Penilai :
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN
SEMESTER GANJIL 2022-2023
ACARA KE 4
Pengaruh Pendinginan dan Pembekuan Terhadap Aktivitas Mikroorganisme
Kontaminasi mikroba menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan pada pangan dan
bahan pangan. Kontaminasi biasa terjadi oleh bakteri, kapang, khamir, dan mikroba patogen lain
yang menyebabkan penyakit pada manusia melalui makanan yang dikonsumsi. Oleh sebab itu,
dilakukan berbagai tindakan pencegahan untuk mencegah pertumbuhan dan menghilangkan
mikroba pada bahan pangan. Contoh dari tindakan pencegahan tersebut adalah perlakuan pada
suhu rendah.
Perlakuan/pengolahan produk pangan menggunakan suhu rendah ada 2 macam yaitu
pendinginan (cooling) dan pernbekuan (freezing). Proses ini melalui mekanisme yaitu mengurangi
atau menghentikan kegiatan enzimatis, mengurangi atau menghambat pertumbuhan mikroba pada
produk pangan, dan mengurangi populasi mikroba atau mematikan sebagian (Kustyawati, 2020).
Penyimpanan pada suhu rendah juga dapat membunuh 90% atau lebih populasi mikroba, akan
tetapi preservasi dengan suhu rendah tidak bisa mematikan spora yang ada pada bahan pangan.
Efektivitas penanganan suhu rendah untuk mengontrol aktivitas mikroba dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu jenis proses, kondisi bahan, dan jenis mikroorganisme (Azara dan Saidi, 2020).
Berdasarkan kemampuan adaptasi terhadap suhu lingkungannya, bakteri terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu termofilik, mesofilik, dan psikrofilik. Mesofilik adalah jenis bakteri yang
pertumbuhannya optimal pada suhu 20-45⁰C, psikrofilik adalah bakteri yang dapat tumbuh pada
suhu dingin, dan sedangkan termofilik adalah bakteri yang mampu bertahan di lingkungan beruhu
tinggi atau sekitar 41-122⁰C (Handoyono, 2021). Meskipun beberapa mikroba dapat hidup pada
suhu -10 °C, tetapi mikroba termofilik dan mesofil dapat rusak bahkan mati pada suhu rendah
selama pembekuan (Azara dan Saidi, 2020). Hal ini terjadi karena preservasi bahan pangan
dengan suhu rendah dapat menyebabkan sel vegetatif bakteri dapat rusak dan mati. Menurut
Suryani dan Taupiqurrahman (2021), penyebabnya aadalah Cold shock, yaitu penurunan suhu
yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase
logaritmik; pembekuan dapat merusak sel dengan adanya kristal es di dalam air intraseluler; dan
lyofilisasi, yaitu proses pendinginan di bawah titik beku dalam keadaan vakum secara bertingkat.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui secara nyata pengaruh suhu rendah terhadap
pertumbuhan mikroorganisme. Selain pengaruh suhu rendah, praktikum dilakukan untuk
mengetahui pengaruh gliserol dan garam terhadap pertumbuhan mikroba. Diharapkan mahasiswa
atau praktikan dapat mengerti dan mampu menerapkan dengan benar perlakuan suhu rendah pada
bahan pangan untuk menjaga bahan pangan dari pertumbuhan mikroba dan untuk menjaga umur
simpannya.
