Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PKM PENELITIAN

EKSTRAK BIJI BUAH ALPUKAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN DARAH

BIDANG KEGIATAN:

PKM-PENELITIAN

Diusulkan oleh:

AGUSTINA ROSANDI (1010181249)

ZURISKA SUSI MELANTI (1010181176)

MIA JULIANTI (1010171177)

UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN

JAKARTA TIMUR

2020
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….ii

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….3

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….3


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….….4
1.4 Manfaat…………………………………………………………………....…4
1.5 Luaran Yang Diharapkan…………………………………………………….4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………5

BAB 3 METODE………………………………………………………………..6
3.1 Pengambilan Sampel………………………………………………………...6
3.2 Ekstraksi…………….……………………………………………………….6
3.3 Persiapan Sampel Uji Darah……………………..………………………….6
3.4 Penyiapan Sampel untuk Pengujian………………………………………....6
3.5 Pengujian Ekstrak Biji Alpukat pada Sampel Uji Darah……………………7

BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..10

LAMPIRAN……………………………………………………………………11

LAMPIRAN 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbimg…………...11


LAMPIRAN 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan………………………………...16
LAMPIRAN 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana……………………………17

ii
BAB 1 3

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keanekaragaman tumbuhan di Indonesia sangat beragam, mulai dari jenis sayur-


sayuran, buah-buahan, tanaman hias, tanaman obat-obatan, hingga tanaman yang
tumbuh secara liar. Buah-buahan yang beragam tersebar di Indonesia memiliki
manfaat yang besar bagi kesehatan masyarakat, namun masyarakat banyak yang
belum mengetahui apa saja kandungan buah yang bermanfaat untuk kesehatan
mereka. Sebenarnya banyak sekali manfaat yang terkandung didalam buah-buah
tersebut untuk menjaga kesehatan tubuh, karena adanya antioksidan yang terdapat
didalam buah-buahan termasuk salah satunya adalah buah alpukat.

Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana ialah tumbuhan


penghasil buah meja dengan nama sama. Tumbuhan ini berasal dari Meksiko dan
Amerika Tengah dan kini banyak dibudidayakan di Amerika Selatan dan Amerika
Tengah sebagai tanaman perkebunan monokultur dan sebagai tanaman
pekarangan di daerah-daerah tropika lainnya di dunia. Avocado (Persea
americana) adalah tanaman yang dapat tumbuh dengan subur di daerah tropis
seperti indonesia.

Selama ini masyarakat mengenal dan memanfaatkan buah alpukat hanya dari
daging buahnya saja, sedangkan biji buah alpukat hanya dibuang begitu saja.
Namun ternyata, biji alpukat memiliki kandungan berbagai senyawa yang dapat
digunakan dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Texas, (Rio Grande


Valley) mengatakan bahwa cangkang keras yang melindungi biji alpukat
mengandung lebih darri 130 zat yang dapat dijadikan revolusi obat-obatan dan
berguna untuk industry.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Universitas Udayana, (Ni Made Widi Astuti
2016) membuktikan dengan skrining fitokimia terhadap biji alpukat dengan
menggunakan ekstrak etanol, menunjukkan bahwa biji alpukat mengandung
golongan senyawa metabolit sekunder antara lain : alkaloid, tanin, flavonoid,
polifenol, saponin, triterpenoid, kuinon, monoterpenoid, dan seskuiterpenoid.
1.2 RUMUSAN MASALAH 4

Adapun rumusan masalah dalam proposal kali ini, yaitu:

1. Apakah ekstrak biji buah alpukat dapat digunakan sebagai alternatif


antikoagulan darah?

2. Bagaimana cara membuat alternatif antikoagulan dari


ekstrak biji buah alpukat?

1.3 TUJUAN

Program ini bertujuan:

1. Pembuatan alternatif ntikoagulan darah dari ekstraksi biji buah alpukat.

2. Membuktikan adanya pengaruh antikoagulan dari hasil


yang telah dibuat terhadap sampel darah manusia.

1.4 MANFAAT

1. Dapat dijadikan sebagai alternatif antikoagulan darah dari


bahan alami yang mudah didapat, dan mudah dibuat.

2. Tidak memerlukan biaya yang banyak.

1.5 LUARAN

1. Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkannya data-data


ilmiah tentang alternatif antikoagulan dari ekstrak biji buah alpukat.

