Oleh Kelompok 5:
SURABAYA
1
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas dalam mata kuliah Hasil Laut Komersil. Makalah ini dapat
tersusun dengan baik dan lancar atas dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, kami mengucapkan terima kasih nyang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dian Sari Maisaroh, S.Kel., M.Si selaku dosen mata kuliah Hasil Laut
Komersil yang telah membimbing dan mendukung selama proses pembuatan
makalah.
2. Teman seangkatan yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
2.1 Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) pada Industri
Pengolahan Terasi Udang .........................................................................
2.2 Good Manufacturing Practice (GMP) pada Industri Pengolahan Terasi
Udang........................................................................................................
2.3 ISO 22000 Tahun 2018 pada Industri Pengolahan Terasi Udang ............
2.4 Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) pada Industri
Pengolahan Terasi Udang .........................................................................
3.1 Simpulan....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
4
1. Bagaimana Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) pada
industri pengolahan terasi udang?
2. Bagaimana Good Manufacturing Practice (GMP) pada industri
pengolahan terasi udang?
3. Bagaimana ISO 22000 tahun 2018 pada industri pengolahan terasi udang?
4. Bagaimana Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) pada
industri pengolahan terasi udang?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Mengetahui Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) pada
industri pengolahan terasi udang
2. Mengetahui Good Manufacturing Practice (GMP) pada industri pengolahan
terasi udang.
3. Mengetahui ISO 22000 tahun 2018 pada industri pengolahan terasi udang.
4. Mengetahui Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) pada industri
pengolahan terasi udang.
BAB II
ISI
2.1 Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) pada Industri
Pengolahan Terasi Udang
2.2 Good Manufacturing Practice (GMP) pada Industri Pengolahan Terasi Udang
5
rantai makanan. Tahapan dalam memproduksi atau mengolahan dilakukan mulai
dari produksi primer sampai ke tangan konsumen akhir dan menekankan tingkat
kehigienisan yang tinggi pada setiap tahapan pengolahan. Berdasarkan Thaheer
(2008) Good Manufacturing Practices (GMP) adalah pedoman cara dalam
memproduksi makanan yang baik agar produsen dapat memenuhi berbagai
persyaratan yang telah ditentukan agar hasil akhir dari produk makanan tersebut
dapat memenuhi mutu yang sesuai dengan tuntutan konsumen (Maitimu dan
Pattiapon, 2021). Pada Good Manufacturing Practices (GMP) memberikan
penjabaran tentang persyaratan minimum dan pengolahan umum yang harus
dipatuhi dan dipenuhi dalam penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai
pengolahan dari bahan baku sampai menjadi produk akhir (Sutikno, 2017 dalam
Maitimu dan Pattiapon, 2021). Berdasarkan Wardanu dan Anhar (2016) tujuan
dari adanya Good Manufacturing Practices (GMP) untuk mengembangkan
industry pangan skala kecil agar hasil produk akhir yang dihasilkan memiliki
mutu yang baik dan aman dari kontaminasi yang dapat membahayakan konsumen,
serta memiliki daya saing tinggi secara ekonomis yang sesuai dengan tuntutan
konsumen (Maitimu dan Pattiapon, 2021). Menurut Susiwi (2009) dalam
(Maitimu dan Pattiapon, 2021) Good Manufacturing Practices (GMP) perlu
adanya aspek keamanan pangan, antara lain:
a. CPOB merupakan cara pembuatan obat yang baik untuk industri obat-obatan.
b. CPMB merupakan cara pembuatan makanan yang baik untuk industri
makanan.
c. CPKB merupakan cara pembuatan kosmestik yang baik untuk industri
kosmetik.
6
d. CPOTB merupakan cara pembuatan obat tradisional yang baik untuk industri
obat tradisional.
