Anda di halaman 1dari 25

FORMULA SEDIAAN TABLET EKSTRAK UMBI

JALAR UNGU(Ipomoea batatas) DAN ETIL ASETAT


SEBAGAI ANTIOKSIDAN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Utuk Memperoleh

Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

FATIMAH A. ZAHRA

7119020

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1


1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................2
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................2
1.5 Hipotesis Penelitian .............................................................................2
1.6 Manfaat Penelitian................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4

2.1 Landasan Teori ....................................................................................4


2.1.1 Sejarah Umbi Jalar....................................................................4
2.1.2 Morfologi Umbi Jalar................................................................5
2.1.3 Klasifikasi Tanaman Umbi Jalar...............................................6
2.1.4 Kandungan Kimia Umbi Jalar...................................................7
2.1.5 Ekstraksi....................................................................................10
2.1.6 Tablet.........................................................................................11
2.1.7 Kromatografi.............................................................................12
2.1.8 Spektofotometri.........................................................................14
2.2 Kerangka Teori ....................................................................................16

BAB III METDOLOGI PENELITIAN........................................................17

3.1 Rancangan Penelitian ...........................................................................17


3.2 Kerangka Penelitian .............................................................................17
3.3 Variabel Penelitian ...............................................................................18
3.4 Definisi Operasional Variabel .............................................................18
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ...........................................................18
3.6 Taknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian ...........................19

i
3.7 Pengolahan dan Analisis Data..............................................................22
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki potensi ketersediaan pangan sebagai sumber
karbohidrat yang cukup besar. Selain beras, salah satu sumber
karbohidrat lainnya adalah jenis umbi-umbian seperti umbi jalar (Ipomoea
batatas L). Awalnya umbi jalar yang banyak ditemui adalah umbi jalar
warna daging putih, kuning, dan oranye. Akan tetapi, sejak
diperkenalkannya dua varietas umbi jalar ungu dari Jepang dengan warna
daging umbinya sangat gelap yaitu Ayamurasaki dan Yamagawa
Murasaki, umbi jalar ungu menjadi banyak digunakan. (Karuniawan,
dkk.,2013).
Warna ungu pada umbi jalar disebabkan oleh adanya zat warna
alami yang disebut antosianin. Antosianin adalah kelompok pigmen
yang menyebabkan warna kemerah- merahan, letaknya di dalam cairan sel
yang bersifat larut dalam air (Nollet, 1996).
Senyawa antosianin berfungsi sebagai antioksidan dan penangkap
radikal bebas, sehingga berperan untuk mencegah terjadi penuaan, kanker,
dan penyakit degeneratif. Selain itu, antosianin juga memiliki kemampuan
sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik, mencegah gangguan fungsi
hati, antihipertensi, dan menurunkan kadar gula darah. (Jusuf dkk., 2008).
Dua jenis umbi jalar ungu yang saat ini telah dikembangkan dan
dimanfaatkan adalah umbi jalar ungu pekat dan umbi jalar ungu muda.
Perbedaan warna dari kedua jenis umbi jalar ungu tersebut diduga
berhubungan dengan perbedaan kandungan antosianin di antara
keduanya. Yang dan Gadi (2008) menyatakan bahwa konsentrasi
antosianin menyebabkan beberapa jenis umbi jalar ungu mempunyai
gradasi warna yang berbeda.

1
2

1.2 Identifikasi Masalah


Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat di
identifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Indonesia memiliki potensi ketersediaan pangan sebagai sumber
karbohidrat yang sangat besar salah satunya adalah jenis umbi-umbian
seperti umbi jalar.
2. Antosianin adalah kelompok pigmen yang menyebabkan warna
kemerah- merahan pada umbi jalar, letaknya di dalam cairan sel yang
bersifat larut dalam air (Nollet, 1996).
3. Senyawa antosianin berfungsi sebagai antioksidan dan penangkap
radikal bebas, sehingga berperan untuk mencegah terjadi penuaan,
kanker, penyakit degeneratif, sebagai antimutagenik dan
antikarsinogenik, mencegah gangguan fungsi hati, antihipertensi, dan
menurunkan kadar gula darah. (Jusuf dkk., 2008).

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dilakukannya praktikum ini yaitu :

1. Bagaimana sejarah, klasifikasi dan deksripsi tanaman umbi jalar ungu?


2. Apa saja kandungan yang terdapat dalam umbi jalar ungu?
3. Apa saja khasiat dan kegunaan umbi jalar ungu?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui


aktivitas antioksidan dan memperoleh produk sediaan tablet dari bahan
umbi jalar ungu.

