Dalam industri pangan, mutu ditentukan oleh berbagai karakteristik yang terus
berkembang mengikuti kebutuhan konsumen yang semakin luas spektrumnya. Beberapa abad
yang lalu telah dikembangkan karakteristik fungsional yang sampai saat ini terus berlanjut
dalam penyempurnaan cara-cara pengukurannya, termasuk peningkatan kemampuan
instrumen alat pengukur. Sejak awal abad 20 telah berkembang beberapa karakteristik mutu
lainnya seperti, karakteristik kemudahan penggunaan, karakteristik daya tahan simpan (self
life) dan karakteristik psikologi.
A. Karakteristik Fungsional
Karakteristik fungsional pada produk pangan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar, yaitu :
1. Sifat fisik (Morfologi, sifat termal, sifat reologi, dan sifat spektral).
2. Sifat kimia (Komposisi kimia, senyawa kimia aktif, bahan kimia tambahan, bahan
kimia pengolahaan).
3. Sifat mikrobiologi (Mikroba alami, mikroba kontaminan, mikroba patogen, mikroba
pembusuk).
Untuk setiap jenis produk pangan harus ditentukan sifat sifat mana yang menonjol dalam
mempengaruhi mutu secara keseluruhan
D. Karakteristik Psikologi
Karakteristik psikologi yang cukup mendasar pada produk-produk pangan adalah
karakteristik sensori (organoleptik). Karakteristik ini hanya dapat diukur, dikenali dan
diuji dengan uji organoleptik. Metode penelitian organoleptik sudah sangat berkembang,
ahkan sudah banyak digunakan untuk produk-produk bukan pangan karena ternyata
sangat ampuh untuk menilai gabungan karakteristik mutu konvensional.
Penilaian karakteristik organoleptik ini dapat menentukan apakah suatu produk
disukai atau tidak dan sampai tingkat mana kesukaan tersebut. Penggunaan metode
statistik dalam analisis hasil pengujian sensori ini juga telah berkembang dengan pesat
sehingga penerapannya pada industri semakin luas.
Berdasarkan alat indra yang digunakan, karakteristik sensori dapat digolongkan
menjadi:
1. Karakteristik visual meliputi warna, kekeruhan, kilap, kejernihan dan sebagainya
2. Karakteristik bau meliputi keharuman, bau busuk, tengik, apek dan sebagainya
3. Karakteristik rasa meliputi rasa dasar (manis, asin, asam, pahit, pedas, dingin, lezat
dan sebagainya)
4. Karakteristik tekstural meliputi sifat lengket, halus, keras, lunak dan sebagainya.
E. Karakteristik Keamanan
Keamanan pangan (food safety) akhir-akhir ini telah menadi isu nasional dan
internasional. Semakin tinggi pengetahuan dan kemampuan ekonominya, semakin tinggi
pula kecenderungan menuntut pangan yang lebih aman untuk dikonsumsi.
Kemungkinan-kemungkinan bahaya bagi produk-produk pangand apat terjadi karena
beberapa sebab:
1. Adanya residu bahan kimia yang terbawa pada bahan pangan akibat teknologi
pertanian misalnya insektisida, pestisida, fungisida, antibiotik, dan hormone.
2. Adanya kesalahan dalam penggunaan bahan kimia tambahan baik jenis maupun
dosisnya. Kasus biskuit beracun beberapa waktu yang lalu di Indonesia merupakan
suatu contoh yang ekstrem. Demikian pula penggunaan pewarna tekstil untuk
makanan jajanan (street food).
3. Penyerapan logam berbahaya oleh tanaman dan hewan akibat pencemaran lingkungan
oleh industry.
4. Terjadinya kontaminasi mikroba dan bahan kimia terhadap bahan pangan dan produk
pangan sejak dari pertama sampai pada tingkat pengolahan akibat kurangnya
sanitasi.
5. Kurang cukupnya kondisi proses pengolahan menyebabkan mikroba aktif kembali
pada saat penyimpanan dan pemasaran.
6. Dampak dari penggunaan teknologi yang belum tuntas penelitiannya misalnya
senyawa-senyawa baru, teknik radiasi dan sebagainya.
7. Adanya komponen kimia tertentu pada bahan pangan dan produk pangan yang dapat
mendorong timbulnya penyakit-penyakit tertentu jika dikonsumsi berlebihan
(misalnya kolestrol, lemak dan sebagainya).
Karakteristik keamanan ini dirasakan telah banyak menghambat ekspor produk
pangan negara-negara dunia ketiga ke negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan
Jepang karena persyaratan yang cukup berat dan diberlakukan secara ketat. Apabila ingin
bersaing mendapatkan pasar di negara-negara tersebut, karakteristik ini harus ditangani
secara intensif. Produksi dari produk-produk pangan olahan yang aman harus
mempertimbangkan hal-hal berikut:
- Bahan
Bahan yang digunakan baik bahan mentah, pembantu dan senyawa kimia tambahan
dapat menjadi sumber terjadinya bahaya, baik sebagai media kontaminasi atau
karena kesalahan penggunaan. Pemeriksaan yang cermat dan pembinaan hubungan
dengan pemasok atau lembaga independen untuk memeriksa adanya upaya-upaya
yang dapat menekan terjadinya bahaya.
- Metode Proses
Untuk memproduksi makanan yang aman dari mikroorganisme, metode proses harus
dapat membunuh bakteri-bakteri patogen yang terdapat dalam pangan atau
menciptakan kondisi yang tidak sesuai bagi bakteri tersebut dengan pengendalian
suhu, pH, Aw atau menggunakan zat pengawet. Pada keadaan mikroba awal cukup
tinggi, kondisi proses harus dirancang untuk dapat mengendalikannya, misalnya
dengan menaikkan suhu retort pada saat proses sterilisasi.
- Kontaminasi Pascaproses
Banyak kejadian keamanan pangan disebabkan oleh produk pangan secara praktis
telah bebas dari bakteri patogen setelah diproses, tetapi tetap terkena kontaminasi
kembali pada saat pengemasan. Hal ini bisa terjadi akibat kontaminasi dari bahan
mentah, pekerja, peralatan atau kondisi lingkungan pabrik. Untuk itu diperlukan
konsep-konsep sanitasi dalam bentuk prosedur yang jelas.
- Penentuan Titik – Titik Kendali Kritis
Potensi terjadinya bahaya perlu dipelajari dengan seksama dengan mengumpulkan
data pada setiap tahap pengolahan bahan sejak bahan mentah dipanen dan dibawa ke
pabrik. Dari hasil analisis ini dapat ditentukan titik-titik yang mempunyai potensi
besar terjadinya bahaya (Karakteristik Mutu Produk Industri Pangan, n.d.).
Sumber: