FARMAKOTERAPI II
Oleh :
Dosen :
2017
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah atas kekuasaan dan kesempatan yang diberikan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Infeksi Saluran
Kemih” sebagai salah satu pemenuhan tugas dari mata kuliah farmakoterapi II.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………….................... … 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………….... … 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………... … 3
BAB I PENDAHULUAN
1.4. Manfaat……………………………………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi……..……….......…........…………………………....….....…. 6
2.2 Epidemiologi ……...........................................................................…. 8
2.3 Etiologi………………………………….........……........……………. 8
2.4 Patofisiologi…...…….................................................………………. 9
2.5 tanda dan gejala……………………………….. …………………. 10
2.6 diagnosa……………………………………..……………………….. 11
2.7 penatalaksanaan……………………………………………………… 12
2.8 kasus………………………………………………………………… 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….………. … 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit infeksi yang terjadi di Indonesia adalah infeksi saluran kemih.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki
maupun perempuan dari semua umur baik pada anak, remaja, dewasa maupun umur lanjut
(Tessy dkk, 2004)
Bakteri patogen penyebab infeksi saluran kemih seringkali dapat diperkirakan, dan E.
coli merupakan bakteri patogen utama baik pada pasien rawat jalan maupun rawat inap (Sahm, et
al.,2001). Staphylococcus saprophyticus, Klebsiella spp., Proteus spp., Enterococcus spp. dan
Enterobacter spp., merupakan patogen lain yang menjadi penyebab infeksi saluran kemih, namun
jarang ditemukan (Sahm, et al., 2001)
Prevalensi penyakit infeksi saluran kemih cukup beragam pada tingkatan usia dan jenis
kelamin, biasanya ditandai dengan adanya bakteri dalam jumlah tertentu di urin (bakteriuria)
yang tidak lazim ditemukan dalam kondisi normal. Pada bayi baru lahir sampai usia enam bulan
misalnya, prevalensi infeksi saluran kemih pada rentang usia ini hanya sekitar 1% dan umumnya
diderita oleh bayi laki-laki. Kejadian infeksi pada bayi dihubungkan dengan abnormalitas
struktur dan fungsional saluran kemihnya, kelainan anatomi dan fungsional saluran kemih
diyakini sebagai salah satu faktor resiko terkena infeksi saluran kemih. Pada usia 1 sampai 5
tahun prevalensinya meningkat antara pria dan wanita masing-masing sekitar 4,5% dan 0,5% dan
sekitar 8% wanita pernah mendapat infeksi saluran kemih pada masa kanak-kanaknya. Pada
masa remaja, prevalensi infeksi saluran kemih meningkat secara dramatis dari 1% sebelum puber
hingga menjadi 4% pada masa setelah puber. Kenaikan ini pada umumnya dihubungkan dengan
perilaku seksual, dimana pada usia pertumbuhan sebagian remaja sudah mulai melakukan
aktivitas seksual (Coyle dan Prince, 2005)
ISK merupakan jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi dirumah sakit, sejumlah
40% infeksi nosokomial adalah ISK dan 80% ISK terjadi setelah terpasang kateterisasi
4
(Darmadi, 2008). Schaffer (2007) menjelaskan sekitar 66% - 86% infeksi nosokomial jenis ISK
terjadi setelah instrumentasi traktus urinarius, adanya kateter indwelling dalam traktus urinarius
dapat menimbulkan infeksi. Pemakaian kateter dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
(Weber R, 2004)
Di dalam pemilihan antibiotik untuk pengobatan infeksi saluran kemih juga sangat
penting untuk mempertimbangkan peningkatan resistensi E.coli dan patogen lain terhadap
beberapa antibiotik (Coyle dan Prince., 2005). Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya
kuman resisten terhadap antibiotik, faktor yang paling penting adalah faktor penggunaan
antibiotik dan pengendalian infeksi. Oleh karena itu penggunaan antibiotik secara bijaksana
merupakan hal yang sangat penting, di samping penerapan pengendalian infeksi secara baik
untuk mencegah berkembangnya kuman-kuman tersebut ke masyarakat (Hadi., 2006).