1.5 Hipotesis Penelitian


3

Hipotesis yang menunjukan bahwa umbi jalar mengandung


antioksidan yaitu dengan adanya warna-warna yang ada pada umbi berasal
dari betakaroten ataupun antosianin, yang juga merupakan suatu senyawa
antioksidan.

1.6 Manfaat Penelitian


a. Manfaat bagi penulis
1. Membekali penulis dalam mempertajam berfikir secara kritis, logis,
dan analitis.
2. Melatih kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah secara
komprehensif.
3. Melatih kemandirian penulis dalam mengembangkan karya ilmiah.
4. Mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi, berkarya di
masyarakat atau dunia kerja.
b. Manfaat bagi pembaca
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
menambah informasi mengenai manfaat dari umbi jalar ungu
2. Serta memberikan gambaran pembuatan formulasi sediaan tablet
ekstrak etil asetat umbi jalar ungu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Sejarah Umbi Jalar
Umbi jalar (Ipomoea batatas) merupakan tumbuhan yang
banyak tumbuh di Indonesia, mudah didapatkan dan harganya murah.
Umbi jalar ungu mengandung antosianin, polifenol, flavonoid, tanin
yang berkhasiat sebagai antioksidan.
Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang
dilakukan dalam mencegah penuaan. Antioksidan diyakini akan
meningkatkan ketahanan tubuh terhadap stress oksidatif dan
khususnya dalam mencegah penuaan kulit (Ardhie, 2011).
Saat ini telah dikembangkan pemanfaatan bahan-bahan alam
sebagai sumber antioksidan dalam sediaan kosmetika. Salah satu
bahan alam yang dapat dimanfaatkan adalah umbi jalar ungu.
Umbi jalar ungu memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dari
pada umbi jalar jingga, kuning dan putih. Umbi jalar ungu
mengandung polifenol, flavonoid dan tanin yang dapat meredam
radikal bebas (Fidrianny, et al.,2012).
Umbi jalar ungu juga memiliki antosianin, pigmen yang
menyebabkan daging umbi berwarna ungu, yang mempunyai aktivitas
antioksidan. Keberadaan senyawa fenol selain antosianin juga penting
karena bersinergi dengan antosianin dalam menentukan aktivitas
antioksidan umbi jalar. Hasil pengujian ekstrak umbi jalar ungu
menunjukkan bahwa antosianin dan senyawa fenol berkorelasi positif
dengan aktivitas antioksidan (Ginting, et al.,2011).

4
5

2.1.2 Morfologi Umbi Jalar


Umbi jalar merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong
tanaman semusim. Tanaman ini tumbuh menjalar pada permukaan
tanah, dengan panjang tanaman yang dapat mencapai 3 meter,
berbatang lunak, tidak berkayu berbentuk bulat dan bagian tengah
bergabus. Batang umbi jalar beruas-ruas dengan panjang ruas sekitar
1-3 cm. Daunnya berbentuk bulat hati, bulat lonjong dan bulat runcing
tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong atau
oval memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal atau berlekuk dalam.
Tanaman ini mempunyai bunga berbentuk terompet dengan panjang
3-5cm dan lebar bagian ujung antara 3-4cm, mahkota bunga berwarna
ungu keputih-putihan dan bagian dalam mahkota bunga berwarna
ungu muda (Widodo, 1986).

Gambar 2.1 Struktur Umbi Jalar

1. Batang

Batang tanaman umbi jalar berbentuk bulat ,tidak berkayu ,


berbuku-buku dan tumbuh dengan merambat. Panjang batang tanaman
umbi jalar 2- 3 m ,sedangkan ukuran pada batang yaitu tergantung
varieties misalya besar ,sedang dan kecil, serta memiliki warna batang
hijau tua dan ada juga yang berwarna keunguan.
6

2. Umbi

Memiliki bentuk umbian yang bulat tidak rata dan kadang juga
berbentuk lonjong. Berat umbi yang ideal yaitu 200 – 300g per umbi.
Memiliki warna putih ,kuning juga warna keunguan, dan memiliki
kulit yang sangat tipis.