2. Dipublikasikannya jurnal ilmiah yang dapat diketahui banyak pihak, karena


topik yang diangkat dalam proposal penelitian ini sangat relevan dan
memberikan manfaat di bidang kesehatan.
BAB 2 5

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut (Hidayat, 2007), pada biji alpukat senyawa yang memiliki pengaruh
antikoagulan adalah senyawa flavonoid. Flavonoid merupakan pigmen berwarna
yang terdapat pada tanaman, misalnya antosianin sebagai penyusun warna biru,
violet, dan merah; flavon dan flavonol penyusun warna kuning redup, khalkon dan
auron penyusun warna kuning terang. Isoflavon, flavonol merupakan senyawa tak
berwarna.

Penelitian (Malangngi dkk, 2012) menyatakan bahwa biji alpukat memiliki kadar
flavonoid yang tinggi, daun dan kulitnya juga memiliki kandungan flavonoid.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Fajar Jaharia, 2016) tentang kadar
flavonoid total pada ekstrak etanol 8 buah tropis termasuk diantaranya alpukat,
alpukat memiliki kadar flavonoid total yang paling tinggi yaitu sebesar 0,945 %
b/b dan berbeda signifikan dibandingkan buah-buah lainnya.

Menurut (Kumalaningsih 2006) kira-kira 2% dari seluruh karbon yang


difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang
berkaitan erat dengannya, sehingga flavonoid merupakan salah satu golongan
fenol alam terbesar. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga
ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan.

Senyawa flavonoid merupakan salah satu jenis antioksidan yang dapat


menghambat pelekatan, agregasi, dan sekresi platelet. Kemampuan senyawa
flavonoid dalam menghambat agregasi platelet ini disebabkan karena senyawa
flavonoid tersebut mampu menghambat metabolisme asam arakidonat oleh
cyclooxygenase (Middleton et all, 2000) Karena sifatnya yang dapat menghambat
pembekuan darah maka diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif
antikoagulan dari bahan alami.

Antikoagulan adalah zat yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembekuan


darah. Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan cara
menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah yaitu dengan cara mengikat
kalsium atau dengan menghambat pembentukan thrombin yang diperlukan untuk
mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan darah (Rosmiati
dan Gan, 1995).

Sehingga dengan berdasarkan aktivitas antioksidannya yang tinggi serta


kandungan senyawa flavonoid yang ada pada biji alpukat maka diperlukan
pembuktian pengaruh ekstrak biji alpukat sebagai antikoagulan darah.
BAB 3 6

METODE PENELITIAN

3.1 Pengambilan Sampel


Sampel biji buah alpukat (Persea americana ) yang terdapat di pasar buah
diambil pada bagian biji kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik.
Sampel kemudian dicuci dengan air untuk membersihkan dari kotoran
yang melekat. Sampel yang telah dibersihkan selanjutnya dikeringkan
selama 3 hari kemudian dihaluskan.

3.2 Ekstraksi
Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat
diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah
ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi (Harborne, 1987). Ekstraksi
sampel dilakukan dengan menggunakan metode pengekstraksian terhadap
bahan alam, yaitu ekstraksi secara maserasi (Posanggi, 2003). Sampel
yang sudah halus ditimbang sebanyak 100 gram dan kemudian direndam
dengan etanol sebanyak 500 ml. Sampel yang sudah direndam dengan
etanol disimpan selama 3 hari dan sesekali diaduk. Selama 3 hari
perendaman, sampel yang diperoleh berupa homogenat dan debris yang
dihasilkan direndam lagi selama 3 hari dengan etanol sedangkan filtratnya
disimpan. Perendaman yang kedua ini perlakuannya sama dengan yang
pertama. Hasil dari perendaman pertama dan kedua kemudian disatukan
dan disaring dengan menggunakan kertas saring. Supernetan yang
dihasilkan dievaporasi menggunakan Rotary Vaccum Evaporator untuk
menguapkan etanol.

3.3 Penyiapan Sampel Uji Darah


Sampel darah dalam penelitian ini adalah darah lengkap yang diambil dari
vena kubiti dengan menggunakan alat suntik disposable 5 ml/cc dan jarum
22 G steril. Jumlah sampel darah yang diambil pada setiap sukarelawan
yaitu sebanyak 5 cc. Sampel darah diperoleh dari 5 orang mahasiswa
sukarelawan, dengan keadaan fisik yang sehat dan tidak memiliki riwayat
penyakit pendarahan yang berkepanjangan. Diasumsikan pada relawan
tidak ada kelainan hemostasis.