ALAT BAHAN
Adapun alat-alat yang digunakan dalam Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini, antara lain: praktikum ini, antara lain:
1. Tabung reaksi 1. Gliserol 10%
2. Rak tabung reaksi 2. Garam 0,5%
3. Cawan petri 3. Aquades
4. Pipet ukur 4. E. coli
5. Pipet pump 5. B. subtilis
6. Erlenmeyer 6. Media NB
7. Freezer 7. Media NA
8. Kulkas 8. Alkohol
9. Colony counter
10. Bunsen
11. Inkubator
PROSEDUR PRAKTIKUM
E. coli/ B.subtilis
dalam media NB
Pengambilan sampel 5 mL
Pengenceran Pengenceran
Pengenceran -2 -3 -4 -2 -3
10-2, 10-3, 10-4 10 , 10 , 10 10 , 10
Inkubasi
Inkubasi Platting, duplo,
48 jam
48 jam ditambah media NA
Pengamatan Pengamatan
Inkubasi
48 jam
Pengamatan
Gambar 1. Diagram alir praktikum Pengaruh Pendinginan dan Pembekuan Terhadap Aktivitas
Mikroorganisme
Pertama, dilakukan penyemprotan alkohol pada meja praktikum untuk mensterilkan meja
kerja praktikum. Setelah itu, siapkan biakan murni dari bakteri E. coli dan B. subtilis di dalam
media NB. Setelah itu, dilakukan pengambilan 5 mL suspensi bakteri E. coli dan B. subtilis
menggunakan pipet ukur. Suspensi lalu dimasukkan ke dalam 3 erlenmeyer berbeda dengan
masing-masing berisi 45 mL gliserol 10%, 45 mL larutan garam 0,5%, dan 45 mL aquades steril.
Pemasukkan suspense bakteri ke dalam Erlenmeyer ini bertujuan untuk pengenceran 10 -1. Setelah
itu, masing-masing Erlenmeyer diberi tiga perlakuan berbeda, yaitu 24 jam freezer, 24 jam kulkas,
dan kontrol. Setelah 24 jam, dilanjutkan dengan pengenceran. Untuk perlakuan 24 freezer dan
kulkas, suspensi akan diencerkan hingga pengenceran 10-4; sedangkan suspensi dengan perlakuan
control akan diencerkan hingga pengenceran 10-6. Pengenceran dilakukan untuk mempermudah
dalam penghitungan bakteri pada cawan petri nanti. Setelah itu, dilakukan platting. Perlakuan
freezer dan kulkas, dilakukan platting untuk pengenceran 10-2, 10-3, 10-4 pada dua cawan petri,
-4 -5 -6
sedangkan pada kontrol dilakukan platting untuk pengenceran 10 , 10 , 10 pada dua cawan
petri. pada dalam cawan petri yang kemudian diberi media NA. Penambahan media NA dilakukan
untuk menumbuhkan bakteri. Setelah itu, dilakukan inkubasi selama 48 jam. Setelah 48 jam,
dilakukan pengamatan dan perhitungan jumlah total mikroba yang tumbuh di dalamnya
menggunakan colony counter.
A. Data Pengamatan
Tabel 1. Data pengamatan koloni bakteri setelah inkubasi
∑ Bakteri (48 jam)
Garam 0,5% U1 1816 481 428 TBUD 3864 1704 484 323 40
& B. subtilis
U2 1176 1052 500 TBUD 3664 860 337 340 214
Garam 0,5% U1 TBUD TBUD 1948 TBUD 4096 946 563 314 46
& E. coli
U2 TBUD 5276 902 TBUD 3048 848 874 367 61
Aquades U1 TBUD 1324 1154 TBUD 4364 4296 1596 878 585
steril & B.
subtilis U2 TBUD 1296 1160 TBUD 4360 4276 1520 634 473
B. Hasil Perhitungan
Tabel 2. Hasil perhitungan bakteri yang tumbuh
Jumlah Total Bakteri
Medium & Bakteri
Freezer Kulkas Kontrol
C. Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan dengan menguji bakteri E. coli dan B. subtilis pada medium
yang berbeda dan perlakuan suhu rendah yang berbeda. Bakteri Escherchia coli merupakan
bakteri yang termasuk dalam golongan mesofilik (Rusmantarno dkk., 2014). Bakteri Bacillus
subtilis merupakan bakteri tipe mesofilik, dimana bakteri tipe ini dapat tumbuh diberbagai
perairan (Arfianti dkk., 2020). Suhu optimum untuk bakteri yang masuk dalam tipe bakteri
mesofilik berkisar antar 25-40⁰C (Arfianti dkk., 2020). Perlakuan medium berbeda yang dimaksud
yaitu larutan gliserol 10%, larutan garam 0,5%, dan aquades steril. Di sisi lain, perlakuan suhu
dingin yang dilakukan yaitu tanpa pendinginan atau kontrol, perlakuan freezer, dan perlakuan
kulkas.
