Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Variabel Penelitian

1. Uraian Daun Pare

a. Klasifikasi Tanaman Pare (Momordica charantia L.)

Adapun klasifikasi dari tumbuhan pare (Momordica charantia L) sebagai

berikut, (Tati et al, 2004) :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Devisi : Spermatophyta

Devisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae

Ordo : Violales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Momordica

Spesies : Momordica charantia L.

Gambar 1. Daun Pare (Momordica charantia L (Dokumentasi pribadi)

7
b. Morfologi

Daun pare berbentuk bulat telur, berbulu, dan berlikuk. Susunan tulang

daunnya menjari. Tangkai daun tumbuh dari ketiak daun. Panjang tangkai

daun mencapai 7-12 cm. Daunnya berwarna hijau tua dibagian permukaan atas

dan permukaan bawahnya berwarna hijau muda atau kekuningan, letak daun

pare berseling dengan panjag tangkai 1,5-5,3 cm. Daun tunggal, berbentuk

membulat dengan pangkal bentk jantung, garis tengah 4-7 cm (Gunawan,

2001). Bunga pare tumbuh dari ketiak daun dan berwarna kuning menyala.

Bunga pare terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang berduri tempel,

halus, dan berambut. Kelopak bunga berbentuk lonceng dan berusuk banyak.

Panjang tangkai bunga jantan mencapai 2-5.5 cm, sedangkan tangkai bunga

betina panjangnya 1-10 cm. Bunga pare dibedakan menjadi bunga jantan dan

bunga betina, bunga jantan memiliki benang sari berjumlah tiga, kepala sari

berwarna orange, semua bergandengan menjadi satu kemudian menjadi lepas;

ruang sari berbentuk seperti huruf S. Bunga betina berbentuk sisik, bakal buah

berparuh panjang, berduri halus, dan berambut panjang; putik berjumlah tiga

buah berlekuk dua ke dalam dan satu diantaranya utuh (Gunawan, 2001).

Buah pare berasal dari bunga pare betina yang telah mengalami proses

penyerbukan. Buah ini berbentuk bulan memanjang dengan permukaan

berbintil-bintil dan berasa pahit. Bagian buah yang masak berwarna jingga.

Daging buahnya tebal dan di dalamnya terdapat biji yang banyak. Buah bulat

memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjang 8-30 cm, rasa pahit,

berwarna hijau, menjadi jingga bila masak (Dalimartha, 2008).Batang berusuk

lima dengan panjang 2-5 cm. Daun tunggal, bertangkai dengan panjang 1,5-

5,3 cm, berbentuk bulat panjang berwarna hijau tua. Berbunga tunggal,

bertangkai panjang dan berwarna kuning. Batang tanaman pare memiliki lima

8
rusuk dengan panjang 2-5 cm, batang yang muda memiliki rambut cukup rapat

(Gunawan, 2001).

Akar pada tanaman pare memiliki akar tunggal dan akar berserabut yang

sangat lembut. Sehingga tanaman pare ini lebih cocok untuk dibudidayakan

pada kondisi lahan/ tanah yang berstruktur keras dan berpasir. Pada tanaman

pare ini mempunyai akar yang berwarna putih (Gunawan, 2001).

c. Nama Daerah

Pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman tropis dan

subtropis dari famili Cucurbitaceae. Pare dalam bahasa Inggris dikenal sebagai

bitter melon, di Cina dikenal dengan papari dan di Hindu-Urdu dikenal dengan

karela. Tanaman pare banyak ditemukan di Asia selatan, Asia Tenggara,

China, Afrika, dan Karibea (Agoes, 2010).

Di berbagai daerah Indonesia pare dikenal dengan berbagai nama,

diantaranya Paria, pae, pare pahit, pepareh (Jawa). Prieu, peria, foria, pepare,

kambeh, paria (Sumatera). Paya, paria, truwuk, paita, paliak, pariak, pania,

pepule (Nusa tenggara). Poya, pudu, pentu, paria belenggede, palia (Sulawesi).

Papariane, pariane, papari, kakariano, taparipong, papariano, popare, pepare

(Haryanto, 2009).

d. Kandungan Kimia

Daun pare mengandung senyawa momordicine, momordin,

charantine, asam trikosanik, resin, asam resinat, saponin, vitamin A dan C

serta minyak lemak terdiri atas asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan

lemak oleostearat. Buah mengandung fixed oil, insulin like peptide,

glykosides (momordine dan charantine), alkaloid (momordicine),

hydroxytryptamine, vitamin A, B dan C, peptide yang menyerupai insuline

9
dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah dan urine. Biji mengandung

momordicine (Dalimartha, 2008).

e. Khasiat

Tanaman ini berkhasiat sebagai obat batuk, radang tenggorokan, sakit

mata merah, malaria, menambah nafsu makan, diabetes, rematik, sariawan,

bisul, abses, demam, sakit lever, kanker, impotensi, sifilis, sembelit dan

cacingan (Utami P, 2008).Rasa buah pahit ini yang menimbulkan beberapa

manfaat yang terdapat dalam buah pare ini. Manfaat buah pare bagi kesehatan

manusia adalah:

a. Dapat merangsang nafsu makan

b. Dapat menyembuhkan penyakit kuning

c. Memperlancar pencernaan

d. dan sebagai obat malaria, (Frendli, 2007).

B. Definisi Bakteri

Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki

selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik

berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus ( nukleus ) dan tidak ada

membran inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut

nukleoi. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas akson

saja. Bakteri juga memiliki DNA ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid

yang berbentuk kecil dan sirkuler ( Jawetz, 2004) .

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah

a. Sumber energi, yang diperlukan untuk reaksi – reaksi sintesis yang membutuhkan

energi dalam pertumbuhan dan restorasi, pemeliharaan keseimbangan cairan,

gerak dan sebagainya.

b. Sumber karbon

10
c. Sumber nitrogen, sebagian besar untuk sintesis protein dan asam-asam nukleat.

d. Sumber garam-garam anorganik, khususnya folat dan sulfat sebagai anion ; dan

potasium, sodium magnesium, kalsium, besi, mangan sebagai kation.

e. Bakteri-bakteri tertentu membutuhkan faktor-faktor tumbuh tambahan, disebut

juga vitamin bakteri, dalam jumlah sedikit untuk sintesis metabolik esensial (Koes

Irianto, 2006).

1. Klasifikasi Bakteri

Untuk memahami beberapa kelompok organisme, diperlukan klasifikasi. Tes

biokimia, pewarnaan gram, merupakan kriteria yang efektif untuk klasifikasi.

Hasil pewarnaan mencerminkan perbedaan dasar dan kompleks pada sel bakteri

(struktur dinding sel), sehingga dapat membagi bakteri menjadi 2 kelompok, yaitu

bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif (Jawezt, 2004).

a. Bakteri Gram Negatif Berbentuk Batang (Enterobacteriacea).

Bakteri gram negatif berbentuk batang habitatnya adalah usus manusia

dan binatang. Enterobacteriaceae meliputi Escherichia, Shigella, Salmonella,

Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Proteus). Beberapa organisme seperti

Escherichia coli merupakan flora normal dan dapat menyebabkan penyakit,

sedangkan yang lain seperti salmonella dan shigella merupakan patogen yang

umum bagi manusia.

1. Pseudomonas, Acinobacter dan Bakteri Gram Negatif Lain. Pseudomonas

aeruginosa bersifat invasif dan toksigenik. Mengakibatkan infeksi pada

pasien dengan penurunan daya tahan tubuh dan merupakan patogen

nosokomial yang penting .

2. Vibrio Campylobacter, Helicobacter, dan Bakteri lain yang berhubungan.

Mikroorganisme ini merupakan spesies berbentuk batang Gram-negatif

yang tersebar luas di alam. Vibrio ditemukan didaerah perairan dan

11
permukaan air. Aeromonas banyak ditemukan di air segar dan terkadang

pada hewan berdarah dingin.

