Anda di halaman 1dari 37

BABI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi
mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan (selection), aksi
farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat
(drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan kefarmasian mencakup pula
penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep
(persecription) dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara
lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual langsung kepada
pemakai. Di jurusan farmasi kita akan menjumpai beberapa mata kuliah baik yang
umum maupun yang khusus, untuk mahasiswa semester I mereka akan
mendapatkan mata kuliah botani (Voight, 2016).
Botani ini adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan, baik morfologi
dan anatominya, dengan demikian, dalam botani dipelajari semua disiplin ilmu
biologi untuk mempelajari pertumbuhan, reproduksi, metabolisme, perkembangan,
interaksi dengan komponen biotik dan komponen abiotik, serta evolusi tumbuhan.
Khususnya dalam mempelajari fisiologi tumbuhan, yang paling mendasar perlu
dipelajari adalah ilmu tentang sel. Tumbuhan termasuk organisme multiseluler
yang terdiri dari berbagai jenis sel terspesialisasi yang bekerja sama melakukan
fungsinya (Tjitrosoepomo, 2010).
Pada dasarnya sel-sel dengan struktur khusus yang berfungsi sebagai
jaringan pelindung adalah sel-sel epidermis beserta derivatnya. Jaringan pelindung
berperan untuk mencegah air, kerusakan mekanis, melindungi perubahan suhu
yang ekstrim, dan menjaga kehilangan zat-zat makanan dari tumbuhan. Sel-sel

1
epidermis beserta derivatnya terletak pada seluruh bagian tubuh tumbuhan paling
luar, sehingga membentuk suatu sistem yang dikenal sebagai jaringan kulit.
Jaringan kulit terdiri dari epidermis, stomata, trikoma, litosis, sel- sel kipas, sel-sel
silika, dan lain-lain (Hidayat, 2010).
Epidermis merupakan lapisan sel terluar daun, bagian bunga, buah dan biji
serta batang dan akar yang belum mengalami pertumbuhan sekunder. Secara
fungsional sel-sel epidermis tidak beragam dan padanya terdapat berbagai tipe
rambut, sel-sel penutup stomata dan sel-sel lain yang khusus (Mustapa, 2015).
Pada kebanyakan spermatophyta, epidermis terdiri dari satu lapisan sel dan
lapisan ini berbeda dengan jaringan dasar yang ada disebelah dalamnya. Bentuk,
ukuran serta susunan sel epidermis sangat bervariasi seperti kubur atau prisma, ada
yang tidak teratur sehingga, bila dilihat dari permukaan merupakan segi banyak,
ada yang dinding berkelok-kelok tak teratur, ada yang mempunyai tonjolan seperti
papila. Diantara epidermis daun terdapat alat-alat tambahan yang disebut
derivatnya (modifikasi) epidermis, misalnya rambut daun (trikoma), mulut daun
(stomata) dan sel kipas (terdapat pada familia Poaceae) (Mustapa, 2015).
Epidermis biasanya terdapat diseluruh kehidupan organ-organ tumbuhan
yang tidak mengalami penebalan sekunder. Lamanya epidermis di dalam organ
tumbuhan dengan pertumbuhan sekunder tidak sama. Sel epidermis bentuk umum
mempunyai bentuk, ukuran serta susunan yang beragam, tetapi selalu tersusun
rapat membentuk lapisan yang kompak tanpa ruang interselular (Sutrian, 2007).
Berdasarkan latar belakang diatas, untuk mengetahui dan melihat epidermis
dan modifikasinya dalam sel. Sehingga kami melakukan praktikum mengenai "
Epidermis dan Modifikasinya".
1.2 Tujuan Praktikum
1. Untuk melihat epidermis dan modifikasinya dalam sel tanaman.
2. Untuk mengetahui epidermis dan modifikasinya dalam sel tanaman.
2. Mengamati variasi dan adaptasi epidermis pada berbagai tumbuhan.

2
1.3 Manfaat Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat melihat epidermis dan modifikasinya dalam sel
tanaman.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui epidermis dan modifikasinya dalam sel
tanaman.
3. Agar mahasiswa dapat mengamati variasi dan adaptasi pada bagian
tumbuhan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Sel Epidermis
Ditinjau dari asal katanya, yaitu dari bahasa Yunani, epi berarti atas, derma
berarti kulit maka epidermis adalah lapisan-lapisan sel yang berada paling luar
pada alat-alat tumbuhan primer, seperti akar, batang daun, bunga, buah, dan biji
dan dapat dikemukakan bahwa sel-sel epidermis yang berasal dari meristem
primer, dan pembentukan jaringannya itu tentunya akan merupakan jaringan
primer menurut paraahli, epidermis ini biasanya tersusun dari satu lapisan sel saja
dan pada irisan permukaan sel-selnya tampak berbentuk macam macam, seperti
misalnya isodeamitris yang memanjang, berlekuk lekuk atau menampakkan
bentuk lainnya letak dan sel-sel epidermis kenyataannya begitu rapat sehingga
karenanya diantara sel-sedak terdapat ruang-ruang antar sel kenyataan bahwa
adanya protoplasma ang walaupun hanya sedikit yang melekat pada dinding
selnya, menandakan bahwa sel-sel epidermis itu masih hidup (Sutrian, 2004)
Epidermis merupakan lapisan sel terluar pada daun, bunga, buah, dan bij
serta pada batang dan akar sebelum tumbuhan mengalami penebalan sekunder.
Meskipun dan segi ontogeni seragam, dari segi morfologi maupun fungsi seli
epidermis tidak seragam. Selain sel epidermis biasa, terdapat sel epidermis yang
telah berkembang menjadi sel rambut, sel penutup pada stomata, serta sel lain.
Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel. (Hidayat, 2011).
Tahap awal perkembangan epidermis secara ontogenetik tidak sama antara
yang terdapat pada akar dengan yang ada pada pucuk epidermis biasanya terdapat
pada seluruh kehidupan organ-organ tumbuhan yang tidak mengalami penebalan

4
sekunder (Iserep,2002)