3. Daun

Daun berbentuk bulat dan juga lonjong dengan tepi yang rata dan
memiliki lekukan yang sangatlah dalam. Sedangkan memiliki bagian
ujung daun yang sangatlah tajam .Daun biasanya memiliki warna hijau
tua dan juga kekuning – kuningan.

4. Bunga

Bunga umbi jalar memiliki bentuk terompet tersusun dengan lima


helai daun mahkota, lima helai daun bunga dan satu helai putik.
Mahkota bunga berwarna putih, bunga umbi jalar mekar pada pagi jika
terjadi penyerbukan maka akan terjadi buah.

5. Buah

Buah umbi jalar berbentuk bulat, berkulit keras dan berbiji.

2.1.3 Klasifikasi Tanaman Umbi Jalar

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales
7

Famili : Convolvulaceae

Genus : Ipomea

Spesies : Ipomoea batatas.

Nama Lokal : Umbi jalar

2.1.4 Kandungan Kimia Umbi Jalar

Umbi jalar ungu mempunyai kandungan antosianin yang tinggi.


Antosianin merupakan sumber warna ungu sangat berguna bagi tubuh
sebagai antikanker, antioksidan, antihipertensi dan lain-lain. Umbi
jalar ungu memiliki beberapa kelebihan dibandingkan umbi warna
lainnya, terutama dalam hal kandungan antosianin yang lebih tinggi,
juga kandungan vitamin A dan E. Umbi jalar ungu memiliki
kandungan serat, karbohidat komleks, vitamin B6, asam folat, dan
rendah kalori (Reifa, 2005). Selain itu, umbi jalar ungu mengandung
vitamin B1, B12, C, mineral (Fe, Ca, dan Na), lemak, protein, abu,
kalori dan serat kasar (Jairani, 2011).

Umbi jalar ungu mengandung polifenol, flavonoid dan tanin


yang dapat meredam radikal bebas (Fidrianny, et al., 2012). Umbi
jalar ungu juga memiliki antosianin, pigmen yang menyebabkan
daging umbi berwarna ungu, yang mempunyai aktivitas antioksidan.
Keberadaan senyawa fenol selain antosianin juga penting karena
bersinergi dengan antosianin dalam menentukan aktivitas antioksidan
umbi jalar.

Zat aktif yang terkandung didalam Umbi Jalar Ungu yaitu :

1. Flavonoid
8

Flavanoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang


terbesar dan terdapat dalam semua tumbuhan hijau dan memiliki
senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau, kecuali
alga. Flovonoid tersusun dari dua cincin aromatis yang terdiri dari 15
atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai
propana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6 seperti
yang di tunjukkan pada gambar 2.2. Dalam tanaman, flavonoid
berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, dan dapat menghambat
pendarahan pada kulit.

Flavonoid Isoflavonoid Neoflavonoid

Gambar 2.2 Struktur Flavonoid

Flavanoid merupakan senyawa polar sehingga akan larut dalam


pelarut polar etanol, metanol, butanol, aseton. Adanya gula yang
terikat pada flavanoid cenderung menyebabkan flavanoid lebih mudah
larut dalam air dan demikian campuran pelarut diatas dengan air
merupakan pelarut yang baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikogen
yang kurang polar cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti
eter dan kloroform (Sukadana, 2009).

2. Polifenol

Polifenol merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai


aktivitas sebagai antioksidan. Antioksidan fenolik biasanya digunakan
untuk mencegah kerusakan akibat reaksi oksidasi pada makanan,
kosmetik, farmasi dan plastik. Fungsi polifenol sebagai penangkap dan
9

pengikat radikal bebas darir usaknya ion-ion logam. Kelompok


tersebut sangat mudah larut dalam air dan lemak serta dapat bereaksi
dengan vitamin C dan E (Anief, 1997).

Gambar 2.3 Polifenol

3. Tanin
Tanin merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran
senyawa polifenol kompleks. Tanin tersebar dalam setiap tanaman
yang berbatang. Tanin berada dalam jumlah tertentu, biasanya berada
pada bagian yang spesifik tanaman seperti daun, buah, akar dan
batang. Tanin merupakan senyawa kompleks, biasanya merupakan
campuran polifenol yang sukar untuk dipisahkan karena tidak dalam
bentuk kristal (Robert,1997). Tanin biasanya berupa senyawa amorf,
higroskopis, berwarna coklat kuning yang larut dalam organik yang
polar. Tanin mempunyai aktivitas antioksidan menghambat
pertumbuhan tumor dan enzim (Harborne, 1987). Teori lain
menyebutkan bahwa tannin mempunyai daya antiseptic yaitu
mencegah kerusakan yang disebabkan bakteri atau jamur berfungsi
sebagaia stringen yang dapat menyebabkan penutupan pori-pori kulit,
menghentikan pendarahan yang ringan (Anief, 1997).
10

Gambar 2.4 Tanin


2.1.5 Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut diuapkan
dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes RI, 1995).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen
kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada
prinsip perpindahan massa komponen zat kedalam pelarut,
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi
kedalam pelarut.
1. Maserasi
Maserasi berasal dari bahasa latin macerare yang berarti
merendam, merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah
halus memungkinkan untuk direndam sampai meresap dan
melunakkan susunan sel sehingga zat-zat yang mudah larut akan
melarut Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperature ruangan (kamar). Keuntungan cara
penyarian dengan maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang
digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi
adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna
(Depkes RI,2000).
2. Infundasi
Infundasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari
o
simplisia dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit. Infundasi ini
proses yang umum digunakan untuk menyari zat aktif yang larut dalam
air dan bahan – bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan
sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman, oleh sebab itu
11

sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24
jam (Depkes RI, 2000).
3. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai terjadi penyaringan sempurna yang umum nyadilakukan pada
temperature kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan
bahan, tahap maserasi antara tahap perkolasi (penampungan ekstrak),
terus diperoleh ekstrak (Depkes RI, 2000).

4. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik
didihnya selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang
relative konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000)

5. Disgesti
Disgesti adalah pengadukan kontinu pada temperatur yang
0
lebihtinggidaritemperaturkamaryaitu 40-50 C (Depkes RI, 2000)
6. Sokletasi
Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan
pemanasan dengan cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi
dalam sebuah kantung ekstraksi (kertas saring) di dalam sebuah alat
ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinu (Depkes RI, 2000).

2.1.6 Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Tablet merupakan bentuk sediaan padat
yang paling banyak digunakan. Sebagian besar tablet dibuat dengan
metode kompresi atau pengempaan, yaitu dengan cara member
tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
Selain dengan metode kompresi, tablet juga dapat dibuat dengan
12

metode cetak, yaitu dengan menekan massa serbuk lembab dengan


tekanan rendah kedalam lubang cetakan (Ditjen POM., 1995).
Tablet adalah sediaan farmasi yang padat, berbentuk bundar
pipih atau cembung rangkap. Bentu kini paling banyak beredar
dipasaran bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk obat lainnya. Ini
disebabkan karena bentuk “tablet” ini adalah bentuk obat yang praktis
dan ekonomis dalam produksi, penyimpanan dan pemakainnya. Untuk
pembuatan tablet ini selain diperlukan bahan obat juga diperlukan zat
tambahan/zat pembantu, misalnya talk, amilum, magnesium, stearat
dsb (Widjajanti, 1989).
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat dengan cara
kempa cetak dalam bentuk umumnya tabung pipih, permukaannya
rata atau cembung, mengandung obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Obat tunggal atau campuran beberapa jenis obat, diramu
dengan zat tambahan yang cocok, digranulasikan, jika perlu
digunakan zat pembasah, kemudian dikempa cetak. Granulasi dengan
cara kering atau basah tergantung dari sifat obatnya (Jas, 2007).

2.1.7 Antioksidan Pada Umbi Jalar

Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat


atau mencegah proses oksidasi molekul lain. Oksidasi adalah reaksi
kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas, sehingga
memicu reaksi berantai yang dapat merusak sel. Antioksidan
seperti tiol atau asam askorbat (vitamin C) mengakhiri reaksi berantai
ini.

Untuk menjaga keseimbangan tingkat oksidasi, tumbuhan dan


hewan memiliki suatu sistem yang kompleks dari antioksidan,
seperti glutation dan enzim (misalnya: katalase dan superoksidadismut
ase) yang diproduksi secara internal atau dapat diperoleh dari
asupan vitamin C, vitamin A dan vitamin E.
13

Antioksidan secara nyata mampu memperlambat atau


menghambat oksidasi zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam
konsentrasi rendah Antioksidan juga sesuai didefinisikan
sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek
berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan
penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh
maupun factor eksternal lainnya. Radikal bebas adalah spesies yang
tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dan
mencari pasangan electron dalam makromolekul biologi,
dan penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai
antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik.
Senyawa-senyawa golongan tersebut banyak terdapat di alam,
terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk
menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak ditemukan pada
bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.

Huang dkk. (2004) menemukan bahwa umbi, daun dan tangkai


umbi jalar varietas Lam `Tainong 57' yaitu varietas umbi jalar di
Nankang (Taipei) memiliki aktivitas antioksidan dan anti-proliferatif.
Antioksidan yang terkandung dalam umbi jalar ungu adalah senyawa
golongan flavonoid, maka kandungan aktif antioksidan inilah yang
diuji aktivitas antioksidannya.

Kemampuan antioksidan umbi ungu adalah menangkal radikal


bebas, penyebab utama kerusakan sel dengan terjadinya penuaan dan
penyakit degeneratif. Antioksidan dalam umbi ungu adalah antosianin.
Antosianin merupakan komponen flavonoid yang meningkatkan
proliferasi probiotik untuk kesehatan saluran cerna.

Warna ungu pada umbi jalar disebabkan oleh adanya zat warna
alami yang disebut antosianin. Antosianin adalah kelompok pigmen
yang menyebabkan warna kemerah-merahan, letaknya di dalam cairan
sel yang bersifat larut dalam air (Nollet, 1996). Komponen antosianin
14

umbi jalar ungu adalah turunan mono atau diasetil 3-(2-glukosil)


glukosil-5-glukosil peonidin dan sianidin (Sudadkk., 2003). Senyawa
antosianin berfungsi sebagai antioksidan dan penangkap radikal bebas,
sehingga berperan untuk mencegah terjadinya penuaan, kanker, dan
penyakit degeneratif. Selain itu, antosianin juga memiliki kemampuan
sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik, mencegah gangguan
fungsi hati, antihipertensi, dan menurunkan kadar gula darah (Jusuf
dkk., 2008).

2.1.8 Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul
berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase
diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada
pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati
kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan
yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat
disbanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai
macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada
kolom. Definisi kromatografi menurut IUPAC (International Union of
Pure and Applied Chemistry), kromatografi adalah metode yang
digunakan untuk memisahkan komponen dalam sampel, dimana
komponen tersebut didistribusikan diantara dua fase yaitu fase diam
dan fase gerak. Fase diam dapat berupa padatan atau cairan yang
dilapiskan pada padatan atau gel.
Bila fasa diam berupa zat padat aktif, maka kromatografi ini
dikenal dengan kromatografi penyerapan (adsorption
chromatography). Bila fasa diam berupa zat cair, maka teknik ini
disebut kromatografi partisi atau kromatografi pembagian (partition
chromatography).
Suatu campuran pewarna dapat dipisahkan dengan teknik
kromatografi karena adanya perbedaan kelarutan antara zat penyusun
15

campuran pewarna tersebut. Selain itu, kecepatan bergerak partikel


penyusun sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel penyusunnya.
Senyawa yang lebih kecil akan bergerak lebih cepat dari pada
senyawa dengan ukuran lebih besar. Misalnya, tinta hitam merupakan
campuran beberapa warna. Kita dapat memisahkan campuran warna
tersebut dengan kromatografi sehingga kita dapat melihat komponen
penyusun warna hitam tersebut.

2.1.9 Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu
lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector
Fototube. Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah
panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV
(200-380 nm), daerah Visible (380-700 nm), daerah Infra merah (700-
3000 nm).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-
Beer, bila cahaya monokromatik (I0), melalui suatu media (larutan),
maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir),
dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan
intensitas cahaya yang di transmisikan ketika melewati sampel (It)
dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io).
Persyaratan hokum Lambert-Beer antara lain : Radiasi yang
digunakan harus monokromatik, rnergi radiasi yang di absorpsi oleh
sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang
mengabsorpsi harus homogen, tidak terjadi flouresensi atau
phosphoresensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap
konsentrasi, jadi larutan harus pekat (tidak encer).
16

2.2 Kerangka Teori

Umbi Jalar Ungu

Sumber Energi

Ekstrasi umbi
jalar

Senyawa yang
terkandung

Polifenol Antosiani Flavonoid Tanin


n

Antioksidan

Formulasi sediaan
tablet

Uji fisis sediaan

Uji Kualitatif
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian ekperimental dengan
pendekatan laboratorium untuk membuat formulasi senyawa antioksidan
sediaan tablet dari ekstrak umbi jalar ungu.

3.2 Kerangka Penelitian

Umbi Jalar Ungu

Ekstraksi umbi
jalar ungu

Formulasi sediaan
tablet

Pembuatan granul Uji fisis granul

Pembuatan tablet Uji fisis tablet

Uji kualitatif

Stabilitas tablet

17
18

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian merpakan suatu sifat atau nilai yang mempunyai
suatu variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti sehingga ditarik
kesimpulannya untuk dipelajari (Sugiyono, 2019).
Pada penelitian ini menggunakan variable bebas (indenpenden) dan
variable terikat (Dependen).
1. Variabel Bebas (Indenpenden)
Variabel bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau
menjadi penyebab timbulnya variable terikat (Sugiyono, 2019). Dalam
penelitian ini variable bebas adalah konsentrasi etil asetat.
2. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau
terjadi karena adanya variable bebas (Sugiyono, 2019). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah ekstrak umbi jalar ungu.

3.4 Definisi Operasional Variabel


Untuk mencegah terjadinya salah penafsiran terhadap kata atau istilah
maka dirasa perlu untuk menjelaskan istilah yang berhubungan dengan
judul, yaitu:
1. Umbi jalar ungu merupakan salah satu sumber karbohidrat yang
mengandung antosianin, polifenol, flavonoid, tanin yang berkhasiat
sebagai antioksidan.
2. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang dilakukan
dalam mencegah penuaan. Antioksidan diyakini akan meningkatkan
ketahanan tubuh terhadap stress oksidatif dan khususnya dalam
mencegah penuaan kulit (Ardhie, 2011).

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


A. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang
lingkup yang ingin diteliti (Sugiarto et al. 2003).
19

Populasi dalam penelitian ini adalah umbi jalar ungu yang ada
disekitar kampus 2 Instritut Rajawali Bandung.
B. Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian in adalah ekstrak umbi
jalar ungu yang akan diformulasikan menjadi sediaan tablet.
C. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dengan sampling jenuh atau sensus.
Metode pengambilan data yang melibatkan seluruh anggota populasi
disebut sensus (Margono, 1997 : 120 ).

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian


A. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengkaji berbagai buku yang berkaitan dengan penelitian.
2. Jurnal dan karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.
3. Analisis yang dilakukan pada saat membuatan sediaan.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu maserator, alat
gelas kimia, oven, waterbath sheaker, blender, botol semprot, ball
pipet, desikator, mikroskop, lampu sinar UV 254 nm dan 365 nm,
kertas saring Whatman, plat silika gel GF254, corong pisah,
mikropipet, kuvet, rotary evaporator vacum (EYELA OSB-2100),
chamber, statif, klem bulat, krus porselen, tang krus, loyang, cawan
porselen, corong, neraca analitik (Mettler Toledo®),
spektrofotometer UV-Vis (Genesys 10S UV-Vis), mesin cetak tablet
single punch (Korch tipe P.E.246 SRC).
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah ethyl asetat,
reagen DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl), ubi jalar ungu-ungu
20

yang berasal dari Desa Sindang Galih Kota Tasikmalaya, umbi jalar
ungu (Ipomoea batatas L.),magnesium stearat, talkum, amilum
(Bratachem), crospovidone (Phapros), aspartam,aerosil, daidzein,
kloroform p.a, metanol p.a,asam asetat glasial p.a, etanol 96%,
aquadest dan lempeng silika gel 60 F254.
C. Prosedur Penelitian
1. Determinasi Tanaman
Determinasi umbi jalar ungu-ungu dilakukan di Herbarium
Sindang Galih, Laboratorium penelitian , STIKes BTH Tasikmalaya.
2. Pengolahan Bahan
Umbi jalar ungu-ungu dikumpulkan dalam keadaan segar, dicuci
dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 45˚C. Kemudian
dibuat dalam bentuk serbuk dengan derajat kehalusan yang sesuai.
3. Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, bau dan rasa
simplisia dilakukan terhadap simplisia yang telah didapatkan
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
4. Karakterisasi ekstrak kering umbi jalar Ungu-ungu
Karakteristik ekstrak yang ditetapkan yaitu deskripsi organoleptik,
kecepatan alir, indeks pengetapan, dan daya serap air.
5. Formulasi tablet dengan Simplex Lattice Design
Setiap tablet mengandung ekstrak kering umbi jalar Ungu-ungu
sebanyak 375mg. Optimasi Formula tablet menggunakan metode
Simplex Lattice Design dengan perangkat lunak Design Expert 7.1.5
(Tabel I).
6. Pembuatan granul ekstrak kering umbi jalar Ungu-ungu
Mula-mula ditimbang ekstrak kering umbi jalar Ungu-ungu
crospovidone internal, dan avicel® PH 101, kemudian ketiga bahan
tersebut dicampur dengan lem amilum 10% dan selanjutnya digranul
secara manual. Massa granul basah diayak dengan ayakan no. 60 dan
dikeringkan dalam oven 50ºC selama 2x24 jam. Granul kering diayak
21

