Anda di halaman 1dari 6

A.

Latar Belakang
Sebagaimana yang telah diketahui, keberadaan tanaman obat di Indonesia
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat secara luas tergolong rendah.
Hal ini dikarenakan sedikitnya produsen yang mengelola dan mengembangkannya
maupun konsumen yang mengkonsumsinya. Keberhasilan masuknya obat
tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan formal hanya dapat dicapai
apabila terdapat kemauan yang besar dari para klinisi untuk menerima dan
menggunakan obat tradisional, sebaliknya dari para apoteker untuk bekerja lebih
keras guna menghasilkan obat tradisional yang terstandarisasi, disertai data ilmiah
yang akurat, termasuk di dalamnya data tentang hasil uji klinik yang perlu
disajikan kepada para klinisi (Pidada, 2009).
Umumnya obat tradisional yang beredar berasal dari tetumbuhan, berupa
akar, kulit batang, kayu, daun, bunga ataupun biji. Satu tanaman obat yang perlu
dikelola dan diteliti adalah Daun wungu (Daun ungu) yang biasanya digunakan
dalam pengobatan diuretik (batang atau daunnya), melancarkan haid (bunganya),
dan daunnya digunakan untuk pengobatan anti inflamasi, melembutkan kulit,
sembelit, ambeien, reumatik, bisul dan pencahar ringan). Daun wungu
(Graptophyllum pictum (L.) Griff.) diketahui mengandung flavonoid, saponin,
tanin, alkaloid, steroid. (Arifatin, 1999).
Menurut Sunarny (2013) daun ungu yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia yang berasal dari tanaman Graptophyllum pictum L. Griff., famili
Acanthacea yang mengandung tanin, alkaloid sitosterol dan glikosid. Pada
pengobatan tradisional daun ungu umumnya digunakan untuk pengobatan
terhadap luka, bengkak, borok, bisul, penyakit kulit, secara eksperimental ekstrak
daun ungu berkhasiat menghambat pembengkakan dan menurunkan permiabilitas
vascular.
Menurut Pramono (2002) berdasarkan perkembangannya, obat tradisional
pada awalnya digunakan dalam bentuk aslinya yaitu merupakan bagian tanaman
segar yang langsung diolah dan digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan
penyakit. Seiring berjalannya waktu kebutuhan untuk stok bahan mengarahkan
masyarakat untuk berupaya mengeringkannya bagian tanaman obat yang
berkaitan agar awet dalam proses penyimpanan. Bahan baku yang kering dapat
digunakan setelah direbus dengan air sebagai penyari, untuk kemudian diminum
sebagai obat. Adapun pemanfaatan daun ungu sebagai obat tradisonal yaitu
dengan dijadikan ekstrak daun ungu, dengan cara merebus dengan air mendidih
sebagai penyari. Bagian tanaman daun ungu yang dapat dimanfaatkan sebagai
ekstrak adalah batang, daun, dan bunga yang masing-masing mempunyai
kegunaan atau manfaat.
Upaya untuk meningkatkan hasil produksi maupun mengembangkan hasil
olahan sehingga tanaman obat menjadi barang yang diminati konsumen adalah
dengan upaya perbaikan teknik budidaya maupun pengolahan pasca panen yang
optimal. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT) merupakan instansi pemerintahan dibawah kementerian kesehatan
yang didirikan oleh pemerintah provinsi Jawa Tengah. Adapun tugas dari instansi
ini meliputi aspek produksi, pengawasan mutu, dan pemasaran hasil. Salah satu
komoditas yang dibudidayakan di B2P2TOOT adalah daun ungu. Penulis tertarik
dan berminat untuk mempelajari teknik budidaya tanaman daun ungu yang
menjadi tanaman obat. Selain menjadi tanaman obat masyarakat menjadikan
tanaman daun ungu sebagai tanaman pagar maupun tanaman hias.


B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapang yang akan dilaksanakan mempunyai tujuan :
a. Mengkaji teknik budidaya tanaman daun ungu yang dilakukan di
B2P2TOOT Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.
b. Mengkaji kendala dan permasalahan yang berhubungan dengan
pengembangan tanaman daun ungu di B2P2TOOT Tawangmangu
Karanganyar Provinsi Jawa Tengah.

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan praktik kerja lapang ini diantaranya, yaitu:
1. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh berkaitan dengan teknik budidaya
tanaman daun ungu sebagai tanaman obat.
2. Permasalahan yang sesungguhnya dalam kegiatan teknik budidaya tanaman
daun ungu diketahui, sehingga dapat melengkapi pengetahuan yang didapat
dari bangku kuliah.
3. Hasil praktik kerja lapang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
melaksanakan penelitian.

D. Rencana Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Rencana kegiatan aklimatisasi dan inisiasi yang akan dilaksanakan di
B2P2TOOT Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah adalah :
1. Pembibitan
2. Penanaman
3. Pemeliharaan Tanaman
4. Panen dan Pasca Panen
Tabel Kegiatan
No
Minggu Ke-
I II III IV
1
Persiapan dan
orientasi lapang
***
2 Praktik Lapangan ***** ******* ******* ****
3 Pengumpulan data ******* ******* ******* *******
4
Penyusunan
laporan
*******


DAFTAR PUSTAKA
Arifatin, L.R. 1999. Kajian Flavonoid Daun Graptophyllum pictum L. Griff (Daun
Wungu) Sebagai Analgesik dan Antiinflamasi Pada Tikus (Rattus
rattus strain Wistar). Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Unibraw.
Pidada, I. B. Rai dan Listijani S. 2009. Peranan Ekstrak Daun Wungu
(Graptophyllum Pictum L. Griff.) untuk Menghambat Atrofi Kelenjar
Mammae Mencit Betina Ovariektomi. J. Penelit. Med. Eksakta. 8(2):
120-124.
Pramono, Suwijiyo. 2002. Kontribusi Bahan Obat Alam dalam Mengatasi Krisis
Bahan Obat di Indonesia. Jurnal Bahan Alam Indonesia. 1(1).
Sumarny, Ros, et al,. 2013. Efek Anti-Inflamasi dan Anti-Diare Ekstrak Etanol
Herba Meniran (Phyllanthus Niruri L.) dan Daun Ungu
(Graptophyllum Pictum L. Griff). Prosiding Seminar Nasional
Perkembangan Terkini Sains Farmasi Dan Klinik III 2013.

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN OBAT DAUN UNGU
(Graptophyllum pictum L. Griff) DI BALAI BESAR PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL
(B2P2TOOT) TAWANGMANGU KARANGANYAR
PROVINSI JAWA TENGAH





Oleh:
Novita Aristiani
NIM A1L012064








KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

Anda mungkin juga menyukai