Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang mudah


ditemukan dalam bahan pangan dan hampir selalu terdapat pada hidangan sehari-hari
masyarakat Indonesia, baik dalam keadaan mentah (lalapan segar) atau setelah diolah
menjadi berbagai macam bentuk makanan. serat pangan pada buah dan sayur juga
menguntungkan bagi kesehatan yaitu berfungsi mengontrol berat badan atau
kegemukan (obesitas), menanggulangi penyakit diabetes, mencegah gangguan
gastrointestinal, kanker kolon, serta mengurangi tingkat kolestrol darah dan penyakit
kardiovaskuler (Winanto dkk, 2004).

Buah semangka adalah salah satu buah-buahan yang banyak mengandung air.
Kandungan lainnya adalah protein, karbohidrat, lemak, serat dan vitamin (A,B dan C)
juga mengandung asam amino, sirulin, asam aminoa setat, asam malat, asam fosfat,
arginine, betain, likopen, karoten, bromine, natrium, kalium, silvit, lisin, fruktosa,
dekstrosa dan sukrosa. Warna merah pada semangka menandakan tingginya kadar
likopen, salah satu komponen karotenoid seperti halnya β-karoten (Maulida, 2010).

Likopen adalah salah satu senyawa fitokimia golongan karotenoid yang larut dalam
lemak dan disintesis oleh banyak tanaman dan mikroorganisme tetapi tidak boleh
hewan maupun manusia. Likopen merupakan pigmen alami yang memberikan warna
merah pada tomat, jambu biji, semangka dan anggur merah. Likopen merupakan
senyawa hidrokarbon tak jenuh rantai terbuka yang memiliki total 13 rantai rangkap
dimana terdapat 11 rantai ganda terkonjugasi di dalamnya. Sifat unik dari molekul
likopen inilah yang membuatnya menjadi antioksidan yang sangat ampuh (Chasse,
2001).
1.2 Tujuan

Mempelajari cara isolasi likopen dari buah semangka.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semangka

Menurut Sharma (1993), tanaman semangka tergolong tanaman labu-labuan, seperti


melon dan blewah. Taksonomi tanaman semangka dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

Gambar 2.1 Buah Semangka (Citrullus Vulgaris Schard)

Kindom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida/Dicotyledonae

Ordo : Cucurbitales

Family : Cucurbitaceae

Genus : Citrulus

Spesies : Citrulus Lanatus

Semangka (Citrullus Vulgaris Schard) termasuk salah satu tanaman buah-buahan


yang tumbuh merambat dan termasuk dalam family buah labu-labuan
(Cucurbitaceae). Daging buah semangka berwarna kuning sampai merah dan
mengandung biji yang bentuknya memanjang. Warna daging buah disebabkan oleh
adanya kandungan pigmen terutama pigmen dari kelompok karatenoid, yakni likopen
(Suhanda, 2009).

Buah semangka mengandung likopen relatif lebih tinggi dibandingkan dengan buah
tomat, bahkan terindikasi merupakan buah penghasil likopen tertinggi. Semangka
mengandung likopen 6 ppm, sedangkan tomat mengandung likopen antara 3-5 ppm
(Anggraini, 2011).

Buah semangka memiliki daya Tarik khusus. Buahnya tergolong banyak


mengandung air (sekitar 92%) dan mengandung likopen sebesar (48.8 %). Nilai gizi
buahnya termasuk rendah, hanya mengandung 7 % karbohidrat dalam bentuk gula.
Kandungan vitamin dan mineralnya pun tergolong rendah. Buah semangka hanya
dikonsumsi pada bagian daging yang berwarna mencolok (misalnya merah, merah
digunakan untuk produk-produk seperti acar dan diawetkan, serta untuk ekstraksi
pektin. Lapisan putih pada putih pada kulit buah semangka ini banyak mengandung
zat-zat yang berguna bagi kesehatan di antaranya berupa antioksidan (Ismayanti,
2013).

2.2 Likopen

Likopen termasuk salah satu kelompok senyawa karotenoid. Oleh karena itu
karotenoid termasuk terpenoid, maka likopen juga termasuk terpenoid. Likopen
ditemukan pada buah-buahan, yakni pemberi warna merah pada buah. Buah
semangka termasuk buah yang mengandung likopen cukup tinggi. Buah lain yang
juga mengandung likopen adalah buah tomat, papaya dan jambu biji (Mappiratu,
2013).

