Percobaan yang kami lakukan yaitu tentang Pembuatan Jamu Herbal Tanaman Obat. Pada pembuatan jamu ini sirup yang pastinya cara pembuatannya pun berbeda-beda. Tanaman obat yang akan diuji pada percobaan iniadlah untuk simplisia yaitu kayu secang, untuk bubuk instan yaitu daun keji beling dan untuk sirupnya yaitu empon-empon. Tujuan dari percobaan ini adalah agar dapat membuat simplisia secang, membuat Bubuk Instan keji beling dan dapat membuat sirup empon-empon. (Tim, 2017) Untuk percobaan pembuatan jamu tersebut akan lebih jelas dengan melakukan suatu percobaan sebagai berikut: Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Sebelumnya disiapkan terlebih dahulu alat-alat yang diperlukan dan pastikan dalam keadaan telah bersih dan kering seperti pisau, telenan, baskom blender, panci wajan, pengaduk, saringan, dan gelas ukur plastik. Pembersihan tersebut bertujuan untuk menjaga kebersihan dan kehigienisan dari jamu yang dibuat. 1. Pembuatan simplisia kayu secang Untuk pembuatan simplisia secang, dengan cara kayu secang terlebih dahulu dicuci dengan air bersih yang mengalir untuk menghilangkan kuman, bakteri dan kotoran yang ada pada kayu secang kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dengan sinar matahari lalu diblender hingga halus. Proses pengeringan secang dengan cara dijemur pada sinar matahari karena matahari mengandung sinar uv yang selain dapat menghilangkan kadar air juga dapat membunuh jamur dan bakteri yang terkandung dalam tanaman obat tersebut, sehingga tanaman obat tersebut lebih sehat, higienis dan tahan lama karena terhindar dari jamur dan bakteri. Pengerinagn tidak dengan menggunakan oven dikarekanan panas pada oven terkadang terlalu panas yang dapat merusak struktur kandungan dari tanaman obat tersebut sehingga obat kandungan obat tersebut tidak optimal. Proses penghalusan dengan blender berfungsi agar dinding- dinding sel terbuka dan pada saat dilarutkan dengan air untuk dikonsumsi nantinya, membuat senyawa aktif pada kayu secang lebih mudah keluar dan larut dalam pelarut air tersebut karena dinding sel telah terbukadan kapiler pada sel mudah dilewati oleh pelarut. Setelah secang dikeringkan, kemudian dikemas. Simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat, belum mengalami pengolahan apapun yang biasa merupakan bahan yang dikeringkan. Kayu secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan tanaman famili Caesalpiniaceae yang banyak ditemui di Indonesia.Kayu secang secara empiris diketahui memiliki banyak khasiat penyembuhan dan sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai minuman kesehatan. Kayu secang memiliki kandungan senyawa berupa brazilin (C16H14O5), sappanin (C12H12O4), brazilein, dan minyak atsiri seperti D-α-felandrena, asam galat, osinema, dan damar. Berdasarkan hasil penelitian Lim et al., (1997), kayu secang memiliki daya antioksidan yang handal dengan indeks antioksidatif ekstrak air kayu secang lebih tinggi daripada antioksidan komersial (BHT dan BHA) sehingga potensial sebagai agen penangkal radikal bebas. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi, et al. (2010) menyebutkan bahwa, ekstrak etanolik kayu secang memiliki aktivitas antikanker dengan menurunkan viabilitas pada beberapa sel kanker payudara MCF-7, T47D, kanker kolon WiDr, kanker serviks HeLa namun tetap selektif terhadap sel normal Vero. Meninjau besarnya potensi kayu secang, dalam penelitian ini diteliti efek Ekstrak Etanolik Kayu Secang (EKS) terhadap potensi antigenotoksisitas berdasarkan metode MNPCE Assay. (Alfonsius, 2015) 2. Pembuatan bubuk instan daun keji beling Untuk pembuatan bubuk instan daun keji beling dengan cara daun keji beling terlebih dauhulu dicuci dengan air bersih yang mengalir untuk menghilangkan kuman, bakteri dan kotoran yang ada pada daun keji beling kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dengan sinar matahari. Proses pengeringan daun keji beling dengan cara dijemur pada sinar matahari karena matahari mengandung sinar uv yang selain dapat menghilangkan kadar air juga dapat membunuh jamur dan bakteri yang terkandung dalam tanaman obat tersebut, sehingga tanaman obat tersebut lebih sehat, higienis dan tahan lama karena terhindar dari jamur dan bakteri. Pengerinagn tidak dengan menggunakan oven dikarekanan panas pada oven terkadang terlalu panas yang dapat merusak struktur kandungan dari tanaman obat tersebut sehingga obat kandungan obat tersebut tidak optimal. Setelah daun keji beling dikeringkan, kemudian ditimbang sebanyak ± ¼ kilogram dan dimasukkan dalam 1 L air dan dipanaskan selama 25 menit untuk proses pelarutan kandungan senyawa aktif pada pada daun keji beling. Setelah itu ekstrak disaring dan filtratnya dimasak lebih lanjut dalam wajan. Setelah filtrat yang berisi senyawa aktif keji beling dimasukkan dalam wajan kemudian dimasak hingga hampir mendidih yang kemudian ditambahkan dengan gula sebanyak 1kg. Setelah itu dimakas dengan api kecil sambil diaduk terus. Fungsi penggunaan api kecil yaitu agar jamu matang sempurna atau tidak gosong dan tidak merusak kandungan senyawa aktif pada keji beling. Pengadukkan secara terus menerus agar jamu lebih matang merata sehingga tidak ada bagian yang superheat yang membuat tesktur jamu nantinya tidak sempurna. Jamu diaduk terus hingga nampak mengembang dan terlihat telah terbentuk serbuk. Setelah itu pemanas dimatikan dan jamu diambil. Pada saat ini jamu yang dihasilakan masih berupa serbuk dan bongkahan, untuk menghaluskan serbuk tersebut dilakukan proses penghalusan dengan cara diblender hingga terbentuk serbuk yang lembut. Setelah jadi kemudian bubuk instan keji beling dikemas. Cara meminumnya yaitu dengan melarutkannya pada air dan diaduk hingga rata. Daun keji beling mempunyai kandungan polifenol, saponin, alkaloid, kalium dan kalsium. Selain itu juga ditemukan kumarin, flavonoid, iridoid, triterpen, dan sterol. (SETYANINGSIH, 2008) Keji beling (Clerodendron calamitosum L.) dapat digunakan secara empiris sebagai obat antidiabetes. Daun keji beling mempunyai kandungan polifenol, saponin, alkaloid, kalium dan kalsium. Selain itu juga ditemukan kumarin, flavonoid dan sterol. Penelitian yang telah dilakukan diantaranya, Secara in vitro, infus daun keji beling terbukti dapat melarutkan batu saluran kemih. Sementara uji menghambat pembentukan batu kandung kemih buatan pada tikus menunjukkan bahwa ekstrak daun keji beling dosis 16,5 mg/kg dapat mencegah pembentukan batu kandung kemih buatan. Penelitian lain menunjukkan, daun keji beling juga berkhasiat atau berefek diuretic. Untuk membuktikan kebenaran penggunaan daun keji beling sebagai antidiabetes, maka perlu dilakukan penelitian ilmiah tentang khasiat dari daun keji beling. (SETYANINGSIH, 2008) Secara empirik banyak tanaman obat digunakan untuk menanggulangi penyakit kencing batu, antara lain kejibeling (Strobilanthus crispus BL.). Demikian juga banyak produk jadi obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tanaman obat beredar di masyarakat dengan indikasi untuk menghancurkan batu saluran kemih. Untuk memperoleh data mengenai pemakaian jangka panjang kejibeling, perlu dilakukan penelitian toksisitas subkronis ekstrak kejibeling pada hewan percobaan yaitu tikus putih selama 3 bulan. Digunakan ekstrak etanol karena pada umumnya penggunaan tanaman obat supaya memperoleh dosis penggunaan yang tetap dilakukan dalam bentuk ekstrak terstandar. (Wahjoedi, Adjirni, & Pudjiastuti, 2003) 3. Pembuatan sirup empon-empon Untuk pembuatan sirup empon-empon diperlukan bahan 25 gr temulawak yang telah dipotong, 25 gr jahe emprit yang telah dipotong, 25 gr kunyit yang telah dipotong, 2 potong kayu manis, 4 gr asam, 4 ruas sereh dan 12 bji Rosela. Untuk temulawak, jahe emprit dan kunyit pertama dicuci terlebih dahulu dengan cara direndam dalam air karena bahn tersebut merupakan rimpang yang berada didalam tanah yang mana kotora/tanah tersebut lebih sukar hilang, oleh karenaitu direndam sambil digosok-gosok untuk menghilangkan kotoran/tanah tersebut baru setelah itu dicuci dengan air yang mengalir. Proses pencucian tersebut bertujuan agar jamu yang dibuat lebih bersih, sehat, dan higienis. Sedangkan untuk kayu dan sereh yukup untuk dicuci dengan air yang mengalir karena letak tanaman tersebut berada tidak didalam tanah yang kotorannya dirasa tidak terlalu sulit untuk dihilangkan atau dibersihkan. Untuk roselah yang digunakan yaitu rosela kering yang telah dijemur pada sinar matahari karena rosela kering mengandung sedikit air dan lebih banyak kandungan senyawa aktifnya sehingga cocok untuk digunakan sebagai jamu. Setalah bahan bersih kemudian untuk temulawak, jahe emprit dan kunyit tidak perlu dikupas karena jika dikupas ditakutkan senyawa aktif pada kulit rimpang tersebut akan hilang sehingga kandunagn obat dari tanaman tersebut berkurang dan kurang optimal. Sehingga bahan obat bentuk rimpang tersebut hanya perlu dipotong kecil-kecil yang berfungsi agar pelarut lebih mudah masuk pada sel-sel dalam tumbuhan tersebut. Untuk sereh dengan cara digeprek agar pelarut air dapat lebih mudah masuk dalam sel-sel didalam sereh. Setelah bahan-bahan siap kemudian semua bahan dicampurkan dan dimasukkan kedalam 500 mL air dan kemudian ditambah dengan gula ±1/2 kilo. Lalu direbus lama hingga kental yaitu hingga terbentuk seperti sirup dan dengan api yang kecil. Perlakuan tersebut bertujuan agar senyawa aktif lebih terlarut dan keluar sempurna dalam air. Perebusan dalam waktu lama dengan api kecil digunakan untuk merebus bahan-bahan obat yang dirasa mengandung racun seperti kitolod dan bahan obat yang berkhasiat sebagai tonikum. (Kusuma & Zaky, 2005). Setelah dirasa sudah mengental kemudian api dimatikan dan jamu diambil dan didiamkan hingga agak dingin yang berfungsi agar tidak terbentuk letupan saat dipindahkan kewadah akibat perbedaan suhu yang terlalu besar. Setalah dirasa agak dingin kemudian jamu disaring untuk didapatkan ekstraknya yaitu sirup empon-empon. Kemudian sirup tersebut dikemas dalam botol. Sirup empon-empon pun siap. Cara meminumnya yaitu dengan melarutkannya pada air dan diaduk hingga rata. Khasita dari empon-empon yaitu untuk Jahe pada empon-empon memiliki khasiat sebagai anti mual dan muntah pada wanita hamil. Jahe bekerja sebagai anti mual dan muntah melalui beberapa mekanisme. Pertama, jahe menstimulasi motilitas traktus gastrointestinal yang sebelumnya diturunkan oleh hormon progesteron, dan menstimulasi disekresikannya saliva, empedu serta produk sekresi lambung yang lain. Kedua, jahe dapat menghambat aktivasi 5-HT3, serta memiliki efek yang mirip dengan antagonis 5- HT3 dan ondansetron yang menyebabkan perut berkontraksi sehingga timbul perasaan mual dan muntah. Ketiga, jahe mengendurkan dan melemahkan otot-otot saluran pencernaan sehingga mual dan muntah dapat berkurang. Keempat, jahe menghambat efek karminatif, sehingga mencegah pengeluaran gas lambung. Kelima, jahe memiliki efek seperti dimenhydrinate. Dimenhydrinate merupakan antagonis histamin (H1) dan juga dapat menghambat stimulasi vestibular yang bekerja pada sistem otolit dan pada dosis besar pada kanal semisirkular. Keenam, jahe dapat menurunkan efek cisplatin melaui hambatan saraf pusat atau perifer dengan meningkatkan 5-hydroxytryptamin, dopamin dan substansi P. Cisplatin merupakan obat yang menginduksi terjadinya mual dan muntah pada kemoterapi. Selain sebagai anti mual dan muntah, jahe juga memiliki khasiat sebagai antioksidan, antiinflamasi, anti-tumor, dan anti-mikroba. (Masruroh & Wulan, 2016 ) Khasiat kunyit diantaranya sebagai antioksidan, anti karsinogen, anti alzeimer dan juga anti kanker. (Mulyani, Harsojuwono, & Puspawati, 2014) Temulawak (Curcuma xanthorrhiza), memiliki berbagai aktivitas hayati seperti antiinflamasi, antikanker, penyembuh luka, dan menurunkan kadar kolesterol serum. Selain itu, temulawak juga digunakan untuk meningkatkan daya tahan dan stamina tubuh (Dewi, Aries, Hardinsyah, Januwati, & Dwiriani, 2012). Selain itu temulawak memiliki manfaat untuk memperbaiki sistem imun yang terganggu pada obesitas. (Dewi, Aries, Hardinsyah, Januwati, & Dwiriani, 2012) IX. Kesimpulan Dari percobaan tersebut didapatkan simpulan bahwa bahan obat dapat dibuat jamu dalam 3 bentuk yaitu simplisia, bubuk instan dan sirup seperti: 1. Kayu secang yang dapat diolah menjadi simplisia 2. Ekstrak daun keji beling yang dapat dioleh menjadi bubuk instan 3. Ekstak empon-empon yang dapat dioleh menjadi sirup DAFTAR PUSTAKA
Alfonsius. (2015). KUALITAS MINUMAN SERBUK INSTAN KAYU SECANG
(Caesalpinia sappan L.) DENGAN VARIASI MALTODEKSTRIN. Dewi, M., Aries, M., Hardinsyah, Januwati, N., & Dwiriani, C. M. (2012). Pengetahuan Tentang Manfaat Kesehatan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza.) Serta Uji Klinis Pengaruhnya pada Sistem Imun Humoral pada Dewasa Obes. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI) , 166-171. Kusuma, F. R. & Zaky, B. M., 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. s.l.:Agromedia. Masruroh, S., & Wulan, A. J. (2016 ). Khasiat Jahe (Zingiber officinale) Sebagai Anti Mual dan Muntah pada Wanita Hamil. Majority . Mulyani, S., Harsojuwono, B. i., & Puspawati, G. A. (2014). POTENSI MINUMAN KUNYIT ASAM (Curcuma domestica Val. - Tamarindus indica L.) SEBAGAI MINUMAN KAYA ANTIOKSIDAN. AGRITECH . Rifkowaty, E. E., & Martanto. (2016). MINUMAN FUNGSIONAL SERBUK INSTAN JAHE (Zingiber officinale rosc) DENGAN VARIASI PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG MEKAH (Eleutherine Americana Merr) SEBAGAI PEWARNA ALAMI. Jurnal Teknik Pertanian Lampung , 315-324. Rukmi, M.G.I. (2009). KEANEKARAGAMAN ASPERGILLUS PADA BERBAGAI SIMPLISIA JAMU TRADISIONAL. J. Sains Mat. 17, 82–89. SETYANINGSIH, D. (2008). UJI EFEK INFUSA DAUN KEJI BELING (Clerodendron calamitosum L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH KELINCI JANTAN. Tim, D. K. O., 2017. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Surabaya: UNESA-Press. Wahjoedi, B., Adjirni, & Pudjiastuti. (2003). TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK KEJIBELING (Strobilanthus crispus BL) PADA TIKUS PUTIH . Jurnal Bahan Alam Indonesia .