dengan ayakan no. 60. Langkah selanjutnya yaitu granul tersebut


dicampur dengan crospovidone eksternal, Mg stearat, talkum,
aspartam, dan aerosil.
7. Uji Sifat fisik granul ekstrak umbi jalar ungu-ungu
Uji sifat fisik granul ekstrak umbi jalar ungu-ungu meliputi indeks
pengetapan, daya serap air, dan kadar air. Uji pengetapan dilakukan
dengan menggunakan alat tapped volumeter (Mechanical Tapping
Device). Granul dituang ke dalam gelas ukur dengan volume 100 mL
dan dicatat sebagai V0. Gelas ukur dipasang pada alat dan motor
dihidupkan selama 4 menit. Pengurangan volume serbuk akibat
pengetapan dinyatakan sebagai indeks pengetapan dalam persen (%).
Kadar air diukur menggunakan Moisture Analyzer Ohaus. Uji daya
serap air ditentukan berdasarkan kecepatan penyerapan air (Fudholi
dkk., 2016).
8. Pembuatan Tablet
Granul kering ekstrak Umbi Jalar Ungu-Ungu dan bahan
tambahannya yang sudah dicampur, kemudian ditablet menggunakan
mesin tablet single punch.
9. Uji sifat fisik tablet
Tablet yang dihasilkan diuji sifat fisiknya meliputi: keragaman
bobot, kerapuhan, kekerasan, dan waktu hancurnya.
10. Penentuan formula optimum dengan Simplex
Lattice Design (SLD) Data yang diperoleh dari pengujian respon
sifat fisik granul dan tablet masing-masing run diolah dengan SLD
menggunakan Design Expert 7.1.5. Grafik Numerical Optimization
akan menunjukkan point prediction formula optimum terpilih serta
memberikan nilai respon yang diberikan. Formula optimum terpilih
kemudian dibuat lalu diuji sifat fisiknya dan dibandingkan dengan
respon prediksi dari program.
11. Analisis kualitatif senyawa di dalam ekstrak umbi jalar ungu-ungu
22

Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan profil


kromatogram lapis tipis ekstrak umbi jalar ungu-ungu sebelum dan
sesudah formulasi. Sistem yang digunakan adalah sebagai berikut:
Sampel : ekstrak umbi bengkuang dalam etanol 96%; Fase gerak :
kloroform:metanol (9:1 v/v); Fase diam : silika gel 60
F254;Pembanding : daidzein; Deteksi : UV254; Jarak elusi : 8 cm.
12. Stabilitas Tablet
Tablet dalam wadah tertutup diuji sifat fisiknya dan diuji bercak
kualitatif KLT secara real time. Tablet selanjutnya disimpan di dalam
lemari dengan suhu ruang (30ºC±2ºC) selama 4 minggu untuk
mengetahui kestabilan tablet selama penyimpanan selama 4 minggu.
Uji sifat fisik yang dilakukan yaitu keragaman bobot, kekerasan,
kerapuhan dan waktu hancur tablet, dilakukan setiap minggu sekali
selama 4 minggu untuk mengetahui stabilitas tablet ekstrak umbi jalar
ungu-ungu dalam penyimpanan selama 4 minggu.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
pengumpulan data, karna tujuannya yaitu mendapatkan data
(Sugiyono,2016).
Data tersebut diperoleh dengan cara melakukan pembuatan sediaan
tablet yang diformulasikan dari ekstrak umbi jalar dengan etil asetat.

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian


A. Lokasi
Lokasi penelitian dilingkungan Institut Kesehatan Rajawali Bandung. Uji
laboratorium dilakukan di Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi
Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2023

Anda mungkin juga menyukai