Anda di halaman 1dari 7

PENENTUAN UMUR SIMPAN PADA PRODUK PANGAN

Heny Herawati

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Bukit Tegalepek, Kotak Pos 101 Ungaran 50501

ABSTRAK
Pengolahan pangan pada industri komersial antara lain bertujuan untuk memperpanjang masa simpan. Umur
simpan merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi sebelum produk pangan dipasarkan selain produk
aman dikonsumsi oleh masyarakat. Untuk memperluas informasi mengenai penentuan umur simpan, dalam makalah
ini ditelaah mengenai regulasi, kriteria kedaluwarsa, prinsip pendugaan umur simpan, perumusan umur simpan,
kriteria kemasan, dan upaya memperpanjang umur simpan produk pangan. Pengolahan untuk memperpanjang
umur simpan produk pangan perlu mengantisipasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan kerusakan mutu. Penentuan
umur simpan juga perlu mempertimbangkan faktor teknis dan ekonomis berkaitan dengan upaya distribusi produk
yang di dalamnya mencakup keputusan manajemen yang bertanggung jawab.
Kata kunci: Pangan, pengolahan pangan, mutu, umur simpan

ABSTRACT
Shelf life determination for food product

Commercial food processing aimed to extend shelf life of product. Shelf life product information is required before
product launched in the market to guarantee the consumers. Broaden knowledge about shelf life of food product
is reviewed in which includes regulation, shelf life criteria, shelf life prediction principles, shelf life analysis,
packaging criteria, and extending food shelf life efforts. Processing activities to extend product shelf life should
anticipate another quality degradation sources. Shelf life analysis should consider several technical and economical
factors which relate to the responsibility of management decision on product distributions.
Keywords: Foods, food processing, quality, shelf life

P engolahan pangan pada industri


komersial umumnya bertujuan mem-
perpanjang masa simpan, mengubah atau
69 tahun 1999. Menurut Rahayu et al.
(2003), terdapat tujuh jenis produk pangan
yang tidak wajib mencantumkan tanggal,
berdasarkan hasil analisis di laboratorium
yang didukung hasil evaluasi distribusi
di lapangan. Berkaitan dengan berkem-
meningkatkan karakteristik produk (warna, bulan, dan tahun kedaluwarsa, yaitu: 1) bangnya industri pangan skala usaha
cita rasa, tekstur), mempermudah pena- buah dan sayuran segar, termasuk kecil-menengah, dipandang perlu untuk
nganan dan distribusi, memberikan lebih kentang yang belum dikupas, 2) minuman mengembangkan penentuan umur simpan
banyak pilihan dan ragam produk pangan yang mengandung alkohol lebih besar produk sebagai bentuk jaminan keamanan
di pasaran, meningkatkan nilai ekonomis atau sama dengan 10% (volume/volume), pangan. Penentuan umur simpan di tingkat
bahan baku, serta mempertahankan atau 3) makanan yang diproduksi untuk industri pangan skala usaha kecil-
meningkatkan mutu, terutama mutu gizi, dikonsumsi saat itu juga atau tidak lebih menengah sering kali terkendala oleh
daya cerna, dan ketersediaan gizi. Kriteria dari 24 jam setelah diproduksi, 4) cuka, 5) faktor biaya, waktu, proses, fasilitas, dan
atau komponen mutu yang penting pada garam meja, 6) gula pasir, serta 7) permen kurangnya pengetahuan produsen pa-
komoditas pangan adalah keamanan, dan sejenisnya yang bahan bakunya ngan. Makalah ini menelaah proses
kesehatan, flavor, tekstur, warna, umur hanya berupa gula ditambah flavor atau penentuan umur simpan produk pangan
simpan, kemudahan, kehalalan, dan harga gula yang diberi pewarna. Berdasarkan dalam pengembangan industri pangan.
(Andarwulan dan Hariyadi 2004). peraturan, semua produk pangan wajib
Peraturan mengenai penentuan mencantumkan tanggal kedaluwarsa,
umur simpan bahan pangan telah dike- kecuali tujuh jenis produk pangan ter- KRITERIA KEDALUWARSA
luarkan oleh Codex Allimentarius sebut.
Commission (CAC) pada tahun 1985 Penetapan umur simpan dan para- Menurut Institute of Food Science and
tentang Food Labelling Regulation. Di meter sensori sangat penting pada tahap Technology (1974), umur simpan produk
Indonesia, peraturan mengenai penentuan penelitian dan pengembangan produk pangan adalah selang waktu antara saat
umur simpan bahan pangan terdapat dalam pangan baru. Pada skala industri besar produksi hingga konsumsi di mana produk
UU Pangan No. 7 tahun 1996 dan PP No. atau komersial, umur simpan ditentukan berada dalam kondisi yang memuaskan