3. Haemophilus , Bordetella, dan Brucella

Gram negatif Hemophilis influenza tipe b merupakan patogen bagi

manusia yang penting.

4. Yersinia, Franscisella dan Pasteurella.

Berbentuk batang pendek Gram-negatif yang pleomorfik. Organisme ini

bersifat katalase positif, oksidase positif, dan merupakan bakteri anaerob

fakultatif (Jawetz, 2004).

b. Bakteri Gram positif

Bakteri gram positif pembentuk spora : Spesies Bacillus dan

Clostridium.Kedua spesies ini terdapat dimana-mana, membentuk spora,

sehingga dapat hidup di lingkungan selama bertahun-tahun. Spesies Basillus

bersifat aerob, sedangkan Clostridium bersifat anaerob obligat.

Bakteri gram-positif tidak membentuk spora: Spesies

Corynebacterium, Listeria, Propionibacterium, Actinomycetes. Beberapa

anggota genus Corynebacterium dan kelompok Propionibacterium merupakan

flora normal pada kulit dan selaput lender manusia (Jawezt, 2004).

1. Staphylococcus

Berbentuk bulat, biasanya tersusun bergerombol yang tidak teratur

seperti anggur. Beberapa spesies merupakan anggota flora normal pada

kulit dan selaput lendir, yang lain menyebabkan supurasi dan bahkan

septikemia fatal. Staphylococcus yang patogen sering menghemolisis

darah, mengkoagulasi plasma dan menghasilkan berbagai enzim

ekstraseluler. Tipe Staphylococcus yang berkaitan dengan medis adalah

12
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus

saprophyticus.

2. Streptococcus

Merupakan bakteri gram-positif berbentuk bulat yang mempunyai

pasangan atau rantai pada pertumbuhannya. Beberapa streptococcus

merupakan flora normal manusia tetapi lainnya bisa bersifat patogen pada

manusia. Ada 20 spesies diantaranya ; Streptococcus pyogenes,

Streptococcus agalactiae, dan jenis Enterococcus (Jawetz,2004).

C. Bakteri Salmonella typhi

Salmonella typhi adalah bakteri gram negatif, mempunyai flagela, tidak

berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Salmonella typhi

mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen

(H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari

polisakarida. Selain itu, Salmonella typhi mempunyai makromolekular

lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisan luar dari dinding sel yang

dinamakan endotoksin (Soedarmo et al., 2010).

1. Klasifikasi

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Classis : Gamma proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Familia : Enterobacteriaceae

Genus : Salmonella

Species : Salmonella typhi (Johnson, 2000)

13
Gambar 2. Salmonella typhi (Johnson, 2000)

2. Morfologi

Salmonella typhi merupakan golongan bakteri berbentuk batang, bergerak,

tidak berspora, pada pewarnaan Gram bersifat negatif, ukuran bervariasi sekitar 1-

3,5 µm x 0,5-0,8 µm, besar koloni rata-rata 2-4 mm, mempunyai flagel peritrika

sehingga dapat bergerak aktif, meragikan glukosa dan maltosa tetapi tidak

meragikan laktosa atau sukrosa, memproduksi hydrogen sulfide, mereduksi nitrat

menjadi nitrit, dan tumbuh pada suasana aerob dan anaerob fakultatif pada suhu

15-41°C dengan pH pertumbuhan 6-8 (Jawetz et al., 2005).

3. Patogenesis

Salmonella typhi masuk bersamaan dengan makanan atau minuman, yang

selanjutnya masuk kedalam lambung dan bersarang dijaringan limfoid dinding

usus. Demam tifoid mempunyai gejala yaitu suhu tubuh meningkat bertingkat

sampai 40°C, umumnya nyeri diperut, konstipasi (kadang–kadang diare). Bakteri

tersebut berada dalam darah hari ke-7 sampai ke-10. Terapi dengan antibiotik

akan menurunkan suhu kembali normal, namun basil tifoid mungkin masih ada

dalam kandung empedu, ginjal, atau limpa karena tidak terjangkau antibiotik. Hal

tersebut bisa menyebabkan carrier kejadian demam tifoid terulang kembali

(Tambayong, 2000).

