Disusun oleh:
Eha Maleha 240210130034
Dheya Desita 240210130053
Rosalina Ilmi Amalia 240210130057
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2016
I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menganalisis bahaya yang dapat terjadi pada produksi buah kaleng
2. Mengetahui cara penentuan titik kritis pada proses pembuatan buah kaleng
3. Mengetahui cara penanggulangan bahaya dari CCP produksi buah kaleng
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makanan Kaleng
Kaleng adalah salah satu jenis kemasan makanan yang sudah dikenal sejak
perang dunia kedua. Pada abad ke 19, kaleng digunakan untuk mengemas bahan
makanan agar tetap segar untuk tentara perang pada masa perang. Pada tahun 1908,
Nicholas Appert seseorang yang berkebangsaan Perancis memperkenalkan cara
menyimpan makanan dalam botol kaca, lalu botol kaca tersebut disumbat longgar
dengan gabus, kemudian direbus kembali sampai mendidih. Sesudah udara dalam
botol tersebut keluar lalu disumbat lagi dengan kayu gabus sampai rapat dan kencang.
Inilah bentuk paling tua dari kemasan kaleng yang kita kenal. Kelebihan dari
kemasan kaleng ini adalah dapat dilakukan proses sterilisasi dengan suhu tinggi
selama 20-40 menit sehingga makanan didalam nya menjadi steril, tidak mudah rusak
dan awet (Anonima , 2008).
Mengemas makanan dalam kaleng merupakan salah satu teknologi
pengawetan makanan dengan cara sterilisasi dengan suhu tinggi. Saat ini makanan
dalam kemasan kaleng semakin populer akibat mobilitas masyarakat yang sangat
tinggi, sehingga mengkonsumsi produk makanan kaleng dapat menghemat waktu.
Kerusakan utama yang terjadi pada bahan makanan yang dikemas dalam kaleng
adalah kerusakan yang diakibatkan oleh mikroba yang menyebabkan makanan
menjadi berbau busuk, asam dan bahkan beracun. (Shaffiyah, 2008)
Menurut Winarno (1995), kerusakan makanan kaleng dibagi menjadi 4 bagian
yaitu:
1. Flat Sour Apabila permukaan kaleng tetap datar dan tidak mengalami
kerusakan apapun, tetapi produk di dalam kaleng tersebut sudah rusak dan
berbau asam.
2. Flipper Apabila dilihat sekilas, bentuk kaleng terlihat normal tanpa kerusakan.
Tetapi bila salah satu ujung kaleng ditekan, maka ujung yang lainnya akan
terlihat cembung.
3. Springer Apabila salah satu ujung kaleng tampak rata dan normal, sedangkan
ujung yang lain tampak cembung permanen.
4. Swell (cembung) Apabila kedua ujung kaleng sudah terlihat cembung akibat
adanya bakteri pembentuk gas. Swell (cembung) dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu soft swell dan hard swell. Soft swlel yaitu kedua ujung kaleng
yang sudah cembung tetapi belum begitu keras sehingga masih bisa ditekan
sedikit ke dalam. Sedangkan hard swell yaitu kedua ujung permukaan kaleng
sudah cembung dan begitu keras sehingga tidak bisa lagi ditekan ke dalam
(Shaffiyah, 2008).
2.2 Buah Kaleng
Buah Kaleng adalah buah yang diawetkan dalam kaleng itu sendiri dengan
tujuan untuk memperpanjang umur simpan ketika sebelum dikonsumsi. Koktail
buah atau koktil adalah makanan yang dibuat dari potongan buah dan sirup, dan
disajikan dingin. Walaupun namanya mirip dengan minuman beralkohol yang disebut
"koktail", koktail buah sama sekali tidak dicampur atau mengandung alkohol.
Menurut Standar Nasional Indonesia untuk buah-buahan dalam kaleng,
koktail buah dalam kaleng dibuat dari campuran tiga jenis buah atau lebih. Koktail
buah dalam kaleng dibagi menjadi koktail buah subtropis (persik, pir, nenas, anggur,
ceri) dan koktail buah tropis (papaya atau nenas)
Peluang Terjadi l L1 M1 H1
(Reasonably likely to occur) m Lm Mm Hm*
h Lh Mh* Hh*
Analisa bahaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam penyusunan
suatu rencana HACCP. Untuk menetapkan rencana dalam rangka mencegah bahaya
keamanan pangan, maka bahaya yang signifikan atau beresiko tinggi dan tindakan
pencegahan harus diidentifikasi. Hanya bahaya yang signifikan atau yang memiliki
resiko tinggi yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan critical control point.
Prinsip 2 : Penetapan Critical Control Point (CCP)
CCP atau Titik Kendali Kritis didefinisikan sebagai suatu titik,
langkah atau prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan
bahaya keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan atau diturunkan
sampai ke batas yang dapat diterima. Pada setiap bahaya yang telah
diidentifikasi dalam proses sebelumnya, maka dapat ditentukan satu
atau beberapa CCP dimana suatu bahaya dapat dikendalikan. Masing-
masing titik penerapan tindakan pencegahan yang telah ditetapkan
diuji dengan menggunakan CCP decision tree (Gambar 2,3,4) untuk
menentukan CCP. Decision tree ini berisi urutan pertanyaan mengenai
bahaya yang mungkin muncul dalam suatu langkah proses, dan dapat
juga diaplikasikan pada bahan baku untuk mengidentifikasi bahan
baku yang sensitif terhadap bahaya atau untuk menghindari
kontaminasi silang. Suatu CCP dapat digunakan untuk
mengendalikan satu atau beberapa bahaya, misalnya suatu CCP
secara bersama-sama dapat dikendalikan untuk mengurangi bahaya
fisik dan mikrobiologi.
Prinsip 3 :Penetapan Critical Limit (CL)
Critical limit (CL) atau batas kritis adalah suatu kriteria yang
harus dipenuhi untuk setiap tindakan pencegahan yang ditujukan
untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai batas aman.
Batas ini akan memisahkan antara "yang diterima" dan "yang
ditolak", berupa kisaran toleransi pada setiap CCP. Batas kritis
ditetapkan untuk menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan dengan
baik. Penetapan batas kritis haruslah dapat dijustifikasi, artinya
memiliki alasan kuat mengapa batas tersebut digunakan dan harus
dapat divalidasi artinya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
serta dapat diukur. Penentuan batas kritis ini biasanya dilakukan
berdasarkan studi literatur, regulasi pemerintah, para ahli di bidang
mikrobiologi maupun kimia, CODEX dan lain sebagainya. Untuk
menetapkan CL maka pertanyaan yang harus dijawab adalah : apakah
komponen kritis yang berhubungan dengan CCP? Suatu CCP
mungkin memiliki berbagai komponen yang harus dikendalikan
untuk menjamin keamanan produk. Secara umum batas kritis dapat
digolongkan ke dalam batas fisik (suhu, waktu), batas kimia (pH,
kadar garam). Penggunaan batas mikrobiologi (jumlah mikroba dan
sebagainya) sebaiknya dihindari karena memerlukan waktu untuk
mengukurnya, kecuali jika terdapat uji cepat untuk pengukuran
tersebut.
Pencucian buah
Pengupasan
Cutting
Blansing
Filling
Exhausting
Sealing
Sterilisasi
Pendinginan
Penyimpanan
5. Sterilisasi
Pada tahapan ini merupakan tahapan yang paling kritis, dimana pada saat ini
segala jenis hazard harus dapat tertangani sehingga tahapan ini merupakan tahapan
CCP (Critical Control Point). Proses sterilisasi yang dilakukan adalah menggunakan
suhu lebih dari 100OC dengan waktu ± 20 menit.
6. Penyimpanan
Tahapan ini dilakukan untuk menyimpan hasil produksi. Pada penyimpanan
diperlukan kondisi yang tepat untuk menjaga agar kualitas bahan tetap terjaga. Dan
pada tahap ini dilakukan penanganan agar kaleng tidak penyok
a. Cleaning
Pada tahapan pencucian, bahaya yang mungkin terjadi adalah berasal dari air
yang digunakan untuk proses pencucian. Air yang digunakan dikhawatirkan
mengandung jumah mikroba yang banyak. Selain itu, sisa pestisida dan debu juga
dapat menjadi bahaya. Untuk memutuskan tahapan proses ini adalah CCP atau bukan
diputuskan dengan decision tree.
Apakah proses ini dapat menghilangkan hazard? (Ya, proses ini dapat
menghilangkan hazard)
Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya yang mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima? (Ya)
Dari pertanyaan yang diberikan, menyatakan jika tahap pembersihan masuk ke dalam
tahapan CCP.
b. Pengupasan
Pada tahapan pengupasan, bahaya yang mungkin terjadi adalah berasal dari
sisa-sisa bagian dari buah yang dikhawatirkan tersisa pada proses pengupasan ini.
Untuk memutuskan tahapan proses ini adalah CCP atau bukan diputuskan dengan
decision tree.
Apakah proses ini dapat menghilangkan hazard? (Tidak, namun proses ini
penting untuk menghilangkan bagian buah yang tidak digunakan)
Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya yang mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima? (Tidak)
Apakah hazard dapat dikurangi dalam proses berikutnya? (Tidak)
Dari pertanyaan yang diberikan, menyatakan jika tahap pengupasan tidak
masuk ke dalam tahapan CCP. Karena frekuensi terjadinya hazard pada proses
pengupasan ini sangan jarang terjadi, dan dengan rentan waktu yang lama juga.
Sehingga resiko yang terjadi sangat rendah.
c. Blansing
Pada tahapan ini terjadi proses pemanasan dengan tempo waktu yang singkat.
Proses ini dapat membunuh mikroorganisme, namun jumlah mikroorganisme yang
dibunuh tidak begitu banyak karena suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi. Untuk
memutuskan tahapan proses ini adalah CCP atau bukan diputuskan dengan decision
tree.
Apakah proses ini dapat menghilangkan hazard? (Ya, proses ini dapat
menghilangkan hazard)
Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya yang mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima? (Tidak)
Apakah hazard dapat dikurangi dalam proses berikutnya? (Ya)
Dari pertanyaan yang diberikan, menyatakan jika tahap blansing tidak masuk
ke dalam tahapan CCP. Karena dalam proses blansing hazard yang hilang tidak begitu
banyak.
d. Sealling
Pada tahapan ini terjadi proses penutupan kaleng yang telah diisi buah. Pada
proses penutupan ini terdapat kemungkinan bahaya berasal dari kebocoran yang dapat
merusak produk. Jika terdapat kebocoran pada proses ini akan mengakibatkan reaksi
oksidasi yang akan mengubah produk. Disamping itu adanya udara di dalam kaleng
dapat membuat mikrobiologi tumbuh. Untuk memutuskan tahapan proses ini adalah
CCP atau bukan diputuskan dengan decision tree.
Apakah proses ini dapat menghilangkan hazard? (Ya, proses ini dapat
menghilangkan hazard)
Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya yang mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima? (Ya)
Dari pertanyaan yang diberikan, menyatakan jika tahap sealling masuk ke
dalam tahapan CCP. Karena dalam proses sealling jika ada kebocoran produk akan
rusak.
e. Sterilisasi
Pada tahapan ini terjadi proses pemanasan untuk menghilangkan segala jenis
hazard khususnya hazard mikrobiologis. Suhu yang digunakan melebihi suhu titik
didih air, hal ini dikarenakan proses sterilisasi bertujuan untuk membunuh
mikrobiologis hingga ke sporanya. Untuk memutuskan tahapan proses ini adalah CCP
atau bukan diputuskan dengan decision tree.
Apakah proses ini dapat menghilangkan hazard? (Ya, proses ini dapat
menghilangkan hazard)
Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya?
Apakah proses ini dapat mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai level
yang dapat diterima? (Ya)
Apakah bahaya dapat dikurangi dalam proses selanjutnya? (Tidak)
Dari pertanyaan yang diberikan, menyatakan jika tahap sterilisasi masuk ke
dalam tahapan CCP. Karena dalam proses sterilisasi merupakah tahapan paling utama
dalam proses pengalengan. Terdapat satu indikator yang membuat proses ini berhasil,
yaitu tidak ditemukannya koloni maupun spora dari bakteri Clostridium botulinum.
f. Penyimpanan
Analisis bahaya yang terjadi ialah tumbuhnya kapang dan beberapa
mikroorganisme lain. Hal tersebut jarang terjadi dan memiliki resiko yang tinggi
sehingga dikategotrikan sebagai bahaya signifikan signifikan dan perlu pengajian
kembali apakah tahapan ini merupakan CCP atau bukan dengan menggunakan
decision tree.
Adakah tindakan pencegahan? (Ya, dengan mengatur kebersihan gudang,
menjaga suhu dan RH ruang penyimpanan)
Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya yang mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima? (Ya)
Berdasarkan decision tree tersebut diketahui bahwa tahapan peyimpanan
ialah CCP.
Batas kritis ditentukan untuk setiap faktor yang berhubungan dengan
keamanan pada CCP. Berikut ini adalah batas kritis untuk setiap produk jadi.
3.6. Verifikasi/Pengujian
Untuk memastikan agar sistem HACCP berjalan efektif, ada beberapa hal
yang perlu dilakukan. Hal-hal tersebut adalah:
a Membuat jadwal untuk pengkalibrasian peralatan.
b Melakukan audit internal secara berkala dengan menggunakan sistem audit
checklist. Setelah itu, informasi yang tercatat di checklist akan melaporkan
kepada tim HACCP tentang seberapa jauh rencana HACCP diikuti.
c Menetapkan disiplin kerja dengan cara mengambil tindakan apabila terjadi
pelanggaran berkaitan dengan titik kendali kritis (CCP). Tindakan-tindakan yang
tersebut adalah:
Untuk karyawan yang tidak mencuci tangan, tidak menggunakan sarung
tangan, atau tidak mengenakan standar pakaian kerja yang diinstruksikan. Selain itu
juga apabila karyawan yang tidak membersihkan tempat bahan baku, dan apabila
karyawan bagian laboratorium yang tidak melakukan.
KESIMPULAN
Luh, Bor, S., Woodroof, J.G. 1975. Commercial Vegetable Processing. The Avi
Publishing Company, Inc. Connecticut.
Smith, Durward. S., Cash, Jerry. N., Nip, Wai-Kit., Hui, Y.H., 1997. Processing
Vegetables Science and Technology. Technomc Publishing Company, USA.
Standar Nasional Indonesia. 2004. SNI 01-3834-2004 Koktil Buah dalam Kaleng.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta.