SILVY AULYA
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ii
ABSTRAK
ABSTRACT
(Nunun 2009). Daun tunggal berbentuk bulat Kandungan kimia dari daun pare yaitu
telur, berbulu, panjang tangkai 7-13 cm, dan resin, minyak, flavonoid, karbohidrat, zat
berwarna hijau. Bunga tunggal berkelamin warna, saponin, alkaloid, dan triterpenoid
satu, kelopak berbentuk lonceng, berusuk (Kuswoyo 2009). Salah satu kandungan kimia
banyak, panjang 5-15 cm, mahkota berbentuk yang berpotensi menjadi bahan baku
bulat telur berwarna kuning (Adi et al. 2008). pembersih wajah adalah saponin dari ekstrak
Buah pare berbentuk bulat panjang, daun pare. Kandungan saponin dari ekstrak
berusuk, warna jingga. Biji berbentuk pipih, daun pare ini memiliki kemampuan untuk
keras, warna cokelat kekuningan. Akar membersihkan kotoran di kulit wajah
tunggang dan berwarna putih kotor (Adi et al. misalnya debu dan sisa riasan.
2008). Buah pare mengandung karantin,
hidroksitriptamin, flavonoid, alkaloid, asam Adsorpsi
stearat, asam palmitat, vitamin A, B, dan C Adsorpsi atau penjerapan adalah suatu
(Robby 2009). Biji mengandung senyawa proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan
momordisin. Biji pare memiliki khasiat maupun gas, terikat pada suatu padatan atau
sebagai antiradang. Buah pare berkhasiat cairan (zat penjerap, adsorben) dan akhirnya
sebagai peluruh dahak, pembersih darah, membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat
penurunan panas, penyegar badan, penambah terjerap, adsorbat) pada permukaannya
nafsu makan, penurun gula darah, (Bassett et al. 1994). Berbeda dengan
memperlancar pencernaan, dan obat malaria absorpsi, pada absorpsi terjadi reaksi kimia
(Santoso 1996). antara molekul-molekul adsorbat dengan
Bagian utama tanaman pare yang permukaan adsorben (Ryan 2008). Adsorpsi
mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi adalah suatu zat pada permukaan adsorben
buahnya. Dari sudut pandang petani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis
(produsen) peluang pasar pare merupakan adsorben, jenis adsorbat atau zat yang
salah satu alternatif usaha tani yang dapat teradsorpsi, luas permukaan adsorben,
dijadikan sumber penghasilan dan konsentrasi zat terlarut, dan temperatur
peningkatan pendapatan (Nunun 2009). (Suardana 2008).
Sebaliknya, bagi kalangan pengguna Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis,
(konsumen) selain dijadikan berbagai yaitu adsorpsi fisik (disebabkan oleh gaya Van
masakan, buah pare juga mensuplai gizi yang Der Waals (terjadinya gaya tarik menarik
berfungsi ganda sebagai obat. Rasa pahit yang relatif lemah antara adsorbat dengan
tanaman pare terutama daun dan buah permukaan adsorben) dan adsorpsi kimia
disebabkan oleh kandungan zat sejenis (terjadi karena terbentuknya ikatan kovalen
glukosida yang disebut momordisin atau dan ion antara molekul-molekul adsorbat
charantin (Subahar et al. 2004). dengan adsorben, dikenal dengan istilah
Para ahli kesehatan menemukan absorpsi) (Ryan 2008).
kandungan zat lain pada tanaman pare antara Adsorben ialah zat yang melakukan
lain insulin dan resin. Zat penimbul rasa pahit penjerapan terhadap zat lain (baik cairan
pada tanaman pare mempunyai nilai sosial maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya
dan kegunaan yang luas dalam pelayanan adsorben bersifat spesifik, hanya menjerap zat
kesehatan masyarakat, diantaranya sebagai tertentu. Adsorben yang paling banyak
bahan obat tradisional untuk menyembuhkan dipakai untuk menjerap zat-zat dalam larutan
beberapa jenis penyakit. Daun pare berkhasiat adalah arang. Zat ini banyak dipakai di pabrik
sebagai obat cacing, batuk abses, demam, untuk menghilangkan zat-zat warna dalam
peluruh haid, sembelit, menambah nafsu larutan. Penjerapan bersifat selektif, yang
makan, melancarkan pengeluaran ASI, sipilis, dijerap hanya zat terlarut atau pelarut sangat
dan liver (Kuswoyo 2009). mirip dengan penjerapan gas oleh zat padat.