14
D. Bakteri Streptococcus mutans

Streptococcus mutans merupakan bakteri gram-positif. Akan tetapi, pada

biakan yang tua dan bakteri yang mati ini menjadi gram- negatif. Streptococcus

memperoleh asupan energi dari gula. Streptococcus mutans dapat diklasifikasikan

menjadi Streptococcus α-hemolitik dan β-hemolitik. Streptococcus mutans sendiri

masuk kedalam α-hemolitik golongan Streptococcus viridans (Jawetz et al., 2005),

tetapi terkadang Streptococcus mutans juga memiliki sifat non-hemolitik

(Samaranayake, 2006).

1. Klasifikasi

Kerajaan : Monera

Divisi : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacilalles

Famili : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus mutans (Nugraha, 2008).

Gambar 3. Streptococcus mutans (Nugraha, 2008)

2. Morfologi

Bakteri Streptococcus mutans merupakan jenis bakteri yang tidak dapat

bergerak dengan bebas dalam kata lain bersifat nonmotil. Bakteri ini mampu

hidup secara aerob maupun anaerob, pada suhu ruangan yakni pada suhu optimal

15
berkisar antara 18oC - 40oC. Sama seperti bakteri pada umumnya, bakteri ini akan

mati jika suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah.Dinding sel bakteri ini tersusun

atas zat protein, karbohidrat, dan peptidoglikan yang tebal. Oleh sebab itu, bakteri

ini termasuk dalam kelompok bakteri bergram positif. Streptococcus mutans

memiliki ukuran tubuh layaknya ukuran tubuh bakteri pada umumnya. Namun sel

tubuh bakteri ini tumbuh membentuk pola seperti rantai, yang biasanya terdiri dari

empat sel bakteri (Irianto, 2013).

3. Patogenesis

Penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus mutans adalah karies gigi.

Jenis bakteri ini yang menyebabkan rongga atau lubang pada gigi. Pembentukkan

karies gigi ini diawali dengan penguraian plak (sisa-sisa makanan) pada gigi oleh

bakteri Streptococcus mutans. Selain itu, perilaku menggosok gigi yang tidak

benar juga menjadi salah satu faktor penyebab terbentuknya karies. Untuk

mendapatkan hasil optimal, menggosok gigi baik dan benar adalah setiap hari

pada waktu pagi hari sesudah sarapan pagi dan pada waktu malam hari sebelum

tidur. Berdasarkan data Riskesdas (2007) pada umumnya 90,7% masyarakat

menggosok gigi setiap hari ada waktu mandi pagi atau sore. Proporsi masyarakat

yang menggosok gigi sesuai dengan aturan yang benar hanya 41,3% (Irianto,

2013).

E. Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan komponen senyawa yang

diinginkan dari suatu bahan dengan cara pemisahan satu atau lebih komponen dari

suatu bahan yang merupakan sumber komponennya. Pada umumnya ekstraksi akan

semakin baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan pelarut

semakin luas. Dengan demikian, semakin halus serbuk simplisia maka akan semakin

16
baik ekstraksinya. Selain luas bidang, ekstraksi juga dipengaruhi oleh sifat fisik dan

kimia simplisia yang bersangkutan (Ahmad, 2006).

Beberapa metode yang banyak digunakan untuk ekstraksi bahan alam antara lain:

a. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengadukan pada suhu ruangan. Prosedurnya dilakukan dengan

merendam simplisia dalam pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup. Pengadukan

dilakukan dapat meningkatkan kecepatan ekstraksi. Kelemahan dari maserasi

adalah prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Ekstraksi secara

menyeluruh juga dapat menghabiskan sejumlah besar volume pelarut yang dapat

berpotensi hilangnya metabolit. Beberapa senyawa juga tidak terekstraksi secara

efisien jika kurang terlarut pada suhu kamar (27oC). Ekstraksi secara maserasi

dilakukan pada suhu kamar (27oC), sehingga tidak menyebabkan degradasi

metabolit yang tidak tahan panas (Departemen Kesehatan RI, 2006).

b. Perkolasi

Perkolasi merupakan proses mengekstraksi senyawa terlarut dari jaringan

selular simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang

umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Perkolasi cukup sesuai, baik untuk

ekstraksi pendahuluan maupun dalam jumlah besar (Departemen Kesehatan RI,

2006).

c. Soxhlet

Metode ekstraksi soxhlet adalah metode ekstraksi dengan prinsip

pemanasan dan perendaman sampel. Hal itu menyebabkan terjadinya pemecahan

dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel.

Dengan demikian, metabolit sekunder yang ada di dalam sitoplasma akan terlarut

ke dalam pelarut organik. Larutan itu kemudian menguap ke atas dan melewati

17
pendingin udara yang akan mengembunkan uap tersebut menjadi tetesan yang

akan terkumpul kembali. Bila larutan melewati batas lubang pipa samping soxhlet

maka akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang berulang itulah yang menghasilkan

ekstrak yang baik (Departemen Kesehatan RI, 2006).

d. Refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari

dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu

dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan

diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam

simplisia tersebut. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali

diekstraksi selama 4 jam (Departemen Kesehatan RI, 2006).

e. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada suhu

yang lebih tinggi dari suhu ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada suhu 40-

50oC (Departemen Kesehatan RI, 2006).

f. Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air (bejana

infus tercelup dalam penangas air mendidih), suhu terukur (96-98oC) selama

waktu tertentu (15-20 menit) (Departemen Kesehatan RI, 2006).

g. Dekoktasi

Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama dan suhu sampai titik

didih air, yaitu pada suhu 90-100oC selama 30 menit (Departemen Kesehatan RI,

2006).

18
F. Pengertian Sterilisasi

Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan seluruh mikroorganisme,

termasuk spora. Penguapan dengan tekanan, gas etilen oksida (ETO), dan kimia

merupakan agens sterilisasi yang paling umum. Pada prinsipnya sterilisasi dapat

dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik, dan kimiawi.

a. Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang

dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau

terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat

“bejana/ruang panas” (oven dengan temperatur 170o – 180oC dan waktu yang

digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas).

b. Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol,

larutan formalin).

c. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan

tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan

saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi

terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (Suriawiria,

2005).

G. Metode Uji Antimikroba

1. Metode Difusi Agar

Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar yang

digunakan untuk menentukan aktivitas antimikroba. Kerjanya dengan mengamati

daerah yang bening, yang mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

mikroorganisme oleh antimikroba pada permukaan media agar. Metoda difusi ini

dibagi atas beberapa cara (Dwidjoseputro, 2005):

19
a. Cara Silinder Flat

Cara ini dengan memakai alat penghadang berupa silinder kawat. Pada

permukaan media pembenihan mikroba dibiakkan secara merata lalu diletakkan

pencadang silinder harus benar-benar melekat pada media, kemudian di

inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Setelah inkubasi, pencadang silinder

diangkat dan diukur daerah hambat pertumbuhan mikroba (Dwidjoseputro,

2005).

b. Cara Cakram

Cakram kertas yang berisi antibiotik diletakkan pada media agar yang

telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut

(Dwidjoseputro, 2005).

c. Cara Cup Plat

Cara ini juga sama dengan cara cakram, dimana dibuat sumur pada media

agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut

diberi antibiotik yang akan di uji (Dwidjoseputro, 2005).

H. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah :

P > 0,05 H0 diterima, Ha ditolak

P < 0,05 H0 ditolak, Ha diterima

Keterangan :

H0 = Ekstrak daun pare (Momordica charantia) memiliki efektivitas antibakteri

terhadap bakteri Salmonella typhi dan Streptococcus mutans.

Ha = Ekstrak daun pare (Momordica charantia) memiliki efektivitas antibakteri

terhadap bakteri Salmonella typhi dan Streptococcus mutans.

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai