Anda di halaman 1dari 7

VIII.

Analisis dan Pembahasan


Percobaan yang kami lakukan yaitu tentang Pembuatan Jamu Herbal Tanaman Obat. Pada
pembuatan jamu ini sirup yang pastinya cara pembuatannya pun berbeda-beda. Tanaman obat
yang akan diuji pada percobaan iniadlah untuk simplisia yaitu kayu secang, untuk bubuk instan
yaitu daun keji beling dan untuk sirupnya yaitu empon-empon. Tujuan dari percobaan ini adalah
agar dapat membuat simplisia secang, membuat Bubuk Instan keji beling dan dapat membuat
sirup empon-empon. (Tim, 2017)
Untuk percobaan pembuatan jamu tersebut akan lebih jelas dengan melakukan suatu
percobaan sebagai berikut:
Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Sebelumnya disiapkan terlebih dahulu alat-alat yang diperlukan dan pastikan dalam keadaan
telah bersih dan kering seperti pisau, telenan, baskom blender, panci wajan, pengaduk, saringan,
dan gelas ukur plastik. Pembersihan tersebut bertujuan untuk menjaga kebersihan dan
kehigienisan dari jamu yang dibuat.
1. Pembuatan simplisia kayu secang
Untuk pembuatan simplisia secang, dengan cara kayu secang terlebih dahulu
dicuci dengan air bersih yang mengalir untuk menghilangkan kuman, bakteri dan kotoran
yang ada pada kayu secang kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dengan sinar
matahari lalu diblender hingga halus. Proses pengeringan secang dengan cara dijemur
pada sinar matahari karena matahari mengandung sinar uv yang selain dapat
menghilangkan kadar air juga dapat membunuh jamur dan bakteri yang terkandung
dalam tanaman obat tersebut, sehingga tanaman obat tersebut lebih sehat, higienis dan
tahan lama karena terhindar dari jamur dan bakteri. Pengerinagn tidak dengan
menggunakan oven dikarekanan panas pada oven terkadang terlalu panas yang dapat
merusak struktur kandungan dari tanaman obat tersebut sehingga obat kandungan obat
tersebut tidak optimal. Proses penghalusan dengan blender berfungsi agar dinding-
dinding sel terbuka dan pada saat dilarutkan dengan air untuk dikonsumsi nantinya,
membuat senyawa aktif pada kayu secang lebih mudah keluar dan larut dalam pelarut air
tersebut karena dinding sel telah terbukadan kapiler pada sel mudah dilewati oleh pelarut.
Setelah secang dikeringkan, kemudian dikemas.
Simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat, belum
mengalami pengolahan apapun yang biasa merupakan bahan yang dikeringkan. Kayu
secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan tanaman famili Caesalpiniaceae yang banyak
ditemui di Indonesia.Kayu secang secara empiris diketahui memiliki banyak khasiat
penyembuhan dan sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai minuman kesehatan. Kayu
secang memiliki kandungan senyawa berupa brazilin (C16H14O5), sappanin (C12H12O4),
brazilein, dan minyak atsiri seperti D-α-felandrena, asam galat, osinema, dan damar.
Berdasarkan hasil penelitian Lim et al., (1997), kayu secang memiliki daya antioksidan
yang handal dengan indeks antioksidatif ekstrak air kayu secang lebih tinggi daripada
antioksidan komersial (BHT dan BHA) sehingga potensial sebagai agen penangkal
radikal bebas. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi, et al. (2010) menyebutkan bahwa,
ekstrak etanolik kayu secang memiliki aktivitas antikanker dengan menurunkan viabilitas
pada beberapa sel kanker payudara MCF-7, T47D, kanker kolon WiDr, kanker serviks
HeLa namun tetap selektif terhadap sel normal Vero. Meninjau besarnya potensi kayu
secang, dalam penelitian ini diteliti efek Ekstrak Etanolik Kayu Secang (EKS) terhadap
potensi antigenotoksisitas berdasarkan metode MNPCE Assay. (Alfonsius, 2015)
2. Pembuatan bubuk instan daun keji beling
Untuk pembuatan bubuk instan daun keji beling dengan cara daun keji beling
terlebih dauhulu dicuci dengan air bersih yang mengalir untuk menghilangkan kuman,
bakteri dan kotoran yang ada pada daun keji beling kemudian dikeringkan dengan cara
dijemur dengan sinar matahari. Proses pengeringan daun keji beling dengan cara dijemur
pada sinar matahari karena matahari mengandung sinar uv yang selain dapat
menghilangkan kadar air juga dapat membunuh jamur dan bakteri yang terkandung