1. Penerimaan dan pemilahan bahan baku udang rebon dan bahan pembantu
dengan dilakukan pengecekan kebersihan, mutu, dan suhu pada bahan udang
rebon, bumbu, tepung dan bahan kemasan. Apabila tidak sesuai dengan mutu
maka akan dikembalikan atau dipisahkan. Adapun standar bahan baku dan
bahan pembantu, diantaranya:
a. Bahan baku udang rebon dengan ukuran kecil maksimum tercampur udang
lain sebesar 10%
b. Udang masih segar dan basah dengan maksimal yang kering hanya 5%
c. Tidak terdapat penyimpangan bau
d. Bahan pembantu garam harus mencantumkan nama produsen, tempat
produksi, izin edar (MD/ML), berat produk, komposisi, berat bersih, kode
produksi, dan tanggal kadaluarsa
e. Bahan pembantu tepung beras atau terigu harus mencantumkan nama
produsen, tempat produksi, izin edar (MD/ML), berat produk, komposisi,
berat bersih, kode produksi, dan tanggal kadaluarsa
f. Bahan kemasan harus plastik PP dengan tebal 0,6 atau 0,8 mm
2. Pembersihan dan pencucian pada udang menggunakan air bersih, membuang
bagian udang yang kotor dilakukan dua kali pembersihan dan pencucian untuk
memastikan bahan telah bersih dari kontaminasi apapun.
3. Penimbangan dilakukan dengan bahan baku ditimbang sesuai dengan bobot
dengan jumlah garam yang timbang minimal sebesar 13% dari jumlah udang.
4. Pencampuran adonan dengan keseluruhan bahan keseluruhan menggunakan
mesin pengaduk hingga merata.
5. Penjemuran dan pembuatan gumpalan dilakukan ditempat yang aman dari
kontaminasi dengan waktu penjemuran dan tingkat kekeringan yang sesuai.
7
6. Fermentasi dilakukan dengan pembungkusan dengan menggunakan plastic
dan dimasukkan dalam ruang inkubator dengan suhu 20℃ sampai 30℃
selama 3 sampai 4 minggu.
7. Pegemasan dilakukan dengan jenis kemasan, takaran atau isi bersih, kemudian
disimpan pada suhu yang sesuai.
Penerimaan dan
pemilahan
Pembersihan
Pengemasan dan pencucian
Fermentasi Penimbangan
Penggumpalan
Pencampuran
Penjemuran
2.3 ISO 22000 Tahun 2018 pada Industri Pengolahan Terasi Udang
ISO 22000 merupakan standar global yang berisi kerangka kerja bagi
organisasi atau perusahaan untuk memantau dan Mengembangkan sistem
manajemen yang mampu mengendalikan potensi bahaya keamanan pangan.
Standar ini Berisikan beragam persyaratan untuk setiap proses rantai makanan,
mulai dari pemilihan bahan baku hingga produk Siap dinikmati oleh konsumen.
Sistem manajemen ini sendiri sebenarnya telah dikembangkan sejak Tahun 2005
dan kembali diperbarui pada tahun 2018. Kemudian, kehadirannya menjadi
standar bagi sistem manajemen Mutu di bidang industri makanan, dan merupakan
pendekatan preventif dalam hal keamanan pangan.Hadirnya ISO 22000 juga
melengkapi unsur-unsur yang sebelumnya telah ada pada ISO 9001 dan HACCP
8
(Hazard Analysis and Critical Control Points). Tak hanya itu, standar ISO ini juga
terintegrasi dengan sistem manajemen lain sehingga akan Memudahkan organisasi
atau perusahaan dalam mencapai tujuan. Standar ISO 22000:2018 merupakan
standar internasional yang mencakup semua langkah penting untuk memastikan
Keamanan pangan di seluruh rantai makanan atau disebut juga sebagai Standar
Food Safety Management System (FSMS). FSMS ini telah dikembangkan oleh
para ahli dari industri makanan dan diuji keefektifannya. Organisasi yang ingin
membuat FSMS yang lebih fokus, koheren, dan terintegrasi dari yang disyaratkan
oleh hukum atau peraturan, dapat memperoleh manfaat dari ISO 22000:2018.
Standar ini juga membantu organisasi dalam aspek operasi mereka, seperti
keamanan pangan, pengendalian bahaya, rantai pasokan, HACCP, bisnis mereka
strategi dan penelusuran makanan.
9
makanan, terlepas dari ukuran organisasi atau posisinya di sepanjang rantai
makanan.
Salah satu kerangka kerja dalam sistem manajemen keamanan pangan ini
adalah dokumentasi.
10
Ketika organisasi menerapkan ISO 22000 Sistem Manajemen Keamanan
Pangan, pastinya mereka tidak asing lagi Dengan beragam standar ataupun titik
batas. Mereka pun bisa segera menghentikan potensi bahaya secara lebih efektif
dan efisien.