2.1.2 Susunan Sel Epidermis


a. Dinding Sel
Tebal dinding sel epiderms berbeda-beda, ada yang berdinding tipis, ada
yang dinding periklinal luar atau dinding periklinal luar dan dalam lebih tebal
daripada dinding antiklinalnya. Menurut Campbell (2005) pada sisi luar dinding
selulosa sebelah luar biasanya terdapat lapisan yang mengandung pektin yang
memungkinkan terlepasnya kutikula dari daun dengan dibantu oleh pektinase atau
dengan cara lainya. Dinding sel epidermis beragam tebalnya pada pertumbuhan
yang berbeda dan ditemukan di bagian yang berlainan pada tumbuhan yang sama.
Pada biji, sisik dan beberapa daun tertentu seperti coniferar, dinding sel epidermis
amat tebal serta berlignin. Lapangan noktah primer terdapat dinding radial dan
dinding sebelah dalam. Pada dinding sebelah luar kadang-kadang terlihat antar
ruang antar fibril lebar yang juga disebut ektodesmata. Kutin suatu senyawa
bersifat lemak, merembes kedinding daerah sebelah untuk lapisan terpisah, yakni
kutikula dipermukaan luar epidermis tebal kutikula sangan beragam dan
perkembangannya di pengaruhi keadaan lingkungan. Kutikula umumya tertutup
oleh tahan yang bersifat lilin yang merupakan lapisan datar atau berbentuk batang
atau filament dalam hal itu nampak seperti lapisan putik yang mudah lepas.
Kutikula bagian dinding yang berkutikuls serta lapisan lilin yang berfungsi sebagai
pangurangan penguapan kadar air (Iserep, 2002).
b. Protoplas
Protoplas pada epidermis kebanyakan tumbuhan mengandung leukoplas dan
tidak memiliki kloroplas. Pada beberapa pteridophia tumbuhan air serta tumbuhan
yang hidup ditempat teduh, bisa ditemukan kloroplas. Antosan terdapat di vakuola
sel epidermis sejumlah besar tumbuhan seperti zebrine pendula dan batang,

5
tangkai daun ricinus communus. Selain itu, tanin, lender dan kristal dapat pula
ditemukan di sel epidermis. Sel-sel epidermis biasanya mempunyai banyak
vakuola. Akan tetapi kadang dijumpai adanya vakuola-vakuola berukuran kecil.
Dalam sel-sel epidermis mungkin dijumpai tanin, getah, serta kristal
(Hidayat,1995).
2.1.3 Derivat Epidermis
a Stomata
Stomata berasal dari kata Yunani: stoma yang mempunyai arti lubang atau
porus. Esau mengartikan sebagai sel penutup dan porus yang ada di antaranya. Jadi
stomata adalah porus atau lubang-lubang yang terdapat pada epidermis yang
masing-masing dibatasi oleh dua buah guard cell atau sel-sel penutup. Guard cell
adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami perubahan bentuk dan fungsi, juga
dapat mengatur besarnya lubang-lubang yang ada diantaranya. Stomata umumnya
terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau, jadi terutama sekali
pada daun-daun. Pada tumbuhan yang hidup di bawah permukaan air terdapat pula
alat-alat yang strukturnya mirip dengan stomata, padahal alat-alat tersebut
bukanlah stomata (Sutrian, 2004).
Sel yang mengelilingi stomata dapat berbentuk sama atau berbeda dengan
sel epidermis lainnya, sel yang berbeda bentuk itu dinamakan sel tetangga. Sel
tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel
penutup yang mengatur lebar celah. Stomata terdapat pada semua bagian
tumbuahan diatas tanah, paling banyak ditemukan pada daun pada daun, stomata
ditemukan dikedua permukaan daun atau pada satu muka saja, biasanya pada
permukaan bawah sel penutup biasanya mengadakan kloroplas sehingga bisa
berlangsung fotosintesis sel penutup umumnya berbentuk ginjal, tetapi pada
tumbuhan monokotil ada yang berbentuk halter. Dimungkinkan ada hubungan
antara bagian dalam tubuh tumbuhan dengan dunia luar lingkungan, hal ini sangat
berguna bagi proses fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Menurut Fahn, 2001

6
stomata berasal dari sel protoderm yang terdapat pada meristem upikal. Pada
dikotil dapat dibagi menjadi empat jenis stomata berdasarkan susunan sel pidermis
yang ada di samping sel penutup yaitu (Hidayat, 2011
1. Jenis anomositik, yaitu sel penutup dikelilingi oleh sejumlah-sel yang tidak
berbeda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya Jenis ini umumnya
terdapat pada Ranunculace
2. Jenis anisositik, yaitusel penutup dikelilingi tiga buah sel tetangga yang tidak
sama besar. Jenis ini umum terdapat pada Crucifirae
3. Jenis parasitik, yaitu setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau
lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup
celah. Jenis ini umumnya terdapat pada Rubiaciae.
4. Jenis diasitik, yaitu setiap stomata dikelilingi dua sel tetangga Jenis ini
umum terdapat pada Acanthaciae. Selain itu juga terdapat tiga kategori sel
penutup, yaitu (Hidayat, 2011)
5. Mesogen, sel penutup dan sel yang ada di dekatnya yang dapat berkembang
atau tidak berkembang menjadi sel tetangga memiliki asal yang sama.
6. Perigen, sel yang di dekat stomata yang dak memiliki asal yang sama dengan
sel penutup 1 mesoperigen, sedikitnya satu sel tetangga yang memiliki
hubungan langsung dengan stomata, sementara sel yang lain tidak.
7. Fungsi stomata pada daun adalah sebagai tempat pertukaran gas antara
oksigen dan karbondioksida, pengatur penguapan (Fahn, 2001).
b. Trikoma
Trikoma dalam arti sbenarnya adalah rambut-rambut yang tumbuh (berasal
dari kata yunani), asalnya adalah dari sel-sel epidermis yang bentuk, susunan serta
fungsinya memang bervariasi. Trikoma dapat pada hampir semua organ humbuh-
tumbuhan (pada epidermisnya) jelasnya yaitu selama organ-organ tumbuhan itu
masih hidup. Disamping itu terdapat juga trikoma yang hidupnya hanya sebentar.
Trikoma ini biasanya tumbuh lebih dahulu menjelang atau dalam hubungan

7
dengan pertumbuhan organ tumbuhan. Dan ditinjau dari susunannya dapat
dibedakan menjadi dua, trikoma yang uniseluler dan maiseller, sedangkan menurut
Sutiran (2004) bentuk trikoma juga dibagi menjadi dua, trikoma seagai gembut
dan trikoma Sebagai sisik. Beberapa sel epidermis dan atau cabang Wembentuk
tonjolan dalam banyak rambut atas trikoma dapat tersebar dalam Ontuk tunggal,
trikoma rambur adakalanya bergerombol. Trikoma dapat terdiri ri sel tungal atau
majemuk, pada beberapa sampel berlignin dengan berbagai bentuknya.
Mulai dari bentuk sederhana sebagai tonjolan sampai membentuk bangunan
kompleks yang bercabang-cabang atau berbentuk bintang. Sel- sel penyusun
trikoma dapat berupa sel hidup atau sel mati. Penggunaan trikoma dalam
taksonomi sangat dikenal. Beberapa famili dapat dengan mudah diidentifikasi
dengan adanya tipe atau tipe istimewa berbentuk rambut. Pada kasus yang lain
rambut itu penting untuk klasifikasi genus dan spesies dan dalam analisis hibrid
antar spesies. Secara garis besar trikoma dapat dibedakan menjadi dua golongan
besar yaitu trikoma tanpa kelenjar dan trikoma berkelenjar. Trikoma dapat dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu trikoma yang tidak menghasilkan sekret dapat
berbentuk rambut bersel satu atau sel banyak, rambut sisik yang memipih dan
bersel banyak, rambut bercabang dan bersel banyak, dan rambut akar, sedangkan
trikoma yang menghasilkan sekret dapat bersel satu atau bersel banyak dan berupa
sisik, trikoma yang menghasilkan sekret yang kental atau koleter, rambut gatal,
dan trikoma yang menghasilkan nektar (Hidayat, 2011).
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Daun Alamanda (Alamanda cartarica)
a. Klasifikasi Tanaman Menurut (Heyne 1987)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta Gambar 2.2.1
Kelas : Dicotyledonae Daun Alamanda
Ordo : Apocynales (Alamanda
cartarica)

8
Family : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Spesies : Allamanda cathartica L
b. Morfologi Tanaman
Tanaman alamanda memiliki habitus perdu, tinggi 4-5 m. Batang berkayu.
bulat, berbaring, berbuku- buku, tiap buku terdapat daun yang melingkar, empat
sampai lima helai, bergetah, percabangan monopodial, cabang muda hijau, utas
ungu, putih kehijauan Daun tunggal, lonjong, tepi rata melipat ke bawah, njung
dan pangkal merancing, panjang 5- 16 cm, lebar 2,5 -5 cm, tebal, pertulangan
menyirip, hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan, berkelamin dua, di ujung cabang
dan ketiak daun, tangkai silindris, pendek. hijau, kelopak bentuk lanset,
permukaan halus, hijau, benang sari tertancap pada mahkota, mahkota berseling
pada lekukan, tangkai putik silindris, kepala putik bercangap dua, berwarna
kuning, mahkota bentuk terompet atau corong, permukaan rata, kuning Buah
kotak, bulat, diameter 1.5 cm. Biji bentuk segitiga, masih muda hijau keputih-
putihan setelah tua hitam tunggang, berwarna putih kotor (Heyne 1987)
c. Manfaat
Herbal merupakan campuran bahan alami yang berbentuk racikan atau
ramuan yang dalam formulasinya tanpa penambahan bahan kimia sintetik.
Menurut Hernani, 2011 pemakaian herbal untuk penanganan kesehatan telah
berkembang sangat pesat seiring dengan trend kembali ke bahan alami (back to
nature). Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai
salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit, penyembuhan,
pemulihan kesehatan serta peningkatan derajat kesehatan. Hal ini dikarenakan
tanaman mengandung banyak senyawa-senyawa yang mempunyai khasiat
pengobatan, yang dikenal sebagai senyawa fitokimia, yaitu kelompok senyawa
alami yang bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit.
Menurut Heyne, 1987 alamanda diketahui memiliki banyak spesies,

9
diantaranya A cathartica, A. schottii, A. hendersoni. A blanchetti, Jan A. Nerifolia.
Tanaman alamanda (Allamanda cathartica L.) yang selama ini sering dijumpai
sebagai tanaman penghias pagar, sebenarnya merupakan tanaman obat. Sejak
zaman dahulu, tanaman alamanda secara tradisional telah digunakan oleh
masyarakat Indonesia sebagai obat.
Menurut Hidayat (2011). daun alamanda dapat digunakan sebagai penawar
racun, obat lever obat pencahar, dan obat batuk. Menurut Vibrianthi (2011), Daun
alamanda juga dapat digunakan untuk mengobati demam. Selain itu, daun
alamanda dapat digunakan sebagai obat borok dan infeksi kulit lainnya. Menurut
Tiwary dkk (2002) ekstrak daun A. Cathartica telah dilaporkan memiliki efek
antidermatopik yang kuat. Selain berfungsi sebagai antidermatopik Batang
tanaman A. Cathartica memiliki fungsi biologis sebagai inhibitor tirosinase.
Menurut Gifta (2006), ekstrak akar tanaman alamanda diketahui berfungsi untuk
hipotensi, antifeukemia, dan juga digunakan sebagai penawar racun untuk gigitan
ular.
d. Kandungan kimia
Ekstrak etanol daun alamanda mengandung alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin dan triterpenoid/steroid, selain itu hasil GC-MS mengandung 1-deoxy-d-
manitol yang diduga memiliki aktivitas anti cacing (Raina, 2011)
2.2.2 Daun Durian (Durio Zhibenthinus)
a. Klasifikasi Tanaman menurut (Rahmat Rukmana, 1996)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Bombacales
Gambar 2.2.2
Family : Bombacaceae
Daun Durian (Durio
Genus : Durio
Zhibenthinus)
Spesies : Durio zibethinus Murri

10
b. Morfologi Tanaman
Tanaman durian di habitat alami tumbuh tahunan hingga mencapai ratusan
tahun (200 tahun).Pohonnya berkayu dapat mencapai ketinggian 50 meter atau
lebih, bercabang banyak dan membentuk tajuk (kanopi) mirip kerucut atau segi
tiga. Setap percabangan tanaman durian tumbuhmendatar atau tegak membentuk
sudut 30-40° tergantung pada jenis atau varietasnya.Daun berbentuk bulat
memanjang dengan bagian ujung runcing. tata letaknya berselang- seling dan
tumbuh secra tunggal. Struktur helaian 56 daun agak tebal, permukaan daun
sebelah bawah berwarna kecoklat Coklatan. Bunga durian bentuknya mirip
mangkok yang tersusun dalam tangkai agak panjang berbentuk dompolan Setiap
pohon durian berbunga sangat banyak mencapai 100 kuntum bunga. Buah durian
berbentuk bulat atau lonjong atau tidak teratur, ukurannya kecil sampai besar, kulit
berduri dan bagian dalam berongga atau beruang yang didalamnya berisi biji yang
terbungkus oleh daging buah (Rukmana Rahmat, 1996).
c. Manfaat
Bau khas durian disebabkan oleh senyawa belerang yang terikat pada asam
butirat dan asam organik lain yang mudah menguap diantaranya hidrogen sulfida,
dietyldisulfida, etanol dan sebagainya. Menurut Heyne, 1987 beberapa kegunaan
dan manfaat dari berbagai pohon durian:
1. Durian membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah
2. Durian juga berfungsi sebagai pembersih darah
3. Mengurangi rasa gelisah, depresi dan mengobati insomnia.
4. Meningkatkan kadar serotonin dalam otak
5. Mengatasi anemia karena durian kaya akan asam folat dan zat besi
6. Membantu dalam pembentukan otot
7. Dapat mengatasi serbelit karena durian banyak mengandung serat. Selain itu
kulit durian yang dilumatkan dan dioleskan ke perut dapat
memudahkanbuang air besar.

11
8. Menghambat penuaan dini karena mengandung vitamin C
sebagaiantioksidan. Meningkatkan tekanan darah yang rendah karena
mengandung zat besi dan sifatnya yang panas
d. Kandungan kimia
Daun durian mengandung saponin, flavonoid dan steroid/triterpenoid.
Sementara bagian akarnya mengandung sapoin dan tanin (Raina, 2011). 2.2.3
Daun kumis kucing (Ortoshipon stamineus).
2.2.3 Daun Kumis Kucing (Orthosipon Stamineus)
a. Klasifikasi Tanaman menurut (Raina, 2011)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotylodenae
Gambar 2.2.4
Ordo : Lamiales
Daun Kumis Kucing
Family : lamiaceae
(Orthosipon Stamineus)
Genus : Origosiphon
Spesies : Orthosiphon Stamineus
b. Morfologi Tanaman
Batang berkayu, segi empat agak beralur, beruas, bercabang, berambut
pendek atau gundul, berakar kuat. Daun tunggal, bulat telur, elips atau memanjang,
berambut halus, tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing. tipis, wamanya hijau.
Bunga majemuk dalam tandan yang keluar di ujung percabangan, berwarna ungu
pucat atau putih, benang sari lebih panjang dari tabung bunga. Buah berupa buah
kotak, bulat telur, masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna hitam (Raina,
2011).
c. Manfaat
Kumis kucing (Orthosipon stamineus) adalah tumbuhan semak yang banyak
ditemukan di Asia tenggara, terutama Negara-negara beriklim tropis. Bagian dari
tanaman kumis kucing yang paling bermanfaat adalah daunnya, yang mengandung

12
kadar kalium yang paling tinggi, glikoaqda orthosiponin yang bagus untuk
menurunkan kadar asam urat, fosfat, dan oksalat dan dalam tubuh.. Kumis kucing
terbukti khasiatnya menyembuhkan infeksi kantung kemih, membersihkan empedu
dan ginjal, menyembuhkan rematik, menjada tekanan darah, diabetes dan asam.
d. Kandungan kimia
Kandungan senyawa metabolit dalam tanaman kumis kucing adalah minyak
atsiri, polifenol, alkaloid, saponin, flavonoid dan sinensetin (Raina, 2011).
2.2.4 Daun Jagung (Zea mays)
a. Klasifikasi Tanaman menurut (Tjitrosocpomo, 2005)
Regnum : Plantae
Divisio : spermatophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae Gambar 2.2.4

Genus : Zea Daun Jagung (Zea

Spesies : Zea mays L. mays)

b. Morfologi Tanaman
Jagung merupakan tanaman semusim. Dalam satu siklus hidupnya terjadi
selama 80- 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tanaman jagung
merupakan salah satu jenis tanaman pangan bui- bijian (serelia)dari keluarga
rumput- rumputan. Akar tanaman jagung merupakan akar serabut yang tumbuh di
bagian pangkal batang dan menyebar luas sebagai akar lateral, 12 Kemudian akar
seminal yang tumbuh ke bawah dari lembaga biji jagung.
Batang tanaman jagung bulat silindris dan beruas ruas, dan pada bagian
pangkal batang beruas cukup pendek dengan jumlah sekitar 8-20 ruas, dan rata-
rata tinggi tanaman jagung antara satu sampai tiga meter diatas permukaan tanah.
Menurut Wirawan, (2005) daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis dan

13
jumlah daunnya sekitar 848 helai tiap batangnya, tergantung pada jenis atau
variefas yang ditanam Panjang daun 30 cm 45 cm dah lebarnya antara 5 cm - 15
cm. Setiap tanaman jagung biasanya terdapat bunga jantan dan bunga betina yang
letaknya terpisah,
Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga
betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga jantan yang terdapat di ujung tanaman
masak lebih dahulu dari pada bunga betina. Persarian yang terbaik terjadi pada
pagi hari, jumlah serbuk sari yang ada diperkirakan sekitar dua sampai lima juta
per tanaman. Pada waktu itu terjadi proses penempelan serbuk sari pada rambut
Serbuk sari terbentuk selama 7-15 hari.
Persarian jagung umumnya dibantu oleh angin. Buah tanaman jagung terdiri
atas tongkol biji dan daan pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan
kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya
jagung memiliki barisan biji yang melitit secara lurus atau berkelok-kelok pada
tongkol dan berjumlah antara 8-20 baris biji Biji jagung terdiri atas tiga bagian
utama yaitu kulit biji, endosperm dan embrio (Syafruddin & Fadhly, 2004).
c. Manfaat
Menurut Wirawan (2006) manfaat dar jagung yaitu:
Melawan Kangker, jagung kaya akan asam fenolik-senyawa ferulic- agen
anti kanker yang telah terbukti efektif memerangi tumor pada kanker payudara dan
kankerhati. Sebagai sumber asam linoleat, asam linoleat adalah asam lemak
esensial yang bersifat tidak jenuh dan sangat baik untuk kesehatan Asam linoleat
diperlukan untuk asupan dan transportasi vitamin D. Mencegah anemia dan
sebagai kekebalan tubuh, vitamin B12 pada jagung mampu mencegah anemia
yang disebabkan oleh kekurangan vitamin Selain itu kandungan B2-nya berfungsi
mempertahankan keseimbangan sel tubuh. Sumber kalium, kalium berperan
penting sebagai elektrolit yang membantu mengatur tingkat cairan dan menjaga
keseimbangan air dalam tubuh sehingga organ tubuh dapat berfungsi dengan tepat

14
Kalium bersifat duretik yang bisa melancarkan pembuangan air seni, sehingga bisa
mengatasi infeksi saluran kemih, menurunkan kadar asam urat dan mencegah batu
ginjal. Sumber Vitamin C, konsumsi minyak kulit jagung dapat menurunkan
kolesterol jahat dalam tubuh Vitamin C, karotenoid dan bioflavinoids
yangterkandung dalam jagung manis menjaga jantung tetap sehat dengan
mengendalikan kadar kolesterol dan meningkatkan aliran darah dalam tubuh.
d. Kandungan kimia
Ekstrak daun mengandung senyawa saponin dan flavonoid; ekstrak daun
pembungkus hanya mengandung senyawa alkaloid; ekstrak batang mengandung
senyawa alkaloid dan saponin; sedangkan ekstrak rambut mengandung senyawa
alkaloid dan flavonoid (Raina, 2011).
2.2.5. Daun Alpukat (Persea americana)
a. Klasifikasi Tanaman (Rukmana, 2005).
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Gambar 2.2.5
Ordo : Leurales
. Daun Alpukat (Persea
Famili : Leuraceae
americana)
Genus : Persea
Spesies : Persea americana
b. Morfologi Tanaman
Pohon Alpukat biasa tumbuh hingga kounggian 20 m dan memiliki ukuran
antara 12-25 cm, bunga alpukat letaknya tersembunyi dan memiliki warna hijau
kekuningan, ukuran bunga 5-10 mm. buah alpukat memiliki tipe buni, kulit buah
berwarna hijau tua hingga ungu dengan tekstur kulit yang lembut. Pertumbuhan
buah tergantung dari masing-masing varietas alpukat itu sendiri, daging buah
umunya memiliki warna hijau muda dengan warna kuning pada bagian dekat biji
Daging buah memiliki rasa gurih dan bertekstur lembut (Raina, 2011).

15
c. Manfaat tanaman
Manusia dapat memanfaatkan beberapa bagian dari pohon alpukat untuk
perluan sehari-hari, mulai dari bagian batang terutama kulitnya, daun, buah, juga
biji yang terdapat dalam buah alpukat. Biji dari buah alpukat bias Sighasilkan zat
warnadengan kualitas cukup baik sehingga bias digunakan Pagai bahan pewarna
tekstil. Kulit pohon lapukat juga bias digunakan untuk an pewarna, kulit pohon ini
menghasilkan warna coklat. Bagian batang biasanya digunakan sebagai kayu
bakar, buah bermanfaat untuk konsumsi sehari-hari, juga bisa berperan sebagai
bahan obat (Raina, 2011).
d. Kandungan kimia
Kandungan zat aktif yang terdapat di daun alpukat adalah saponin. alkaloida
dan flavonoida serta polienol, quersetin dan gula alkali persiit. Flavanoida
merupakan kelompok flavanol turunan senyawa benzena dapat digunakan sebagai
senyawa dasar zat warna alam (Raina, 2011).
2.2.6 Daun Sukun (Artocarpus communis)
a. Klasifikasi Tanaman menurut (Rukmana, 2005)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Gambar 2.2.6
Famili : Moraceae
Daun Sukun
Genus : Artocarpus
(Artocarpus
Spesies : Artocarpus communis
communis)
Forst
b. Morfologi Tanaman
Pada umumnya pohon Sukun yang tumbuh di kota Bekasi sama dengan
pohon Sukun yang ada di tempat lain. Pohon Sukun berukuran besar, dengan
bentuk kanopi yang menarik, mencapai tinggi pohon 15 - 30 m. Permukaan pohon

16
halus, dengan kulit berwarna terang dan diameter dapat mencapai 1,8 m. Sebelum
bercabang, tinggi pohon mencapai 4 m. Getah putih terdapat di seluruh bagian
tanaman. Dua buah seludang menutup kuncup tunas pucuk. Panjang seludang
berukuran ± 30 cm. Pada tanaman dewasa, seludang menguning dan gugur pada
saat daun baru atau bunga muncul.
Tinggi tanaman Sukun yang tertinggi yaitu 12,90 m dan yang terendah 7,9
m. Menurut (Moles et al., 2009), Tinggi tanaman Sukun ditentukan oleh
kemampuan tanaman untuk bersaing dalam mendapatkan cahaya. Lingkar batang
Sukun terbesar yaitu 125 cm dan yang terkecil 98,5 cm. (Mansyurdin, dkk., 2016)
menyatakan bahwa pohon yang memiliki umur lebih tua akan memiliki lingkar
batang yang lebih besar.
Sampel yang diamati memiliki umur antara 9 -23 tahun. Diamater tajuk
tanaman Sukun terbesar yaitu 4,67 m dan yang terkecil 6,14 m. Menurut hasil
penelitian (Mawazin & Suhaendi, 2008), semakin lebar jarak antar tanaman maka
diameter tajuknya akan semakin besar, sedangkan semakin rapat jarak antar
tanaman maka diameternya semakin kecil.buah yang dihasilkan danpohon sukun
Banyak olahan makanan yang terbuat dari buah sukun ini.Gorengan misalnya,
gorengan dari buah sukun ini ternyata juga di gemari oleh masyarakat Sebab
dengan cita rasa gurih dan lunak seperti roti ternyata di jual belikan di pasaran Tak
hanya itu saja, bagian dari pohon sukun masih ada lagi yaitu daunnya Akan tetapi
daun tersebut tidak digunakan sebagai makanan ringan ya Melainkan daun tersebut
dapat di gunakan sebagai obat tradisional (Rukmana, 2005).
c. Manfaat
Manfaat daun sukun sebagai obat herbal ini karena daun sukun memiliki
kandungan senyawa seperti polifenol, falvonoid, kalium, riboflavin, tanin, asam
amino esensial, sitosterol, dan asetilkolin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Selain itu, daun sukun memiliki senyawa ortoindonesionin dan querticetin yang
merupakan turunan senyawa flavonoid. Hanya dengan mengkonsumsinya sehari

17
satu gelas maka penyakit seperti gengguan ginjal, kolesterol tinggi, asam urat, dan
lain sebagainya dapat diatasi dengan ramuan ini. Selain baik untuk ginjal, daun
sukun ternyata juga jitu untuk merodam laju kolesterol jahat dalam darah Seperti
yang dialami oleh Imron Menurutnya, setelah dua minggu, daun sukun mampu
menurunkan kadar kolesterol darahnya (Rukmana, 2005).
d. Kandungan kimia
Daun sukun adalah salah satu obat tradisional yang telah banyak dikenal
masyarakat Indonesia. Flavonoid, artoindonesianin, asam hidrosianat, asetilcolin,
tannin, riboflavin, saponin, phenol, quercetin, champerol dan kalium merupakan
kandungan kimia daun sukun yang berkhasiat sebagai pengobatan juga disebutkan
bahwa sukun mengandung senyawa kimia alkaloid. Senyawa alkaloid tersebut
terdiri dari atropin, hiosiamin, dan skopolamin yang bersifat Stikholinergik.
Kecubung juga mengandung hiosin, zat lemak, kalsium oksalat, teloidina,
norhiosiamina, norskopolamina, kuskohigrina, dan nikotina. (Raina,
2.2.7 Daun Kecubung (Datura metel L)
a. Klasifikasi Tanaman menurut (Lukman, 2007)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae Gambar 2.2.7

Genus : Datura Daun Kecubung


(Datura metel L)
Spesies : Datura Metel L.
b. Morfologi Tanaman
Kecubung berasal dari Asia dan Afrika, kemudian tersebar meluas sampai di
Amerika. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di
atas permukaan laut. Tumbuh di tempat tempat terbuka, tanah yang mengandung
pasir dan tidak begitu lembab, dengan iklim yang kering, selain tumbuh liar di

18
lading ladang, kecubung sering ditanam di kebun halaman rumah sebagai tanaman
pagar atau tanaman hias yang berkhasiat obat.
Kecubung termasuk tumbuhan jenis perdu yang mempunyai pokok batang
kayu dan tebal, bercabang banyak, tumbuh dengan tinggi kurang dari 2 meter.
Daun kecubung berwarna hijau berbentuk bulat telur, tunggal, tipis, dan pada
bagian tepinya berlekuk lekuk tajam dan letaknya berhadap-hadapan. Ujung dan
pangkal daun meruncing dan pertulangannya menyirip. Bunga tunggal menyerupai
terompet dan berwarna putih atau lembayung, panjang bunga lebih kurang 12-18
cm, bunga bergerigi 5-6 dan pendek 3-5 cm.
Tangkai bunga sekitar 1-3 cm, kelopak bunga bertajuk 5 dengan tajuk
runcing. Bunga mekar di malam hari, membuka menjelang matahari tenggelam
dan menutup sore berikutnya. Buah kecubung hampir bulat yang salah satu
ujungnya didukung oleh tangkai tandan yang pendek dan melekat kuat. Buah
kecubung bagian luarnya dihiasi duri-duri pendek dan dalamnya berisi biji-biji
kecil warna kuning kecoklatan, diameter buah ini sekitar 4-5 cm. Buah yang masih
muda berwarna hijau muda. sedangkan yang sudah tua berwarna hijau tua (Raina,
2011).
c. Manfaat
Kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, diantaranya sebagai
obat pada penderita asma, reumatik, sakit pinggang, pegal linu, eksim, bisul, sakit
gigi, sakit perut bagian atas, bangkak (obat luar), ketobe (obat luar), sulit buang air
besar (obat luar), terkilir (obat luar). Secara tradisional kecubung juga
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat kanker payudara (Raina, 2011).
d. Kandungan kimia.
Kandungan senyawa di dalam tanaman kecubung antara lain alkaloid, zat
lemak, steroid, fenol saponin, tannin, dan terpentin dengan bahan aktif, seperti
atropine, hiostamin, scopolamin, hiosin, zat lemak, kalsium oksalat, metosdina,
norhiosiamina, norskopolamina, kuskohigrina, nikotin, dan hyoscamine (Thomas,

19
2003).

2.3 Uraian Bahan


2.3.1 Alkohol 70% (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol, etanol, cthyl alcohol

Berat molekul : 46,07

Rumus molekul : C2H5OH

Rumus struktur :

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dan dalam kloroflam

Pemerian : cairan tidak berwarna jernih, mudah menguap dan mudah


bergerak Bau khas rasa panas. Mudah terbakar dan
memberikan nyala biru yang tidak berasap

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Terhindar dari cahaya, ditempat


sejuk jauh dari nyala api

Kegunaan : Desinfektan

Khasiat : Membunuh organisme yang terdapat pada alat

20
2.3.2 Aquadest (Dirjen POM, 2010)
Sinonim : Aqua destillata
Berat molekul : 18,02
Rumus molekul : H2O
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan mempunyai


rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pengencer


Kelarutan : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol

21
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum “Epidermis dan Modifikasinya” dilaksanakan pada tanggal 16
oktober 2023 pukul 07.00-10.00 WITA. Pelaksaan praktikum bertempat di
Laboratorium Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu, cover glass, kaca
preparat, mikroskop, pipet tetes, cutter dan silet.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktipkum kali ini yaitu, Alkohol 70%,
Aquadest, daun sukun (Arthocapus comunis folium), daun kecebung (Datura Metel
Folium), tisu, daun durian (Durian Zibenthinus folium), daun kumis kucing
(orthosiponstamineus folium) daun alamanda (Alamanda catatrtica folium), daun
alpukat (parsea americana folium), dan daun jagung (zea mays folium).
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Percobaan I : Modifikasi Epidermis
Penampang epidermis bawah daun zea mays folium, orthosiponstamineus
folium
1. Disiapkan alat dan bahann yang akan digunakan.
2. Dibersihkan bahan yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70%.
3. Diiris setipis mungkin sampel yang digunakan.

22
4. Diletakkan sampel diatas kaca preparat kemudian ditetesi dengan aquadest
5. Ditutup dengan menggunakan coverglass.
6. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat
7. Digambar sel - sel epidermis lengkap dengan modifikasinya

3.3.2 Percobaan II : Stomata


Penampang epidersmis bawah daun alpukat, dan daun alamanda
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibersihkan bahan yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70%.
3. Diiris setipis mungkin sampel yang digunakan
4. Diletakan sampel diatas kaca preparat kemudian tetesi dengan aquadest.
5. Ditutup dengan menggunakan coverglass.
6. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat.
7. Digambar bagian sel - sel stomata
3.3.3 Percobaan III : Trikoma
Penampang epidermis bawah daun durian dan daun sukun
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan bahan yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70%
3. Diiris setipis mungkin sampel yang digunakan.
4. Diletakan sampel diatas kaca preparat kemudian tetesi dengan aquadest.
5. Ditutup dengan menggunakan coverglass.
6. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat.
7. Digambar bagian sel - sel trikoma

23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
4.1.1 Tabel hasil pengamatan:
No. Sampel Perbesaran Gambar Literatur

1. Daun 4x
Alamanda
(Alamanda
Catatrica
Folium)
Rompas ( 2011)
Daun 10x
Alamanda
(Alamanda
Catatrica
Folium)
Rompas ( 2011)
Daun 40x
Alamanda
(Alamanda
Catatrica
Folium)
Rompas ( 2011)
Daun 100x
Alamanda
(Alamanda
Catatrica
Folium)
Rompas ( 2011)
2. Daun 4x
Kecubung
(Datura Metel
Folium)

24
Aulya Rohmana
( 2015)
Daun 10x
Kecubung
(Datura Metel
Folium)

Aulya Rohmana
( 2015)
Daun 40x
Kecubung
(Datura Metel
Folium)

Aulya Rohmana
( 2015)
Daun 100x
Kecubung
(Datura Metel
Folium)

Aulya Rohmana
(2015)
3. Daun Jagung 4x
(Zea Mays
Folium)

Hidayat ( 1990)

Daun Jagung 10x


(Zea Mays
Folium

25
Hidayat ( 1990)

Daun Jagung 40x


(Zea Mays
Folium

Hidayat ( 1990)

Daun Jagung 100x


(Zea Mays
Folium

Hidayat ( 1990)

4. Daun Durian 4x
(Durio
Zibenthinus
Folium)

Aulya Rohmana
(2015)
Daun Durian 10x
(Durio
Zibenthinus
Folium)

26
Aulya Rohmana
(2015)

Daun Durian 40x


(Durio
Zibenthinus
Folium)

Aulya Rohmana
(2015)
Daun Durian 100x
(Durio
Zibenthinus
Folium)

Aulya Rohmana
(2015)
5. Daun Alpukat 4x
(Persea
Americana
Folium)

Aulya Rohmana

( 2015)
Daun Alpukat 10x
(Persea
Americana
Folium)

Aulya Rohmana

27
( 2015)

Daun Alpukat 40x


(Persea
Americana
Folium)

Aulya Rohmana

Rohmana ( 2015)

Daun Alpukat 100x


(Persea
Americana
Folium)

Aulya Rohmana
( 2015)

6. Daun Kumis 4x
Kucing
(Orthosipon
Stamineus
Folium) Aulya Rohmana
(2015)

Daun Kumis
Kucing
(Orthosipon 10x
Stamineus
Folium) Aulya
Rohmana
(2015

28
Daun Kumis 40x
Kucing
(Orthosipon
Stamineus
Folium) Aulya Rohmana
(2015)
Daun Kumis 100x
Kucing
(Orthosipon
Stamineus
Folium) Aulya Rohmana
(2015)
7. Daun Sukun 4x
(Arthocarpus
Communis
Folium)
Aulya
Rohmana( 2015)
Daun Sukun 10x
(Arthocarpus
Communis
Folium)
Aulya
Rohmana( 2015)
Daun Sukun 40x
(Arthocarpus
Communis
Folium)
Aulya
Rohmana( 2015)
Daun Sukun 100x
(Arthocarpus
Communis
Folium)
Aulya
Rohmana( 2015)

4.2 Pembahasan
Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi permukaan daun,
bunga, buah, biji, batang dan akar. Jaringan epidermis tersusun dari sel-sel,

29
membentuk suatu lapisan yang menutup seluruh permukaan luar tubuh tumbuhan
secara berkesinambungan, kecuali pada celah stomata dan lentisel (Juniza, Mayora,
2019).
Adapun menurut (Ahmad, 2002) Epidermis adalah lapisan terluar daun, ada
epidermis atas dan epidermis bawah. Pada permukaan daun bagian bawah biasa
ditemukan bentuk modifikasi dari sel-sel epidermis, yaitu berupa sel penutup pada
stomata.
Dalam praktikum kali ini hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cover glass, kaca
preparat, keranjang, lap halus, lap kasar, mikroskop, pipet tetes dan silet.Bahan yang
digunakan adalah alkohol 70%, aquades, daun alamanda (Alamanda Catatrica
Folium), daun sukun (Arthocarpus Communis Folium), daun kecubung (Datura
Metel Folium), daun durian (Durio Zibenthinus Folium), daun kumis kucing
(Orthosipon Stamineus Folium), daun alpukat (Persea Americana Folium), daun
jagung (Zea Mays Folium) dan Tisu. Mikroskop binokuler yang berfungsi untuk
mengamati objek secara detail, kaca objek yang berfungsi untuk meletakan objek
yang akan diamati, kaca penutup (cover glass) yang berfungsi menutup atau menahan
objek agar mudah diamati melalui mikroskop. Adapun fungsi lain dari cover glass
menurut Sunaha (2010), ialah untuk melindungi sampel dari debu dan kontak yang
tidak sengaja, alkohol 70% yang berfungsi untuk mensterilkan kaca objek dan kaca
penutup, air mineral yang berfungsi membersihkan alat dan juga untuk pengamatan
objek dengan cara meneteskan air tersebut menggunakan pipet pada objek yang akan
diamati. Menurut Setjo, S. (2010), dilakukan penetesan air karena untuk membuat
kondisi sel dalam keadaan normal dan dapat mempermudah proses pengamatan.
Perlakuan pertama yaitu pada sampel daun jagung (Zea Mays Folium), daun
kumis kucing (Orthosipon Stamineus Folium) dan daun kecubung (Datura Metel
Folium). Disiapkan alat dan bahan, di iris sampel bagian penampang epidermis
bawah setipis mungkin menggunakan silet, hasil irisan di letakkan di atas kaca
preparat, lalu di tambahkan aquades secukupnya di dalam preparat, setelah itu di

30
tutupi dengan cover glass dan di amati di mikroskop, kemudian diatur sesuai
perbesaran yang akan di amati. Hasil yang didapatkan bahwa pada sampel perlakuan
pertama terdapat stomata.
Perlakuan kedua yaitu pada sampel daun alpukat (Persea Americana Folium) dan
daun alamanda (Alamanda Catatrica Folium). Disiapkan alat dan bahan, di iris
sampel bagian penampang epidermis bawah setipis mungkin menggunakan silet, hasil
irisan di letakkan di atas kaca preparat, lalu di tambahkan aquades secukupnya di
dalam preparat, setelah itu di tutupi dengan cover glass dan di amati di mikroskop,
kemudian diatur sesuai perbesaran yang akan di amati. Hasil yang didapatkan bahwa
pada sampel perlakuan kedua terdapat stomata.
Perlakuan ketiga yaitu pada sampel daun durian (Durio Zibenthinus Folium) dan
daun sukun (Arthocarpus Communis Folium). Disiapkan alat dan bahan, di iris
sampel bagian penampang epidermis bawah setipis mungkin menggunakan silet, hasil
irisan di letakkan di atas kaca preparat, lalu di tambahkan aquades secukupnya di
dalam preparat, setelah itu di tutupi dengan cover glass dan di amati di mikroskop,
kemudian diatur sesuai perbesaran yang akan di amati. Hasil yang didapatkan bahwa
pada sampel perlakuan kedua terdapat trikoma bintang pada daun durian dan trikoma
tanduk pada daun sukun.
Epidermis adalah lapisan terluar daun, ada epidermis atas dan epidermis bawah.
Pada permukaan daun bagian bawah biasa ditemukan bentuk modifikasi dari sel-sel
epidermis, yaitu berupa sel penutup pada stomata.. Stomata atau mulut daun
merupakan lubang kecil atau pori yang diapit oleh dua sel penjaga. Dengan cara
mengubah bentuknya, sel penutup dapat mengatur pelebaran (stomata terbuka) dan
penyempitan celah (stomata menutup). Ketika stomata terbuka terjadi pertukaran gas,
karbondioksida berdifusi masuk dan oksigen berdifusi keluar (Ahmad, 2002).

31
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Secara umum daun dewasa T. catappa memiliki struktur penyusun jaringan
yang sama, yaitu tersusun oleh jaringan epidermis, mesofil yang
berdiferensiasi menjadi jaringan palisade dan spons dan memiliki tipe
dorsiventral, berkas pembuluh bikolateral dan stomata tipe anomositik dan
kristal tipe druse.
2. Pada lingkungan tumbuh yang berbeda terjadi variasi struktur anatomi daun T.
catappa. Variasi yang terlihat meliputi :
a) Kutikula yang paling tebal ditemukan pada sampel yang tumbuh di daerah
pinggir pantai, sedangkan yang paling tipis ditemukan pada daerah pinggir
sungai.
b) Epidermis yang ditemukan pada sampel di daerah pinggir pantai dan pinggir
sungai terlihat tegak, sementara sel epidermis yang ditemukan pada sampel di
daerah perbukitan agak memanjang.
c) Palisade yang ditemukan pada daerah pinggir sungai yang tersusun atas dua
lapisan, sementara di daerah pinggir pantai dan perbukitan hanya disusun oleh
satu lapis palisade. Jaringan palisade di daerah pinggir sungai. Lapisan spons
yang paling sedikit ditemukan di daerah pinggir sungai (6,7 lapisan), sedangkan
yang terbanyak ditemukan di daerah pinggir pantai.
d) Daun yang paling tebal didapatkan dari sampel yang tumbuh di daerah

32
pinggir pantai, dan yang paling tipis ditemukan di daerah pinggir sungai.
e) Kristal dengan tipe druse paling banyak ditemukan di daerah perbukitan dan
paling sedikit di temukan di daerah pinggir sungai.
f) Stomata dengan tipe anomositik, di daerah pinggir sungai ditemukan di kedua
permukaan daun, sedangkan di daerah perbukitan dan pinggir pantai hanya
ditemukan di bagian bawah daun. Stomata terbanyak ditemukan pada sampel
yang berasal dari daerah pinggir pantai (87,22), tetapi ukuran stomatanya kecil.
Jumlah stomata paling sedikit ditemukan di perbukitan (69,63), tetapi ukuran
stomatanya paling besar. Dari keadaan ini terlihat. adanya hubungan terbalik
antara jumlah stomata dengan ukuran stomata.
5.1 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Dapat memberikan dukungan bagi seluruh praktikan dalam hal tempat agar
praktikan dapat menjalankan praktikum dengan lebih maksimal, yaitu dengan
menambah fasilitas laboratorium agar praktikum dapat berjalan lebih maksimal.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Untuk lebih memfasilitasi alat yang akan digunakan untuk praktikum agar para
praktikan tidak mengalami kendala dalam melakukan praktikum.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Diharapkan agar kerjasama antara asisten dengan praktikan tetap dipertahankan
dengan banyak memberi wawasan tentang epidermis.

33
DAFTAR PUSTAKA

A. A Anwar Prabu Mangkunegara. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Abdullah Winarno, dkk. 2009. Teknik Evaluasi Multimedia Pembelajaran Panduan


Lengkap Untuk Para Pendidik dan Praktisi Pendidikan. Jakarta:
Genius Prima Media.

Batubara, I., Komariah, K., Sandrawati, A., and Nurcholis, W. 2020. Genotype
Selection for hytochemical Content And Pharmacological Activities in
Ethanol Extracts of Fifteen Types of Orthosiphon aristatus (Blume)
Miq. Leaves Using Chemometric Analysis. Scientific Reports 10(1),
1–11.

Berim, A., and Gang, D. R. 2016. Methoxylated Flavones: Occurrence,


Importance, Biosynthesis. Phytochemistry Reviews Springer
Netherlands. https://doi.org/10.1007/s11101-015-9426-0

Chotimah, A. N. (2019). Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap


Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Longsor di Pasir Jaya, Bogor.
Jurnal Manajemen Bencana (JMB), 5(2), 57–72.
https://doi.org/10.33172/jmb.v5i2.463

Dasuki U.A. 1991. Bahan Kuliah Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Bandung: Pusat
Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati ITB.

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Febjislami, S., Kurniawati, A., Melati, M., and Wahyu, Y. 2019. Morphological
Characters, Flowering and Seed Germination of The Indonesian

34
Medicinal Plant Orthosiphon aristatus. Biodiversitas 20, 328–337.
https://doi.org/10.13057/biodiv/d200204

Fahn, A. 1989. Plant Anatomy. Edition. Pergamon Press, New York.

Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB. Bandung.

Heyne, K, (1987), Berguna Indonesia II, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta

Joris J. Glas, Bernardus C. J. Schimmel, Juan M. Alba, Rocío Escobar-Bravo, Robert


C. Schuurink and Merijn R. Kant. 2012. Plant glandular trichomes as
targets for breading or engineering of resistance to herbivores. Int. J.
Mol. Sci. 13: 17077- 17103.

Kartasapoetra, A. G. 1988. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel dan


Jaringan). Bina Aksara, Jakarta.

Keng, L. C., and Siong, P. L. 2006. Morphological Similarities and Differences


between the Two Varieties of Cat`s Whiskers (Orthosiphon stamineus
Benth.) grown in Malaysia. International Journal of Botany 2.
https://doi.org/10.3923/ijb.2006.1.6

Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Mulyani, S, E, S, 2006. Anatomi Tumbuhan, Jakarta: Erlangga.

Nurul, A. 2013. Struktur Anatomi Daun Lengkeng (Dimocarpus longan Lour.)


Kultivar Lokal, Pingpong, Itoh, dan Diamond river. [Skripsi]. Jember:
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember, Jember.

Nugroho, L.H., Purnomo dan I. Sumardi. 2006. Struktur dan Perkembangan


Tumbuhan. Penerbit Peneber Swadaya, Jakarta.

Naiola, B Paul. 1986. Tanaman Budidaya Indonesia Nama Serta Manfaatnya.


Jakarta: CV.Yasaguna

Payne, W. W.1970. Helicocytic and allelocytic stomata: unrecognized patterns in the


Dicotyledonae. American Journal of Botany. 57(2): 140–147.

Pandey, S.N. and A. Chandha. 1996. A Texbook of Botany Plant Anatomy and
Economic Botany Volume III. Vikas Publishing House PVT LTD New

35
Delhi.

Retno, R.S. 2015. Identifikasi Tipe Stomata Pada Daun Tumbuhan Xerofit
(Euphorbia splendess), Hidrofit (Ipomea aquatic), dan Mesofit
(Hibiscus rosa-sinensis). Florea Volume 2 No.2, November 2015 (28-
32).

Rompas, Y., H.L. Rampe, dan M.J. Rumondor. 2011. Struktur Sel Epidermis dan
Stomata Daun Beberapa TumbuhanSuku Orchidaceae. Jurnal
bioslogos. 1(1): 1-19.

Salisbury, F.B. dan Ros. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 1 dan 2 ITB, Bandung.

Setjo, S., E. Kartini., M.Saptasari., dan Sulisetijono. 2004. Anatomi Tumbuhan.


Malang: JICA

Shaheen, N. 2009. Implication of Foliar Features in The Taxonomy of Abutilon Mill.


(Malvaceae). Journal of Medicinal Plants Research., Vol. 3(12):
1002-1008.

Sugiyarto, 2013, Patofisiologi dan faktor pencetus Diabetes Melitus: si manis


berujung kronis. Prosiding seminar nasional Diabetes Melitus,
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi, 6-7.

Sonibare, A., A. Jayeola., Egunyomi., dan Murata. 2005. A survey of Epidermal


Morphology I Ficus Linn. (Moraceae) of Nigeria. Botanical Studies.,
Vol. 46: 231- 238.

Tan H, Xiao L, Gao S, Li Q, Chen J, Xiao Y, Ji Q, Chen R, Chen W, and Zhang L.


2015. Trichome and Artemisinin regulator is required for trichome
development and Artemisinin biosynthesis in Artemisia annua L. Mol.
Plant. 8(9).

Tjitrosomo, Siti Sutarmi, H. Sudarnadi, dan A. Zakaria. (1983). Botani Umum 3.


Bandung: Angkasa.

United State Departement of Agriculture. (2018). USDA National Nutrient Database


for Standart Reference.

U. Arukwe et al., 2012 “Chemical Composition of Persea Americana Leaf , Fruit


and Seed,” Ijrras, vol. 11, no. 2, pp. 346–349, 2012

Werker E. 2000. Trichome Diversity and Development. In Plant Trichomes

36
(Hallahan D. L. and J. C Gray, eds.). Advance In Botanical Research.
Vol 31. New York. Academic Press

37

Anda mungkin juga menyukai