Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang berada pada suhu yang tropis,
terdapat berbagai macam dan jenis tumbuh-tumbuhan. Tercatat sekitar
350.000 spesies tumbuhan yang ada di dunia dan sebagian besar ada pada
Negara Indonesia. Pada bagian tumbuhan terdapat organ, jaringan dan sel.
(Andhini, 2016).
Setiap makhluk hidup pasti tersusun sel yang jumlahnya ribuan bahkan
jutaan sel. Sel pertama kali dikemukakan oleh Robert Hooke tahun 1605 yang
mengamati jaringan gabus pada tumbuhan yang merupakan kesatuan
fungsional makhluk hidup. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung
di dalam sel. Karena itulah sel dapat berfungsi secara autimon asalkan seluruh
kebutuhan hidupnya terpenuhi. Sel merupakan struktural terkecil dari suatu
organisme hidup, karena ukurannya sangat kecil maka sel tidak bisa dilihat
langsung dengan mata telanjang tetapi bisa dilihat dengan bantuan alat optic
berupa mikroskop. Sel bekerja pada bidangnya masing-masing sesuai dengan
bentuk dan fungsinya (Tjitrosoepomo, 2009).
Pada sel tumbuhan terdapat berbagai macam bagian pembentuk sel, dan
pada sel pula terdapat berbagai macam lapisan penyusunannnya. Salah satu
bagiannya yaitu dinding sel dan epidermis (Andhini, 2016).
Dinding sel adalah struktur ekstraselularyang terdapat pada sel tumbuhan
yang membedakan mereka dari sel-sel hewan. Fungsi Dinding sel adalah
untuk melindungi sel tumbuhan, mempertahankan bentuknya dan mencegah
penyerapan air yang berlebihan. Pada tingkat keseluruhan tumbuhan, dinding
sel yang kuat dari juga berfungsi untuk bertahan melawan gaya gravitasi.
Sedangkan epidermis merupakan lapisan sel terluar daun, bagian bunga, buah
dan biji serta batang dan akar yang belum mengalami pertumbuhan sekunder.
Secara fungsional sel-sel epidermis tidak beragam dan padanya terdapat
berbagai tipe rambut, sel-sel penutup stomata dan sel-sel lain yang khusus
(Mustapa, 2015).
Dinding sel Tumbuhan memiliki bentuk yang lebih tebal daripada
membran plasma, ketebelannya mulai dari O.1llm sampai beberapa
mikrometer. Ukuran tersebut dipengaruhi oleh komposisi kimia dinding sel
yang bervariasi dari spesies ke spesies dan bahkan dari satu jenis sel yang lain
di jaringan yang sama. Bentuk dasar dari dinding sendiri itu tetap atau tidak
berubah-ubah. Pada kebanyakan spermatophyta, epidermis terdiri dari satu
lapisan sel dan lapisan ini berbeda dengan jaringan dasar yang ada disebelah
dalamnya. Bentuk, ukuran serta susunan sel epidermis sangat bervariasi
seperti kubur atau prisma, ada yang tidak teratur sehingga, bila dilihat dari
permukaan merupakan segi banyak, ada yang dinding berkelok-kelok tak
teratur, ada yang mempunyai tonjolan seperti papila (Mustapa, 2015).
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari praktikum kali ini adalah untuk melihat penebalan
dinding sel dan epidermis beserta modifikasinya.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk melihat bagian dinding sel yang
mengalami penebalan, stomata, dan trikoma.
1.3 Manfaat Percobaan
Agar mahasiswa dapat mengenal bagian-bagian dinding sel yang
mengalami penebalan, epidermis, stomata dan trikoma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Dinding sel merupakan bagian sel yang bersifat mati. Dinding sel
mempunyai struktur kompleks dan berdasarkan perkembangan dan
strukturnya dibedakan menjadi 3 kelompok bagian pokok yaitu : lamella
tengah, dinding primer, dan dinding sekunder. Dinding primer merupakan
dinding pertama yang dibentuk oleh sel baru. Sedangkan dinding sekunder
dibentuk disebelah dalam permukaan dinding primer. Fungsi utama dinding
sekunder adalah sebagai penguat. Sel yang mempunyai dinding sekunder
volumenya tidak dapat bertambah bersama dengan pertumbuhan permukaan
atau tidak dapat bersifat embrional kembali. Dinding sekunder biasanya
ditandai oleh adanya lekukan atau bagian dinding yang tidak mengalami
penebalan disebut noktah (Pith) (Penuntun praktikum botani farmasi : 44).
Pada sel tumbuhan, struktur dinding selnya keras dan kaku yang terdiri
dari 3 jenis lapisan yaitu (Taufik ardiyanto, 2011) :
a. Lamella tengah. Lapisan ini merupakan lapisan yang pertama kali
terbentuk selama pembelahan sel. Merupakan lapisan yang terdiri dari
polisakarida pektin yang kaya akan lapisan lem yang mengikat sel-sel yang
berdekatan. Sifat lamela tengah adalah Amorf, Koloidal, Optik inaktif,
Dapat dilarutkan dengan cara maserasi, Mengandung persenyawaan pektin
Ca dan Mg pekat. Pada jaringan tua sukar dibedakan dengan dinding
primer. Maserasi adalahSalah satu cara pembuatan preparat yg dpt
memberikan gambaran jelas mengenai bentuk sel.
b. Dinding sel primer. Lapisan ini terbentuk setelah lamella tengah dan terdiri
dari kerangka kaku mikrofibril selulosa yang tertanam dalam matriks
seperti gel terdiri dari senyawa pektin, hemiselulosa dan glikoprotein.
Sifatnya adalah Optis Terjadi pada awal pembentangn sel sampai sel
cukup dewasa,Adanya dindinganisotrop, Reversibel : zatprimer diikuti
dengan adanya protoplas yang masih hidup dan penebalan dapat larut
lagi/diubah menjadi persenyawaan lain
c. Dinding sel sekunder. Terbentuk setelah pembesaran sel selesai dan dibentuk
di dalam dinding sel primer yang telah berhenti meningkat di daerah
permukaan ketika sel tumbuh sepenuhnya dimana sel ini sangat kaku dan
tebal yang terbuat dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Dinding sel
sekunder sering berlapis.
Jaringan Epidermis diartikan sebagai lapisan jaringan paling luar
tumbuhan yang terbentuk dari protoderm dan umumnya terdiri selapis,
sebagian tumbuhan mempunyai epidermis yang lapisan ganda. Jaringan
epidermis atau jaringan pelindung adalahjaringan epidermis hanya di jumpai
pada tumbuhan sedangkan hewan tidak karena hewan memiliki jaringan eitel.
Sebagai contoh jaringan epidermis adalah kulit bawang yang bisa dikupas.
Fungsi paling utama yaitu sebagai pelindung seluruh organ pada tumbuhan.
Mulai dari akar, batang, daun dan dari segala kondisi atau pengaruh
lingkungan luar. Sel-sel yang tersusun dengan deretan yang rapi
memungkinkan organ bagian dalam tubuh tumbuhan terlindungi. Adapun
bentuk modifikasi dari epidermis yaitu, Noktah, Stomata, dan trikoma
(Anonim, 2015).
2.2 Uraian Tanaman
1. Endocarpium kelapa ( Cocos nucifera )
a. Klasifikasi (Aden, 2011)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera
b. Morfologi (Aden, 2011)
Akar kelapa merupakan akar serabut, tebal dan berkayu yang
berkerumun membentuk bonggol. Bunganya merupakan bunga
majemuk dan buahnya berukuran besar dengan diameter kira-kira 10-20
cm. Buah kelapa berwarna hijau, kuning, dan ada yang berwarna
orange. Air Kelapa Muda sangat baik untuk dikonsumsi, selain dapat
menghilangkan dahaga di saat kehausan, air kelapa muda memiliki
banyak khasiat bagi kesehatan tubuh
c. Khasiat (Yuli, 2014)
Kelapa berkhasiat untuk menguatkan tulang, menjaga sistem imun
tubuh, mencegah penuaan dini, menguatkan gigi, dan menurunkan berat
badan.
2. Biji asam jawa (Tamarindus indica)
a. Klasifikasi (Fajrie achalana, 2013)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Tamarindus S
pesies : Tamarindus indica
b. Morfologi (Tjitrosoepomo, 2009).
Asam jawa tergolong kedalam jenis pohon dan berumur panjang
(menahun). Berperawakan besar, selalu hijau (tidak mengalami masa
gugur daun), tinggi sampai 30 m dan diameter batang di pangkal
hingga 2 m. Kulit batang berwarna coklat keabu-abuan, kasar dan
memecah, beralur-alur vertikal. Tajuknya rindang dan lebat berdaun,
melebar dan membulat. Asalnya tidak pasti, mungkin jenis asli savana
kering Afrika tropis.
c. Khasiat (Rukmana, 2005)
Hampir semua bagian tanaman asam jawa dapat digunakan untu
berbagai keperluan sehingga tanaman ini disebut tanaman multiguna.
Daun asam digunakan sebagai bumbu masakan, bahan obat, dan
kosmetika. Bunga tanaman asam jawa merupakan sumber madu yang
penting bagi pengembangan budi daya lebah madu. Daging buah asam
dimanfaatkan sebagai bumbu masakan dan campuran obat tradisional.
Buah asam banyak digunakan dalam industri minuman, es krim, selai,
manisan atau gula-gula, sirup dan obat tradisional (jamu).
3. Daun Sukun (Arthocarpus communis)
a. Klasifikasi sukun (Hutapea, J.R, 1991)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Arthocarpus
Spesies : Arthocarpus communis
b. Morfologi (Mustafa,1998)
Arthocapus communis (sukun) adalah tumbuhan yang banyak
terdapat di kawasan troika seperti indonesia. ketinggian tanaman ini
mencapai 20m. Sukun bukan buah bermusim meskipun biasanya
berbunga dan berbuah dua kali setahun. Kulit buahnya berwarna hijau
kekuningan dan terdapat segmen-segmen petak berbentik poligonal.
Segmen poligonal ini dapat menentukan kematangan buah sukun.
c. Khasiat (Heyne K,1987)
Daun sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin,
karbohidrat, kalium, thiamin, natrium, kalsium, dan besi. Kayu yang
dihasilkan dari tanaman sukun bersih dan berwarna kuning, baik untuk
digergaji menjadi papan kotak, dapat digunakan sebagai bahan
bangunan meskipun tidak begitu baik.
4. Daun Jagung (Zea mays)
a. Klasifikasi (Novi, 2011)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
b. Morfologi (Vasal, 1994)
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m. Ada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar
adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu
menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah
terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu. Batang beruas-ruas, ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun
sempurna. Bentuknya memanjang antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.
Permukaan daun ada yang licin dan berambut. Bunga jagung yaitu
jantan dan betina yang terpisah dalam satu tanaman. Bunga jantan
tumbuh dibagian puncak tanaman, berupa karang bunga.Serbuk sari
berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam
tongkol.
c. Khasiat (Wijayakusuma, 1995)
Tanaman jagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh
bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan.
5. Daun kumis kucing (Orthosipon stamineus)
a. Klasifikasi (Fredi kurniawan, 2017)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon stamineus
b. Morfologi (Dalimartha, 2000)
Tanaman kumis kucing biasanya tumbuh di sepanjang anak sungai
atau selokan. Atau biasanya ditanam di pekarangan rumah untuk
digunakan sebagai tanaman obat keluarga, karena kumis kucing
memiliki banyak khasiat dan mudah ditanam yaitu dengan cara
menebar biji atau setek batang. Tanaman ini dapat ditemukan di
dataran rendah pada ketinggian ± 700 m di atas permukaan laut.
Tanaman kumis kucing tumbuh tegak dengan tinggi antara 50-150 cm.
Batang berkayu, segi empat agak beralur, beruas, bercabang, berambut
pendek atau gundul, berakar kuat. Daun tunggal, bulat telur, elips atau
memanjang, berambut halus, tepi bergerigi, ujung dan pangkal
runcing, tipis, panjang 2-10 cm, lebar 1-5 cm, warna hijau. Bunga
majemuk dalam tandan yang keluar di ujung percabangan, berwarna
ungu pucat atau putih, benang sari lebih panjang dari tabung bunga.
Buah berupa nuah kotak, bulat telur, masih muda berwarna hijau,
setelah tua berwarna coklat. Biji kecil, masih muda berwarna hijau,
setelah tua berwarna hitam
c. Khasiat (Dalimartha, 2000)
Tanaman kumis kucing mempunyai banyak manfaat untuk
pengobatan, antara lain sebagai antiradang, peluruh kencing (diuretik),
menghilangkan panas dan lembab, serta menghancurkan batu saluran
kencing.
6. Kecubung (Datura metel)
a. Klasifikasi (Puspitadewi, 2015)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Datura
Spesies : Datura metel L
b. Morfologi (Tampubolon, 1995)
Kecubung berasal dari Asia dan Afrika, kemudian tersebar meluas
sampai di Amerika. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai
ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Tumbuh di tempat-
tempat terbuka, tanah yang mengandung pasir dan tidak begitu lembab,
dengan iklim yang kering. Selain tumbuh liar di ladang- ladang,
kecubung sering ditanam di kebun halaman rumah sebagai tanaman
pagar atau tanaman hias yang berkhasiat obat. Kecubung termasuk
tumbuhan jenis perdu yang mempunyai pokok batang kayu dan tebal,
bercabang banyak, tumbuh dengan tinggi kurang dari 2 meter. Daun
kecubung berwarna hijau berbentuk bulat telur, tunggal, tipis, dan pada
bagian tepinya berlekuk lekuk tajam dan letaknya berhadap-hadapan.
Ujung dan pangkal daun meruncing dan pertulangannya menyirip.
c. Khasiat (Van Steeins, 1997)
Rasanya pahit, pedas, sifatnya hangat, beracun (toksik), masuk
meridian jantung, paru, dan limpa. Kecubung berkhasiat antiasmatik,
antibatuk, (atitusif), antirematik, penghilang nyeri (analgesik),
afrodisiak, dan pemati rasa (anestetik).
7. Daun Allamanda (Alamanda chartatica)
a. Klasifikasi (Vicky nooranistya, 2015)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Spesies : Allamanda cathartica L
b. Morfologi (Kimmy aulia, 2014)
Morfologi daun, daun umumnya berbilangan 3 - 4 atau
berhadapan atau kadang-kadang dalam lingkaran. Ujung daun
meruncing, pangkal runcing, tepi rata, tulang daun menyirip,
bentuk daun memanjang. Di sisi atas permukaan daun tampak
mengkilat. Daun penumpu di ketiak, berbentuk kelenjar.Alamanda
memiliki tata letak daunnya berkarang (tersusun dalam satu
lingkaran) karena pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari
dua daun. Sehingga tidak memilki rumus daun karena duduk
daunnya yang tidak tersebar.
c. Khasiat (Wijayakusuma, 1995)
Daun allamanda berkhasiat sebagai obat perut kembung, obat
kolera dan obat radang usus, sedangkan daunnya berkhasiat sebagai
obat batuk dan obat mulas. Untuk obat perut kembung dipakai ± 5
gram biji kedawung, disangrai dan dikupas kulitnya kemudian
ditumbuk, diseduh dengan 1/2 gelas air matang panas. Hasil
seduhan diminum sekaligus.
8. Alpukat (Persea americana)
a. Klasifikasi (Fredi kurniawan, 2017)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana P. Mill.
b. Morfologi (Winarto, 2007)
Tanaman ini berbentuk pohon, dengan ketinggian pohon dapat
mencapai 3-10m. Daun banyak menumpuk diujung ranting, berbentuk
oval sampai lonjong, panjang 10-20cm, lebar 3cm. Bunga berwarna
putih kekuningan. Buah berbentuk bola sampai bulat telur, warna hijau
atau hijau kekuningan, berbintik ungu. Biji satu berbentuk bola
berwarna coklat.
c. Khasiat (Yasir, 2010)
Ekstrak daun alpukat memiliki aktivitas vaksolerasan, hipotensi,
antikonvulsan, anti virus, antihepatotoksin, antioksidan, hipoglikemik,
analgesik, dan antiinflamasi. Daun alpukat menjadi alternatif
engobatan tradisional untuk mengatasi gejala hiperurisemia.
9. Daun durian (Durio zibenthinus)
a. Klasifikasi (Fredi kurniawan, 2017)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Bombacaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibenthinus Murr
b. Morfologi (Widyastuti, 1993)
Buah durian merupakan tanaman daerah tropis, karenanya dapat
tumbuh baik di Indonesia. Panjang buah durian yang matang bisa
mencapai 30-45 cm dengan lebar 20-25 cm, dan berat antara 1,5-2,5
kg. Setiap buah berisi 5 juring yang di dalamnya terletak 1-5 biji yang
diselimuti daging buah yang berwarna putih, krem, kuning, atau
kuning tua. Tiap varietas durian menentukan besar kecilnya ukuran
buah, rasa, tekstur, dan ketebalan daging. Durian banyak disebutkan
sebagai pohon hutan dan biasanya berukuran sedang hingga besar yang
tingginya mencapai 50 m dan umurnya dapat mencapai puluhan hingga
ratusan tahun. Bentuk pohonnya (tajuk) mirip segitiga dengan kulit
batangnya berwarna merah coklat gelap, kasar, dan kadang terkelupas.
Buah durian memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam 1 bunga
sehingga tergolong bunga sempurna. Aroma dari buahnya cukup
menyengat. Buahnya berduri dan bila dibelah di dalam buahnya
terdapat ruang- ruang yang biasanya berjumlah lima. Setiap ruangan
berisi biji (pongge) yang dilapisi daging buah yang lembut, manis, dan
berbau merangsang. Jumlah daging buahnya pun beragam tetapi rata-
rata 2-5 buah. Warna buahnya bervariasi dari putih, krem, kuning
sampai kemerahan.
c. Khasiat (Aryanto, 2017)
Daun dan akar durian berkhasiat sebagai antipiretik dan daun
durian yang dihancurkan dapat juga digunakan untuk pasien yang
demam yaitu dengan cara diletakkan di atas dahi. Bagi orang yang
mempunyai tekanan darah tinggi dianjurkan agar menghindari buah
durian karena dapat meningkatkan tekanan darah, sedangkan kulit
durian dapat digunakan sebagai penolak nyamuk. Kulit buahnya untuk
mengobati ruam pada kulit (sakit kurap) dan susah buang air besar
(sembelit). Kulit buah ini pun biasa dibakar dan abunya digunakan
dalam ramuan untuk melancarkan haid dan menggugurkan kandungan.
Abu dan air rendaman abu ini juga digunakan sebagai campuran
pewarna tradisional.
2.3 Uraian Bahan
Aquades (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Aqua Destilata
Nama latin : Aquades dan Air suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaan : Sebagai pelarut
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu :
mikroskop, cover glass, objek glass, pipet tetes dan silet.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu :
aquadest, kelapa (Cocos nucifera), biji asam jawa (Tamarindus indica), daun
sukun (Arthocarpus communis), daun jagung (Zea mays), daun kumis kucing
(Orthosipon stamineus), daun kecubung (Datura metel), daun alpukat (Persea
Americana), daun allamanda (Allamanda catartica), dan daun durian (Durio
zibenthinus).
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Kelapa (cocos nucifera )
1. Siapkan microskop sesuai prosedur dengan penggunaanya
2. Ambilkan endocarpium ( batok ) kelapa dan iris setipis mungkin lalu
pindahkan ke atas objek gelas dan beri air lalu tutup.
3. Amati di bawah microskop dengan pembesaran lemah dan kuat
4. Gambar bagian dinding sel dan penbalan yang terjadi serta tunjukan
bagian yang di sebut noktah.
3.2.2 Biji asam jawa ( Tamarindus indica )
1. Siapkan microskop sesuai prosedur dengan penggunaanya
2. Ambilkan endocarpium ( batok ) biji asam jawa dan iris setipis
mungkin lalu pindahkan ke atas objek gelas dan beri air lalu tutup.
3. Amati di bawah microskop dengan pembesaran lemah dan kuat
4. Gambar bagian dinding sel dan penbalan yang terjadi serta tunjukan
bagian yang di sebut noktah.
5. Apa kesimpulan dari hasil pengamatan pada preparat tersebut
3.2.3 Daun sukun ( Arthocarpus communis )
1. Siapkan microskop sesuai prosedur dengan penggunaanya
2. Buat preparat penampang daun sukun dengan cara mengiris setipis
mungkin searah permukaan daun.
3. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat
4. Gambar preparat dan tunjukan bagian yang mengalami penebalan
kerah luar tersebut.
3.2.4 Daun jagung ( folium Zea mays ), daun kumis kucing (foliumorthosipon
stamineus),daun alpukat (foliumPersea americana ) dan daun
allamanda (Allamanda catarica ).
1. Siapkan microskop sesuai prosedur dengan penggunaanya
2. Ambil preparat dan iris setipis mungkin lalu letakan di atas
permukaan objek gelas dan tutup.
3. Amati di bawah microskop dengan pembesaran lemah dan kuat
4. Gambar sel-sel epidermis lengkap dengan stomatanya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No Nama Sampel Gambar Keterangan
1. Kelapa (cocos Nucifera) Pada kelapa
mengalami bagian
dinding sel dan
penebalan

2. Daun Jagung (zea mays) Pada daun jagung


yang dilihat
stomatanya karena
dibentuk dua sel
penutup dan
beberapa sel
tetangga
3. Daun alpukat (Persea Pada daun alpukat
mericana) yang dilihat
stomatanya karena
di bentuk dua sel
penutup dan
beberapa sel
tetangga
4. Asam jawa (Tamarindus Pada asam jawa
indica) yang dilihat adalah
noktah bagian
dinding sel yang
tidak mengalami
penebalan
6. Daun kumis kucing Pada daun kumis
(Orthosipon stamineus) kucing yang
dilihat adalah
stomata dan sel-sel
epidermis
7. Daun sukun (Arthocarpus Pada daun sukun
communis) yang dapat dilihat
trikomanya karena
trikoma adalah
rambut dari
tumbuhan
4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini, yang pertama-tama kita lakukan adalah
mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan, adapun alat-alat yang
digunakan dalam percobaan kali ini yaitu : mikroskop, cover glass, objek
glass, pipet tetes dan silet. Adapun bahan-bahan yang diperlukan dalam
praktikum kali ini yaitu : aquadest, kelapa, biji asam jawa, daun sukun, daun
jagung, daun kumis kucing, daun kecubung, dan daun daun alkupat. Pada
percobaan pertama pada kelapa (Cocos nucifera), disiapkan mikroskop
terlebih dahulu setelah itu ambil endocarpium kelapa dan diiris setipis
mungkin lalu pindahkan keatas objek gelas dan diberi aquadest lalu tutup
dengan cover gelas dan diamati menggunakan mikroskop lalu gambar bagian
dinding sel dan penebalan yang terjadi dan bagian noktah (dinding sel yang
tidak mengalami penebalan). Percobaan kedua pada biji asam jawa
(Tamarindus indica), disiapkan mikroskop terlebih dahulu setelah itu setelah
itu diambil endocarpium biji asam jawa dan diiris setipis mungkin lalu di
dipindahkan keatas objek gelas dan diberi aquadest lalu tutup dengan cover
gelas dan diamati menggunakan mikroskop lalu digambar bagian dinding sel
yang mengalami penebalan serta dengan noktah. Percobaan ketiga pada daun
sukun (Arthocarpus communis), disiapkan mikroskop terlebih dahulu setelah
itu dibuat penampang preparat membujur permukaan daun sukun dengan cara
mengiris setipis mungkin searah dengan permukaan daun. Setelah itu
diletakkan diatas permukaan objek gelas dan diberi aquadest lalu tutup
dengan cover gelas kemudian diamati menggunakan mikroskop dan digambar
dinding sel yang mengalami penebalan kearah luar. Percobaan keempat pada
daun jagung (Zea mays) , daun kumis kucing (Orthosipon stamineus), dan
daun kecubung (Datura metel). Disiapkan mikroskop terlebih dahulu setelah
itu diambil preparat dan iris setipis mungkin lalu diletakkan diatas permukaan
objek gelas dan diberi aquadest lalu ditutup dengan cover gelas. Kemudian
diamati menggunakan mikroskop dan digambar sel-sel epidermis lengkap
dengan stomatanya. Pada percobaan kelima pada daun alpukat (Persea
Americana) dan daun allamanda (Allamanda catartica), disiapkan mikroskop
telebih dahulu dan buat preparat basah dari masing-masing sampel diatas
kemudian diamati menggunakan mikroskop lalu digambar tipe-tipe stomata
dari sampel tersebut. pada percobaan keenam pada daun durian (Durio
zibenthinus) dan daun sukun (Arthocarpus communis). Disiapkan mikroskop
terlebih dahulu kemudian buat preparat basah dari masing-masing preparat
tersebut diatas. Diamati menggunakan mikroskop dan digambar tipe-tipe
stomata dari preparat tersebut diatas.
Hasil pada sampel yang didapatkan pada praktikum ini yaitu dengan cara
melihat sampel dengan menggunakan mikroskop kemudian kita akan melihat
penebalan dinding sel dan yang tidak mengalami penebalan pada dinding sel
(noktah), penebalan ke arah luar (sentrifugal), sel-sel epidermis dan tipe-tipe
stomata pada tumbuhan dengan menggunakan pengamatan dibawa mikroskop
dengan menggunakan lensa 40/10 agar lebih spesifik melihat sampel dibawah
mikroskop karena pada ukuran yang lain selain 40/10 sampel tidak nampak
jelas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa
pada dinding sel tumbuhan dapat terjadi penebalan. Ada penebalan
bagian dalam dan penebalan dinding sel bagian luar. Seperti pada kelapa
(Cocos nucifera), asam jawa (Tamarindus indica), Daun sukun
(Arthocarpus communis), Kecubung (Datura metel), daun jagung (Zea
mays), daun kumis kucing (Orthosipon stamineus), daun durian (Durio
zibethinus) dan daun alpukat (Persea Americana) dan juga terdapat
terdapat bentuk alat tambahan berupa trikoma pada daun durian dan daun
sukun. Yang masing-masing bentuk penebalan sel dan alat tambahan
pada sel, dapat terindifikasi pada perbesaran lensa objektif 40/10.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan dalam praktikum kali ini
adalah sebagai berikut :
a) Laboratorium/Penanggung jawab laboratorium
Diharapkan untuk menambah fasilitas laboratorium. Misalnya saja,
ketersediaan mikroskop dan alat-alat lain yang langsung digunakan
dalam pengamatan.
b) Asisten Laboratorium
Diharapkan lebih memberikan panduan di dalam lab, agar praktikan bisa
lebih berhati-hati dan teratur dalam setiap langkah dan prosedur kerja
laboratorium.
c) Praktikan
Diharapkan untuk lebih meningkatkan ketelitian, keterampilan dan
ketepatan saat berada di dalam laboratorium. Agar setiap pengamatan
yang dilakukan dapat lebih bermakna bagi pengetahuan mahasiswa itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai