dengan konsentrasi 0,01% - 0,02%.
Larutan benzalkoinum klorida aktif terhadap berbagai macam bakteri, ragi,
dan jamur serta lebih aktif terhadap bakteri gram positif daripada gram
negatif. Namun, benzalkoinum klorida tidak efektif terhadap beberapa
strain Pseudomonas aeroginosa, Mycobaceterium Tuberculosis,
Trichophyton interdigitale, dan T. Rubrum. Tetapi, jika dikombinasikan
dengan disodium edetat (0,01 – 0,1 % w/v), benzil alkohol, feniletanol, atau
fenilpropanolol, aktivitas terhadap Pseudomonas aeruginosa meningkat
(Rowe, 2006).

Adanya penambahan pengawet antimikroba pada sediaan injeksi dosis


ganda akan mempengaruhi kontrol kualitas sediaan, khususnya yang terkait
dengan uji sterilitas. Ika bahan uji mempunyai aktivitas antimikroba, maka

4
dilakukan uji setelah dinetralisasi dengan bahan penetral yang sesuai atau
dengan cara mengencerkan dalam sejumlah media yang cukup (Depkes
RI,2009). Oleh karena itu, perlu dilakukannya inaktivasi pengawet yang
ditambahkan pada sediaan injeksi dosis ganda untuk menghilangkan
pengaruh pengawetnya sebelum dilakukan uji sterilitas sampel.

Di indonesia, sediaan injeksi dosis ganda masih banyak digunakan di


rumah sakit dan puskesmas. Salah satu sediaan injeksi dosis ganda yang
masih digunakan adalah injeksi difenhidramin HCl, Difenhidramin HCl
merupakan antihistamin antagonis reseptor H1 yang berfungsi untuk
mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui
mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptornya (Dewoto,2007).
Difenhidramin HCl digunaka untuk mengurangi gejala kondisi alergi
termasuk urtikaria, angioderma, rhinitis, dan gangguan pruritus pada kulit.
Selain itu, juga digunakan sebagai anti muntah pada terapi mual dan
muntah, serta terapi vertigo karena berbagai penyebab. Difenhidramin HCl
digunakan secara parenteral untuk terapi shock anafilaksis (Sweetmann,
2009).

5
6
2.2 Macam – macam Sterilisasi

Macam – macam sterilisasi (Machmud, 2008) pada prinsipnya


sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi.

Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang


berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan
yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sterilisasi secara
mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi
atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan
saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah
melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini
adalah mikroba) (Suriawiria,2005).

Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan


penyinaran.

 Pemanasan kering (cara panas)

a) Pemijaran (dengan api langsung) : membakar alat pada


api secara langsung, contoh alat : jaru inokulum, pinset,
batang L,dll.

b) Udara panas oven

Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan dengan


uap, paling baik disterilkan dengan panas
kering .Misalnya petrolatum jelly,minyak mineral, lilin,
wax, serbuk talk. Karena panas kering kurang efisien
dibanding panas lembab, pemaparan lama dan
temperatur tinggi dibutuhkan. Range luas waktu
inaktivasi dalam temperatur bervariasi telah diterapkan
berdasarkan tipe indikator steril yang digunakan,
kondisi kelembaban dan faktor lain..Sterilisasi panas
kering membutuhkan pemaparan pada suhu

7
150°Csampai 170°C selama 1-4 jam. Alat yang
digunakan pada umumnya adalah oven. Beberapa
waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven :

 170°C (340 F) sampai 1 jam

 160°C (320 F) sampai 2 jam

 150°C (300 F) sampai 2,5 jam

 140°C (285 F) sampai 3 jam

Karena suhunya yang tinggi sterilisasi panas


kering tidak dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang
membutuhkan keakuratan.Contoh: alat ukur dan penutup
karet atau plastik.

Gambar 2.2 Oven

c) Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus.


Bahan yangmengandung air lebih tepat menggungakan
metode ini supaya tidakterjadi dehidrasi.

d) Uap air panas bertekanan

Sterilisasi uap menggunakan uap air dalam tekanan


sebagai pensterilnya. Ini merupakan metode sterilisasi
yang biasa digunakan dalam industri farmasi, karena
dapat diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi
bakteri, dan parameter-parameter sterilisasi seperti
waktu dan suhu dapat dengan mudah dikontrol dan
monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang di

8
validasi. Metode ini sangat efektif untuk sterilisasi
karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih,
proses cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat
tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel
mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu
efektifnya adalah 121℃ pada tekanan 5 kg/cm2
dengan waktu standar 15 menit. Sterilisasi panas
lembab sangat efektif digunakan meskipun pada suhu
yang tidak begitu tinggi, karena ketika uap air
berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan
dilepaskan panas sebesar 686 kalori per gram uap air
pada suhu 121℃. Panas ini mendenaturasikan atau
mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan
dengan demikian mematikannya. Biasanya alat yang
digunakan ialah autoklaf. Autoklaf adalah alat untuk
mensterilkan berbagai macam alat bahan yang
menggunakan tekanan 15 lbs(2 atm) dan suhu121°C.
Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat
dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan
yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding
dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media
digunakan suhu 121°C dan tekanan 15 lb/in2(SI =
103,4 Kpa) selama 15 menit.

Kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi uap


dengan menggunakan autoklaf adalah sebagai berikut :

 Suhu 111,5°C, waktu 30 menit

 Suhu 121,5°C, waktu 20 menit

 Suhu 126,5°C, waktu 15 menit

Metode ini biasanya digunakan untuk mensterilisasi:

 Larutan dengan pembawa air

 Alat-alat gelas

9
 Pembalut untuk bedah

 Penutup karet dan plastik

Gambar 2.2 Autoklaf

 Penyinaran dengan UV (cara bukan panas)

Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses


sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel
pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu
UV.
Steriliasai secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa
desinfektan antara lain alkohol.

Sterilisasi dengan udara kering, alat yang umum dikenal adalah oven
.Alat ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti erlenmeyer,
petridish,tabung reaksi dan alat gelas lainnya, bahan-bahan seperti kapas,
kain dan kertas dapat disterilkan dengan alat ini. Pada umumnya suhu yang
digunakan pada sterilisasi secara kering adalah 170-180℃ selama paling
sedikit 2 jam. Lama sterilisasi tergantung pada alat dan jumlahnya
(Machmud, 2008).
Sterilisasi dengan uap air panas, bahan yang mengandung cairan
tidak dapat disterilkan dengan oven sehingga digunakan alat ini.alat ini
disebut Arnold steam sterilizer dengan suhu 100℃ dalam keadaan lembab.
10
Secara sederhana dapat pula digunakan dandang. Mula-mula bahan
disterilkan pada suhu 100℃ selama 30 menit untuk membunuh sel-sel
vegetatif mikroba. Kemudian disimpan pada suhu kamar 24 jam untuk
memberi kesempatan spora tumbuh menjadi sel vegetatif, lalu dipanaskan
lagi 100℃ 30 menit. dan diinkubasi lagi 24 jam dan disterilkan lagi, jadi
ada 3 kali sterilisasi. Banyak bakteri berspora belum mati dengan cara ini
sehingga dikembangkan cara berikutnya yaitu uap air bertekanan
(Machmud, 2008).
Sterilisasi kimiawi bisa diklasifikasikan atas 3 golongan, yaitu :
1. Golongan zat yang menyebabkan kerusakan membran sel.
2. Golongan zat yang menyebabkan denaturasi protein.
3. Golongan zat yang mampu mengubah grup protein dan asam
amino yang fungsional.

2.3 Metode Sterilisasi Yang Cocok Untuk Sediaan Steril

Cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril,


yaitu :

1. Terminal Sterilization (Sterilisasi Akhir)

Metode sterilisasi akhir menurut PDA Technical Monograph


2005dibagi menjadi dua, yaitu :

 Overkill Method adalah metode sterilisasi menggunakan


pemanasan dengan uap panas pada suhu 121℃ selama 15
menit yang mampu memberikan minimal reduksi setingkat log
12 dari mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki nilai
D minimal 1 menit. Kita bisa menggunakan metode overkill
untuk bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Metode
merupakan pilihan utama karena kelebihannya lebih efisien,
cepat dan aman. Karakteristik sterilisasi yang digunakan
adalah probabilitas survival tidak lebih besar dari 1 (satu
mikroorganisme dalam 106 unit). Dalam hal ini monitoring
rutin boiburden dari formula awal sebelum proses sterilisasi
tidak di perlukan. Jadi pada overkill menthod kita melakukan

11
mentoring hanya pada formula akhir (Lucas, 2006).

