TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
7
b. Morfologi
Daun pare berbentuk bulat telur, berbulu, dan berlikuk. Susunan tulang
daunnya menjari. Tangkai daun tumbuh dari ketiak daun. Panjang tangkai
daun mencapai 7-12 cm. Daunnya berwarna hijau tua dibagian permukaan atas
dan permukaan bawahnya berwarna hijau muda atau kekuningan, letak daun
pare berseling dengan panjag tangkai 1,5-5,3 cm. Daun tunggal, berbentuk
2001). Bunga pare tumbuh dari ketiak daun dan berwarna kuning menyala.
Bunga pare terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang berduri tempel,
halus, dan berambut. Kelopak bunga berbentuk lonceng dan berusuk banyak.
Panjang tangkai bunga jantan mencapai 2-5.5 cm, sedangkan tangkai bunga
betina panjangnya 1-10 cm. Bunga pare dibedakan menjadi bunga jantan dan
bunga betina, bunga jantan memiliki benang sari berjumlah tiga, kepala sari
ruang sari berbentuk seperti huruf S. Bunga betina berbentuk sisik, bakal buah
berparuh panjang, berduri halus, dan berambut panjang; putik berjumlah tiga
buah berlekuk dua ke dalam dan satu diantaranya utuh (Gunawan, 2001).
Buah pare berasal dari bunga pare betina yang telah mengalami proses
berbintil-bintil dan berasa pahit. Bagian buah yang masak berwarna jingga.
Daging buahnya tebal dan di dalamnya terdapat biji yang banyak. Buah bulat
lima dengan panjang 2-5 cm. Daun tunggal, bertangkai dengan panjang 1,5-
5,3 cm, berbentuk bulat panjang berwarna hijau tua. Berbunga tunggal,
bertangkai panjang dan berwarna kuning. Batang tanaman pare memiliki lima
8
rusuk dengan panjang 2-5 cm, batang yang muda memiliki rambut cukup rapat
(Gunawan, 2001).
Akar pada tanaman pare memiliki akar tunggal dan akar berserabut yang
sangat lembut. Sehingga tanaman pare ini lebih cocok untuk dibudidayakan
pada kondisi lahan/ tanah yang berstruktur keras dan berpasir. Pada tanaman
c. Nama Daerah
subtropis dari famili Cucurbitaceae. Pare dalam bahasa Inggris dikenal sebagai
bitter melon, di Cina dikenal dengan papari dan di Hindu-Urdu dikenal dengan
diantaranya Paria, pae, pare pahit, pepareh (Jawa). Prieu, peria, foria, pepare,
kambeh, paria (Sumatera). Paya, paria, truwuk, paita, paliak, pariak, pania,
pepule (Nusa tenggara). Poya, pudu, pentu, paria belenggede, palia (Sulawesi).
(Haryanto, 2009).
d. Kandungan Kimia
serta minyak lemak terdiri atas asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan
9
dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah dan urine. Biji mengandung
e. Khasiat
bisul, abses, demam, sakit lever, kanker, impotensi, sifilis, sembelit dan
manfaat yang terdapat dalam buah pare ini. Manfaat buah pare bagi kesehatan
manusia adalah:
c. Memperlancar pencernaan
B. Definisi Bakteri
selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik
berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus ( nukleus ) dan tidak ada
membran inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut
nukleoi. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas akson
saja. Bakteri juga memiliki DNA ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid
a. Sumber energi, yang diperlukan untuk reaksi – reaksi sintesis yang membutuhkan
b. Sumber karbon
10
c. Sumber nitrogen, sebagian besar untuk sintesis protein dan asam-asam nukleat.
d. Sumber garam-garam anorganik, khususnya folat dan sulfat sebagai anion ; dan
juga vitamin bakteri, dalam jumlah sedikit untuk sintesis metabolik esensial (Koes
Irianto, 2006).
1. Klasifikasi Bakteri
Hasil pewarnaan mencerminkan perbedaan dasar dan kompleks pada sel bakteri
(struktur dinding sel), sehingga dapat membagi bakteri menjadi 2 kelompok, yaitu
sedangkan yang lain seperti salmonella dan shigella merupakan patogen yang
11
permukaan air. Aeromonas banyak ditemukan di air segar dan terkadang
flora normal pada kulit dan selaput lender manusia (Jawezt, 2004).
1. Staphylococcus
kulit dan selaput lendir, yang lain menyebabkan supurasi dan bahkan
12
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus
saprophyticus.
2. Streptococcus
merupakan flora normal manusia tetapi lainnya bisa bersifat patogen pada
mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen
(H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisan luar dari dinding sel yang
1. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
13
Gambar 2. Salmonella typhi (Johnson, 2000)
2. Morfologi
tidak berspora, pada pewarnaan Gram bersifat negatif, ukuran bervariasi sekitar 1-
3,5 µm x 0,5-0,8 µm, besar koloni rata-rata 2-4 mm, mempunyai flagel peritrika
sehingga dapat bergerak aktif, meragikan glukosa dan maltosa tetapi tidak
menjadi nitrit, dan tumbuh pada suasana aerob dan anaerob fakultatif pada suhu
3. Patogenesis
usus. Demam tifoid mempunyai gejala yaitu suhu tubuh meningkat bertingkat
tersebut berada dalam darah hari ke-7 sampai ke-10. Terapi dengan antibiotik
akan menurunkan suhu kembali normal, namun basil tifoid mungkin masih ada
dalam kandung empedu, ginjal, atau limpa karena tidak terjangkau antibiotik. Hal
(Tambayong, 2000).
14
D. Bakteri Streptococcus mutans
biakan yang tua dan bakteri yang mati ini menjadi gram- negatif. Streptococcus
(Samaranayake, 2006).
1. Klasifikasi
Kerajaan : Monera
Divisi : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacilalles
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
2. Morfologi
bergerak dengan bebas dalam kata lain bersifat nonmotil. Bakteri ini mampu
hidup secara aerob maupun anaerob, pada suhu ruangan yakni pada suhu optimal
15
berkisar antara 18oC - 40oC. Sama seperti bakteri pada umumnya, bakteri ini akan
mati jika suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah.Dinding sel bakteri ini tersusun
atas zat protein, karbohidrat, dan peptidoglikan yang tebal. Oleh sebab itu, bakteri
memiliki ukuran tubuh layaknya ukuran tubuh bakteri pada umumnya. Namun sel
tubuh bakteri ini tumbuh membentuk pola seperti rantai, yang biasanya terdiri dari
3. Patogenesis
Jenis bakteri ini yang menyebabkan rongga atau lubang pada gigi. Pembentukkan
karies gigi ini diawali dengan penguraian plak (sisa-sisa makanan) pada gigi oleh
bakteri Streptococcus mutans. Selain itu, perilaku menggosok gigi yang tidak
benar juga menjadi salah satu faktor penyebab terbentuknya karies. Untuk
mendapatkan hasil optimal, menggosok gigi baik dan benar adalah setiap hari
pada waktu pagi hari sesudah sarapan pagi dan pada waktu malam hari sebelum
menggosok gigi setiap hari ada waktu mandi pagi atau sore. Proporsi masyarakat
yang menggosok gigi sesuai dengan aturan yang benar hanya 41,3% (Irianto,
2013).
E. Pengertian Ekstraksi
diinginkan dari suatu bahan dengan cara pemisahan satu atau lebih komponen dari
suatu bahan yang merupakan sumber komponennya. Pada umumnya ekstraksi akan
semakin baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan pelarut
semakin luas. Dengan demikian, semakin halus serbuk simplisia maka akan semakin
16
baik ekstraksinya. Selain luas bidang, ekstraksi juga dipengaruhi oleh sifat fisik dan
Beberapa metode yang banyak digunakan untuk ekstraksi bahan alam antara lain:
a. Maserasi
merendam simplisia dalam pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup. Pengadukan
menyeluruh juga dapat menghabiskan sejumlah besar volume pelarut yang dapat
efisien jika kurang terlarut pada suhu kamar (27oC). Ekstraksi secara maserasi
b. Perkolasi
selular simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang
umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Perkolasi cukup sesuai, baik untuk
2006).
c. Soxhlet
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel.
Dengan demikian, metabolit sekunder yang ada di dalam sitoplasma akan terlarut
ke dalam pelarut organik. Larutan itu kemudian menguap ke atas dan melewati
17
pendingin udara yang akan mengembunkan uap tersebut menjadi tetesan yang
akan terkumpul kembali. Bila larutan melewati batas lubang pipa samping soxhlet
maka akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang berulang itulah yang menghasilkan
d. Refluks
dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu
dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan
diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam
simplisia tersebut. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali
e. Digesti
yang lebih tinggi dari suhu ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada suhu 40-
f. Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air (bejana
infus tercelup dalam penangas air mendidih), suhu terukur (96-98oC) selama
g. Dekoktasi
Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama dan suhu sampai titik
didih air, yaitu pada suhu 90-100oC selama 30 menit (Departemen Kesehatan RI,
2006).
18
F. Pengertian Sterilisasi
termasuk spora. Penguapan dengan tekanan, gas etilen oksida (ETO), dan kimia
merupakan agens sterilisasi yang paling umum. Pada prinsipnya sterilisasi dapat
dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau
terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat
“bejana/ruang panas” (oven dengan temperatur 170o – 180oC dan waktu yang
larutan formalin).
c. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan
tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan
saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi
terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (Suriawiria,
2005).
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar yang
mikroorganisme oleh antimikroba pada permukaan media agar. Metoda difusi ini
19
a. Cara Silinder Flat
Cara ini dengan memakai alat penghadang berupa silinder kawat. Pada
inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Setelah inkubasi, pencadang silinder
2005).
b. Cara Cakram
Cakram kertas yang berisi antibiotik diletakkan pada media agar yang
telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut
(Dwidjoseputro, 2005).
Cara ini juga sama dengan cara cakram, dimana dibuat sumur pada media
agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut
H. Hipotesis
Keterangan :
20
21
22