dalam tanaman obat tersebut, sehingga tanaman obat tersebut lebih sehat, higienis dan
tahan lama karena terhindar dari jamur dan bakteri. Pengerinagn tidak dengan
menggunakan oven dikarekanan panas pada oven terkadang terlalu panas yang dapat
merusak struktur kandungan dari tanaman obat tersebut sehingga obat kandungan obat
tersebut tidak optimal. Setelah daun keji beling dikeringkan, kemudian ditimbang
sebanyak ± ¼ kilogram dan dimasukkan dalam 1 L air dan dipanaskan selama 25 menit
untuk proses pelarutan kandungan senyawa aktif pada pada daun keji beling. Setelah itu
ekstrak disaring dan filtratnya dimasak lebih lanjut dalam wajan. Setelah filtrat yang
berisi senyawa aktif keji beling dimasukkan dalam wajan kemudian dimasak hingga
hampir mendidih yang kemudian ditambahkan dengan gula sebanyak 1kg. Setelah itu
dimakas dengan api kecil sambil diaduk terus. Fungsi penggunaan api kecil yaitu agar
jamu matang sempurna atau tidak gosong dan tidak merusak kandungan senyawa aktif
pada keji beling. Pengadukkan secara terus menerus agar jamu lebih matang merata
sehingga tidak ada bagian yang superheat yang membuat tesktur jamu nantinya tidak
sempurna. Jamu diaduk terus hingga nampak mengembang dan terlihat telah terbentuk
serbuk. Setelah itu pemanas dimatikan dan jamu diambil. Pada saat ini jamu yang
dihasilakan masih berupa serbuk dan bongkahan, untuk menghaluskan serbuk tersebut
dilakukan proses penghalusan dengan cara diblender hingga terbentuk serbuk yang
lembut. Setelah jadi kemudian bubuk instan keji beling dikemas. Cara meminumnya
yaitu dengan melarutkannya pada air dan diaduk hingga rata.
Daun keji beling mempunyai kandungan polifenol, saponin, alkaloid, kalium dan
kalsium. Selain itu juga ditemukan kumarin, flavonoid, iridoid, triterpen, dan sterol.
(SETYANINGSIH, 2008)
Keji beling (Clerodendron calamitosum L.) dapat digunakan secara empiris
sebagai obat antidiabetes. Daun keji beling mempunyai kandungan polifenol, saponin,
alkaloid, kalium dan kalsium. Selain itu juga ditemukan kumarin, flavonoid dan sterol.
Penelitian yang telah dilakukan diantaranya, Secara in vitro, infus daun keji beling
terbukti dapat melarutkan batu saluran kemih. Sementara uji menghambat pembentukan
batu kandung kemih buatan pada tikus menunjukkan bahwa ekstrak daun keji beling
dosis 16,5 mg/kg dapat mencegah pembentukan batu kandung kemih buatan. Penelitian
lain menunjukkan, daun keji beling juga berkhasiat atau berefek diuretic. Untuk
membuktikan kebenaran penggunaan daun keji beling sebagai antidiabetes, maka perlu
dilakukan penelitian ilmiah tentang khasiat dari daun keji beling. (SETYANINGSIH,
2008)
Secara empirik banyak tanaman obat digunakan untuk menanggulangi penyakit
kencing batu, antara lain kejibeling (Strobilanthus crispus BL.). Demikian juga banyak
produk jadi obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tanaman obat beredar di
masyarakat dengan indikasi untuk menghancurkan batu saluran kemih. Untuk
memperoleh data mengenai pemakaian jangka panjang kejibeling, perlu dilakukan
penelitian toksisitas subkronis ekstrak kejibeling pada hewan percobaan yaitu tikus putih
selama 3 bulan. Digunakan ekstrak etanol karena pada umumnya penggunaan tanaman
obat supaya memperoleh dosis penggunaan yang tetap dilakukan dalam bentuk ekstrak
terstandar. (Wahjoedi, Adjirni, & Pudjiastuti, 2003)
3. Pembuatan sirup empon-empon
Untuk pembuatan sirup empon-empon diperlukan bahan 25 gr temulawak yang
telah dipotong, 25 gr jahe emprit yang telah dipotong, 25 gr kunyit yang telah dipotong, 2
potong kayu manis, 4 gr asam, 4 ruas sereh dan 12 bji Rosela. Untuk temulawak, jahe
emprit dan kunyit pertama dicuci terlebih dahulu dengan cara direndam dalam air karena
bahn tersebut merupakan rimpang yang berada didalam tanah yang mana kotora/tanah
tersebut lebih sukar hilang, oleh karenaitu direndam sambil digosok-gosok untuk
menghilangkan kotoran/tanah tersebut baru setelah itu dicuci dengan air yang mengalir.
Proses pencucian tersebut bertujuan agar jamu yang dibuat lebih bersih, sehat, dan
higienis. Sedangkan untuk kayu dan sereh yukup untuk dicuci dengan air yang mengalir
karena letak tanaman tersebut berada tidak didalam tanah yang kotorannya dirasa tidak
terlalu sulit untuk dihilangkan atau dibersihkan. Untuk roselah yang digunakan yaitu
rosela kering yang telah dijemur pada sinar matahari karena rosela kering mengandung
sedikit air dan lebih banyak kandungan senyawa aktifnya sehingga cocok untuk
digunakan sebagai jamu.
Setalah bahan bersih kemudian untuk temulawak, jahe emprit dan kunyit tidak
perlu dikupas karena jika dikupas ditakutkan senyawa aktif pada kulit rimpang tersebut
akan hilang sehingga kandunagn obat dari tanaman tersebut berkurang dan kurang
optimal. Sehingga bahan obat bentuk rimpang tersebut hanya perlu dipotong kecil-kecil
yang berfungsi agar pelarut lebih mudah masuk pada sel-sel dalam tumbuhan tersebut.
Untuk sereh dengan cara digeprek agar pelarut air dapat lebih mudah masuk dalam sel-sel
didalam sereh. Setelah bahan-bahan siap kemudian semua bahan dicampurkan dan
dimasukkan kedalam 500 mL air dan kemudian ditambah dengan gula ±1/2 kilo. Lalu
direbus lama hingga kental yaitu hingga terbentuk seperti sirup dan dengan api yang
kecil. Perlakuan tersebut bertujuan agar senyawa aktif lebih terlarut dan keluar sempurna
dalam air. Perebusan dalam waktu lama dengan api kecil digunakan untuk merebus
bahan-bahan obat yang dirasa mengandung racun seperti kitolod dan bahan obat yang
berkhasiat sebagai tonikum. (Kusuma & Zaky, 2005). Setelah dirasa sudah mengental
kemudian api dimatikan dan jamu diambil dan didiamkan hingga agak dingin yang
berfungsi agar tidak terbentuk letupan saat dipindahkan kewadah akibat perbedaan suhu
yang terlalu besar. Setalah dirasa agak dingin kemudian jamu disaring untuk didapatkan
ekstraknya yaitu sirup empon-empon. Kemudian sirup tersebut dikemas dalam botol.
Sirup empon-empon pun siap. Cara meminumnya yaitu dengan melarutkannya pada air
dan diaduk hingga rata.
Khasita dari empon-empon yaitu untuk Jahe pada empon-empon memiliki khasiat
sebagai anti mual dan muntah pada wanita hamil. Jahe bekerja sebagai anti mual dan
muntah melalui beberapa mekanisme. Pertama, jahe menstimulasi motilitas traktus
gastrointestinal yang sebelumnya diturunkan oleh hormon progesteron, dan menstimulasi
disekresikannya saliva, empedu serta produk sekresi lambung yang lain. Kedua, jahe
dapat menghambat aktivasi 5-HT3, serta memiliki efek yang mirip dengan antagonis 5-
HT3 dan ondansetron yang menyebabkan perut berkontraksi sehingga timbul perasaan
mual dan muntah. Ketiga, jahe mengendurkan dan melemahkan otot-otot saluran
pencernaan sehingga mual dan muntah dapat berkurang. Keempat, jahe menghambat efek
karminatif, sehingga mencegah pengeluaran gas lambung. Kelima, jahe memiliki efek
seperti dimenhydrinate. Dimenhydrinate merupakan antagonis histamin (H1) dan juga
dapat menghambat stimulasi vestibular yang bekerja pada sistem otolit dan pada dosis
besar pada kanal semisirkular. Keenam, jahe dapat menurunkan efek cisplatin melaui
hambatan saraf pusat atau perifer dengan meningkatkan 5-hydroxytryptamin, dopamin
dan substansi P. Cisplatin merupakan obat yang menginduksi terjadinya mual dan muntah
pada kemoterapi. Selain sebagai anti mual dan muntah, jahe juga memiliki khasiat
sebagai antioksidan, antiinflamasi, anti-tumor, dan anti-mikroba. (Masruroh & Wulan,
2016 )
Khasiat kunyit diantaranya sebagai antioksidan, anti karsinogen, anti alzeimer dan
juga anti kanker. (Mulyani, Harsojuwono, & Puspawati, 2014)
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza), memiliki berbagai aktivitas hayati seperti
antiinflamasi, antikanker, penyembuh luka, dan menurunkan kadar kolesterol serum.
Selain itu, temulawak juga digunakan untuk meningkatkan daya tahan dan stamina tubuh
(Dewi, Aries, Hardinsyah, Januwati, & Dwiriani, 2012). Selain itu temulawak memiliki
manfaat untuk memperbaiki sistem imun yang terganggu pada obesitas. (Dewi, Aries,
Hardinsyah, Januwati, & Dwiriani, 2012)
IX. Kesimpulan
Dari percobaan tersebut didapatkan simpulan bahwa bahan obat dapat dibuat jamu
dalam 3 bentuk yaitu simplisia, bubuk instan dan sirup seperti:
1. Kayu secang yang dapat diolah menjadi simplisia
2. Ekstrak daun keji beling yang dapat dioleh menjadi bubuk instan
3. Ekstak empon-empon yang dapat dioleh menjadi sirup
DAFTAR PUSTAKA

Alfonsius. (2015). KUALITAS MINUMAN SERBUK INSTAN KAYU SECANG


(Caesalpinia sappan L.) DENGAN VARIASI MALTODEKSTRIN.
Dewi, M., Aries, M., Hardinsyah, Januwati, N., & Dwiriani, C. M. (2012). Pengetahuan
Tentang Manfaat Kesehatan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza.) Serta Uji Klinis
Pengaruhnya pada Sistem Imun Humoral pada Dewasa Obes. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia (JIPI) , 166-171.
Kusuma, F. R. & Zaky, B. M., 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. s.l.:Agromedia.
Masruroh, S., & Wulan, A. J. (2016 ). Khasiat Jahe (Zingiber officinale) Sebagai Anti Mual
dan Muntah pada Wanita Hamil. Majority .
Mulyani, S., Harsojuwono, B. i., & Puspawati, G. A. (2014). POTENSI MINUMAN
KUNYIT ASAM (Curcuma domestica Val. - Tamarindus indica L.) SEBAGAI
MINUMAN KAYA ANTIOKSIDAN. AGRITECH .
Rifkowaty, E. E., & Martanto. (2016). MINUMAN FUNGSIONAL SERBUK INSTAN
JAHE (Zingiber officinale rosc) DENGAN VARIASI PENAMBAHAN EKSTRAK
BAWANG MEKAH (Eleutherine Americana Merr) SEBAGAI PEWARNA
ALAMI. Jurnal Teknik Pertanian Lampung , 315-324.
Rukmi, M.G.I. (2009). KEANEKARAGAMAN ASPERGILLUS PADA BERBAGAI
SIMPLISIA JAMU TRADISIONAL. J. Sains Mat. 17, 82–89.
SETYANINGSIH, D. (2008). UJI EFEK INFUSA DAUN KEJI BELING (Clerodendron
calamitosum L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH
KELINCI JANTAN.
Tim, D. K. O., 2017. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Surabaya: UNESA-Press.
Wahjoedi, B., Adjirni, & Pudjiastuti. (2003). TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK
KEJIBELING (Strobilanthus crispus BL) PADA TIKUS PUTIH . Jurnal Bahan
Alam Indonesia .

Surabaya, 28 April 2017

Mengetahui:

Dosen / Asisten Pembimbing Praktikan

(…………………………….) (…………....……………..)

Anda mungkin juga menyukai