Likopen atau yang sering disebut sebagai α-karoten adalah suatu karotenoid pigmen
merah terang. Likopen merupakan karotenoid yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
yang merupakan salah satu antioksidan yang sangat kuat. Kemampuannya
mengendalikan radikal bebas 100 kali lebih efisien dari pada vitamin E atau 12500
kali dari pada gluthation. Selain sebagai anti skin aging, likopen juga memiliki
manfaat untuk mencegah penyakit cardiovascular, kencing manis, osteoporosis,
infertility, dan kanker terutama kanker prostat (Maulida, 2010).

Menurut Mappiratu (2013), likopen dari buah-buahan termasuk buah semangka dpat
dipisahkan dari komponen lain menggunakan pelarut air. Likopen hasil ekstraksi
dapat diukur konsentrasinya menggunakan metode spektrofotometri, yakni
menggunakan persamaan berikut :

A
C = 3,45 x b

Likopen merupakan salah satu senyawa fitokimia atau fitonutrien yang bermanfaat
bagi kesehatan, seperti senyawa karotenoid lainnya mialnya xatin, lutein dan lain-
lain. Likopen memiliki rumus molekul C40H56 dengan berat molekul 536,875℃ dan
titik leburnya adalah 172-175oC. Bentuknya kristal seperti jarum, panjang, dalam
bentuk tepung berwarna merah kecoklatan. likopen larut dalam kloroform, benzene,
n-heksana dan pelarut organik lainnya dan bersifat hirofobik kuat. Likopen dapat
mengalami degradasi melalui proses isomerisasi dan oksidasi karena cahaya, oksigen,
suhu tinggi, teknik pengeringan, proses pngelupasan, penyimpanan dan asam.
Likopen merupakan senyawa karotenoid asiklis dengan 13 ikatan rangkap. Sebelas
diantaranya merupakan ikatan rangkap terkonjugasi (Shriner, 1980).

Likopen di alam terdapat dalam bentuk all-trans tetapi dapat berubah menjadi isomer
mono atau poli cis. Beberapa penelitian menyatakan bahwa all-trans likopen dan
mono-cis isomer, seperti 5-cis, 9-cis, 13-cis, dan 15-cis likopen, terdapat dalam
produk yang mengandung tomat dan serum manusia. Likopen terdapat secara alami
dalam bentuk trans dalam produk makanan, pembentukan bentuk cis dari likopen
kemungkinan dikarenakan proses pembuatan atau penyimpanan. Likopen di dalam
serum dan jaringan manusia lebih dari 50 % berada dalam isomer cis. Secara umum
isomer cis bersifat lebih polar, mempunyai kecenderungan yang lebih rendah untuk
menjadik kristal, lebih larut dalam minyak dan pelarut hidrokarbon, lebih mudah
bergabung dengan lipoprotein maupun struktur lipid subseluler, lebih mudah masuk
ke dalam sel namun bersifat kurang stabil dibanding isomer trans. Likopen dengan
strukturnya yang khas menunjukkan sifat yang unik sebagai antioksidan yang telah
dikenal dewasa ini, likopen adalah antioksidan yang paling potensial dengan urutan :
likopen > α-tokoferol > α-karoten > α-kriptozantin > zeasantin > α-karoten > lutein
(Shriner, 1980).

Likopen bersifat antioksidan dengan cara melindungi sel dari kerusakan akibat reaksi
oksidasi oleh oksigen singlet (singlet oxygen quenching) dan oksidator lain. Oksigen
singlet adalah molekul oksigen yang sangat reaktif karena berada pada tingkat energi
yang tinggi. Spesi tersebut terbentuk dalam sistem biologi (sel) dan memiliki waktu
hidup pendek. Spesi ini berasal dari oksigen di udara (yaitu oksigen triplet dengan
spin elektron sejajar dan bersifat para magnetik, lebih stabil daripada oksigen singlet
dengan spin berpasangan), yang masuk kedalam tubuh manusia melalui jalur
pernapasan. Oleh enzim dalam sel, oksigen diubah menjadi radikal hidroksi,
peroksida dan senyawa reaktif yang lain. Diperkirakan dalam sistem biologi, reaksi
dengan spesi oksigen reaktif ini memegang peran penting dalam etiologi beberapa
penyakit kronis, termasuk diantaranya penyakit jantung koroner. Likopen sangat baik
untuk perokok ringan ataupun perokok pasif. Asap rokok diketahui mengandung
nitrogen oksida cukup tinggi. Nitrogen oksida dapat bereaksi dengan oksigen
membentuk radikal nitrogen dioksida yang sangat berbahaya. Kemunculan likopen
secara in vitro sangat efektif untuk melindungi limfosit dari radikal bebas nitrogen
dioksida. Efektivitas likopen pada tomat maupun buah-buahan lain yang berwarna
merah, jauh lebih baih daripada suplemen likopen. Hal ini disebabkan oleh
mekanisme sinergi dengan komponen-komponen lain pada buah-buahan, seperti
vitamin A dan vitamin C (Wiryowidagdo, 2007).