3.4 Penyiapan Sampel Untuk Pengujian


Ekstrak kasar biji alpukat yang diperoleh sebelum diujikan pada sampel
darah, terlebih dahulu dilakukan titrasi. Kegiatan ini merupakan penelitian
pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui kisaran konsentrasi
minimum ekstrak yang akan digunakan ke dalam 1 ml darah. Titrasi
dilakukan dengan cara menaikkan volume ekstrak pada 1 ml darah, mulai
7

dari 10 μl, 20 μl, 30 μl, dst. sampai darah sudah tidak membeku maka
titrasi dihentikan. Sehingga diketahui berapa volume ekstrak yang akan
digunakan dalam 1 ml darah.

3.5 Pengujian Ekstrak Biji Alpukat Pada Sampel Uji Darah.


Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah 2 metode, yang
pertama yaitu metode Lee-White yang sudah dimodifikasi (Gandasoebrata,
1992) metode ini digunakan untuk menentukan masa pembekuan darah
yang diamati secara visual. Masa pembekuan darah normal pada manusia,
umumnya terjadi diantara 3- 18 menit. Berdasarkan masa pembekuan
darah normal (Bithell, 1993) Metode yang kedua adalah metode hapusan
darah (eustrek).

Prosedur kerja metode Lee-White yang sudah dimodifikasi adalah sebagai berikut:
Disiapkan 5 buah tabung reaksi dengan diameter 8 mm, yang bersih dan diberi
label dari nomor 1 sampai nomor 5. Tabung tersebut diletakkan di dalam rak
tabung. Darah yang dibutuhkan dalam pengujian ini diambil dari vena kubiti 5
orang sukarelawan dengan menggunakan alat suntik disposible 5 ml/cc dengan
jarum 22 G steril. Masing-masing sukarelawan darahnya diambil sebanyak 5 ml.

Darah sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi nomor 1, pada saat itu
stopwatch dijalankan untuk melihat masa pembekuan darah. Pada tabung reaksi
nomor 2 dimasukkan darah sebanyak 1 ml dan ekstrak sebanyak volume yang
sudah diketahui melalui titrasi sebelumnya dengan menggunakan mikropipet dan
dicampur dengan menggunakan fortex. Waktu yang bersamaan dengan
pencampuran, stopwatch dijalankan untuk menentukan masa pembekuan yang
terjadi. Pada tabung reaksi nomor 3 dimasukkan 1 ml darah dan ditambahkan
dengan EDTA sebanyak 1 ml.

EDTA merupakan antikoagulan yang dapat mengikat kalsium sehingga tidak


dapat berperan dalam proses pembekuan. Menurut (Wintrobe, 1974) EDTA yang
dibutuhkan untuk mengikat Kalsium yaitu 1 mg/1 ml darah. Pada tabung reaksi
nomor 4 dimasukkan ekstrak biji alpukat dan EDTA sebanyak 2ml kemudian
dimasukkan darah sebanyak 2ml dan dicampur dengan vortex, pada saat yang
bersamaan waktu dihitung dengan menggunakan stopwatch. Pada tabung reaksi
nomor 5, dimasukkan 1ml darah dan ditambahkan etanol 100 μl kemudian
dicampur dengan fortex.

Pada saat bersamaan hitung waktu pembekuan darahnya dengan menggunakan


stopwatch.Setelah 3 menit tabung diangkat dan masingmasing tabung reaksi
dimiringkan untuk melihat apakah sudah terjadi pembekuan atau belum.
8

Bila belum terjadi pembekuan letakkan kembali pada rak tabung reaksi dan setiap
30 detik dilakukan hal yang sama. Efek pembekuan darah juga dapat dilihat secara
mikrosokopik yaitu dengan teknik eustrek (hapusan). Metode ini dilakukan untuk
melihat keadaan sel darah secara mikroskopik, sesuai metode campuran May
Grunwald-Giemsa (Geneser, 1994). Sampel yang digunakan pada pengujian ini
dipilih dari satu relawan saja.

Disiapkan 5 buah kaca obyek yang bersih dan tidak berlemak dan masing-masing
diberi label nomor 1 sampai nomor 5. Kaca obyek nomor 1 untuk darah kontrol
dari tabung reaksi nomor 1, kaca obyek nomor 2 untuk darah yang diberi ekstrak
yang diambil dari tabung reaksi nomor 2, kaca obyek nomor 3 untuk darah dengan
EDTA tambah ekstrak dari tabung reaksi nomor 3, sampel dari tabung reaksi
nomor 4 yaitu darah dengan EDTA untuk kaca obyek nomor 4 dan kaca obyek
nomor 5 untuk darah yang ditambahkan etanol 70% dari tabung reaksi nomor 5.

Darah dari tabung reaksi nomor 1 sampai tabung reaksi nomor 5 masing-masing
diambil sebanyak 20 μl. Darah tersebut di totolkan di atas kaca obyek nomor 1
sampai dengan nomor 5 secara berurutan. Tetesan darah pada kaca obyek disentuh
dengan kaca penutup sehingga tetesan darah akan melebar dan Iapisannya tipis
sampai pinggir kaca obyek. Selanjutnya preparat diamati di bawah mikroskop
cahaya dengan pembesaran 400x.

Preparat tadi difiksasi dalam larutan etanol sampai menutupi bagian


permukaannya selama 15 menit dan diangin-anginkan sampai kering. Preparat
kemudian direndam dalam larutan giemsa selama 30 menit dan dibilas dengan air,
selanjutnya dianginanginkan sampai mengering. Hasilnya diamati di bawah
mikroskop cahaya dan didokumentasikan dengan kamera.
BAB 4 9

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.2 Biaya Kegiatan

No. JENIS PENGELUARAN BIAYA (Rp)

1 PERLENGKAPAN Rp. 510.000

2 BAHAN HABIS PAKAI Rp. 4.320.000

3 PERJALANAN Rp. 420.000

4 LAIN-LAIN Rp. 7.250.000

JUMLAH Rp. 12.500.000

4.2 Jadwal Kegiatan

Bulan Ke-

Kegiatan I II III

1 2 3 4 1 2 3 4 1 22 3 4

Menentukan judul proposal

Mencari sumber-sumber

Persiapan penelitian

Penelitian dan hasil


penelitian

Evaluasi hasil penelitian


10

DAFTAR PUSTAKA
1. Dewoto. 2007. Farmakologi dan terapi antikoagulan, antitrombotik, dan
hemostatik. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapetik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Gandasoebrata, R. 1992. Hematologi. Dalam: Gandasoebrata R. Penuntun
Laboratorium Klinik. Cetakan Ketujuh. Jakarta: Dian Rakyat.
3. Bithell, T. C. 1993. The Diagnostic Approach To The Bleeding Discordes.
In Lee, R. G., Bitthell, T. C., Foerster, J., Athens, J. W., Lukens, J. N. ed.
Wintrobe's Clinical Hematology. Ninth edition. Malvern, Pennsylvania:
Lea and Febiger. 1993;2:1301 - 1324.
4. Wintrobe, M.M., 1974. Blood Coagulation Dalam : Clinical Hematology.
M.M. Wintrobe (Ed). Lea & Febiger. Philadelphia.
5. Rosmiati, H. dan V. H. S. Gan. 1995. Antikoagulan, Antitrombotik,
Trombolitik dan Hemostatik dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. S.
Gan, R. Setiabudi, U. Sjamsuddin, Z.S. Bustani, (editor). Farmakologi
FKUI, Jakarta.
6. Pearce, E. C. 1995. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT.
Gramedia. Jakarta. 495 Halaman.
7. Posangi, J. 2003. Ekstraksi: Praktikum Farmakologi dan Terapi. Paket
Praktika 04. Bagian Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Unsrat.
Manado
8. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.
9. Kumalaningsih, Sri. 2006. Antioksidan Alami-Penangkal Radikal Bebas,
Sumber, Manfaat, Cara Penyediaan, dan Pengolahan. Surabaya : Trubus
Agrisarana.
10. Malangngi, Liberti P et.al. 2012. “Penentuan Kandungan Tanin dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana
Mill.)”. Jurnal MIPA UNSRAT . Vol.1.No.1.Hal. 5-10.

Anda mungkin juga menyukai