Anda di halaman 1dari 16

HACCP, GMP, ISO 22000 TAHUN 2018, DAN SSOP PADA INDUSTRI

PENGOLAHAN TERASI UDANG

Oleh Kelompok 5:

Aldika Bima Sastro Dwiyanto

Bellinda Grandy Espanola

Dhea Amanda Widana Putri

Ibrahim Muhammad Al Husen

Muhammad Zain Al Arif

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA

1
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas dalam mata kuliah Hasil Laut Komersil. Makalah ini dapat
tersusun dengan baik dan lancar atas dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, kami mengucapkan terima kasih nyang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dian Sari Maisaroh, S.Kel., M.Si selaku dosen mata kuliah Hasil Laut
Komersil yang telah membimbing dan mendukung selama proses pembuatan
makalah.
2. Teman seangkatan yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih seorang


mahasiswa yang dalam proses pembelajaran, maka dari itu makalah ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Akan tetapi, penulis berusaha
semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, penuulis memerlukan kritik dan saran yang membangun dan bersifat
positif guna penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya. Amin.

Surabaya, 18 September 2022

Penyusun

2
3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang .........................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................................

BAB II ISI ..........................................................................................................

2.1 Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) pada Industri
Pengolahan Terasi Udang .........................................................................
2.2 Good Manufacturing Practice (GMP) pada Industri Pengolahan Terasi
Udang........................................................................................................
2.3 ISO 22000 Tahun 2018 pada Industri Pengolahan Terasi Udang ............
2.4 Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) pada Industri
Pengolahan Terasi Udang .........................................................................

BAB III PENUTUP............................................................................................

3.1 Simpulan....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan penjelasan dan latar belakang tersebut maka rumusan


permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

4
1. Bagaimana Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) pada
industri pengolahan terasi udang?
2. Bagaimana Good Manufacturing Practice (GMP) pada industri
pengolahan terasi udang?
3. Bagaimana ISO 22000 tahun 2018 pada industri pengolahan terasi udang?
4. Bagaimana Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) pada
industri pengolahan terasi udang?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Mengetahui Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) pada
industri pengolahan terasi udang
2. Mengetahui Good Manufacturing Practice (GMP) pada industri pengolahan
terasi udang.
3. Mengetahui ISO 22000 tahun 2018 pada industri pengolahan terasi udang.
4. Mengetahui Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) pada industri
pengolahan terasi udang.

BAB II
ISI

2.1 Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) pada Industri
Pengolahan Terasi Udang
2.2 Good Manufacturing Practice (GMP) pada Industri Pengolahan Terasi Udang

Good Manufacturing Practices (GMP) adalah suatu pedoman dari tahapan


dalam memproduksi atau mengelolah bahan pangan yang baik dari keseluruhan

5
rantai makanan. Tahapan dalam memproduksi atau mengolahan dilakukan mulai
dari produksi primer sampai ke tangan konsumen akhir dan menekankan tingkat
kehigienisan yang tinggi pada setiap tahapan pengolahan. Berdasarkan Thaheer
(2008) Good Manufacturing Practices (GMP) adalah pedoman cara dalam
memproduksi makanan yang baik agar produsen dapat memenuhi berbagai
persyaratan yang telah ditentukan agar hasil akhir dari produk makanan tersebut
dapat memenuhi mutu yang sesuai dengan tuntutan konsumen (Maitimu dan
Pattiapon, 2021). Pada Good Manufacturing Practices (GMP) memberikan
penjabaran tentang persyaratan minimum dan pengolahan umum yang harus
dipatuhi dan dipenuhi dalam penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai
pengolahan dari bahan baku sampai menjadi produk akhir (Sutikno, 2017 dalam
Maitimu dan Pattiapon, 2021). Berdasarkan Wardanu dan Anhar (2016) tujuan
dari adanya Good Manufacturing Practices (GMP) untuk mengembangkan
industry pangan skala kecil agar hasil produk akhir yang dihasilkan memiliki
mutu yang baik dan aman dari kontaminasi yang dapat membahayakan konsumen,
serta memiliki daya saing tinggi secara ekonomis yang sesuai dengan tuntutan
konsumen (Maitimu dan Pattiapon, 2021). Menurut Susiwi (2009) dalam
(Maitimu dan Pattiapon, 2021) Good Manufacturing Practices (GMP) perlu
adanya aspek keamanan pangan, antara lain:

1. Mencegah terkontaminasi pangan olahan dari cemaran biologi, kimia, dan


fisika.
2. Mencegah hidupnya jasad renik pathogen.
3. Mengendalikan proses produksi.

Good Manufacturing Practices (GMP) harus sesuai dengan standar ISO


yang diterbiatkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Jenis dari
standar Good Manufacturing Practices (GMP) diantaranya:

a. CPOB merupakan cara pembuatan obat yang baik untuk industri obat-obatan.
b. CPMB merupakan cara pembuatan makanan yang baik untuk industri
makanan.
c. CPKB merupakan cara pembuatan kosmestik yang baik untuk industri
kosmetik.

6
d. CPOTB merupakan cara pembuatan obat tradisional yang baik untuk industri
obat tradisional.

Good Manufacturing Practices (GMP) dalam industri pengolahan terasi


udang untuk skala rumah tangga yang telah disesuaikan dengan SNI 2716:2016
tentang terasi udang, yaitu:

1. Penerimaan dan pemilahan bahan baku udang rebon dan bahan pembantu
dengan dilakukan pengecekan kebersihan, mutu, dan suhu pada bahan udang
rebon, bumbu, tepung dan bahan kemasan. Apabila tidak sesuai dengan mutu
maka akan dikembalikan atau dipisahkan. Adapun standar bahan baku dan
bahan pembantu, diantaranya:
a. Bahan baku udang rebon dengan ukuran kecil maksimum tercampur udang
lain sebesar 10%
b. Udang masih segar dan basah dengan maksimal yang kering hanya 5%
c. Tidak terdapat penyimpangan bau
d. Bahan pembantu garam harus mencantumkan nama produsen, tempat
produksi, izin edar (MD/ML), berat produk, komposisi, berat bersih, kode
produksi, dan tanggal kadaluarsa
e. Bahan pembantu tepung beras atau terigu harus mencantumkan nama
produsen, tempat produksi, izin edar (MD/ML), berat produk, komposisi,
berat bersih, kode produksi, dan tanggal kadaluarsa
f. Bahan kemasan harus plastik PP dengan tebal 0,6 atau 0,8 mm
2. Pembersihan dan pencucian pada udang menggunakan air bersih, membuang
bagian udang yang kotor dilakukan dua kali pembersihan dan pencucian untuk
memastikan bahan telah bersih dari kontaminasi apapun.
3. Penimbangan dilakukan dengan bahan baku ditimbang sesuai dengan bobot
dengan jumlah garam yang timbang minimal sebesar 13% dari jumlah udang.
4. Pencampuran adonan dengan keseluruhan bahan keseluruhan menggunakan
mesin pengaduk hingga merata.
5. Penjemuran dan pembuatan gumpalan dilakukan ditempat yang aman dari
kontaminasi dengan waktu penjemuran dan tingkat kekeringan yang sesuai.

7
6. Fermentasi dilakukan dengan pembungkusan dengan menggunakan plastic
dan dimasukkan dalam ruang inkubator dengan suhu 20℃ sampai 30℃
selama 3 sampai 4 minggu.
7. Pegemasan dilakukan dengan jenis kemasan, takaran atau isi bersih, kemudian
disimpan pada suhu yang sesuai.

Penerimaan dan
pemilahan
Pembersihan
Pengemasan dan pencucian

Fermentasi Penimbangan

Penggumpalan
Pencampuran

Penjemuran

Gambar 1.1 Diagram produksi terasi udang skala rumah tangga

2.3 ISO 22000 Tahun 2018 pada Industri Pengolahan Terasi Udang

ISO 22000 merupakan standar global yang berisi kerangka kerja bagi
organisasi atau perusahaan untuk memantau dan Mengembangkan sistem
manajemen yang mampu mengendalikan potensi bahaya keamanan pangan.
Standar ini Berisikan beragam persyaratan untuk setiap proses rantai makanan,
mulai dari pemilihan bahan baku hingga produk Siap dinikmati oleh konsumen.
Sistem manajemen ini sendiri sebenarnya telah dikembangkan sejak Tahun 2005
dan kembali diperbarui pada tahun 2018. Kemudian, kehadirannya menjadi
standar bagi sistem manajemen Mutu di bidang industri makanan, dan merupakan
pendekatan preventif dalam hal keamanan pangan.Hadirnya ISO 22000 juga
melengkapi unsur-unsur yang sebelumnya telah ada pada ISO 9001 dan HACCP

8
(Hazard Analysis and Critical Control Points). Tak hanya itu, standar ISO ini juga
terintegrasi dengan sistem manajemen lain sehingga akan Memudahkan organisasi
atau perusahaan dalam mencapai tujuan. Standar ISO 22000:2018 merupakan
standar internasional yang mencakup semua langkah penting untuk memastikan
Keamanan pangan di seluruh rantai makanan atau disebut juga sebagai Standar
Food Safety Management System (FSMS). FSMS ini telah dikembangkan oleh
para ahli dari industri makanan dan diuji keefektifannya. Organisasi yang ingin
membuat FSMS yang lebih fokus, koheren, dan terintegrasi dari yang disyaratkan
oleh hukum atau peraturan, dapat memperoleh manfaat dari ISO 22000:2018.
Standar ini juga membantu organisasi dalam aspek operasi mereka, seperti
keamanan pangan, pengendalian bahaya, rantai pasokan, HACCP, bisnis mereka
strategi dan penelusuran makanan.

Sistem manajemen keamanan pangan (Food Safety Management System)


ini mencakup seluruh proses rantai Makanan, mulai dari bahan baku ketika di
lapangan, pengolahan atau proses produksi, pengemasan, penyimpanan,
Distribusi, hingga bisa dikonsumsi. Sebelum dikembangkannya ISO 22000 ini,
sebenarnya telah ada HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) yang
berfungsi sebagai kontrol risiko bahaya di bidang industri pangan.Namun,
cakupan Harapannya cukup terbatas, hanya sampai pada titik batas yang
sebelumnya telah ditentukan oleh organisasi tersebut. Dalam artian, standar ini
tidak bisa berlaku secara global. Sementara, seiring perkembangan zaman,
peredaran produk Pangan telah melewati batas-batas negara.Karena itulah,
kemudian dikembangkan ISO 22000:2018 sebagai standar Internasional yang
bertujuan agar bisa memantau semua produk pangan di setiap prosesnya.

ISO 22000 menjelaskan persyaratan untuk sistem manajemen keamanan


pangan dan menetapkan persyaratan yang Harus dipenuhi suatu organisasi untuk
menunjukkan bahwa sistem manajemen tersebut dapat mengendalikan bahaya
Keamanan pangan.Makanan yang tidak aman dapat memiliki konsekuensi
kesehatan yang parah, sehingga sangat Penting bagi organisasi yang terlibat dalam
rantai pasokan makanan untuk mengambil langkah-langkah untuk Memastikan
proses dan produk mereka aman. ISO 22000 berlaku untuk organisasi apa pun
yang merupakan bagian dari atau berhubungan industri makanan atau Rantai

9
makanan, terlepas dari ukuran organisasi atau posisinya di sepanjang rantai
makanan.

Dengan ISO 22000, organisasi produksi pangan akan mendapatkan


kerangka kerja yang bisa digunakan untuk Mengembangkan sistem manajemen
keamanan pangan di lingkungannya. Berikut beberapa manfaat yang bisa
dirasakan oleh perusahaan setelah menerapkan standar ISO tersebut.

1. Adanya Peningkatan Kesehatan dan Keselamatan

Mengingat tujuan utama dari penerapan ISO ini adalah untuk


meminimalisasi risiko bahaya pada makanan.

2. Meningkatkan Kepuasan Pelanggan

Disadari atau tidak, menerapkan FSMS juga akan membuat citra


perusahaan jauh lebih baik. Karena pastinya, Anda bisa Memenuhi harapan
pelanggan untuk bisa menciptakan produk pangan yang aman dan sehat.

3. FSMS Membantu Memenuhi Syarat Peraturan

Dengan menerapkan FSMS atau sistem manajemen keamanan pangan,


terlebih jika sudah memiliki sertifikat ISO 22000, Menunjukkan bahwa organisasi
tersebut telah memenuhi syarat peraturan. Tentunya ini akan berdampak positif,
baik bagi perusahaan, pelanggan, investor, ataupun pihak terkait lainnya.

4. FSMS Membantu Memenuhi Standar dan Pedoman Lain

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ISO 22000 merupakan standar


yang bisa diintegrasikan dengan sistem manajemen lain seperti ISO 45001, ISO
9001, dan ISO 14001. Artinya, dengan menerapkan sistem ini, secara tidak
Langsung, organisasi juga telah memenuhi standar dari pedoman atau sistem
manajemen lainnya.

5. Membantu Meningkatkan Transparansi

Salah satu kerangka kerja dalam sistem manajemen keamanan pangan ini
adalah dokumentasi.

6. Meningkatkan Respons terhadap Risiko

10
Ketika organisasi menerapkan ISO 22000 Sistem Manajemen Keamanan
Pangan, pastinya mereka tidak asing lagi Dengan beragam standar ataupun titik
batas. Mereka pun bisa segera menghentikan potensi bahaya secara lebih efektif
dan efisien.

