Disusun Oleh :
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Good
Manufacturing Practices (GMP) dalam penyehatan makanan dan minuman di industri.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah.
Akhir kata kami berharap semoga makalah penerapan Good Manufacturing Practices
(GMP) dalam penyehatan makanan minuman di industri ini dapat memberikan manfaat untuk
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................
A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin maju perkembangan jaman tentunya mempengaruhi pemikiran
masyarakat untuk lebih cerdas dalam memilih produk, termasuk juga pangan. Tentunya
hal ini menjadi perhatian bagi industri pangan untuk bersaing mendapatkan perhatian dari
pelanggan. Keamanan pangan merupakan hal utama yang perlu diperhatikan di industri
pangan. Produksi makanan yang tidak aman dapat mengakibatkan keracunan makanan,
penarikan produk, proses hukum/pengadilan yang panjang dan mahal dan tanpa disadari
dapat merusak reputasi publik. Persyaratan pelanggan sebagai bagian dari bisnis global
menuntut bahwa dalam rantai makanan harus dipastikan bahwa makanan diproses dengan
memenuhi standar keamanan pangan mulai dari kebun sampai ke meja (from farm to
table). Salah satu program dari pemerintah Indonesia untuk menjaga keamanan pangan
adalah mensyaratkan bagi industri-industri pangan untuk menerapkan GMP.
GMP merupakan suatu pedoman bagi industri terutama industri yang terkait
dengan pangan, kosmetik, farmasi dan peralatan medis (medical devices) untuk
meningkatkan mutu hasil produksinya terutama terkait dengan keamanan dan keselamatan
konsumen yang mengkonsumsi atau menggunakan produk-produknya.
Good Manufacturing Practices (GMP) adalah sistem yang memuat persyaratan
minimum yang harus dipenuhi oleh industri makanan dan kemasan, terkait dengan
keamanan pangan, kualitas dan persyaratan hukum. Standar umum yang dipergunakan
adalah Title 21 Code of Federal Regulation (CFR) part 110 “Good Manufacturing
Practices in Manufacturing, Packing, or Holding Human Food” and “General Principles
Food Hygiene, WHO/FAO International Code Practice”. Standar ini adalah yang standar
yang umum diterapkan dalam industri yang makanan dan kemasan. Implementasi yang
efektif dari System Management dengan menerapkan konsep Hygiene & Sanitation pada
system Good Manufacturing Practices / GMP akan memberikan keyakinan dan manfaat
dalam usaha industri makanan dan industri kemasan terkait
Dalam penerapannya, GMP sangat erat hubungannya dengan HACCP (Hazard
Analysis & Critical Control Control Points). Dimana GMP merupakan persyaratan awal
(pre-requisite) dari HACCP. GMP secara luas berfokus dan berakibat pada banyak aspek,
baik aspek proses produksi maupun proses operasi dari personelnya sendiri. Yang
diutamakan dari GMP adalah agar tidak terjadi kontaminasi terhadap produk selama proses
produksi hingga informasi produk ke konsumen sehingga produk aman dikonsumsi atau
digunakan oleh konsumen. Termasuk dalam pengendalian GMP adalah faktor fisik
(bangunan, mesin, peralatan, transportasi, konstruksi pabrik, dll), faktor higienitas dari
personel yang bekerja dan faktor kontrol operasi termasuk pelatihan dan evaluasi GMP.
B. Perumusan Pembahasan
1. Pengertian Good Manufacturing Practices (GMP).
2. Manfaat Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Dalam Industri Pangan.
3. Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) .
4. Cakupan Standar Good Manufacturing Practices (GMP).
5. Ruang Lingkup Good Manufacturing Practices (GMP).
BAB II
PEMBAHASAN
8. Pengendalian Proses
Cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan proses pengolahan makanan antara lain
adalah sebagai berikut :
menetapkan persyaratan bahan mentah yang digunakan,
menetapkan komposisi bahan yang digunakan atau komposisi formulasi,
menetapkan cara-cara pengolahan yang baku secara tetap,
menetapkan persyaratan distribusi serta cara transportasi yang baik untuk
melindungi produk pangan yang didistribusikan.