Likopen mengandung 40 karbon dimana 11 terkonjugasi dan 2 ikatan rangkap yang


tak terkonjugasi diatur dalam suatu konfigurasi trans asiklik, yang paling stabil secara
termodinamika. Struktur asiklik likopen membuatnya lebih larut dalam pelarut
organik seperti kloroform, heksana, benzene, metilen, klorida, aseton dan petroleum
eter (Anggraini,
2011).

Gambar 2.1. Struktur Likopen

2.3 N-Heksan

Gambar 2.3 Struktur n-heksan

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya


mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Di antara
beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang
dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawa yang mengandung
paling tidak satu cincin benzene; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom
non karbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus
berulang. Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada atau tidaknya
ikatan karbon hydrogen. Sehingga asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan
asam format, asam lemak pertama organik (Cahyono, 2012).
N-heksan adalah sebuah senyawa hidrocarbon alkana dengan rumus kimia C 6H14.
Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan
akhiran ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang
menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Senyawa dalam keadaan standar
merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air (Munawaroh,2010).

2.4 Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan.
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara
perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan menggunakan
tekanan (Ditjen POM, 1995).

Ekstraksi adalah penyaringan zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman
obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di
dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya,
sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya. Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat
ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi ke dalam pelarut dan setelah pelarut diuapkan maka zat aktifnya
akan diperoleh (Adrian, 2000).

Tujuan ekstraksi yaitu penyaringan komponen kimia atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota laut. Komponen kimia
yang terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya
mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik (Adrian,
2000).
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman adalah pelarut organik
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan
berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan
Antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel ( Adrian, 2000).

Menurut Tobo (2001), Jenis ekstraksi bahan alam yang sering

1. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel langsung
dipanaskan dengan pelarut; dimana umumnya digunakan untuk sampel yang
mempunyai bentuk dan dinding sel yang tebal.
2. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk maserasi
dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet dengan cara
cairam penyari dipanaskan dan uap cairan penyari naik ke kondensor kemudian
terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia.

2.5 Spektrofotometri

Gambar 2.5 Spektofotometri

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran


serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang
digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi (Khopkar, 1990).

Metode spektrofotometri merupakan salah satu metode yang cukup sensitif untuk
mendeteksi analitfenol dalam konsentrasi yang rendah. Akan tetapi, metode
spektrofotometri ini memiliki kelemahan pada pendeteksian analit jika analit berada
pada sampel air yang mengandung banyak ion pengganggu. Interferensi ion dan
senyawa pengganggu dalam sampel dapat menyebabkan kesalahan deteksi, sehingga
serapan radiasi dapat berasal dari pengganggu. Hal ini tentu akan menyebabkan
kesalahan analisis, terutama untuk analisis kuantitatif ( Underwood, 1986).

Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh


suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian
pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu
(Underwood, 1986).

Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi
yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti
oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet (Khopkar,
1990).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 24 Maret 2017, pukul 12.00
WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Kimia Bahan Alam Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu neraca analitik, gelas ukur 50
mL, erlenmeyer 1000 mL, pipet tetes, spektrofotometer, kuvet, kain saring, gelas
kimia 500 mL, corong kaca, rak tabung, batang pengaduk, thermometer, blender,
talang, wadah, hot plate, rak tabung reaksi, sendok dan pisau.

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu buah semangka, heksana
teknis, kertas saring dan tisu.