7. Membantu Mengurangi Waktu Investigasi

Jika misalnya sampai terjadi kecelakaan atau bahan pangan


terkontaminasi, penerapan FSMS akan membantu Perusahaan mengurangi waktu
investigasi atau penyelidikan atas pelanggaran keamanan pangan.

2.4 Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) pada Industri Pengolahan


Terasi Udang

Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP) adalah prosedur standar


dalam melakukan penerapan prinsip pengelolaan yang dilakukan pada kegiatan
sanitasi dan higiene (Ristyanti dan Masithah, 2021). Berdasarkan Pratama (2017)
dalam Hadina, dkk (2021) Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP)
merupakan suatu prosedur yang tertulis dan harus digunakan dalam melakukan
proses pangan untuk dapat memenuhi kondisi dan praktek sanitasi. Menurut
Maitimu dan Pattiapon (2021) Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP)
adalah suatu prosedur standar dalam membantu industri pangan untuk dapat
mengembangkan dan menerapkan prosedu pengawasan sanitasi, melakukan
monitoring sanitasi, serta memelihara kondisi, dan praktik sanitasi yang
diperlukan dalam proses sanitasi. Tujuan dari Standard Sanitation Operating
Procedure (SSOP) yaitu untuk meningkatkan kualitas pada produk akhir yang
dihasilkan dan menjamin sistem keamanan produksi pangan (Triharjono, dkk,
2013 dalam Ristyanti dan Masithah, 2021). Selain itu, berdasarkan Pratama
(2017) dalam Hadina, dkk (2021) Standard Sanitation Operating Procedure
(SSOP) bertujuan untuk mencapai kebersihan yang prima pada tempat produksi,
persiapan penyimpanan, penyajian makanan, dan air sanitasi. Cakupan dari
Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP) yaitu keseluruhan area dalam
melakukan proses produksi suatu produk pangan, kebijakan perusahaan yang

11
berkaitan dengan prosedur standar untuk masing-masing aspek Standard
Sanitation Operating Procedure (SSOP) , tenaga kerja yang bertanggung jawab
dalam setiap masing-masing aspek Standard Sanitation Operating Procedure
(SSOP), cara pemantauan dari Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP) ,
dan pendokumentasiannya dari Standard Sanitation Operating Procedure
(SSOP). Terdapat delapan kunci Standard Sanitation Operating Procedure
(SSOP) dalam industri pangan, diantaranya:

1. Pasokan air dan es


2. Permukaan kontak langsung dengan produk
3. Pencegahan kontaminasi silang
4. Menjaga fasilitas tempat cuci tangan
5. Bahan kimia pembersih dan saniter
6. Label dan penyimpanan
7. Kesehatan dan kebersihan pekerja
8. Pengendalian pest atau hama
Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP) pada industri
pengelolaan terasi udang, diantaranya
a) Air yang digunakan berasal dari sumur industri tersebut yang merupakan air
tanah yang memenuhi persyaratan air minum.
b) Kondisi dan kebersihan yang kontak dengan bahan pangan, pada ruangan
yang digunakan selama proses pengolahan harus dapat mencegah adanya
kontaminasi pada produk dengan peratalan sebelum dan sesudah digunakan
harus dibersihkan, serta ruangan yang digunakan dalam proses pengolahan
dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan.
c) Perlengkapan pada tenaga kerja sudah dilengkapi pakaian, topi, masker,
sarung tangan, dan apron yang bersih dan rapi.
d) Kontaminasi silang pada produk yang terkena, maka produk tersebut harus
ditarik, aliran air untuk proses pengolahan dan limbah cair harus secara
terpisah, peralatan yang digunakan dalam memproses bahan baku, bahan
pembantu, dan limbah harus secara terpisah dan harus selalu dibersihkan, dan
keseluruhan tenaga kerja yang ikut menangani proses pengolahan harus selalu
mencuci tangan sesuai prosedur.

12
e) Ruang kamar mandi dan ruang ganti tenaga kerja harus terpisah, serta
pembersihan ruang kamar mandi dan ruang ganti harus dibersihkan secara
rutin setiap harinya.
f) Penggunaan bahan pembersih menggunaan sabun cair dan pembersih lantai
dengan tempat penyimpanan yang terpisah dari ruang pengolahan.
g) Adanya pengawasan dari binatang pengganggu.
h) Limbah padat dimanfaatkan kembali menjadi produk lain dan limbah cair
harus melalui pengolahan kembali agar tidak mencemari lingkungan sekitar.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adiyaksa, F., & Djojomartono, prijono nugroho. (2021). Journal of Geospatial


Information Science and Engineering. Journal of Geospatial Information
Science and Engineering, 4(1), 81–86. https://doi.org/10.22146/jgise.72856

Agus Purwanto, Johannes Parlindungan Lumbantobing, Nanang S.Hadisaputra ,


Donny Setiawan , ohanes Bangun Suryono.(2020). Do ISO 9001:2015
Reinforce Company Performance?Anwers from Indonesian
Industries,Management Science Letters,10(15). 3553–3560

Agus Purwanto, Masduki Asbari, Freddy Ong, Mirza Prameswari, Priyono Budi
Santoso, Leo Hutagalung, Otto Berman Sihite, Virza Primahendra (2020)
The Effect of Forest Management PEC, FSC, ISO 38200:2018 on Wood
Industries Competitiveness: Evidence from Indonesia. International
Journal of Psychosocial Rehabilitation. 26(6).7018-7032.

Agus Purwanto, Yan Kurnia Hadi, Rusman Zaenal Abidin, Suhendra, Rommy
Febri Prabowo, Octoberry Julyanto (2020) EXPLORING IMPECT OF
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY ISO 45001
IMPLEMENTATION ON EMPLOYEE PERFORMANCE: EVIDENCE
FROM INDONESIAN INDUSTRIES. Journal of Critical Reviews, 7 (15),
1981-1990. doi:10.31838/jcr.07.15.267

Anonymus. (2019). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomer 17 Tahun


2019 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat Kelayakan
Pengolahan. Fisheries, 1–101.

Fitriana, D., Oktaviani, N., & Khasanah, I. U. (2019). Analisa Harmonik Pasang
Surut Dengan Metode Admiralty Pada Stasiun Berjarak Kurang Dari 50 Km
Harmonic Analysis With Admiralty Methode on Sea Tides Station Less Than
50 Km. Jurnal Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, 6(1), 38–48.

14
Freddy Ong, Agus Purwanto, Joko Supono, Shofwatun Hasna, Dewiana
Novitasari, Masduki Asbari. (2020). Does Quality Management System
ISO 9001:2015 Influence Company Performance? Anwers from
Indonesian Tourism Industries.Test Engineering & Management.83
(2020). 24808–24817

Hafina, A., Sipahutar, Y. H., & Siregar, A. N. (2021). PENERAPAN GMP DAN
SSOP PADA PENGOLAHAN UDANG VANNAMEI ( Litopenaeus
vannamei ) KUPAS MENTAH BEKU Peeled Deveined ( PD ). Aurelia
Journal, 2(3457), 117–131.

Hamunal, B., Tanjung, R. H. R., Kalor, J. D., Dimara, L., Indrayani, E., Warpur,
M., Warpur, Y. Y. P., & Paiki, K. (2018). Studi Karakteristik Pasang Surut
Perairan Laut Mimika, Provinsi Papua. Jurnal Acropora Ilmu Kelatan Dan
Perikanan Papua, 1(1), 19–28.

Pranowo, W., & Supriyadi, E. (2019). Tidal Analysis in Pamenugpeuk, Belitung,


and Sarmi Waters Based on Admiralty Method. Jurnal Metereologi Dan
Geofisika, 19(1), 29–38.

Ristyanti, E., & Masithah, E. D. (2021). Penerapan SSOP (Sanitation Standard


Operating Procedure) pada Proses Pembekuan Cuttlefish (Sepia officinalis)
di PT. Karya Mina Putra, Rembang, Jawa Tengah. Journal of Marine and
Coastal Science, 10(1), 1–17.
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS/article/view/25603

Saputra, V. H., Rifai, A., Oseanografi, D., Perikanan, F., Jl, D., Sudarto, P.,
Tembalang, S. H., Fax, T., & Volume, J. O. (2017). Online di :
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose VARIABILITAS MUSIMAN
POLA ARUS DI PERAIRAN SURABAYA JAWA TIMUR. 6, 439–448.

Sutrisno Koswara, Mauizzati Purba, Dyah Sulistyorini, Anita Nur Aini, Yanti
Kamayanti Latifa, Nur Allimah Yunita, Ratna Wulandari, Devi Riani, Cita

15
Lustriane, Siti Aminah, Nurita Lastri, dan P. L. (2017). Produk Pangan
Untuk Industri Rumah Tangga Terasi Udang. 32. www.pom.go.id

Zuhaira, H., Handoyo, G., Purwanto, P., Suryoputro, A. A. D., & Yulina, S.
(2020). Kajian Perbandingan Analisis Pasang Surut dengan Menggunakan
Metode Least Square dan Fourier di Perairan Barat Sumatera. Indonesian
Journal of Oceanography, 2(3), 225–232.
https://doi.org/10.14710/ijoce.v2i3.8184

16

Anda mungkin juga menyukai