Pengetahuan tentang penyebab dan penatalaksanan terhadap infeksi saluran kemih ini juga
sangta penting untuk diketahui oleh semua masyrakat. Untuk itu dibuatlah makalah tentang ISK
yang akan membantu masyarakat mengetahui dan mengenal penyakit ISK.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sebagai penambahan
informasi secara keseluruhan tentang Infeksi Saluran Kemih.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pielonefritis adalah penyakit yang sebenarnya merupakan bagian dari Infeksi Saluran
Kemi, namun lebih dikenal dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK), ISK merupakan infeksi
bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal
(Brunner & Suddarth, 2002)
Infeksi Saluran Kemih adalah keadaan ditemukannya mikrorganisme di dalam urin dalam
jumlah tertentu. Dalam keadaan normal, urin juga mengandung mikroorganisme, umumnya
sekitar 102 bakteri/ml urin. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung
lebih dari 105 bakteri/ml (Coyle dan Prince., 2005)
Dari segi anatomi infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu
6
b. Pyelonefritis kronis
Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat
inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan
terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk
jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi.
Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang
gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita
hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi
ureter karena uterus yang membesar
Dari segi iklinik infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu :
7
2.2 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih pada masa neonatus bermanifestasi setelah 72 jam kehidupan.
Insidensinya berkisar antara 0,1 sampai 1% pada semua neonatus. Lebih sering pada anak lelaki
dan neonatus preterm dan dapat meningkat menjadi 10% pada bayi berat badan lahir rendah.
Pada usia 1 sampai 5 tahun prevalensinya meningkat antara pria dan wanita masing-masing
sekitar 4,5% dan 0,5% dan sekitar 8% wanita pernah mendapat infeksi saluran kemih pada masa
kanak-kanaknya. Pada masa remaja, prevalensi infeksi saluran kemih meningkat secara dramatis
dari 1% sebelum puber hingga menjadi 4% pada masa setelah puber. Kenaikan ini pada
umumnya dihubungkan dengan perilaku seksual, dimana pada usia pertumbuhan sebagian
remaja sudah mulai melakukan aktivitas seksual.
Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun, perempuan cenderung
menderita ISK disbanding laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali
disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih sering ditemukan
pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah 1% meningkat menjadi 5% selama periode
aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-laki
maupun perempuan bila disertai faktor pencetus
2.3 Etiologi
a. Escherichia coli menyebabkan 75% ISK tanpa komplikasi dan bakteri ini juga sering
ditemukan pada ISK dengan komplikasi.
b. Proteus yaitu suatu batang Gram negatif yang menyebabkan urin basa dan memudahkan
pembentukan batu struvit.
c. Klebsiella sering menyebabkan ISK tanpa komplikasi yang didapatkan dari komunitas.
d. Enterococcus penyebab terbanyak ISK akibat bakteri Gram positif, sering disebabkan
oleh terapi dengan antibiotika sebelumnya, pemasangan instrumen urologis, atau uropati
obstruktif.
e. Pseudomonas sering disebabkan oleh uropati obstruktif.
f. Staphylococcus (pada pasien yang menderita diabetes) mungkin mengindikasikan
adanya abses intrarenal atau “tumpahan” dari bakteremia alih-alih ISK yang sebenarnya
(Saputra., 2010)
8
2.4 Patofisiologi
Etiologi Pielonefritis multifaktorial dan secara jelas menunjukkan tidak seimbangnya
antara pejamu dan patogen. Penyebaran bakteri secara hematogen pada saluran kemih mungkin
dapat muncul meskipun sangat jarang. Kebanyakan pielonefritis berasal dari kandung kencing
kemudian asenden sehingga menyebabkan pielonefritis.
Ketika bakteri masuk kedalam parenkim ginjal dengan tekanan yang sangat tinggi, daerah
fokal infeksi dan inflamasi semakin berkembang dan beberapa tahap kompleks inflamasi
bertingkat terbentuk. Bila proses ini tidak dicegah dengan pengobatan, hal ini dapat
menyebabkan kerusakan ginjal berat atau jaringan parut. Lebih lanjut, bila infeksi berulang terus
menerus tanpa terapi yang adekuat, hasil jangka panjang adanya jaringan parut ginjal yang
signifikan, yang lebih ekstrim lagi menyebabkan refluk nephropahy, yang menyebabkan end
stage renal disease.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air
kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke
kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau
pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari
bagian tubuh lainnya melalui aliran darah
Pada infeksi saluran kemih, bakteri telah mencapai kandung kencing dan atau ginjal yang
menyebabkan respon lokal pejamu. Diperkirakan infeksi bakteri meningkatkan respon sitokin
Interleukin-6 lainnya yang diperantarai mediator pejamu. Berdasarkan penelitian di Denver
tahun 2010, IL -6 urin meningkat dalam 6 jam pertama setelah terjadinya proses infeksi dengan
tingkat sensitifitas 88%, 22 sedangkan dari hasil penelitian di swedia tahun 1997, menyatakan
adanya peningkatan IL-6 di urin pada 24 jam pertama proses infeksi dan tetap meningkat setelah
6 jam dimulainya terapi serta IL-6 serum meningkat lebih lama pada pasien bakterinemia.