124 Jurnal Litbang Pertanian, 27(4), 2008


berdasarkan karakteristik penampakan, mutu lebih lanjut, seperti oksidasi lipida, ubahan mutu produk selama distribusi,
rasa, aroma, tekstur, dan nilai gizi. Se- kerusakan vitamin, kerusakan protein, per- penyimpanan hingga siap dikonsumsi.
mentara itu, Floros dan Gnanasekharan ubahan bau, reaksi pencoklatan, perubah- Menurut Floros dan Gnanasekharan
(1993) menyatakan bahwa umur simpan an unsur organoleptik, dan kemungkinan (1993), kriteria kedaluwarsa beberapa
adalah waktu yang diperlukan oleh produk terbentuknya racun. Lebih lanjut, Sadler produk pangan dapat ditentukan dengan
pangan dalam kondisi penyimpanan (1987) mengelompokkan faktor yang menggunakan acuan titik kritis seperti
tertentu untuk dapat mencapai tingkatan mempengaruhi perubahan mutu produk disajikan pada Tabel 2.
degradasi mutu tertentu. pangan menjadi tiga golongan, yaitu Faktor yang sangat berpengaruh
Pada saat baru diproduksi, mutu energi aktivasi rendah (2−15 kkal/mol), terhadap penurunan mutu produk pangan
produk dianggap dalam keadaan 100%, energi aktivasi sedang (15−30 kkal/mol), adalah perubahan kadar air dalam produk.
dan akan menurun sejalan dengan dan energi aktivasi tinggi (50−100 kkal/ Aktivitas air (aw) berkaitan erat dengan
lamanya penyimpanan atau distribusi. mol). kadar air, yang umumnya digambarkan
Selama penyimpanan dan distribusi, Faktor-faktor yang menyebabkan sebagai kurva isotermis, serta pertum-
produk pangan akan mengalami kehi- terjadinya perubahan pada produk pangan buhan bakteri, jamur dan mikroba lainnya.
langan bobot, nilai pangan, mutu, nilai menjadi dasar dalam menentukan titik kritis Makin tinggi aw pada umumnya makin
uang, daya tumbuh, dan kepercayaan umur simpan. Titik kritis ditentukan berda- banyak bakteri yang dapat tumbuh,
(Rahayu et al. 2003). sarkan faktor utama yang sangat sensitif sementara jamur tidak menyukai aw yang
Penggunaan indikator mutu dalam serta dapat menimbulkan terjadinya per- tinggi (Christian 1980).
menentukan umur simpan produk siap
masak atau siap saji bergantung pada
kondisi saat percobaan penentuan umur
simpan tersebut dilakukan (Kusnandar Tabel 1. Umur simpan beberapa produk coklat olahan berdasarkan kondisi
2004). Hasil percobaan penentuan umur normal (subtropis) dan kondisi tropis.
simpan hendaknya dapat memberikan
informasi tentang umur simpan pada Umur simpan Umur simpan
kondisi ideal, umur simpan pada kondisi Kategori produk kondisi subtropis kondisi tropis
tidak ideal, dan umur simpan pada kondisi (bulan) (bulan)
distribusi dan penyimpanan normal dan Susu coklat 16 12
penggunaan oleh konsumen. Suhu normal Bahan coklat 24 24
untuk penyimpanan yaitu suhu yang tidak Coklat putih 16 12
Coklat untuk isi bahan pangan 18 12
menyebabkan kerusakan atau penurunan
Coklat isi kacang 12 9
mutu produk. Suhu ekstrim atau tidak Wafer coklat 12 9
normal akan mempercepat terjadinya Coklat berlemak 12 9
penurunan mutu produk dan sering
Sumber: Kusnandar (2004).
diidentifikasi sebagai suhu pengujian
umur simpan produk (Hariyadi 2004a).
Pengendalian suhu, kelembapan, dan
Tabel 2. Kriteria kedaluwarsa beberapa produk pangan.
penanganan fisik yang tidak baik dapat
dikategorikan sebagai kondisi distribusi Produk Mekanisme penurunan mutu Kriteria kedaluwarsa
pangan yang tidak normal. Kondisi
Teh kering Penyerapan uap air Peningkatan kadar air
distribusi dan suhu akan menentukan umur Susu bubuk Penyerapan uap air Pencoklatan
simpan produk pangan sebagaimana Susu bubuk Oksidasi Laju konsumsi O2
tertera pada Tabel 1. Makanan laut kering beku Oksidasi dan fotodegradasi Aktivitas air
Makanan bayi Penyerapan uap air Konsentrasi asam askorbat
Makanan kering Penyerapan uap air −
Sayuran kering Penyerapan uap air Off flavor-perubahan warna
Kol kering Penyerapan uap air Pencoklatan
PARAMETER UMUR Tepung biji kapas Penyerapan uap air Pencoklatan
SIMPAN Tepung tomat Penyerapan uap air Konsentrasi asam askorbat
Biji-bijian Penyerapan uap air Peningkatan kadar air
Keju Penyerapan uap air Tekstur
Terdapat beberapa faktor yang mem- Bawang kering Penyerapan uap air Pencoklatan
pengaruhi penurunan mutu produk Buncis hijau Penyerapan uap air Konsentrasi klorofil
pangan. Floros dan Gnanasekharan (1993) Keripik kentang Penyerapan uap air Laju oksidasi
menyatakan terdapat enam faktor utama dan oksidasi
Keripik kentang Oksidasi Laju konsumsi O2
yang mengakibatkan terjadinya penu- Udang kering beku Oksidasi Konsentrasi karoten dan
runan mutu atau kerusakan pada produk laju konsentrasi O2
pangan, yaitu massa oksigen, uap air, Tepung gandum Penyerapan uap air Konsentrasi asam askorbat
cahaya, mikroorganisme, kompresi atau dan oksidasi
bantingan, dan bahan kimia toksik atau Minuman ringan Pelepasan CO2 Perubahan tekanan
off flavor. Faktor-faktor tersebut dapat Sumber: Floros dan Gnanasekharan (1993).
mengakibatkan terjadinya penurunan

Jurnal Litbang Pertanian, 27(4), 2008 125


Mikroorganisme menghendaki aw keterbatasan fasilitas yang dimiliki pada kondisi ekstrim (abuse test). Pada
minimum agar dapat tumbuh dengan baik, produsen pangan. Distribution turn over penentuan umur simpan berdasarkan
yaitu untuk bakteri 0,90, kamir 0,80−0,90, merupakan cara menentukan umur simpan komplain konsumen, produsen meng-
dan kapang 0,60−0,70 (Winarno 1992). produk pangan berdasarkan informasi hitung nilai umur simpan berdasarkan
Prabhakar dan Amia (1978) menyatakan, produk sejenis yang terdapat di pasaran. komplain atas produk yang didistribusi-
pada aw yang tinggi, oksidasi lemak ber- Pendekatan ini dapat digunakan pada kan. Untuk mempersingkat waktu,
langsung lebih cepat dibanding pada aw produk pangan yang proses pengolahan- penentuan umur simpan dapat dilakukan
rendah. Kandungan air dalam bahan nya, komposisi bahan yang digunakan, dengan ASLT di laboratorium. Penentuan
pangan, selain mempengaruhi terjadinya dan aspek lain sama dengan produk umur simpan produk pangan berhubungan
perubahan kimia juga ikut menentukan sejenis di pasaran dan telah ditentukan erat dengan tahapan proses produksi
kandungan mikroba pada pangan. umur simpannya. Distribution abuse test seperti disajikan pada Gambar 1.
Selain kadar air, kerusakan produk merupakan cara penentuan umur simpan Untuk produk pangan yang masih
pangan juga disebabkan oleh ketengikan produk berdasarkan hasil analisis produk dalam tahap penelitian dan pengem-
akibat terjadinya oksidasi atau hidrolisis selama penyimpanan dan distribusi di bangan, analisis untuk menentukan umur
komponen bahan pangan. Tingkat keru- lapangan, atau mempercepat proses simpan produk dilakukan sebelum produk
sakan tersebut dapat diketahui melalui penurunan mutu dengan penyimpanan dipasarkan. Untuk keperluan tersebut,
analisis free fatty acid (FFA) dan tio
barbituric acid (TBA). Kerusakan lemak
selain menaikkan nilai peroksida juga
meningkatkan kandungan malonaldehida,
suatu bentuk aldehida yang berasal dari Tabel 3. Kandungan mikroba yang dipersyaratkan pada produk pangan
degradasi lemak (Deng 1978). Malonal- siap saji (UK Public Health Laboratory Service).
dehida yang terkandung pada suatu
Jumlah mikroba (koloni/g)
bahan pangan diukur sebagai angka TBA.
Mikroba Agak Tidak Tidak diterima
Kandungan mikroba, selain mem- Memuaskan
memuaskan memuaskan (berpotensi bahaya)
pengaruhi mutu produk pangan juga
menentukan keamanan produk tersebut Total Plate Count (TPC) < 104 10 4−10 6 10 6−10 8 >10 8
dikonsumsi. Pertumbuhan mikroba pada produk daging masak
Salmonella sp. − − − Terdeteksi/25 g
produk pangan dipengaruhi oleh faktor
Listeria monocytogenes Tidak Ada/25 g 10 2−10 4 >10 3
intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik terdeteksi/25 g < 102
mencakup keasaman (pH), aktivitas air Eschericia coli < 20 20−10 2 10 2−10 4 >10 4
(aw), equilibrium humidity (Eh), kan- Staphylococcus aureus < 20 20−10 2 10 2−10 4 >10 4
dungan nutrisi, struktur biologis, dan Sumber: Kusnandar (2004).
kandungan antimikroba. Faktor ekstrinsik
meliputi suhu penyimpanan, kelembapan
relatif, serta jenis dan jumlah gas pada
lingkungan (Arpah 2001). Untuk menen-
tukan tingkat keamanan produk pangan
berdasarkan kandungan mikroba, digu- Produk
nakan parameter beberapa jenis mikroba
yang terkandung dalam produk pangan Degradasi Jenis pengolahan
sebagaimana tertera pada Tabel 3.
Umur simpan
yang diinginkan
PRINSIP PENDUGAAN
Perhitungan awal Pengaruh struktur
UMUR SIMPAN
t
Salah satu kendala yang sering dihadapi Kesesuaian t Bahan
industri pangan dalam penentuan masa
t
kedaluwarsa produk adalah waktu. Pada Pasar
Prototipe
prakteknya, ada lima pendekatan yang
t
dapat digunakan untuk menduga masa Biaya
kedaluwarsa, yaitu: 1) nilai pustaka Uji ASS Uji distribusi
(literature value), 2) distribution turn
over, 3) distribution abuse test, 4) t

consumer complaints, dan 5) accelerated Optimum


shelf-life testing (ASLT) (Hariyadi 2004a).
Nilai pustaka sering digunakan dalam
penentuan awal atau sebagai pembanding Gambar 1. Tahapan penentuan umur simpan produk pangan (Floros dan
dalam penentuan produk pangan karena Gnanasekharan 1993).

126 Jurnal Litbang Pertanian, 27(4), 2008


produsen akan meramu serta memproses Metode konvensional biasanya di- air kritis dapat ditentukan berdasarkan
produk sampai ditemukan kondisi umur gunakan untuk mengukur umur simpan mutu fisik produk sebagaimana tertera
simpan maksimal yang dikehendaki. Se- produk pangan yang telah siap edar atau pada Tabel 4.
telah kondisi optimal diperoleh, prototipe produk yang masih dalam tahap peneli-
produk diuji coba dengan menggunakan tian. Pengukuran umur simpan dengan
accelerated storage studies (ASS) atau metode konvensional dilakukan dengan Accelerated Storage Studies
ASLT dan uji distribusi. Berdasarkan hasil cara menyimpan beberapa bungkusan
pengujian, akan diperoleh nilai umur produk yang memiliki berat serta tanggal Penentuan umur simpan produk dengan
simpan produk akhir dan produk siap produksi yang sama pada beberapa metode ASS atau sering disebut dengan
dipasarkan. desikator atau ruangan yang telah ASLT dilakukan dengan menggunakan
Data yang diperlukan untuk menen- dikondisikan dengan kelembapan yang parameter kondisi lingkungan yang dapat
tukan umur simpan produk yang dianalisis seragam. Pengamatan dilakukan terhadap mempercepat proses penurunan mutu
di laboratorium dapat diperoleh dari ana- parameter titik kritis dan atau kadar air. (usable quality) produk pangan. Salah
lisis atau evaluasi sensori, analisis kimia Penentuan umur simpan produk satu keuntungan metode ASS yaitu waktu
dan fisik, serta pengamatan kandungan dengan metode konvensional dapat di- pengujian relatif singkat (3−4 bulan),
mikroba (Koswara 2004). Penentuan umur lakukan dengan menganalisis kadar air namun ketepatan dan akurasinya tinggi.
simpan dengan menggunakan faktor suatu bahan, memplot kadar air tersebut Kesempurnaan model secara teoritis
organoleptik dapat menggunakan para- pada grafik kemudian menarik titik tersebut ditentukan oleh kedekatan hasil yang
meter sensori (warna, flavor, aroma, rasa, sesuai dengan kadar air kritis produk. Per- diperoleh (dari metode ASS) dengan nilai
dan tekstur) terhadap sampel dengan potongan antara garis hasil pengukuran ESS. Hal ini diterjemahkan dengan mene-
skala 0−10, yang mengindikasikan tingkat kadar air dan kadar air kritis ditarik garis tapkan asumsi-asumsi yang mendukung
kesegaran suatu produk (Gelman et al. ke bawah sehingga dapat diketahui nilai model. Variasi hasil prediksi antara model
1990). umur simpan produk (Gambar 2). Selain yang satu dengan yang lain pada produk
berdasarkan hasil analisis kadar air, kadar yang sama dapat terjadi akibat ketidak-

PENENTUAN UMUR
SIMPAN

Menurut Syarief et al. (1989), secara garis Kadar air


besar umur simpan dapat ditentukan (%)
dengan menggunakan metode konven- A
sional (extended storage studies, ESS) dan B
metode akselerasi kondisi penyimpanan
(ASS atau ASLT). Umur simpan produk
pangan dapat diduga kemudian ditetapkan C
waktu kedaluwarsanya dengan meng-
gunakan dua konsep studi penyimpanan
produk pangan, yaitu ESS dan ASS atau Kadar air kritis
ASLT (Floros dan Gnanasekharan 1993).

Extended Storage Studies


a b c Umur simpan (hari)

Penentuan umur simpan produk dengan


ESS, yang juga sering disebut sebagai
Gambar 2. Penentuan umur simpan produk pangan berdasarkan kadar air dan kadar
metode konvensional, adalah penentuan
air kritis (Syarief et al. 1989).
tanggal kedaluwarsa dengan cara me-
nyimpan satu seri produk pada kondisi
normal sehari-hari sambil dilakukan
pengamatan terhadap penurunan mutu-
nya (usable quality) hingga mencapai Tabel 4. Kriteria mutu fisik beberapa produk pangan pada kadar air kritis.
tingkat mutu kedaluwarsa. Metode ini
akurat dan tepat, namun pada awal pe- Bahan pangan Kriteria
nemuan dan penggunaan metode ini Biji-bijian Tidak hancur, tidak berjamur, keras
dianggap memerlukan waktu yang panjang Biskuit, produk kering Tidak lembek, renyah
dan analisis parameter mutu yang relatif Roti tawar Tidak keras, tidak berjamur
banyak serta mahal. Dewasa ini metode Gula Keras, tidak lengket
Bumbu-bumbuan Tidak lengket, berbentuk bubuk, tidak berjamur
ESS sering digunakan untuk produk yang
mempunyai masa kedaluwarsa kurang dari Sumber: Syarief et al. (1989).
3 bulan.

Jurnal Litbang Pertanian, 27(4), 2008 127


sempurnaan model dalam mendiskripsikan mampu memberi perlindungan terhadap Salah satu teknologi pengemasan
sistem, yang terdiri atas produk, bahan produk dari kotoran, pencemaran, dan pangan yang dapat menunda penurunan
pengemas, dan lingkungan (Arpah 2001). kerusakan fisik, serta dapat menahan per- mutu dan memperpanjang umur simpan
Penentuan umur simpan produk pindahan gas dan uap air. Salah satu jenis pada sayuran yaitu modified atmosphere
dengan metode akselerasi dapat dilakukan kemasan bahan pangan yaitu plastik. packaging (MAP) (Simon et al. 2004).
dengan dua pendekatan, yaitu: 1) pende- Faktor yang mempengaruhi konstanta MAP memberikan efek utama berupa
katan kadar air kritis dengan teori difusi permeabilitas pada kemasan plastik antara penurunan respirasi, penundaan penu-
dengan menggunakan perubahan kadar air lain adalah jenis permeabilitas, ada runan perubahan fisiologis, serta pene-
dan aktivitas air sebagai kriteria kedalu- tidaknya ikatan silang (cross linking), kanan perkembangan mikroba. Penggu-
warsa, dan 2) pendekatan semiempiris suhu, bahan tambahan elastis (plasticer), naan MAP dapat dikombinasikan dengan
dengan bantuan persamaan Arrhenius, jenis polimer film, sifat dan besar molekul perlakuan pengolahan lainnya untuk
yaitu dengan teori kinetika yang pada gas, serta kelarutan bahan. Nilai konstanta memperpanjang umur simpan produk
umumnya menggunakan ordo nol atau beberapa kemasan plastik disajikan pada sayuran, seperti perlakuan suhu, konsen-
satu untuk produk pangan. Model per- Tabel 6. trasi O2 dan CO2, serta proses pemotong-
samaan matematika pada pendekatan Jenis permeabilitas film bergantung an, pencucian, dan pengupasan (Church
kadar air diturunkan dari hukum difusi Fick pada bahan yang digunakan, dan permea- dan Pearsons 1994; Zagory 1995; Fonseca
unidireksional. Terdapat empat model bilitas film polyethylene (PE) lebih kecil et al. 2002).
matematika yang sering digunakan, yaitu daripada polypropylene (PP). Hal ini me-
model Heiss dan Eichner (1971), model nunjukkan bahwa gas atau uap air akan
Rudolf (1986), model Labuza (1982), dan lebih mudah masuk pada bahan pengemas
model waktu paruh (Syarief et al. 1989). jenis PP daripada PE. Ikatan silang sangat MEMPERPANJANG UMUR
Tahapan penentuan umur simpan ditentukan oleh kombinasi bahan yang SIMPAN
dengan ASS meliputi penetapan parameter digunakan. Konstanta PE dan biaxially-
kriteria kedaluwarsa, pemilihan jenis dan oriented polypropylene (BOPP) lebih baik Mutu produk pangan akan mengalami
tipe pengemas, penentuan suhu untuk daripada konstanta PE pada PP. Peningkat- perubahan (penurunan) selama proses pe-
pengujian, prakiraan waktu dan frekuensi an suhu juga mempengaruhi pemuaian gas nyimpanan. Umur simpan produk pangan
pengambilan contoh, plotting data sesuai yang menyebabkan terjadinya perbedaan dapat diperpanjang apabila diketahui
ordo reaksi, analisis sesuai suhu penyim- konstanta permeabilitas. Keberadaan air faktor-faktor yang mempengaruhi masa
panan, dan analisis pendugaan umur akan menimbulkan perenggangan pada simpan produk. Upaya memperpanjang
simpan sesuai batas akhir penurunan mutu pori-pori film sehingga meningkatkan masa simpan dapat dilakukan dengan be-
yang dapat ditolerir. Penentuan umur permeabilitas. Polimer film dalam bentuk berapa cara, yaitu meningkatkan nilai mutu
simpan dengan AAS perlu mempertim- kristal atau amorphous akan menentukan dan memperlambat laju penurunan mutu
bangkan faktor teknis dan ekonomis dalam permeabilitas. Permeabilitas low density (Gambar 3). Peningkatan nilai mutu awal
distribusi produk yang di dalamnya men- polyethylene (LDPE) mencapai tiga kali produk dapat dilakukan dengan memilih
cakup keputusan manajemen yang permeabilitas high density polyethylene dan menggunakan bahan baku yang ber-
bertanggung jawab. Penggunaan suhu (HDPE). mutu baik. Berdasarkan grafik pada
inkubasi untuk mengetahui umur simpan Gambar 3, mutu awal Q0-1 dengan batasan
produk disajikan pada Tabel 5. mutu sesuai parameter yang telah ditentu-
Tabel 6. Nilai konstanta beberapa kan, hanya memiliki masa kedaluwarsa 4
jenis kemasan plastik. bulan. Dengan menaikkan mutu awal
KRITERIA KEMASAN sebesar Q0-2, dapat memperpanjang masa
Jenis kemasan Nilai k
kedaluwarsa sebesar 6,30 bulan. Dengan
Bucle et al. (1987) menyatakan, kemasan Polietilen densitas rendah (LDPE) 1 cara meningkatkan mutu awal produk
yang dapat digunakan sebagai wadah Polietilen densitas tinggi (HDPE) 1 pangan, yaitu dengan menggeser kualitas
penyimpanan harus memenuhi beberapa Saran 1,60
(mutu) menjadi Q0-2 pada akhirnya akan
Selopan 1−1,90
persyaratan, yakni dapat mempertahan- dapat menggeser masa kedaluwarsa lebih
kan mutu produk supaya tetap bersih serta Sumber: Syarief et al. (1989). lama. Perlambatan laju penurunan mutu
produk dapat dilakukan dengan mem-
perbaiki kemasan, faktor penyimpanan,
faktor penanganan distribusi atau faktor
Tabel 5. Penentuan suhu pengujian umur simpan produk. penanganan lainnya. Dengan penambah-
an alternatif tersebut, pada akhirnya dapat
Jenis produk
Suhu pengujian Suhu kontrol meningkatkan masa kedaluwarsa produk
(ºC) (ºC) pangan yang pada awalnya hanya memiliki
Makanan dalam kaleng 25, 30, 35, 40 4 masa kedaluwarsa 4 bulan menjadi 6,80
Pangan kering 25, 30, 35, 40, 45 -18 bulan. Dengan cara memperlambat laju pe-
Pangan dingin 5, 10, 15, 20 0 nurunan mutu produk melalui alternatif
Pangan beku -5, -10, -15 <-40 penanganan produk pangan, pada akhir-
Sumber: Labuza dan Schmidl (1985). nya dapat menggeser masa kedaluwarsa
lebih lama.

128 Jurnal Litbang Pertanian, 27(4), 2008


Kualitas
(mutu) Kualitas
s (mutu)
s
Mutu awal
s

Qo-2
Mutu awal Mutu awal
s

Qo-1

s
Qo-1

Batas mutu
t

Batas mutu

t
Waktu Waktu
penyimpanan penyimpanan

s
s
t
s

s
0 2 4 6 8 10 (bulan) 0 2 4 6 8 10 (bulan)
Masa Masa Masa
kedaluwarsa-1 kedaluwarsa-2 kedaluwarsa-3

Gambar 3. Perpanjangan masa kedaluwarsa produk pangan dengan peningkatan mutu awal (kiri) dan perlambatan laju
penurunan mutu awal (kanan) (Hariyadi 2004b).

Penentuan umur simpan perlu memper-


Tabel 7. Beberapa produk susu dan daya awetnya melalui beberapa proses hatikan parameter umur simpan, terutama
pengolahan untuk memperpanjang masa simpan. titik kritis.
Terdapat lima pendekatan yang dapat
Produk Daya awet Proses digunakan dalam penentuan umur simpan
Susu cair 2 minggu dalam Pasteurisasi high temperature short produk pangan sebelum dipasarkan, yaitu
(fluid milk) kondisi refrigerasi time (HTST) literature value, distribution turn over,
Susu cair steril 3−4 bulan pada Sterilisasi ultra high temperature (UHT), distribution abuse test, komplain
(UHT fluid milk) suhu ruang pengisian, dan pengemasan konsumen, dan ASLT. Penentuan umur
Susu kental evaporasi 1−2 tahun pada Proses konsentrasi dilanjutkan
simpan dapat dilakukan dengan cara
(evaporated milk) suhu ruang dengan pengalengan dan sterilisasi konvensional (ESS) atau dengan per-
cepatan dengan menggunakan metode
Susu bubuk 1−3 tahun pada Pasteurisasi HTST, konsentrasi, dan
(spray dried whole milk) suhu ruang pengeringan dengan menggunakan ASS. Faktor kemasan perlu diperhatikan
pengering semprot dalam penentuan umur simpan, terutama
permeabilitas kemasan.
Sumber: Andarwulan dan Hariyadi (2004).
Untuk memperpanjang umur simpan
produk pangan dapat dilakukan dengan
peningkatan mutu awal atau dengan per-
lakuan selama proses penyimpanan.
Pengolahan produk pangan, selain tingkat kesegaran dan menyebabkan Pengolahan untuk memperpanjang umur
dapat memperpanjang umur simpan juga produk menjadi lebih lunak (Huang dan simpan produk pangan perlu pula meng-
mempengaruhi komponen yang terkan- Bourne 1983; Togeby et al. 1986). Pelunak- antisipasi faktor lain yang dapat menimbul-
dung dalam produk pangan tersebut (Tabel an produk terjadi karena adanya degradasi kan kerusakan mutu. Penentuan umur
7). Beberapa proses penanganan produk dan pelarutan senyawa pektin pada simpan sebaiknya mempertimbangkan
pangan yang dapat menyebabkan terjadi- dinding sel dan bagian tengah lamela faktor teknis dan ekonomis dalam upaya
nya perubahan mutu adalah perlakuan (Waldron et al. 1997). Oleh karena itu, distribusi produk yang di dalamnya men-
panas tinggi, pembekuan, pengemasan, pengolahan produk pangan untuk cakup keputusan manajemen yang ber-
pencampuran, serta pemompaan. Penge- memperpanjang umur simpan perlu tanggung jawab.
ringan dapat memperpanjang umur memperhatikan faktor lain yang dapat
simpan. Namun, pada proses pengeringan menimbulkan kerusakan mutu.
perlu diperhatikan agar air yang keluar dari
bahan tidak merusak struktur jaringan, DAFTAR PUSTAKA
sehingga mutu bahan pangan dapat di- KESIMPULAN DAN SARAN
Andarwulan, N. dan P. Hariyadi. 2004. Perubahan
pertahankan (Komari 1986). Perlakuan
mutu (fisik, kimia, mikrobiologi) produk
panas seperti blanching, pasteurisasi, dan Pencantuman tanggal kedaluwarsa produk pangan selama pengolahan dan penyimpanan
pemanasan dengan alat retort pada buah- pangan telah diatur dalam UU Pangan No. produk pangan. Pelatihan Pendugaan Waktu
buahan dan sayuran dapat menurunkan 7 tahun 1996 dan PP No. 69 tahun 1999. Kedaluwarsa (Self Life), Bogor, 1−2 Desember

Jurnal Litbang Pertanian, 27(4), 2008 129


2004. Pusat Studi Pangan dan Gizi, Institut Hariyadi, P. 2004b. Prinsip penetapan dan pen- Rahayu, W.P., H. Nababan, S. Budijanto, dan D.
Pertanian Bogor. dayagunaan masa kedaluwarsa dan upaya- Syah. 2003. Pengemasan, Penyimpanan dan
upaya memperpanjang masa simpan. Pela- Pelabelan. Badan Pengawasan Obat dan
Arpah. 2001. Penentuan Kedaluwarsa Produk
tihan Pendugaan Waktu Kedaluwarsa (Self Makanan, Jakarta.
Pangan. Program Studi Ilmu Pangan, Institut
Life). Bogor, 1−2 Desember 2004. Pusat
Pertanian Bogor. Rudolf, F.B. 1986. Prediction of shelf life of
Studi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian
package water sensitive foods. Lebenm Wiss.
Bucle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Bogor.
U. Technol. 20(1): 19−21.
Woofon. 1987. Ilmu Pangan. UI Press,
Heiss, R. and E. Eichner. 1971. Moisture content
Jakarta. Sadler, G.D. 1987. Aseptic chemistry. p. 45−47.
and shelf life. Food Manufacture 46(6): 37−
In P.E. Nelson, J.V. Chambers, and J.H.
Christian, J.H.B. 1980. Reduced water activity. 42.
Rodriguze (Eds.). Principle of Aseptic
p. 79−90. In J.H. Silliker, R.P. Elliot, A.C.
Huang, Y.T. and M.C. Bourne. 1983. Kinetics of Processing and Packaging. The Food
Baird-Parker, F.L. Brian, J.H.B. Christian,
thermal softening of vegetable. J. Texture Processor Institute, Washington, DC.
D.S. Clark, J.C. Olson Jr., and T.A. Roberts
Study 14(1): 1−9.
(Eds.). Microbial Ecology of Foods. Simon, A., E. Gonzales-Fandos, and V. Tobar.
Academic Press, New York. Institute of Food Science and Technology. 1974. 2004. Influence of washing and packaging
Shelf life of food. J. Food Sci. 39: 861−865. in the sensory and microbiological quality
Church, I.J. and A.L. Pearsons. 1994. Modified
of fresh peeled white asparagus. J. Food Sci.
atmosphere packaging technology: review. Komari. 1986. Mempelajari proses pengeringan
69(1): 6−12.
J. Sci. Food Agric. 67: 143−152. seripih. Media Teknologi Pangan 6(4): 2.
Syarief, R., S. Santausa, dan S. Isyana. 1989.
Deng, J.C. 1978. Effect of iced storage on free Koswara, S. 2004. Evaluasi sensori dalam
Teknologi Pengemasan Pangan. Pusat
fatty acid production and lipid oxidation in pendugaan umur simpan produk pangan.
Antar-Universitas, Institut Pertanian Bogor.
mullet muscle. J. Food Sci. 43: 337−340. Pelatihan Pendugaan Waktu Kedaluwarsa
(Self Life). Bogor, 1−2 Desember 2004. Pusat Togeby, M., N. Hansen, E. Mosekilde, and K.P.
Floros, J.D. and V. Gnanasekharan. 1993. Shelf
Studi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Poulsen. 1986. Modelling energy consump-
life prediction of packaged foods: chemichal,
Bogor. tion, loss of firmness and enzyme in avtivity
biological, physical, and nutritional aspects.
in an industrial blanching proses. J. Food
G. Chlaralambous (Ed.). Elsevier Publ., Kusnandar, F. 2004. Aplikasi program computer
Eng. 5: 251−267.
London. sebagai alat bantu penentuan umur simpan
produk pangan: metode Arrhenius. Pelatihan Waldron, K.W., A.C. Simth, A.J. Palr, and M.L.
Fonseca, S.C., F.A.R. Oliveira, and J.K. Breatch.
Pendugaan Waktu Kedaluwarsa (Shelf Life) Parker. 1997. New approaches to under-
2002. Modelling respiration rate of fresh
Bahan dan Produk Pangan. Bogor, 1−2 standing and controlling cell separation in
fruits and vegetables for modified atmosphere
Desember 2004. Pusat Studi Pangan dan Gizi, relation to fruit and vegetable texture. Trend
packages: a review. J. Food Eng. 52: 99−119.
Institut Pertanian Bogor. Food Sci. Technol. 8: 213−221.
Gelman, A., R. Pasteur, and M. Rave. 1990.
Labuza, T.P. 1982. Open Shelf Life Dating of Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Quality change and storage life of cammon
Foods. Food and Nutrition Press, West Port Gramedia, Jakarta.
carp (Cyprinus carpio) at various storage
CT.
temperatures. J. Sci. Food Agric. 52: 231− Zagory, D. 1995. Principles and practice of
241. Labuza, T.P. and M.K. Schmidl. 1985. Accelerated modified atmosphere packaging of horti-
shelf life testing of foods. Food Technol. cultural commodities. p. 175−206. In J.M.
Hariyadi, P. 2004a. Prinsip-prinsip pendugaan
39(9): 57−62, 64, 134. Farber and K.L. Doods (Eds.). Principles of
masa kedaluwarsa dengan metode Accelerated
Modified Atmosphere and Sous Vide Product
Shelf Life Test. Pelatihan Pendugaan Waktu Prabhakar, J.V. and B.L. Amia. 1978. Influence
Packaging. Technomic Publ. Co., Lancaster.
Kedaluwarsa (Self Life). Bogor, 1−2 Desember of water activity on the information on
2004. Pusat Studi Pangan dan Gizi, Institut monocarbonyl compounds in oxidizing
Pertanian Bogor. walnut oil. J. Food Sci. 43: 1.839−1.843.

130 Jurnal Litbang Pertanian, 27(4), 2008

Anda mungkin juga menyukai