Jumlah bakteri yang tumbuh pada tiap perlakuan tertera pada tabel 2. Pada medium dan
bakteri yang berbeda, terlihat perlakuan kontrol selalu memiliki jumlah bakteri yang lebih besar
daripada perlakuan freezer dan kulkas. Hal ini terjadi karena pada perlakuan kontrol tidak
dilakukan pendinginan. Rusmantarno dkk. (2014) menjelaskan bahwa untuk bakteri golongan
mesofilik, semakin rendah suhu penyimpanan maka aktivitas bakteri akan semakin berkurang atau
bisa saja berhenti. Pada medium gliserol 10% dengan E. coli dan B. subtilis, terlihat bahwa jumlah
bakteri yang tumbuh pada perlakuan freezer lebih banyak daripada jumlah bakteri yang tumbuh
pada perlakuan kulkas. Hal serupa juga terjadi pada medium garam 0,5% dengan bakteri B.
subtilis. Hal ini tidak sejalan penelitian Prihharsanti (2015) yang menunjukkan bahwa perlakuan
freezer menumbuhkan bakteri yang lebih sedikit daripada perlakuan refrigerator. Di sisi lain,
penelitian tersebut sejalan dengan hasil praktikum pada garam 0,5% dan bakteri E. coli serta
aquades steril dan kedua jenis bakteri, terlihat bahwa jumlah bakteri yang tumbuh pada perlakuan
freezer lebih sedikit daripada jumlah bakteri yang tumbuh pada perlakuan kulkas. Pada perlakuan
penyimpanan di dalam showcase dengan suhu 0℃-8℃, jumlah cemaran Escherichia coli pada
daging broiler akan sedikit terhambat laju pertumbuhannya karena Escherichia coli tidak berada
pada suhu hidup bakteri golongan mesofilik (10℃-45℃) (Rusmantarno dkk., 2014). Menurut
Prihharsanti (2015), kematian bakteri pada suhu rendah disebabkan oleh terjadinya perubahan
keadaan koloidal protoplasma yang tidak reversible.
Selain pengaruh oleh suhu rendah, tabel 2 juga memperlihatkan perbedaan jumlah mikroba
yang tumbuh berdasarkan pengaruh dari perbedaan medium. Hasil yang didapat yaitu pada
pengujian bakteri B. subtilis dan E. coli dengan medium larutan gliserol 10% cenderung memiliki
jumlah bakteri tumbuh yang lebih rendah daripada larutan garam 0,5%, lalu larutan garam 0,5%
lebih sedikit daripada aquades steril, Hal ini terjadi pada B. subtilis perlakuan freezer, B. subtilis
dan E. coli perlakuan kulkas, dan B. subtilis kontrol. Hal ini sejalan dengan Setiaji dkk. (2015)
yang menjelaskan kemungkinan tekanan osmosis sitoplasma dari bakteri yang disimpan dengan
gliserol 10% lebih tinggi dari media lingkungannya, sehingga sisa air dalam sel yang mengalami
kristalisasi inilah yang merusak sel sehingga mengalami kematian. Hal ini juga sejalan dengan
Puspitasari dkk. (2021) yang menjelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi garam yang
diberikan semakin rendah jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Menurut Marhamah dkk. (2019),
aquades steril tidak punya kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri karena daya
hambatnya 0mm dan ini membuktikan bahwa aquades steril sebagai kontrol negatif tidak
mengandung antibakteri. Pada E. coli kontrol, medium aquades menumbuhkan lebih banyak
bakteri daripada larutan gliserol 10%, lalu larutan gliserol 10% lebih banyak daripada larutan
garam 0,5%. Hal ini juga telah sejalan dengan penjelasan di atas bahwa aquades steril tidak
mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri, meski larutan gliserol 10%
menumbuhkan lebih banyak daripada larutan garam 0,5%.