 Bioburden Sterilization adalah metode sterilisasi yang


memerlukan mentoring ketat dan terkontrol terhadap beban
mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi
sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat
sterilisasi yang dipersyaratkan SAL 106 . Kita menggunakan
metode umumnya untuk bahan yang dapat mengalami
degradasi kandungan bila dipanaskan terlalu tinggi seperti zat
organik. Misalnya, larutan karbohidrat (dektrosa) bila
dipanaskan dengan temperatur tinggi dapat mengakibatkan
senyawa Hidri Methyl Fulfural (HMF) yang merupakan seuatu
senyawa hepatotoksik yang tidak diinginkan. Proses sterilisasi
memerlukan suatu siklis yang dapat menghancurkan muatan
mikroorganisme namun tanpa menimbulkan degradasi produk.
Siklus didapat dari studi-studi yang memastikan jumlah dan
ketahanan mikroorganisme terhadap panas dalam produk yang
akan disterilakan. Nilai D (D value) biasa ditentukan dengan
menggunakan bakteri dalam bentuk spora yang didapat dari
lingkuangan produksi (environmental spore-forming
mikroorganisme) atau yang diisolasi dari produk. Jika
organisme yang tahan panas telah diketahui, siklus sterilisasi
dapat ditentukan untuk mendapatkan tingkat jaminan
sterilisasi kurang dari satu organism dalam 106 unit. Dengan
demikian isolate yang paling tahan panas digunakan sebagai
indikator biologis. Perbedaan kedua metode adalah pada titik
awal(starting point). Apabila mengguanakan pendekatan
overkill, maka pemanasan dengan uap 121Cselama 15 menit,
sedangkan pendekatan bioburden dilihat dari pencapaian
tingkat sterilisasi yang diminta, yakni sal 106 . Sterilisasi akhir
harus menjadi pilihan utama dan sedapat mungkin digunakan
apabila produk tahan terhadap panas. Cara sterilisasi yang
dipilih tergantung pada bahan, zat aktif, pelarut dan bahan
kemas yang digunakan (Lucas, 2006)
12
2. Aseptic Processing

Aseptic Processing adalah metode pembuatan produk steril


menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril
atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan kedalam
kontainer sterildalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material,
peralatan dan petugastelah terkontrol sedemikian rupa sehingga
kontaminasi mikroba tetap berada pada level yang dapat diterima
(acceptable) dalam clean zone (Lucas, 2006).

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sterilisasi

1. Sterilisasi Pembekuan

Kelebihan :

Suhu rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme


dengancara menginaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam proses
metabolism microbe tersebut.Sterilisasi bahan makanan dengan cara
menyimpan dalam suhu beku,sehingga dapat bertahan lebih lama.

Kekurangan :

Proses pembekuan dapat menimbulkan partikel-partikel es di


dalamsel mikroorganisme, sehingga dinding sel mikroba menjadi
rusak.Proses pembekuan tidak efektif untuk membasmi spora.

2. Sterilisasi dengan pengeringan (desikasi)

Kelebihan :

Sterilisasi dengan cara pengeringan akan dapat


menghentikan/mengurangi aktivitas metabolic dan kemudian diikuti
kematian microbe. Menghilangkan air dari sel mikroorganisme.

Kekurangan :

Jenis mikroorganisme mempengaruhi lamanya mikroba dapat


bertahanhidup setelah pengeringan.

13
3. Sterilisasi dengan radiasi

Kelebihan :

Dapat mengurangi populasi microba di kamar bedah rumah


sakit,ruang aseptis pengisian obat-obatan di industri farmasi.

Kekurangan :

 Dapat bersifat letal terhadap mikroorganisme

 Daya penetrasi rendah

2.5 Persyaratan Hasil Sterilisasi

Adapun syarat sediaan steril adalah :

1. Bebas kontaminasi pirogenik dan endotoksin

2. Bebas partikulat

3. Stabil secara fisika, kimia dan mikrobiologi

4. Isotonis

5. Isohidris

14
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa :

1. Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme


yang terdapat pada atau di dalam suatu benda.

2. Sterilisasi bertujuan agar alat atau bahan dalam keadaan steril sehingga
tidakada kontaminasi.

3. Agar efektif sterilisasi butuh waktu, kontak, suhu dengan sterilisasi


uap, bertekanan tinggi.

4. Sterilisasi terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu mekanik, fisik, dan
kimiawi.

5. Adapula sterilisasi pada benda yang tidak tahan terhadap suhu tinggi
dengancara pasteurisasi dan tyndalisasi.

6. Kelebihan dan kekurangan berbeda tergantung jenis sterilisasinya

7. Adapun syarat sediaan steril adalah :

 Bebas kontaminasi pirogenik dan endotoksin

 Bebas partikulat

 Stabil secara fisika, kimia dan mikrobiologi

 Isotonis

 Isohidris

15
16
17
DAFTAR PUSTAKA

Curtis, Helena, Barnes, N. Sue. 1999. Biology 5th Edition. New


York :WorthPublisher Inc

Fardiaz,Srikandi.1992.Mikrobiologi Pangan.Jakarta :Departemen Pendidikan


danKebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Hadioetomo, Ratna Siri.1990.Mikrobiologi dalam Praktek.Jakarta:


GramediaPustaka UtamaLay dan Hastowo.1992.Mikrobiologi.Jakarta : Rajawali

Lucas, Stefanus. 2006.Formulasi Steril . Yogyakarta : UGM Press

Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan


Mikroba.BalaiPenelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.

Sofyan.1995. Analisis Mikrobiologi Pangan.Jakarta :PT Raja Gravindo Persada

Suriawiria,Unus.1986.Buku Materi Pokok Mikrobiologi Modul 1-9.


Jakarta :Karunika

Waluyo,Lud.2005. Mikrobiologi Umum.Malang :UMM Press

18
19

Anda mungkin juga menyukai