11
berkaitan dengan prosedur standar untuk masing-masing aspek Standard
Sanitation Operating Procedure (SSOP) , tenaga kerja yang bertanggung jawab
dalam setiap masing-masing aspek Standard Sanitation Operating Procedure
(SSOP), cara pemantauan dari Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP) ,
dan pendokumentasiannya dari Standard Sanitation Operating Procedure
(SSOP). Terdapat delapan kunci Standard Sanitation Operating Procedure
(SSOP) dalam industri pangan, diantaranya:
12
e) Ruang kamar mandi dan ruang ganti tenaga kerja harus terpisah, serta
pembersihan ruang kamar mandi dan ruang ganti harus dibersihkan secara
rutin setiap harinya.
f) Penggunaan bahan pembersih menggunaan sabun cair dan pembersih lantai
dengan tempat penyimpanan yang terpisah dari ruang pengolahan.
g) Adanya pengawasan dari binatang pengganggu.
h) Limbah padat dimanfaatkan kembali menjadi produk lain dan limbah cair
harus melalui pengolahan kembali agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
.
13
DAFTAR PUSTAKA
Agus Purwanto, Masduki Asbari, Freddy Ong, Mirza Prameswari, Priyono Budi
Santoso, Leo Hutagalung, Otto Berman Sihite, Virza Primahendra (2020)
The Effect of Forest Management PEC, FSC, ISO 38200:2018 on Wood
Industries Competitiveness: Evidence from Indonesia. International
Journal of Psychosocial Rehabilitation. 26(6).7018-7032.
Agus Purwanto, Yan Kurnia Hadi, Rusman Zaenal Abidin, Suhendra, Rommy
Febri Prabowo, Octoberry Julyanto (2020) EXPLORING IMPECT OF
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY ISO 45001
IMPLEMENTATION ON EMPLOYEE PERFORMANCE: EVIDENCE
FROM INDONESIAN INDUSTRIES. Journal of Critical Reviews, 7 (15),
1981-1990. doi:10.31838/jcr.07.15.267
Fitriana, D., Oktaviani, N., & Khasanah, I. U. (2019). Analisa Harmonik Pasang
Surut Dengan Metode Admiralty Pada Stasiun Berjarak Kurang Dari 50 Km
Harmonic Analysis With Admiralty Methode on Sea Tides Station Less Than
50 Km. Jurnal Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, 6(1), 38–48.
14
Freddy Ong, Agus Purwanto, Joko Supono, Shofwatun Hasna, Dewiana
Novitasari, Masduki Asbari. (2020). Does Quality Management System
ISO 9001:2015 Influence Company Performance? Anwers from
Indonesian Tourism Industries.Test Engineering & Management.83
(2020). 24808–24817
Hafina, A., Sipahutar, Y. H., & Siregar, A. N. (2021). PENERAPAN GMP DAN
SSOP PADA PENGOLAHAN UDANG VANNAMEI ( Litopenaeus
vannamei ) KUPAS MENTAH BEKU Peeled Deveined ( PD ). Aurelia
Journal, 2(3457), 117–131.
Hamunal, B., Tanjung, R. H. R., Kalor, J. D., Dimara, L., Indrayani, E., Warpur,
M., Warpur, Y. Y. P., & Paiki, K. (2018). Studi Karakteristik Pasang Surut
Perairan Laut Mimika, Provinsi Papua. Jurnal Acropora Ilmu Kelatan Dan
Perikanan Papua, 1(1), 19–28.
Saputra, V. H., Rifai, A., Oseanografi, D., Perikanan, F., Jl, D., Sudarto, P.,
Tembalang, S. H., Fax, T., & Volume, J. O. (2017). Online di :
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose VARIABILITAS MUSIMAN
POLA ARUS DI PERAIRAN SURABAYA JAWA TIMUR. 6, 439–448.
Sutrisno Koswara, Mauizzati Purba, Dyah Sulistyorini, Anita Nur Aini, Yanti
Kamayanti Latifa, Nur Allimah Yunita, Ratna Wulandari, Devi Riani, Cita
15
Lustriane, Siti Aminah, Nurita Lastri, dan P. L. (2017). Produk Pangan
Untuk Industri Rumah Tangga Terasi Udang. 32. www.pom.go.id
Zuhaira, H., Handoyo, G., Purwanto, P., Suryoputro, A. A. D., & Yulina, S.
(2020). Kajian Perbandingan Analisis Pasang Surut dengan Menggunakan
Metode Least Square dan Fourier di Perairan Barat Sumatera. Indonesian
Journal of Oceanography, 2(3), 225–232.
https://doi.org/10.14710/ijoce.v2i3.8184
16