9
Secara ringkas dapat dilihat pada gambar 3 yang menerangkan patofisiologi pielonefritis
yang disebabkan oleh Escherichia coli sebagai berikut ini
10
c. Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut berkontraksi
kuat.
d. Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang disebabkan
oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena
lewatnya batu ginjal.
e. Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk
dikenali.
f. Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan demam
hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali.
2.6 Diagnosa
Diagnosis pada infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria
positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 -103 organisme
koliform / mL urin plus piuria
b. Biakan bakteri
c. Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran
tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat).
11
b. Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria.
c. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin
normal menjadi nitrit. Praktis semua gram negatif dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit,
yang tampil sebagai perubahan warna tertentu pada strip. Kuman-kuman grampositif tidak
terdeteksi.
d. Penyakit Menular Seksual (PMS):Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual
(misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
7. Tes ABC (Antibody Coated Bacteria) adalah cara imunologi guna menentukan infeksi saluran
kemih yang letaknya lebih tinggi. Dalam hal ini tubuli secara lokal membentuk antibodies
terhadap kuman, yang bereaksi dengan antigen yang berada di dinding kuman. Kompleks yang
terbentuk dapat diperlihatkan dengan cara imunofluoresensi
(Tjay dan Rahardja, 2007).
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan dan pengobatan infeksi saluran kemih adalah untuk menurunkan morbiditas
berupa simptom, pengangkatan bakteri penyebab, mencegah agar tidak terjadi rekurensi dan
kerusakan struktur orga n saluran kemih (Junizaf, et al., 1994)
Berikut adalah beberapa agen antimikroba yang biasa digunakan untuk pengobatan infeksi
saluran kemih :
1) Kotrimoksazol (Trimetropim-Sulfametoksazol)
12
Trimetropim dan sulfametoksazol menghambat reaksi enzimatik obligat pada dua
tahap yang berurutan pada mikroba sehingga kombinasi kedua obat memberikan efek
sinergi. Kombinasi ini lebih dikenal dengan nama kotrimoxazol yang sangat berguna
untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Trimetoprim pada umumnya 20-100 kali lebih
poten daripada sulfametoksazol sehingga sediaan kombinasi diformulasikan untuk
mendapatkan sulfametoksazol in vivo 20 kali lebih besar daripada trimetoprim
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik., 2007).
2) Fluoroquinolon
Fluoroquinolon efektif untuk infeksi saluran kemih dengan atau tanpa penyulit
termasuk yang disebabkan oleh kuman-kuman yang multiresisten dan P. aeruginosa
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007). Fluoroquinolon merupakan agen yang
efektif untuk infeksi saluran kemih walaupun infeksiinfeksi itu disebabkan oleh bakteri
yang resisten terhadap banyak obat seperti pseudomonas (Katzung., 2004).
Ciprofloxacin, levofloxacin, norfloxacin dan ofloxacin merupakan kelompok
fluoroquinolon lama yang mempunyai daya antibakteri jauh lebih kuat dibandingkan
kelompok quinolon lama. Kelompok fluoroquinolon lama ini mempunyai daya
antibakteri yang sangat kuat terhadap E. coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus, H.
influenzae. Providencia, Serratia, Salmonella, N. meningitidis, N. gonorrhoeae, B.
catarrhalis dan Yersinia enterocolitica (Departemen Farmakologi dan Terapeutik.,
2007).
3) Ciprofloxacin
Ciprofloxacin aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Ciprofloxacin
terutama aktif terhadap kuman Gram negatif termasuk Salmonella, Shigella,
Campilobakter, Neisseria, dan Pseudomonas. Penggunaan ciprofloxacin termasuk untuk
infeksi saluran napas, saluran kemih, sistem pencernaan, dan gonore serta septikemia
oleh organisme yang sensitif (BPOM., 2008).
4) Ofloxacin
Ofloxacin digunakan untuk infeksi saluran kemih, saluran nafas bagian bawah,
gonoroe, uretritis, dan serfisitis non gonokokkus (BPOM., 2008).
13
5) Levofloxacin
Levofloxacin aktif terhadap organisme Gram positif dan Gram negatif. Memiliki
aktifitas yang lebih besar terhadap Pneumokokkus dibandingkan ciprofloxacin (BPOM.,
2008).
6) Norfloxacin
Nofloxacin adalah kelompok fluoroquinolon yang paling tidak efektif terhadap
organisme Gram negatif maupun Gram positif dengan MIC yang empat kali sampai
delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang dimiliki oleh ciprofloxacin yang
merupakan prototipe obat tersebut (Katzung., 2004).
7) Sefalosporin
Spektrum kerja sefalosporin luas dan meliputi banyak kuman Gram positif dan
Gram negatif termasuk E. coli, Klebsiella, dan Proteus. Berkhasiat bakterisid dalam fase
pertumbuhan kuman berdasarkan penghambat sintesa peptidoglikan yang diperlukan
kuman untuk ketangguhan dindingnya. Kepekaannya terhadap beta-laktamase lebih
rendah daripada penisilin (Tjay dan Rahardja.,2007).
Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi berdasarkan aktifitas antimikrobanya.
Sefalosporin aktif terhadap kuman Gram positif maupun Gram negatif tetapi spektrum
antimikroba masing-masing derivat bervariasi. Sefalosporin generasi ketiga dalam
bentuk tunggal atau kombinasi dengan aminoglikosida merupakan obat pilihan utama
untuk infeksi berat oleh Klebsiella, Enterobacter, Proteus, Provedencia, Serratia dan
Haemophillus spesies (Departemen Farmakologi dan Terapeutik., 2007).
8) Aminoglikosida
Aminoglikosida merupakan antibiotik dengan spektrum luas tetapi tidak boleh
digunakan pada setiap jenis infeksi oleh kuman yang sensitif karena resistensi terhadap
aminoglikosida relatif cepat berkembang, toksisitasnya relatif tinggi, dan tersedianya
berbagai antibiotik lain yang cukup efektif dan toksisitasnya lebih rendah. Gentamisin
yang sudah cukup luas digunakan dibeberapa tempat sudah menunjukkan resistensi
yang cukup tinggi (Departemen Farmakologi dan Terapeutik., 2007).
14
Penggunaan antibiotik untuk pengobatan infeksi saluran kemih pada pasien dewasa
menurut Guidelines on Urological Infections tahun 2010 dan Obstetrics, Gynaecology,
Paediatrics and Dental Drug Guidelines tahun 2007 dapat dilihat pada table.
15
16
2.8 kasus
Nyonya WS wanita berusia 26 tahun, yang sebelumnya fit dan baik, dalam 2 hari ini
menggigil tiba-tiba, disertai dengan demam tinggi dan nyeri pada sendi dan otot termasuk nyeri
pinggang, yang membuatnya lebih buruk pada gerakan. dia juga mengeluh mual, kehilangan
nafsu makan, dan sakit kepala.
Hasil pemeriksaan:
• Suhu : 38,5oC
• Urinalisis : Tanda hematuria terang, dan bau yang tidak enak
• Kreatininserum : 136 µmol/l (normal : 65-115 µmol/l)
• Ureaserum : 8,4 mmol/l (normal: 3,0-6,5 mmol/l)
Dokter menyarankan untuk melakukan tes darah lengkap, termasuk U&E,
perhitungan sel darah lengkap, kultur darah, sampel untuk urinalisis dan kultur, dan USG ginjal.
17
Diagnosis pyielonephritis bakteria akut dibuat, yang kemudian dikonfirmasi ketika kultur urin
tumbuh Escherichia coli.
Nyonya WS diresepkan ciprofloxacin, awalnya 400 mg dua kali sehari dengan
infusintravena, mengkonversi setelah 48 jam untuk dosis 500 mg dua kali sehari secara oral
untuk total perawatan 14 hari.
SUBJEKTIF
1. Nama : Ny. WS
2. Umur : 26 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Keluhan :
2 hari ini menggigil tiba-tiba, disertai dengan demam tinggi dan nyeri pada sendi
dan otot termasuk nyeri pinggang, yang membuatnya lebih buruk pada gerakan. Dia juga
mengeluh mual, kehilangan appetide, dan sakit kepala.
5. Riwayat pengobatan :
Di resepkan ciprofloxacin 400 mg dua kali sehari secara intravena, kemudian
setelah 48 jam diberikan ciprofloxacin 500 mg dua kali sehari selama 14 hari.
18
OBJEKTIF
Hasil pemeriksaan terhadap data-data klinik pasien tersaji pada tabel di bawah ini:
JENIS DATA
DATA PASIEN KESIMPULAN
PEMERIKSAAN NORMAL
Diatas normal
Suhu Tubuh 38,5 oC 37oC
(demam)
Tinggi
65-115
Serum kreatinin 136 µmol/L (ada masalah pada
µmol/L
ginjal)
Tinggi
3,06-
Serum Urea 8,4 mmol/L (ada masalah pada
6,5mmol/L
ginjal)
+ Escherichia Bakteri (+)
Bakteri pada urin -
Coli (infeksi)
Menunjukkan Tidak ada
adanya hematuria, hematuria dan
Hematuria dan
Urinalisis
dan bau yang bau amoniak terjadi infeksi
tidak sedap biasa .
ASSESSMENT
PLAN
Tujuan Terapi:
1. Menghilangkan bakteri penyebab infeksi saluran kemih
2. Menghilangkan gejala dengan cepat
3. Mencegah terjadinya infeksi ulangan (rekurensi)
4. Mencegah komplikasi dari penyakit infeksi saluran kemih
5. Mengurangi morbiditas dan mortalitas
Terapi Non Farmakologi :
19
a. Minum air putih dalam jumlah yang banyak agar urine yang keluar juga meningkat
(merangsang diuresis).
b. Buang air kecil sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke
uretra.
c. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing agar bakteri
tidak mudah berkembang biak.
d. Diet rendah garam untuk membantu menurunkan tekanan darah.
e. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, misalnya buah-buahan, daging tanpa
lemak dan kacang-kacangan.
f. Tidak menahan bila ingin berkemih.
Terapi farmakologi
Namun apabila pasien mengalami keluhan yang sangat parah tingkatnya seperti nyeri kepala,
nyeri sendi dan otot, nyeri pinggang dapat diberikan tambahan Paracetamol 3 x sehari dengan
dosis 1 kalinya adalah 500 mg, dan penggunaan pct ini hanya digunakan jika diperlukan atau
timbul keluhan tersebut.
Kemudian, lakukan monitoring terhadap efektivitas obat terhadap pertumbuhan bakteri dengan
melakukan pemeriksaan fisik dan uji urinalisa, apakah bakteri berkurang atau tidak.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Pielonefritis adalah penyakit yang sebenarnya merupakan bagian dari Infeksi Saluran
Kemi, namun lebih dikenal dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) atas. Infeksi Saluran
Kemih adalah keadaan ditemukannya mikrorganisme di dalam urin dalam jumlah
tertentu. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung lebih dari
105 bakteri/ml
b. ISK umunya disebabkan karena adanya infeksi akibat bakteri yang pathogen
c. Gejalanya : rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih
sedikitsedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik. sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam.
d. Penatalaksananya umumnya menggunakan antibiotic guna untuk membunuh sel
bakteri yang menyerang., seperti ciprofloxacin, levofloxacin, norfloxacin dan
ofloxacin. Dll.
21
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2. Jakarta :
EGC
Coyle, E. A. & Prince, R. A.. 2005. Urinary Tract Infection and Prostatitis, in 7th Edition. The
McGraw Hill Comparies, Inc., USA
Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi Dan Terapi, Edisi Kelima. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Hadi, U. 2006.Resistensi Antibiotik, In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata K, M.
& Setiati, S. (Eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah: Agoes, H.A. Edisi ke VI.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Tessy A, Ardayo, Suwanto. 2004. Infeksi saluran kemih. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 3. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Tjay, T. H., dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek
Sampingnya. Edisi ke VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
22