Beberapa jenis adsorben yang biasa
digunakan, yaitu arang aktif, gel silika, dan
alumina aktif (Atkins 1997).
Arang aktif adalah bahan berupa karbon
bebas yang masing-masing berikatan secara
kovalen atau arang yang telah dibuat dan
diolah secara khusus melalui proses aktifasi,
sehingga pori-porinya terbuka dan dengan
demikian mempunyai daya jerap yang besar
Gambar 1 Daun pare terhadap zat-zat lainnya, baik dalam fase cair
3
buah anggur. Koloni biasanya berwarna putih didinginkan di dalam eksikator selama 30
atau krem. Hidup di permukaan kulit dan menit. Sampel yang akan diukur kadar airnya
membran mukosa manusia maupun hewan adalah daun dan simplisia. Cawan kosong
(James & Hilary 2001). ditimbang bobotnya kemudian ditambahkan 3
gram sampel. Sampel di dalam cawan
BAHAN DAN METODE dikeringkan pada oven suhu 1050C selama 12
jam. Cawan beserta isinya kemudian
Alat dan Bahan didinginkan di dalam eksikator selama 30
Alat yang digunakan dalam penelitian ini menit, kemudian ditimbang kembali dan
adalah neraca analitik, blender, tabung reaksi, ditentukan kadar air sampel sampai massa
pipet tetes, pipet Mohr, labu Erlenmeyer, sampel stabil atau tidak berubah. Penentuan
gelas piala, pipet volumetrik, kertas saring, kadar air dilakukan 3 kali ulangan.
gelas ukur, cawan porselin, oven, tanur,
gegep, eksikator, rotary evaporator, vorteks, Ekstraksi Simplisia Daun Pare (BPOM
penangas air, vial, aluminium foil, laminar, 2004) .
mikropipet, Atomic Absorption Ekstraksi adalah proses pemisahan satu
Spectrophotometer (AAS), autoklaf, cawan atau lebih komponen dari suatu campuran
Petri, inkubator, alat-alat pengukur tegangan homogen berdasarkan prinsip beda kelarutan.
permukaan, pipet mikro. Pelarut yang digunakan dalam proses
Bahan untuk pembuatan ekstrak adalah ekstraksi adalah akuades, etanol, metanol, dan
simplisia daun pare, akuades, etanol, metanol, heksana. Sebanyak 18 gram bubuk daun pare
heksana. Bahan untuk uji fitokimia adalah kering ditimbang kemudian dimasukkan ke
NaOH, H2SO4 pekat, kloroform, akuades, dalam labu Erlenmeyer ukuran 250 mL.
metanol, pereaksi Dragendorf, pereaksi Pelarut (akuades, etanol, metanol, dan
Meyer, dan pereaksi Wagner, pereaksi heksana) ditambahkan ke dalam labu
Lieberman Buchard, eter. Bahan untuk uji Erlenmeyer sebanyak 180 mL dengan
penjerapan logam adalah HCl 18%, standar perbandingan daun pare : pelarut adalah 1:10.
arang aktif, standar logam Hg, Pb, dan Cu. Campuran ditutup dengan aluminium foil,
Bahan untuk uji aktivitas antibakteri adalah kemudian didiamkan selama 24 jam. Ekstrak
Nutrient Broth, DMSO, isolat bakteri kemudian disaring menggunakan kertas
Staphylococcus epidermidis, media TSB, saring, dan filtrat ditampung dalam labu
kloramfenikol, tip biru, tip kuning, dan Erlenmeyer. Ampas hasil saringan kemudian
microplate. ditambahkan pelarut kembali dengan jumlah
perbandingan yang sama, kemudian
Metode didiamkan kembali selama 24 jam. Ekstrak
Pembuatan Simpilisia Daun Pare (BPOM kemudian disaring menggunakan kertas
2004) saring, dan filtrat ditampung dalam labu
Daun pare yang digunakan dalam Erlenmeyer. Lakukan hal ini sampai tiga kali
penelitian ini diambil dari lima daun setelah perendaman. Semua hasil filtrat digabungkan
pucuk (daun tua). Daun yang telah disortir dalam satu labu Erlenmeyer. Labu evaporator
kemudian dicuci dengan air bersih agar hama ditimbang bobot kosongnya kemudian
dan kotoran di daun terbuang. Daun pare yang ditambahkan filtrat yang didapat ke dalam
telah dicuci kemudian ditiriskan hingga semua labu evaporator. Filtrat kemudian diuapkan
air sisa cucian terpisah, setelah itu daun pare pada vakum evaporator dan dihitung
ditempatkan di dalam wadah yang bersih dan rendemen yang diperoleh. Semua ekstrak
kering kemudian dirajang kasar. Hasil simplisia daun pare (air, etanol, metanol, dan
rajangan ini ditempatkan dalam nampan tahan heksana) disimpan di dalam lemari es suhu 4
panas, kemudian dikeringkan dalam oven pada yang akan digunakan pada pengujian
suhu 500C selama 2-3 hari. Simplisia (daun berikutnya.
pare kering) dihaluskan dengan blender
berukuran 20-80 mesh kemudian dikemas Uji Fitokimia (Harbone 1987)
dalam plastik dan disimpan di suhu ruang Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui
untuk pengujian berikutnya. kandungan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat di dalam sampel. Uji ini merupakan
Penentuan Kadar Air Daun dan Simplisia suatu analisa kualitatif kandungan kimia
(AOAC 1984) tumbuhan atau bagian tumbuhan. Uji
Cawan porselin dikeringkan dalam oven fitokimia dapat dilakukan dengan metode
pada suhu 1050C selama 30 menit, lalu cawan KLT (kromatografi Lapis Tipis) dan metode
6
tabung yang merupakan metode yang paling Uji Kandungan Logam Simplisia
sederhana karena tidak menggunakan alat Menggunakan AAS
yang canggih dan masih manual. Uji ini Cawan porselen bersih ditimbang bobot
meliputi uji flavonoid, uji alkaloid, uji tanin, kosongnya terlebih dahulu. Sebanyak 5 gram
uji steroid, uji terpenoid, uji saponin, dan uji serbuk simplisia dimasukkan ke dalam cawan.
glikosida. Simplisia di dalam cawan dipanaskan hingga
Uji Flavonoid dan Senyawa Fenolik. menjadi arang di atas penangas. Simplisia
Ekstrak sampel sebanyak 0.1 g ditambah 2 yang telah menjadi arang dipindahkan ke
mL etanol 30% sampai terendam lalu tanur sampai menjadi abu berwarna putih.
dipanaskan. Filtratnya dibagi 2, yang satu Simplisia yang telah menjadi abu
ditambah NaOH sebanyak 3 tetes 10% (b/v) dikeluarkan dari tanur kemudian didinginkan.
dan filtrat satunya lagi ditambahkan H2SO4 Sebanyak 10 mL HCl 18% ditambahkan ke
sebanyak 3 tetes. Terbentuknya warna merah abu simplisia kemudian dipanaskan hingga
karena penambahan NaOH menunjukkan mendidih, tetapi tidak sampai kering.
adanya senyawa fenolik hidrokuinon, Simplisia yang telah dilarutkan dengan HCl
sedangkan warna merah yang terbentuk akibat kemudian disaring ke dalam labu takar 50 mL.
penambahan H2SO4 pekat menunjukkan Sampel ditera dengan akuades sampai 50 mL.
adanya flavonoid. Kadar logam sampel diukur dengan AAS.
Uji Alkaloid. Sebanyak 10 mL kloroform
ditambah dengan ekstrak sampel 0.1 g dan Penentuan Daya Adsorpsi Ekstrak Daun
beberapa tetes ammonia. Fraksi kloroform Pare Menggunakan AAS (Noor 2008)
dipisahkan dan diasamkan dengan 10 tetes Standar logam yang digunakan untuk uji
H2SO4 2 M. Fraksi asam diambil kemudian ini adalah larutan Pb asetat, larutan HgCl2,
ditambahkan dengan pereaksi Dragendorf 3 dan larutan CuSO4. Pengujian penjerapan
tetes, pereaksi Meyer sebanyak 3 tetes, dan logam ini dilakukan dengan lima perlakuan.
pereaksi Wagner sebanyak 3 tetes. Adanya Perlakuan pertama setiap logam direaksikan
alkaloid ditandai dengan terbentuknya dengan arang aktif sebagai kontrol positif.
endapan merah oleh pereaksi Dragendorf, Perlakuan kedua setiap logam direaksikan
endapan putih oleh pereaksi Meyer, dan dengan ekstrak air daun pare, lalu perlakuan
endapan coklat oleh pereaksi Wagner. ketiga setiap logam direaksikan dengan
Uji Tanin. Sebanyak 1 g serbuk bahan ekstrak etanol daun pare, perlakuan keempat
ditambah 10 mL akuades kemudian setiap logam direaksikan dengan ekstrak
dididihkan selama 30 menit. Setelah dingin, metanol daun pare, dan perlakuan terakhir
campuran disaring dan filtratnya ditambah setiap logam direaksikan dengan ekstrak n-
FeCl3 1% sebanyak 5 mL (b/v). Warna biru heksana daun pare. Kelima perlakuan ini
tua atau hitam menunjukkan adanya tanin. kemudian diukur konsentrasi logamnya lalu
Uji Saponin. Ekstrak sebanyak 0.1 g dibandingkan dengan konsentrasi logam awal
ditimbang kemudian ditambahkan akuades 5 sebelum perlakuan atau sebelum direaksikan
mL dan dipanaskan selama 5 menit. Larutan dengan ekstrak.
tersebut didinginkan kemudian dikocok. Larutan standar logam dengan konsentrasi
Timbulnya busa selama ± 10 menit 5000 ppm dibuat sebanyak 25 mL dalam labu
menunjukkan adanya saponin. Erlenmeyer. Larutan standar ini kemudian
Uji Triterpenoid dan Steroid. Ekstrak direaksikan dengan 1% ekstrak daun pare atau
sebanyak 0.1 g ditambah 2 mL etanol 30% arang aktif sebagai kontrol positif selama 15
kemudian dipanaskan dan disaring. menit kemudian setelah 15 menit larutan
Selanjutnya filtrat diuapkan dan ditambahkan disaring. Hasil saringan selanjutnya dilakukan
eter sebanyak 1 mL. Lapisan eter ditambah pengenceran 100x. Nilai absorban larutan
dengan pereaksi Lieberman Buchard (3 tetes diukur menggunakan AAS setelah itu
asam asetat anhidrida dan 1 tetes H2S04 kadar logam dihitung menggunakan
pekat). Warna merah atau ungu menunjukkan persamaan yang diperoleh dari kurva standar
adanya triterpenoid dan warna hijau logam. Persamaan kurva standar yang
menunjukkan adanya steroid. diperoleh, yaitu Y=AX+B (Y adalah
Uji Glikosida. Ekstrak sebanyak 1 mL absorbansi dan X adalah konsentrasi), dari
diuapkan diatas penangas air sampai kering. persamaan ini maka dapat dihitung besar
Selanjutnya ditambahkan asam asetat anhidrat konsentrasi logam. Kemudian dapat
sebanyak 1 mL dan ditambahkan 10 tetes dibandingkan ekstrak mana yang paling
asam sulfat pekat. Warna biru hijau efektif dalam menjerap logam setelah
menunjukkan adanya glikosida. direaksikan selama 15 menit.
7
bahan herbal adalah ≤ 10%. Artinya, simplisia menunjukkan hasil negatif, sedangkan untuk
daun pare dengan kadar air 9.74% layak uji saponin, ternyata hanya simplisia, ekstrak
digunakan sebagai bahan herbal dan air, dan ekstrak etanol yang mengandung
memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian saponin.
selanjutnya. Bahan herbal yang memiliki Saponin dalam daun pare ini yang diduga
kadar air lebih dari 10% juga tidak baik berpotensi sebagai salah satu bahan aktif
digunakan karena hasil ekstrak yang diperoleh pembersih wajah. Artinya ekstrak yang
akan banyak mengandung air daripada berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan
kandungan metabolit sekunder yang aktif pembersih adalah ekstrak air dan etanol
diinginkan. daun pare karena kedua ekstrak ini
Pengujian selanjutnya dimulai dengan memberikan hasil positif pada uji saponin. Uji
melakukan ekstraksi terhadap simplisia daun triterpenoid dan glikosida menunjukkan
pare. Simplisia pare yang diperoleh diekstrak simplisia dan semua ekstrak daun pare
menggunakan empat pelarut, yaitu air, etanol, memberikan hasil positif. Berbanding terbalik
metanol, dan heksana. Metode yang digunakan dengan uji saponin, uji steroid menunjukkan
dalam ekstraksi adalah metode maserasi hasil negatif pada ekstrak air dan etanol. Hasil
(perendaman). Keempat ekstrak yang positif untuk uji steroid ditunjukkan oleh
diperoleh selanjutnya dihitung nilai ekstrak metanol dan n-heksana.
rendemennya. Hasil perhitungan nilai Ekstrak daun pare yang mengandung
rendemen dapat dilihat pada Tabel 1. Ekstrak saponin adalah ekstrak air dan ekstrak etanol.
air memiliki rendemen sebesar 16.48%, Saponin dalam ekstrak daun pare ini yang
ekstrak etanol sebesar 27.95%, ekstrak diduga berpotensi sebagai salah satu bahan
metanol 15.14%, dan ekstrak n-heksana aktif kosmetik pembersih wajah. Dalam
sebesar 13.28%. Pengukuran rendemen ini penelitian ini diharapkan ekstrak daun pare
menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki yang mengandung saponin dapat
rendemen paling besar, yaitu 27.95%. Hasil mengadsorpsi logam, menurunkan tegangan
uji ini menunjukkan bahwa pelarut etanol permukaan, dan sebagai antibakteri.
yang tergolong dalam pelarut semi polar Saponin membentuk larutan koloidal
paling baik dalam mengekstrak kandungan dalam air dan membentuk busa yang mantap
metabolit sekunder yang ada pada daun pare. jika dikocok dan tidak hilang dengan
Tabel 1 Hasil pengukuran rendemen penambahan asam (Harborne 1996). Diberi
Ekstrak Total rendemen nama saponin karena sifatnya menyerupai
Air 16.48 % sabun (sapo berarti sabun). Saponin
diklasifikasikan berdasarkan sifat kimianya
Etanol 27.95 %
menjadi dua yaitu saponin steroid dan saponin
Metanol 15.14 %
triterpenoid. Saponin steroid tersusun atas inti
n-Heksana 13.28 %
steroid (C27) dengan molekul karbohidrat.
Komponen Fitokimia Ekstrak Daun Pare Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu
Uji fitokimia juga dilakukan terhadap aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe
simplisia daun pare, ekstrak air, etanol, saponin ini memiliki efek antijamur. Saponin
metanol, dan n-heksana. Hasil Uji Fitokimia triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid
dapat dilihat pada Tabel 2. Uji ini dilakukan dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis
untuk mengetahui kandungan senyawa menghasilkan suatu aglikon yang disebut
metabolit sekunder yang terdapat di dalam sapogenin yang merupakan suatu senyawa
simplisia dan ekstrak daun pare. Senyawa- yang mudah dikristalkan lewat asetilasi
senyawa yang diidentifikasi yaitu senyawa sehingga dapat dimurnikan (Adam 1995).
fenolik, flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, Menurut Prihatman (2001) dilaporkan juga
triterpenoid, steroid, dan glikosida. bahwa senyawa saponin memiliki aktivitas
antibakteri. Penurunan tegangan permukaan
Hasil uji fitokimia menunjukkan simplisia
disebabkan karena adanya senyawa sabun
daun pare dan semua ekstrak daun pare tidak
yang dapat mengacaukan ikatan hidrogen pada
mengandung senyawa fenolik. Uji flavonoid
air. Senyawa sabun ini biasanya memiliki dua
memberikan hasil positif, artinya daun pare
bagian yang tidak sama sifat kepolarannya.
mengandung senyawa flavonoid, begitu juga
Maka dalam penelitian ini akan diuji
dengan uji alkaloid yang juga memberikan
kemampuan saponin dari ekstrak daun pare
hasil positif pada simplisia daun pare dan
dalam menurunkan tegangan permukaan,
semua ekstrak daun pare. Berbeda dengan uji
aktivitas antibakterinya, dan kemampuan
tanin, simplisia dan semua ekstrak daun pare
menjerap logam Hg, Pb, dan Cu.
9
Kadar Logam Simplisia Daun Pare Hasil uji kadar logam ini menunjukkan
bahwa tingkat polusi udara saat ini sudah
Uji kandungan logam juga dilakukan sangat tinggi. Padahal sampel daun pare yang
terhadap simplisia daun pare. Tujuannya untuk diambil berasal dari daerah yang cukup jauh
melihat apakah sampel daun pare yang dari perkotaan, yaitu di desa Ciherang-Bogor.
digunakan dalam penelitian ini mengandung Disekitar daerah ini masih jarang pemukiman
logam berat atau tidak. Namun hasil yang penduduk dan masih banyak terdapat areal
didapat ternyata daun pare yang digunakan pesawahan. Logam berat sampai pada daerah
mengandung logam Pb sebesar 0.45 ppm dan ini mungkin juga karena hembusan angin
logam Cu sebesar 0.62 ppm sedangkan logam (Saeni 1997).
Hg tidak terdeteksi. Hasil ini setara dengan Tabel 3 Hasil pengukuran uji logam simplisia
kadar logam Pb sebesar 4.5% dan kadar logam daun pare menggunakan AAS
Cu sebesar 6.2%. Hasil pengukuran kadar Standar Logam Konsentrasi Logam
logam dapat dilihat pada Tabel 3.
Pb 0.45 ppm
Logam Pb yang terdapat dalam sampel Hg Tidak terdeteksi
daun pare diperkirakan berasal dari polusi Cu 0.62 ppm
udara seperti asap kendaraan bermotor dan
asap pabrik (Darmono 2001). Fardiaz (1995)
Hasil Uji Adsorpsi
juga menyatakan bahwa semua bahan pangan
Uji adsorpsi (penjerapan) dilakukan
alami mengandung timbal dalam konsentrasi
menggunakan tiga logam standar, yaitu logam
kecil dengan kadar maksimal sebesar 0.72
Hg, Pb, dan Cu. Alasan digunakannya ketiga
ppm. Jika dalam darah kadar Pb melebihi 0.72
logam ini karena logam inilah yang paling
ppm maka dapat mengakibatkan keracunan
banyak terdapat di udara yang terpapar oleh
akut yang cukup berbahaya.
polusi (Darmono 2001). Penelitian ini
Logam Cu yang terdapat dalam sampel
dilakukan untuk menguji ekstrak daun pare
daun pare diperkirakan berasal dari pemakaian
sebagai bahan aktif kosmetik pembersih wajah
pestisida (Fardiaz 1995). Menurut survey yang
yang diharapkan mampu mengadsorpsi logam-
dilakukan, daun pare yang digunakan dalam
logam tersebut.
penelitian ini mengalami penyemprotan hama
Gambar 4 menunjukkan bahwa semua
dua hari sebelum dipetik. Menurut Saeni
ekstrak daun pare mampu mengadsorpsi
(1995), logam Cu merupakan unsur renik
logam merkuri (Hg). Konsentrasi awal logam
esensial untuk semua tanaman dan hewan
Hg sebelum penambahan arang aktif dan
termasuk manusia. Oleh karena itu, logam Cu
ekstrak daun pare, yaitu sebesar 5436.00 ppm.
harus selalu ada pada makanan. Batas ambang
Penambahan 1% arang aktif menyebabkan
logam Cu untuk perikanan dan peternakan
konsentrasi logam Hg berkurang menjadi
adalah sebesar 0.02 ppm dan untuk pertanian
3956.80 ppm, penambahan 1% ekstrak air
adalah sebesar 0.2 ppm. Pada konsentrasi yang
menurunkan konsentrasi logam Hg menjadi
lebih tinggi Cu akan toksik, terutama untuk
5096.93 ppm, penambahan 1% ekstrak etanol
bakteri, ganggang, dan jamur. Kadar Cu yang
menurunkan konsentrasi logam Hg menjadi
terdeteksi pada tanaman pare yang digunakan
3782.22 ppm, penambahan 1% ekstrak
dalam penelitian ini sudah melebihi ambang
metanol menurunkan konsentrasi logam Hg
batas maksimum, yaitu sebesar 0.62 ppm.
menjadi 4845.14 ppm, dan penambahan 1%
Namun, kadar yang dapat menyebabkan
ekstrak n-heksana menurunkan konsentrasi
keracunan dalam tubuh adalah sebesar 20
logam Hg menjadi 3960.27 ppm.
ppm.
10
6000 2000
(ppm)
(ppm)
5000
[logam] 4000 1500
[logam]
3000 1000
2000
1000 500
0
0
aw aa ea ee em eh
aw aa ea ee em eh
Gambar 4 Hasil pengujian penjerapan logam Gambar 5 Hasil pengujian penjerapan logam
Hg. aw (awal), aa (arang aktif), ea Pb. aw (awal), aa (arang aktif), ea
(ekstrak air), ee (ekstrak etanol), (ekstrak air), ee (ekstrak etanol),
em (ekstrak metanol), eh (ekstrak em (ekstrak metanol), eh (ekstrak
n-heksana) n-heksana)
Hasil uji adsorpsi terhadap logam Hg Menurut Saeni (1997), menyatakan bahwa
menunjukkan bahwa 1% arang aktif mampu partikel Pb yang menempel pada permukaan
mengadsorpsi 27.21% logam Hg, 1% ekstrak daun yang berbulu, tujuh kali lebih besar
air daun pare mengadsorpsi 6.24% logam Hg, daripada permukaan daun yang licin. Menurut
1% ekstrak etanol daun pare mengadsorpsi Nunun (2009), daun pare tergolong daun yang
30.43% logam Hg, 1% ekstrak metanol daun permukaannya berbulu, sehingga penjerapan
pare mengadsorpsi 10.22% logam Hg, dan 1% daun pare terhadap logam Pb lebih tinggi
ektrak n-heksana mengadsorpsi 27.15% logam dibandingkan dengan logam Hg. Selain itu,
Hg. Hasil ini memberi informasi bahwa penelitian yang dilakukan selama ini lebih
ekstrak etanol daun pare merupakan ekstrak banyak membandingkan tentang penjerapan
terbaik untuk mengadsorpsi logam Hg dengan logam akibat tingginya polusi udara dengan
hasil penjerapan sebesar 30.43%. indikator air, rambut, dan beberapa tanaman
Pengujian untuk logam Pb pada Gambar 5 yang memang mempunyai kemampuan dalam
menunjukkan bahwa semua ekstrak daun pare menjerap logam. Beberapa contoh tanaman
mampu mengadsorpsi logam timbal (Pb). yang biasa dijadikan sebagai indikator, yaitu
Konsentrasi awal logam Pb sebelum eceng gondok, kangkung, dan bayam (Saeni
penambahan arang aktif dan ekstrak daun 1997). Sampai saat ini belum banyak
pare, yaitu sebesar 1544.41 ppm. Penambahan penelitian yang dilakukan tentang penjerapan
1% arang aktif menyebabkan konsentrasi logam dengan perbandingan pelarut yang
logam Pb berkurang menjadi 909.69 ppm, digunakan.
penambahan 1% ekstrak air menurunkan Uji adsorpsi logam tembaga (Cu)
konsentrasi logam Pb menjadi 956.23 ppm, memberikan hasil yang berbeda dibandingkan
penambahan 1% ekstrak etanol menurunkan dengan uji adsorpsi logam Hg dan Pb
konsentrasi logam Pb menjadi 791.05 ppm, (Gambar 6).
penambahan 1% ekstrak metanol menurunkan
konsentrasi logam Pb menjadi 1007.05 ppm, 8000
[logam] (ppm)
0,1
aan
Emulsifikasi) 0,02
Daya emulsifikasi dalam penelitian ini 0
diukur melalui uji tegangan permukaan. Uji
tegangan permukaan dilakukan untuk melihat
potensi ekstrak dalam membantu menurunkan konsentrasi (%)
tegangan permukaan sehingga memperluas ekstrak air
permukaan cairan. Dalam kehidupan sehari- ekstrak etanol
hari menurunkan tegangan permukaan ekstrak metanol
digunakan dalam membersihakan kotoran di Gambar 7 Hasil uji tegangan permukaan
12