Cara-cara tersebut di atas sesudahnya ditetapkan harus diterapkan,
dipantau, dan diperiksa kembali agar pengendalian proses tersebut berjalan secara
efektif.Dalam rangka pengendalian proses, untuk setiap produk pangan yang dihasilkan
hendaknya ditetapkan, hal-hal sebagai berikut:
jenis dan jumlah bahan, bahan pembantu, dan bahan tambahanmakanan yang
digunakan,
bagan alir yang sudah baku dari proses pengolahan yang harus dilakukan,
jenis, ukuran, dan persyaratan kemasan yang digunakan,
jenis produk pangan yang dihasilkan,
keterangan lengkap tentang produk yang dihasilkan termasuk:
nama produk, tanggal produksi, tanggal kedaluwarsa, dan nomor pendaftaran.
a. Pengendalian Tahap-Tahap Penting dan Tahap-Tahap Kritis
Di dalam proses pengolahan pangan ada tahap-tahap yang dianggap
penting yang dapat berpengaruh terhadap mutu produk pangan yang dihasilkan. Tahap-
tahap penting tersebut misalnya
adalah kecepatan putaran pengadukan, pengaturan keasaman
(pH), inkubasi pada suhu tertentu, penggorengan pada suhu
minyak tertentu, waktu proses, dan sebagainya. Terhadap tahap-
tahap ini diperlukan perhatian khusus untuk
mengendalikan proses yang sesuai. Sebagai contoh, jika
pengadukan adonan tidak dilakukan pada kecepatan putaran
yang sesuai mungkin saja pengadukan menjadi tidak merata
sehingga mengakibatkan adonan gagal menghasilkan produk yang bermutu baik.
Demikian juga, jika suhu inkubasi untuk suatu
proses fermentasi tidak sesuai maka fermentasi tidak akan
berlangsung dengan semestinya. Oleh karena itu terhadap tahap-
tahap seperti ini perlu dilakukan kalibrasi agar ketepatan proses selalu terjamin.
Jika tahap-tahap penting ini berkaitan dengan pengendalian
terhadap bahaya bakteri patogen, misalnya pemanasan pada suhu tertentu, maka
tahap-tahap penting ini menjadi tahap-tahap kritis yang harus mendapatkan perhatian
secara ekstra hati-hati.
Sebagai contoh, pasteurisasi susu pada suhu 63oC selama 30 menit atau pada
suhu 72°C selama 15 detik dapat memusnahkan
bakteri patogen seperti bakteri penyebab penyakit tuberkulosis
atau penyebab penyakit disentri. Oleh karena itu, pasteurisasi
merupakan tahap pengolahan kritis yang harus dipantau secara
ketat. Dalam hal ini kalibrasi termometer sangat penting untuk menjamin
tercapainya suhu proses yang dipersyaratkan.
b. Kontaminasi Silang
Bahan pangan yang sedang ditangani selama dalam proses
pengolahan mudah sekali mengalami kontaminasi baik melalui air, udara atau
kontak langsung dengan produk pangan lain atau
kontak langsung dengan karyawan. Jika kontaminasi ini terjadi
sebelum bahan pangan mendapatkan proses termal seperti
pasteurisasi atau sterilisasi, dampaknya mungkin tidak akan
terlalu besar. Akan tetapi jika kontaminasi ini terjadi setelah
bahan pangan diolah maka yang terjadi adalah kontaminasi
silang yang merugikan. Contoh kontaminasi silang adalah
kontaminasi produk makanan yang telah diolah dengan bahan
mentah yang masih kotor, atau kontaminasi produk makanan
oleh peralatan yang masih kotor. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang
diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
bahan mentah hendaknya disimpan terpisah jauh dari bahan makanan yang telah
diolah atau siap dikonsumsi,
ruang pengolahan hendaknya diperiksa dengan baik terhadap kotoran-
kotoran yang mungkin menyebabkan kontaminasi silang,
karyawan yang bekerja di ruang pengolahan hendaknya memakai alat- alat
pelindung seperti baju kerja, topi, sepatu,
sarung tangan, serta selalu mencuci tangan jika hendak masuk dan bekerja di
ruang pengolahan,
permukaan meja kerja, peralatan dan lantai di ruang pengolahan harus selalu
dibersihkan dan didesinfeksi setiap selesai
digunakan untuk mengolah bahan mentah terutama daging dan ikan.
9. Manajemen dan Pengawasan
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jtanzilco.com/blog/detail/86/slug/pentingnya-good-manufacturing-practices-
di-industri-pangan