Jika dilihat pada tabel 2, E. coli perlakuan freezer tidak sejalan dengan penjelasan di atas.
Pada E. coli perlakuan freezer, medium larutan gliserol 10% menumbuhkan lebih banyak bakteri
daripada aquades steril dan larutan garam. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan praktikan selama
praktikum. Menurut Prayitno dan Hidayati (2015), kurang kehati-hatian mahasiswa dalam
membaca petunjuk sehingga terjadi kesalahan prosedur selama praktikum. Kesalahan seperti ini
akan menurunkan tingkat keberhasilan dan kesesuaian hasil praktikum.
KESIMPULAN
Perlakuan suhu rendah efektif untuk menekan laju pertumbuhan bakteri E. coli dan B.
subtilis. Perlakuan freezer mampu menurunkan laju pertumbuhan bakteri lebih baik daripada
perlakuan kulkas. Semakin rendah suhu penyimpanan, maka laju pertumbuhan bakteri mesofilik
akan semakin lambat. Selain itu, pencampuran suspensi bakteri pada medium aquades steril
terbukti mampu menumbuhkan lebih banyak bakteri daripada medium gliserol 10% dan larutan
garam 0,5%. Hal ini terjadi karena aquades steril tidak memiliki kemampuan menghambat laju
pertumbuhan bakteri, tidak seperti larutan gliserol 10% dan larutan garam 0,5%. Larutan gliserol
10% cederung untuk membunuh bakteri selama pendinginan karena gliserol 10% menyebabkan
masalah tekanan osmosis pada bakteri, sedangkan larutan garam hanya menghambat laju
pertumbuhan bakteri. Sehingga, medium larutan garam 0,5% mampu menumbuhkan bakteri lebih
banyak daripada medium larutan gliserol 10%.
DAFTAR PUSTAKA
Arfianti, D., S. Lailiyah, K. F. Dina, dan N. Cokrowati. 2020. Dinamika jumlah bakteri Bacillus
subtilis dalam penurunan kadar bahan organic tom limbah budidaya Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus). Journal of Fisheries and Marine Research. 4(2): 222-
226.
Azara, R., dan I. A. Saidi, 2020. Buku Ajar Mikrobiologi Pangan. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Handoyono, A. T. 2021. Klasifikasi Bakteri dengan Metode Deep Learning. Skripsi. Makassar:
Departemen Teknik Informatika Universitas Hasanuddin.
Prayitno, T. A. dan N. Hidayati. 2015. Penerapan lesson study pada kegiatan praktikum
mikrobiologi Program Studi Pendidikan Biologi IKIP Budi Utomo Malang. Bioedukasi.
9(1): 51-56.
Prihharsanti, A. H. T. 2015. Populasi bakteri dan jamur pada daging sapi dengan penyimpanan
suhu rendah. Sains Peternakan. 13(2); 66-72.
Rusmantarno, S. N., I. G. K. Suarjana, dan M. D. Rudyanto. 2014. Cemaran Escherichia coli pada
daging broiler dalam showcase di pasar-pasar di swalalan Denpasar. Indonesia Medicus
Veterinus. 3(1): 53-59.
Setiaji, J., T. I. Johan., dan M. Widantari. 2015. Pengaruh gliserol pada media Tryptic Soy Broth
(TSB) terhadap viabilitas bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Dinamika Pertanian.
30(1): 83-91.
Suryani, Y. dan O. Taupiqurrahman. 2021. Mikrobiologi Dasar. Bandung: LP2M UIN SGD.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
A. Freezer
1. Gliserol 10% & B. Subtilis
10-2 : U1 : TBUD
U2 : TBUD
10-3 : U1 : 530
U2 : 1.784
10-4 : U1 : 267
U2 : 371
∑𝐶
N=
(2𝑋 𝑑)
267 + 371
=
2 𝑋 10−4
638 𝑋 104
=
2
= 319 x 104
= 3,2 x 106 CFU/ ml
2. Gliserol 10% & E. coli
10-2 : U1 : TBUD
U2 : TBUD
10-3 : U1 : TBUD
U2 : 5200
10-4 : U1 : 800
U2 : 872
∑𝐶
N = (2𝑋 𝑑)
800 + 872
= 2 𝑋 10−4
1672 𝑋 104
= 2
= 1 X 107 CFU/ ml
6. Aquades steril & E. coli
Tingkat pengenceran:
10-2 : U1 : TBUD
U2 : TBUD
10-3 : U1 : 2.468
U2 : 1.640
10-4 : U1 : 487
U2 : 394
∑𝐶
N = (2 𝑋 𝑑)
487+394
= 2 𝑋 10−4
881 𝑋 104
=
2,2
8.810.000
= 2
B. KULKAS
1. Gliserol 10% & B. Subtilis
10-2 : U1 : TBUD
U2 : TBUD
10-3 : U1 : 1.019
U2 : 522
10-4 : U1 : 136
U2 : 2
∑𝐶
N = ((1 𝑋 𝑛 ) (
1 + 0,1 𝑋 𝑛2 )𝑋 𝑑)
136 +2
= (1 𝑥 2 )+ (0,1𝑥 2) 𝑋 10−4
138 𝑋 104
= 2,2
= 62,7 x 104
= 6,3 x 105 CFU/ ml
2. Gliserol 10% & E. coli
10-2 : U1 : TBUD
U2 : TBUD
10-3 : U1 : 2856
U2 : 1704
10-4 : U1 : 11
U2 : 5136
∑𝐶
N = (2 𝑋 𝑑)
11 + 5136
= 2 𝑋 10−4
5147𝑋 104
= 2
Tingkat pengenceran:
10-2 : U1 : TBUD
U2 : TBUD
10-3 : U1 : 2.156
U2 : 1.822
10-4 : U1 : 692
U2 : 836
∑𝐶
N = (2 𝑋 𝑑)
692 + 836
= 2 𝑋 10−4
1.528 𝑋 104
= 2
C. KONTROL
1. Gliserol 10% & B. Subtilis
10-4 : U1 : 564
U2 : 852
10-5 : U1 : 560
U2 : 276
10-6 : U1 : 1
U2 : 8
∑𝐶
N = (2 𝑋 𝑑)
560 +276
= (2 𝑋10−5 )
836 𝑥 105
= 2
= 418 x 105
= 4, 2 x 107 CFU/ ml
2. Gliserol 10% & E. coli
10-4 : U1 : 727
U2 : 650
10-5 : U1 : 654
U2 : 350
10-6 : U1 : 79
U2 : 56
∑𝐶
N = ((1 𝑋 𝑛 ) (
1 + 0,1 𝑋 𝑛2 )𝑋 𝑑)
79+56
= ((1 𝑋 2)+(0,1 𝑋 2)𝑋 10−6
135 𝑋 106
= 2,2
40+214
= ((1 𝑋 2)+(0,1 𝑋 2)𝑋 10−6
254 𝑋 106
= 2,2
46+61
= ((1 𝑋 2)+(0,1 𝑋 2)𝑋 10−6
107 𝑋 106
= 2,2
Tingkat pengenceran:
10-4 : U1 : 2.457
U2 : 2.268
10-5 : U1 : 606
U2 : 540
10-6 : U1 : 270
U2 : 180
∑𝐶
N = ((1 𝑋 𝑛 ) (
1 + 0,1 𝑋 𝑛2 )𝑋 𝑑)
270 + 180
= ((1 𝑋 2)+(0,1 𝑋 2)𝑋 10−6
450 𝑋 106
= 2,2
= 2 X 108 CFU/ml
LAMPIRAN HASIL PENGAMATAN
3. Cawan Petri