3.3 Prosedur Kerja

Menyiapkan buah semangka, kemudian belah dan ambil daging yang berwarna
merah, pisahkan biji dan daging yang di hasilkan timbang. Daging buah semangka
dimasukkan ke dalam blender dan blender hingga hancur. Hancuran daging buah
semangka dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 mL kemudian panaskan pada suhu
70℃ selama 15 menit. Kemudian menyaring bagian yang tidak larut dengan kain
saring dan keringkan dengan sinar matahari hingga kering (diperoleh likopen kering).
Lalu menimbang likopen kering kemudian diekstrak dengan pelarut heksana dan ukur
serapannya pada panjang gelombang 472 nm. Hitunglah konsentrasi menggunakan
persamaan berikut:

A
C=
3,45× b
Dimana:
C = Konsentrasi (g/100ml)
A = Absorbans
b = Tebal kuvet
BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Hasil Pengamatan


Menimbang daging buah semangka dan
1. dipanaskan pada suhu 70oC selama 15 500 gram
menit
2. Menyaring bagian yang tidak larut dan Diperoleh likopen kering
mengeringkan dengan sinar matahari
hingga kering
3. Menimbang likopen yang telah 2,181 gram
dikeringkan
4. Diekstraksi dengan N-heksan dan di saring Larutan jingga
5. Absorbansi likopen pada panjang 1,929 nm
gelombang 472 nm

4.2 Analisa Data

Dik : A = 1,929 nm
b = 0,1 cm
Dit : C = .........?
Penyelesaian
A
C = 3,45 x b

1,929 nm
= 3,45 x 0,1 cm

= 5,5913 g/100 mL

4.3 Pembahasan

Likopen atau yang sering disebut sebagai α-karoten adalah suatu karotenoid pigmen
merah terang. Likopen merupakan karotenoid yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
yang merupakan salah satu antioksidan yang sangat kuat. Buah semangka termasuk
buah yang mengandung likopen yang cukup tinggi. Percobaan ini bertujuan untuk
mengisolasi likopen dari buah semangka dengan menggunakan metode ekstraksi
pelarut heksan (Anwar, 1994).

Pada percobaan ini dilakukan isolasi senyawa likopen dari buah semangka dengan
metode ekstraksi. Buah semangka di hancurkan dengan menggunakan blender.
Tujuan penghancuran yaitu untuk mendapatkan terkstur daging buah semangka yang
lebih halus dan memperbesar luas permukaan sampel. Menurut Anwar (1994)
semakin besar luas permukaan sampel maka semakin mudah terjadinya proses
ekstraksi. Langkah selanjutnya yaitu memanaskannya pada suhu 70 oC selama 15
menit. Pemanasan berfungsi untuk melepaskan likopen dari struktur sel semangka.
Digunakan suhu 70oC karena merupakan kondisi optimal untuk dapat melepaskan
likopen dari struktur sel semangka. Menurut Septiati (2008), kondisi suhu ekstraksi
yang baik pada suhu 70oC. Namun, pada suhu yang terlalu tinggi dapat terjadi
kerusakan likopen. Selain itu, menurut Maulida dan Zulkarnaen (2010), pemanasan
akan meningkatkan kadar likopen yang akan diekstraksi sebab pada pemanasan
hingga 70℃ likopen akan terpisah dari sel tanaman.
Selanjutnaya dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari sehingga diperoleh
likopen kering. Tujuan dilakukannya pengeringan yaitu untuk mengurangi kadar air
yang masih terdapat pada semangka agar benar-benar didapatkan likopen dalam
bentuk kering. Sedangkan fungsi dari sinar matahari yaitu untuk mendegradasi
senyawa likopen melalui proses isomerisasi dan oksidasi. selanjutnya mengekstraksi
likopen dengan pelarut heksan lalu disaring menggunakan kain saring. Tujuan
penyaringan yaitu untuk mendapatkan filtrate yang murni. Heksan merupakan pelarut
hidrofobik kuat. Digunakan n-heksana karena n-heksana bersifat non polar dan juga
mudah menguap sehingga akan lebihh mudah melarutkan likopen yang bersifat non
polar. Menurut Septiati (2008), likopen larut dalam pelarut organic seperti n-heksana
yang bersifat hidrofobik (tidak suka air). Selanjutnya yaitu mengukur absorbansi
(daya serapan) pada panjang gelombang 472 nm dan diperoleh nilai absorbansi untuk
likopen kering yaitu sebesar 1,929 nm. Prinsip ekstraksi adalah pemisahan secara
komponen dari zat terlarut di dalam dua campuran pelarut yang tidak saling
bercampur.

Perlakuan terakhir yaitu menghitung konsentrasi likopen yang terdapat dalam buah
semangka. Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun
campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan di
pantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya di teruskan. Hasil yang
diperoleh untuk konsentrasi likopen yaitu sebesar 5,59 gr/100ml. Kondisi ini belum
optimal, karena jumlah bahan lebih banyak daripada jumlah pelarutnya sehingga
jumlah pelarut belum cukup untuk berpenetrasi ke dalam bahan akibatnya tidak
semua likopen dapat dilarutkan oleh pelarut. Menurut Suhanda (2009) kandungan
likopen pada buah semangka relative lebih tinggi dari buah tomat bahkan terindikasi
buah dengan penghasil likopen tertinggi. Semangka mengandung likopen sebanyak 6
ppm, sedangkan tomat mengandung likopen sebanyak 3-5 ppm. Buah semangka
tergolong mengandung banyak air (sekitar 92 %) dan mengandung likopen sebesar
48.8 % (Tadmor, Y et al., 2005).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut :

1. Isolasi likopen dari semangka dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi


menggunakan pelarut n-heksan.
2. Konsentrasi likopen yang di peroleh yaitu sebesar 5,59 g/100 ml, dengan panjang
gelombnag 472 nm dan nilai absorbansinya 1,929 nm.

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya lebih teliti lagi agar mendapat hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan


Obat”. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas.

Anggraini M. 2011. Penerapan Model Kinetika Reaksi Untuk Menduga Umum


Likopen dari Buah Semangka Dalam Kemasan Kapsul. Skripsi. Universitas
Tadulako. Palu

Anwar, C. 1994. Pengantar praktikum kimia organik. Universitas gaja madah.


Yogyakarta.

Cahyono, Bambang. (2009). Pisang. Kanisius. Yogyakarta.

Chasse, M.E. 2001. Identity Devolpment and Body Image Dissatifataction Action In
College Females. University Of Wisconsin.

Ditjen POM, Depkes RI. 1995. Invertaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid II. Depkes
RI. Jakarta.

Ismayanti, Nurhaeni dan Syaiful bahri. 2013. Kajian Kadar Fenolat dan Aktivitas
Antioksidan Jus Kulit Buah Semangka (Citrullus lanatus). Online Jurnal Of
Natural Kemasan Kapsul. Skripsi. Universitas Tadulako. Palu.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.


Mappiratu. 2012. Penentuan Praktikum Kimia Bahan Alam. Jurusan Kimia FMIPA
UNTAD. Palu.

Maulida. D. Zulkarnaen. N. 2010. Ekstraksi Antioksidan (likopen) dari Buah Tomat


Dengan Menggunakan Solven Campuran N-Heksana, Aseton dan
Etanol. Jurusan Teknik Kimia FATEK UNDIP. Semarang.

Munawaroh, Safaatul dan Prima Astuti handayani. “Ekstraksi Minyak Daun Jeruk
Purut (Citrus hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana” Jurnal
Kompetensi Teknik 2 no. 1 (2010), hal: 73-78. file: ///D: /Documents/ Laporan/
Organik/ Jurnal%20percobaan/Piperin/121-165-1-Pb.pdf (26 Maret 2017).

Septiatin, Eatin. 2008. Ekstraksi Asam Lemak Omega -3 Dari Limbah Ikan Tuna. CV.
YRIAMA WIDYA. Bandung.

Sharma, 1993. Plant Taxonomi. Mc Graw-Hill Publishing.Company limited.

Shrine. 1980. The Systematic Identification of Organic Compounds. 6th Edition. John
Wiley and Sons Inc. Singapore.

Suhanda. 2009. Biology University Kuantitatif Anorganik. EGC. Jakarta.

Tobo, Fachruddin, (2001). Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I.Laboratorium


Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.

Underwood, dkk. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.


Winanto, W.P dan T. Lentera. 2004. Manfaat Tanaman Sayur Untuk Mengatasi
Aneka penyakit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Wiryowidagdo. Sumaali. 2007. Kimia dan Farmakologi Bahan Alam. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai