Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN


SEMESTER 114

Judul Praktikum:
PENGAMATAN JARINGAN PELINDUNG

Disusun oleh:
Salma Nur Rabbani NIM 1308620041 Biologi A 2020

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya sel-sel dengan struktur khusus yang berfungsi sebagai jaringan
pelindung adalah sel-sel epidermis beserta derivatnya. Jaringan pelindung berperan untuk
mencegah air, kerusakan mekanis, melindungi perubahan suhu yang ekstrim, dan
menjaga kehilangan zat-zat makanan dari tumbuhan. Sel-sel epidermis beserta derivatnya
terletak pada seluruh bagian tubuh tumbuhan paling luar, sehingga membentuk suatu
sistem yang dikenal sebagai jaringan kulit. Jaringan kulit terdiri dari epidermis, stomata,
trikoma, litosis, sel-sel kipas, sel-sel silica, dan lain-lain (Hidayat, 1995).
Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi permukaan daun,
bunga, buah, biji, batang dan akar (Metcalfe et al., 1950). Jaringan epidermis berfungsi
melindungi jaringan dari lingkungan luar, berperan dalam pengaturan pertukaran gas
pada daun dan bagian permukaan luarnya dilapisi oleh kutikula. Sel epidermis berbentuk
tubular dengan susunan rapat tanpa ruang interseluler. Permukaan daun yang menghadap
ke atas dikenal dengan epidermis atas (sisi adaksial) dan permukaan yang lain dikenal
dengan epidermis bawah (sisi abaksial) (Aini, 2014).
Epidermis biasanya terdapat di seluruh kehidupan organ-organ tumbuhan yang
tidak mengalami penebalan sekunder. Lamanya epidermis didalam organ tumbuhan
dengan pertumbuhan sekunder tidak sama. Sel epidermis bentuk umum mempunyai
bentuk, ukuran serta susunan yang beragam, tetapi selalu tersusun rapat membentuk
lapisan yang kompak tanpa ruang interselular (Sutrian, 2004).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja macam-macam dari derivat epidermis?
2. Apa fungsi dari jaringan pelindung pada tumbuhan?
3. Bagaimana tipe stomata pada daun Aloe vera, daun Canna indica, daun
Centrosema pubescens, dan daun Nerium oleander?
4. Bagaimana bentuk trikoma pada batang Clinopodium/Salvia, daun Durio
zibethinus, dan daun Hibiscus tiliaceus?

1.3 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui macam-macam derivat epidermis.
2. Mengetahui fungsi dari jaringan pelindung pada tumbuhan.
3. Mengetahui tipe stomata pada daun Aloe vera, daun Canna indica, daun
Centrosema pubescens, dan daun Nerium oleander.
4. Mengetahui bentuk trikoma pada batang Clinopodium/Salvia, daun Durio
zibethinus, dan daun Hibiscus tiliaceus.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidermis
Epidermis adalah lapisan paling luar pada alat-alat tumbuhan seperti akar, batang,
daun, bunga, buah dan biji. Bentuk, ukuran dan susunan sel epidermis berbeda-beda pada
berbagai jenis tumbuhan dan organnya, tetapi semuanya menunjukkan tanda yang sama
yaitu rapat satu sama lain membentuk bangunan padat tanpa ruang antar sel. Ada
beberapa bentuk khusus (derivate) epidermis, di antaranya adalah stomata yang berarti
lubang. Di antara sel-sel epidermis terdapat celah (porus) kecil yang diapit oleh dua sel
berbentuk khusus yang berbeda dengan sel epidermis lainnya. Kedua sel berbentuk
khusus itu disebut sel penutup (guard cells). Sel epidermis yang berdekatan dengan sel
penutup ini (jumlahnya bisa dua sel atau lebih) disebut sel tetangga (Trisiswanti &
Sugimin, 2020).

2.2 Derivat Epidermis


Derivat epidermis adalah bentuk spesifik atau struktur tambahan pada epidermis
yang memiliki fungsi tertentu (Hidayat, 1995). Derivat epidermis dapat berupa sel kipas,
epidermis ganda dan litosis. Sel kipas, litosis dan epidermis ganda ditemukan pada
tumbuhan monokotil dan sebagian kecil tumbuhan dikotil, sedangkan trikoma dan
stomata ditemukan pada sebagian besar tumbuhan yang memiliki klorofil (Sumardi,
1993).

2.2.1 Stomata
Stomata merupakan modifikasi dari sel epidermis daun berupa sepasang sel
penjaga yang bisa menimbulkan celah sehingga uap air dan gas dapat dipertukarkan
antara bagian dalam dari stomata dengan lingkungan. Stomata biasanya ditemukan pada
bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara terutama di daun, batang dan rizoma
(Fahn, 1991). Stomata umumnya terdapat pada bagian bawah daun, tetapi ada beberapa
jenis tumbuhan yang stomatanya dapat dijumpai pada permukaan atas dan bawah daun.
Pada tanaman dikotil, stomata dikelompokkan menjadi empat tipe berdasarkan susunan
sel-sel tetangga, yaitu :
1. Tipe anomositik, yaitu sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak berbeda
ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Tipe ini umumnya terdapat pada
famili Ranunculaceae.
2. Tipe anisositik, yaitu sel penutup dikelilingi oleh tiga buah sel tetangga yang tidak
sama besar. Tipe ini umumnya terdapat pada famili Cruciferae.
3. Tipe parasitik, yaitu setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau lebih dengan
sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup celah. Tipe ini umumnya
terdapat pada famili Rubiceae.
4. Tipe diasitik, yaitu setiap stomata dikelililngi dua sel tetangga. Jenis ini umum
terdapat pada famili Acanthaceae (Hidayat, 1995).
2.2.2 Trikoma
Trikoma adalah rambut-rambut yang tumbuh dari sel-sel epidermis dengan
bentuk, susunan serta fungsinya bervariasi (Sutrian, 1992). Trikoma biasanya muncul
pada permukaan luar hampir seluruh organ tumbuhan baik organ vegetatif seperti daun,
cabang, daun pelindung dan akar maupun organ reproduksi seperti sepal, petal stamen,
ginosium, biji dan buah.
Trikoma dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu trikoma non
glandular yang tidak mempunyai sekresi dan trikoma glandular yang mempunyai hasil
sekresi (Werker, 2005). Berdasarkan jumlah sel yang membangunnya, trikoma dapat
dibedakan menjadi uniseluler dan multiseluler. Trikoma uniseluler merupakan trikoma
yang terdiri dari satu sel, sedangkan trikoma multiseluler merupakan trikoma yang bersel
banyak (Sutrian, 1992).

2.2.3 Sel Silica dan Sel Gabus


Selain stomata dan trikomata, ada pula bentuk epidermis khusus yang lain. Pada
epidermis batang Graminae, misalnya tebu dan bambu, epidermis diatas tulang daun, ada
yang berbentuk panjang dan ada yang berbentuk pendek. Sel pendek mengandung kristal
silica dan suberin, karena itu disebut sebagai sel silica dan sel gabus yang berpasangan
(Trisiswanti & Sugimin, 2020).

2.2.4 Sel Kipas (Bulliform Cells)


Rumput-rumputan dan tumbuhan monokotil lain mempunyai epidermis daun
yang terdiri atas sel-sel dengan bentuk khusus yang disebut sel kipas atau bulliform cells
atau motor cells. Sel-sel ini lebih besar daripada sel epidermis normal dengan dinding
tipis dan vakuola besar. Sel kipas ini tersusun berderet di seluruh permukaan atas daun
atau hanya pada di antara alur berkas pengangkut. Pada irisan melintang bentuknya
seperti kipas dengan sel yang paling besar berada di tengah (Puspitawati, 2018).

2.2.5 Velamen
Pada tumbuhan anggrek epifit mempunyai jaringan velamen yang memudahkan
akar menyerap air hujan yang jatuh pada kulit pohon inang. Velamen juga berfungsi
sebagai alat pernapasan. Velamen terdiri dari jaringan bunga karang dengan selubung luar
berupa selaput berwarna putih dan keadaan biasa sel-selnya hanya berisi udara
(Widiastoety & Nurmalinda, 2010).

2.2.6 Litosit
Litosit merupakan hasil spesialisasi dari sel epidermis yang terdapat pada daun,
mengandung kristal kalsium karbonat yang disebut sistolit. Kristal kalsium karbonat
jarang dijumpai pada tumbuhan dan merupakan sisa metabolisme. Pada umumnya sel
litosit pada Ficus dijumpai pada sel epidermis atas daun, namun ada pula yang terletak
pada sel epidermis atas maupun sel epidermis bawah (Beck, 2005).
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan jaringan pelindung adalah
pipet tetes, cover glass, object glass, silet, jarum dissecting, pinset/forcep, dan mikroskop.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan jaringan pelindung adalah
Akar anggrek epifit, daun Ficus elastica, daun Hibiscus tiliaceus, batang Themeda
gigantea, daun Aloe vera, daun Centrosema pubescens, daun Zea mays, daun Nerium
oleander, batang Clinopodium/Salvia, daun Durio zibethinus, daun Canna indica, batang
pinus, batang Bauhinia, aquades, dan sudan III 0,3%.

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Pengamatan stomata pada daun Aloe vera
1. Spesimen daun Aloe vera disayat secara transversal menggunakan silet.
2. Hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades dan
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.

3.2.2 Pengamatan velamen pada akar anggrek epifit


1. Spesimen akar anggrek epifit disayat secara transversal menggunakan silet.
2. Hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades dan
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.

3.2.3 Pengamatan stomata pada daun Canna indica


1. Spesimen daun Canna indica disayat secara paradermal menggunakan silet.
2. Hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades dan
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.

3.2.4 Pengamatan stomata pada daun Centrosema pubescens


1. Spesimen daun Centrosema pubescens disayat secara transversal
menggunakan silet.
2. Hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades dan
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.
3.2.5 Pengamatan trikoma pada batang Clinopodium
1. Spesimen batang Clinopodium disayat secara transversal menggunakan silet.
2. Hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades dan
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.

3.2.6 Pengamatan trikoma pada daun Durio zibethinus


1. Ditempelkan selotip bening pada bagian abaksial daun Durio zibethinus.
2. Selotip ditarik dan didekatkan pada object glass.
3. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.

3.2.7 Pengamatan epidermis pada daun Ficus elastica


1. Spesimen daun Ficus elastica disayat secara transversal menggunakan silet.
2. Hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades dan
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.

3.2.8 Pengamatan trikoma pada daun Hibiscus tiliaceus


1. Spesimen daun Hibiscus tiliaceus disayat secara transversal menggunakan
silet.
2. Hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades dan
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.

3.2.9 Pengamatan bulliform cell pada daun Zea mays


1. Spesimen daun Zea mays disayat secara transversal menggunakan silet.
2. Hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades dan
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.

3.2.10 Pengamatan stomata pada daun Nerium olenader


1. Spesimen daun Nerium oleander disayat secara transversal menggunakan
silet.
2. Hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades dan
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.
3.2.11 Pengamatan silica pada kulit batang Themeda gigantea
1. Spesimen kulit batang Themeda gigante disayat secara transversal
menggunakan silet.
2. Hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi larutan sudan
III 0,3% dan ditutup dengan cover glass.
3. Sisa larutan sudan III yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.

3.2.12 Pengamatan periderm pada batang Bauhinia


1. Spesimen batang Bauhinia disayat secara transversal menggunakan silet.
2. Hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades dan
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.

3.2.13 Pengamatan lentisel pada batang pinus


1. Spesimen batang pinus disayat secara transversal menggunakan silet.
2. Hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades dan
ditutup dengan cover glass.
3. Sisa air yang terdapat pada object glass dibersihkan dengan tisu.
4. Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Stomata pada daun Aloe vera

Perbesaran mikroskop: 40x

4.1.2 Velamen pada akar anggrek epifit

Perbesaran mikroskop: 40x

4.1.3 Stomata pada daun Canna indica

Perbesaran mikroskop: 40x


4.1.4 Stomata pada daun Centrosema pubescens

Perbesaran mikroskop: 40x


4.1.5 Trikoma pada batang Clinopodium

Perbesaran mikroskop: 40x


4.1.6 Trikoma pada daun Durio zibethinus

Perbesaran mikroskop: 40x


4.1.7 Epidermis pada daun Ficus elastica

Perbesaran mikroskop: 40x


4.1.8 Trikoma pada daun Hibiscus tiliaceus

Perbesaran mikroskop: 40x


4.1.9 Bulliform cell pada daun Zea mays

Perbesaran mikroskop: 40x


4.1.10 Stomata pada daun Nerium olenader

Perbesaran mikroskop: 40x


4.1.11 Silica pada kulit batang Themeda gigantea

Perbesaran mikroskop: 40x


4.1.12 Periderm pada batang Bauhinia

Perbesaran mikroskop: 40x

4.1.13 Lentisel pada batang pinus

Perbesaran mikroskop: 40x

4.2 Pembahasan
4.2.1 Stomata pada daun Aloe vera
Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati tipe stomata pada daun Aloe vera.
Daun Aloe vera disayat secara tipis dan transversal menggunakan silet. Penyayatan
dilakukan secara tipis dan transversal agar dapat terlihat dengan jelas bentuk stomata pada
objek yang diamati. Kemudian hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah
ditetesi aquades. Tujuan ditetesi aquades adalah untuk memudahkan pengamat dalam
mengamati dan mengidentifikasi bentuk stomata pada daun Aloe vera. Selanjutnya hasil
sayatan ditutup dengan cover glass dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
4-40x. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat adanya stomata yang bertipe panerofor di
mana letaknya sejajar dengan epidermis dan terletak pada permukaan daun. Tipe stomata
ini sering ditemukan pada tumbuhan air (hidrofit). Stomata yang terletak di permukaan
daun akan mengeluarkan air dengan mudah. Epidermis pada stomata ini tidak memiliki
kutikula.

4.2.2 Velamen pada akar anggrek epifit


Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati hasil modifikasi epidermis
berupa velamen pada akar anggrek epifit. Akar anggrek epifit disayat secara tipis dan
transversal menggunakan silet. Penyayatan dilakukan secara tipis dan transversal agar
dapat terlihat dengan jelas bentuk velamen pada objek yang diamati. Kemudian hasil
sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades. Tujuan ditetesi
aquades adalah untuk memudahkan pengamat dalam mengamati dan mengidentifikasi
bentuk velamen pada akar anggrek epifit. Selanjutnya hasil sayatan ditutup dengan cover
glass dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x. Berdasarkan hasil
pengamatan terlihat adanya epidermis berlapis (velamen). Velamen berfungsi sebagai
spons yang dapat menyimpan air dan embun. Apabila udara kering, sel ini akan berisi
udara. Sedangkan ketika hujan, sel ini akan berisi air.

4.2.3 Stomata pada daun Canna indica


Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati tipe stomata pada daun Canna
indica. Daun Canna indica disayat secara tipis dan paradermal menggunakan silet.
Penyayatan dilakukan secara tipis dan paradermal agar dapat terlihat dengan jelas bentuk
stomata pada objek yang diamati. Kemudian hasil sayatan diletakkan di atas object glass
yang sudah ditetesi aquades. Tujuan ditetesi aquades adalah untuk memudahkan
pengamat dalam mengamati dan mengidentifikasi bentuk stomata pada daun Canna
indica. Selanjutnya hasil sayatan ditutup dengan cover glass dan diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 4-40x. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa
terlihat adanya tipe stomata berdasarkan jumlah dan susunan sel tetangganya. Pada daun
Canna indica, sel penutupnya dikelilingi oleh 4-6 sel tetangga. Tipe stomata ini biasa
ditemukan pada tumbuhan famili Arecaceae.

4.2.4 Stomata pada daun Centrosema pubescens


Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati tipe stomata pada daun
Centrosema pubescens. Daun Centrosema pubescens disayat secara tipis dan transversal
menggunakan silet. Penyayatan dilakukan secara tipis dan transversal agar dapat terlihat
dengan jelas bentuk stomata pada objek yang diamati. Kemudian hasil sayatan diletakkan
di atas object glass yang sudah ditetesi aquades. Tujuan ditetesi aquades adalah untuk
memudahkan pengamat dalam mengamati dan mengidentifikasi bentuk stomata pada
daun Centrosema pubescens. Selanjutnya hasil sayatan ditutup dengan cover glass dan
diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x. Pada hasil pengamatan terlihat
adanya tipe stomata pada tumbuhan dikotil daun Centrosema pubescens. Berdasarkan
jumlah dan susunan sel tetangga, tipe stomata pada tumbuhan ini bertipe parasitik. Tipe
ini dicirikan dengan sel penutupnya dikelilingi oleh satu atau lebih sel tetangga yang
letaknya sejajar dengan sumbu sel penutup dan stomata. Tipe ini umumnya ditemukan
pada famili Rubiceae, Magnoliaceae, dan Convolvulaceae.

4.2.5 Trikoma pada batang Clinopodium


Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati tipe trikoma pada batang
Clinopodium. Batang Clinopodium disayat secara tipis dan transversal menggunakan
silet. Penyayatan dilakukan secara tipis dan transversal agar dapat terlihat dengan jelas
bentuk trikoma pada objek yang diamati. Kemudian hasil sayatan diletakkan di atas object
glass yang sudah ditetesi aquades. Tujuan ditetesi aquades adalah untuk memudahkan
pengamat dalam mengamati dan mengidentifikasi bentuk trikoma pada batang
Clinopodium. Selanjutnya hasil sayatan ditutup dengan cover glass dan diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 4-40x. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat adanya
trikoma glandular, di mana trikoma ini merupakan trikoma yang dalam satu atau beberapa
selnya mempunyai fungsi untuk sekresi berbagai senyawa. Struktur trikoma glandular
biasanya memiliki tangkai dan kepala. Senyawa-senyawa yang disekresikan pada trikoma
berupa larutan garam, madu, minyak atsiri, polisakarida, dan lain-lain.

4.2.6 Trikoma pada daun Durio zibethinus


Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati tipe trikoma pada daun Durio
zibethinus. Pertama-tama ditempelkan selotip bening pada bagian abaksial daun Durio
zibethinus. Kemudian selotip ditarik dan didekatkan pada object glass. Selanjutnya
preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x. Berdasarkan hasil
pengamatan terlihat adanya trikoma non glandular yang terdapat pada daun Durio
zibethinus. Tipe trikoma pada daun ini adalah trikoma multiseluler yang berbentuk sisik.
Trikoma dibagi menjadi dua tipe berdasarkan jumlah dan susunan selnya, yaitu trikoma
yang terdiri dari satu sel (uniseluler) dan trikoma yang terdiri dari satu deretan sel atau
beberapa lapisan sel (multiseluler) (Hidayat, 1995).

4.2.7 Epidermis pada daun Ficus elastica


Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati tipe epidermis berupa multiple
epidermis (epidermis berlapis). Daun Ficus elastica disayat secara tipis dan transversal
menggunakan silet. Penyayatan dilakukan secara tipis dan transversal agar dapat terlihat
dengan jelas bentuk epidermis pada objek yang diamati. Kemudian hasil sayatan
diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades. Tujuan ditetesi aquades adalah
untuk memudahkan pengamat dalam mengamati dan mengidentifikasi bentuk epidermis
pada daun Ficus elastica. Selanjutnya hasil sayatan ditutup dengan cover glass dan
diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x. Berdasarkan hasil pengamatan
terlihat adanya tipe epidermis berupa multiple epidermis (epidermis berlapis) yang
terdapat pada daun Ficus elastica. Pada perkembangan dan pertumbuhan sel terjadi
pembelahan secara antiklinal. Pembelahan ini membuat lapisan sel di dalam mengalami
pembelahan yang cepat dibandingkan dengan lapisan sel di luar. Akibatnya, lapisan sel
di dalam lebih besar dibandingkan dengan lapisan sel di luar.

4.2.8 Trikoma pada daun Hibiscus tiliaceus


Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati tipe trikoma pada daun Hibiscus
tiliaceus. Daun Hibiscus tiliaceus disayat secara tipis dan transversal menggunakan silet.
Penyayatan dilakukan secara tipis dan transversal agar dapat terlihat dengan jelas bentuk
trikoma pada objek yang diamati. Kemudian hasil sayatan diletakkan di atas object glass
yang sudah ditetesi aquades. Tujuan ditetesi aquades adalah untuk memudahkan
pengamat dalam mengamati dan mengidentifikasi bentuk trikoma pada daun Hibiscus
tiliaceus. Selanjutnya hasil sayatan ditutup dengan cover glass dan diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 4-40x. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat adanya
trikoma non glandular yang terdapat pada daun Hibiscus tiliaceus. Trikoma pada
tumbuhan ini bertipe multiseluler, di mana selnya bercabang berbentuk bintang. Secara
umum, trikoma dibagi menjadi dua golongan yaitu trikoma non glandular (tidak memiliki
hasil sekresi) dan trikoma glandular (memiliki hasil sekresi). Salah satu fungsi dari
trikoma adalah untuk mengurangi penguapan yang terdapat pada epidermis daun.

4.2.9 Bulliform cell pada daun Zea mays


Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati derivat epidermis berupa
bulliform cell pada daun Zea mays. Daun Zea mays disayat secara tipis dan transversal
menggunakan silet. Penyayatan dilakukan secara tipis dan transversal agar dapat terlihat
dengan jelas bentuk bulliform cell pada objek yang diamati. Kemudian hasil sayatan
diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi aquades. Tujuan ditetesi aquades adalah
untuk memudahkan pengamat dalam mengamati dan mengidentifikasi bentuk bulliform
cell pada daun Zea mays. Selanjutnya hasil sayatan ditutup dengan cover glass dan
diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x. Berdasarkan hasil pengamatan
terlihat adanya derivat epidermis berupa bulliform cell (sel kipas) yang terdapat pada
daun Zea mays. Sel kipas dapat ditemukan pada epidermis tumbuhan famili Graminae, di
mana sel ini tersusun dari beberapa sel berdinding tipis dengan ukuran yang lebih besar
dibandingkan dengan sel-sel epidermis di sekitarnya. Fungsi utama dari sel kipas adalah
untuk membuka daun-daun yang menggulung sehingga dapat mengurangi penguapan.
Selain itu, sel kipas berperan sebagai tempat penyimpanan air.

4.2.10 Stomata pada daun Nerium oleander


Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati tipe stomata pada daun Nerium
oleander. Daun Nerium oleander disayat secara tipis dan transversal menggunakan silet.
Penyayatan dilakukan secara tipis dan transversal agar dapat terlihat dengan jelas bentuk
stomata pada objek yang diamati. Kemudian hasil sayatan diletakkan di atas object glass
yang sudah ditetesi aquades. Tujuan ditetesi aquades adalah untuk memudahkan
pengamat dalam mengamati dan mengidentifikasi bentuk stomata pada daun Nerium
oleander. Selanjutnya hasil sayatan ditutup dengan cover glass dan diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 4-40x. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa
tipe stomata pada daun Nerium olenader adalah stomata kriptofor. Pada tipe ini, sel
penutupnya berada jauh di permukaan daun (stomata tersembunyi), di mana fungsinya
untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.

4.2.11 Silica pada kulit batang Themeda gigantea


Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati derivat epidermis berupa sel
silica pada kulit batang Themeda gigantea. Kulit batang Themeda gigantea disayat secara
tipis dan transversal menggunakan silet. Penyayatan dilakukan secara tipis dan
transversal agar dapat terlihat dengan jelas bentuk silica pada objek yang diamati.
Kemudian hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah ditetesi larutan sudan
III 0,3%. Tujuan ditetesi larutan sudan III adalah untuk memudahkan pengamat dalam
mengamati adanya kandungan minyak dan zat gabus (suberin) yang terdapat pada objek
yang diamati (Hidayat et al., 2014). Selanjutnya hasil sayatan ditutup dengan cover glass
dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 4-40x.
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat adanya sel silica yang terdapat pada kulit
batang Themeda gigantea. Sel silica merupakan salah satu derivat epidermis. Sel silica
dan sel gabus ditemukan pada tumbuhan famili Graminae. Sel silica terdiri atas sel-sel
panjang dan dua sel pendek. Sel pendek mengandung kristal silica dan suberin, karena itu
disebut sebagai sel silica dan sel gabus yang berpasangan (Trisiswanti & Sugimin, 2020).
Sel silica berisi oksida yang memadat, sedangkan sel gabus mempunyai dinding yang
bersuberin, mengandung bahan organik padat, dan mengandung silica.

4.2.12 Periderm pada batang Bauhinia


Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati periderm pada batang Bauhinia.
Batang Bauhinia disayat secara tipis dan transversal menggunakan silet. Penyayatan
dilakukan secara tipis dan transversal agar dapat terlihat dengan jelas bentuk periderm
pada objek yang diamati. Tujuan ditetesi aquades adalah untuk memudahkan pengamat
dalam mengamati dan mengidentifikasi bentuk periderm pada batang Bauhinia.
Selanjutnya hasil sayatan ditutup dengan cover glass dan diamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran 4-40x. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat adanya periderm yang
terdapat pada batang Bauhinia. Periderm merupakan jaringan pembuluh yang
menggantikan epidermis pada batang dan akar yang mengalami pertumbuhan sekunder.
Periderm terdiri atas felem, felogen, dan feloderm yang memiliki fungsi dan peranan yang
berbeda-beda.

4.2.13 Lentisel pada batang pinus


Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati adanya lentisel pada batang
pinus. Batang pinus disayat secara tipis dan transversal menggunakan silet. Penyayatan
dilakukan secara tipis dan transversal agar dapat terlihat dengan jelas bentuk lentisel pada
objek yang diamati. Kemudian hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang sudah
ditetesi aquades. Tujuan ditetesi aquades adalah untuk memudahkan pengamat dalam
mengamati dan mengidentifikasi bentuk lentisel pada batang pinus. Selanjutnya hasil
sayatan ditutup dengan cover glass dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
4-40x. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat adanya lentisel yang terdapat pada batang
pinus. Lentisel merupakan bagian dari periderm yang ada pada akar dan batang. Lentisel
terdiri dari jaringan pelengkap yang tersusun atas sel-sel berdinding tipis dan membentuk
ruang-ruang interseluler. Dalam pertumbuhannya, sel-sel pelengkap merusak lapisan
peridermis dan selanjutnya lentisel berfungsi sebagai bagian dari sistem saluran
penghantaran udara (Purnobasuki, 2011).
BAB 5
KESIMPULAN

Dari pengamatan derivat epidermis berupa stomata menunjukkan bahwa tipe stomata
pada daun Aloe vera bertipe panerofor yang letaknya sejajar dengan epidermis dan
terletak pada permukaan daun. Lalu, pada akar anggrek epifit fitemukan adanya
epidermis berlapis atau biasa disebut sebagai velamen. Kemudian, pada daun Canna
indica terlihat adanya tipe stomata berdasarkan jumlah dan susunan sel tetangganya di
mana sel penutupnya dikelilingi oleh 4-6 sel tetangga. Selanjutnya, pada daun
Centrosema pubescens terlihat adanya tipe stomata parasitik di mana tipe ini dicirikan
dengan sel penutupnya dikelilingi oleh satu atau lebih sel tetangga yang letaknya sejajar
dengan sumbu sel penutup dan stomata. Dari pengamatan trikoma pada batang
Clinopodium terlihat adanya trikoma glandular yang dalam satu atau beberapa selnya
mempunyai fungsi untuk sekresi berbagai senyawa, seperti larutan garam, madu, minyak
atsiri, polisakarida, dan lain-lain. Lalu, pada daun Durio zibethinus terlihat adanya
trikoma non glandular bertipe trikoma multiseluler yang berbentuk sisik. Kemudian, pada
daun Ficus elastica terlihat adanya tipe epidermis berupa multiple epidermis (epidermis
berlapis). Selanjutnya, pada daun Hibiscus tiliaceus terlihat adanya trikoma non glandular
yang bertipe multiseluler di mana selnya bercabang berbentuk bintang. Pada daun Zea
mays ditemukan adanya derivat epidermis berupa bulliform cell (sel kipas), di mana sel
ini tersusun dari beberapa sel berdinding tipis dengan ukuran yang lebih besar
dibandingkan dengan sel-sel epidermis yang ada di sekitarnya. Dari pengamatan stomata
pada daun Nerium oleander menunjukkan bahwa tipe stomatanya yaitu stomata kriptofor,
di mana sel penutupnya berada jauh di permukaan daun. Kemudian, pada kulit batang
Themeda gigantea ditemukan adanya sel silica dan sel gabus yang selalu berpasangan.
Selanjutnya, pada batang Bauhinia terlihat adanya periderm yang terdiri atas felem,
felogen, dan feloderm. Pada pengamatan yang terakhir yaitu terlihat adanya lentisel yang
terdapat pada batang pinus, di mana lentisel ini terdiri dari jaringan pelengkap yang
tersusun atas sel-sel berdinding tipis dan membentuk ruang-ruang interseluler.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. 2014. Struktur Anatomi Daun Lengkeng (Dimocarpus longan Lour) Kultivar
Lokal, Pingpong, Itoh, dan Diamond River. Skripsi. Jember: Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Beck, C. B. 2005. An Introduction to Plant Structure and Development: Plant Anatomy
for The Twenty-First Century. New York: Cambridge University Press.

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Hidayat, E. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.

Hidayat, M. A., Muslichah, S., & Ningsih, I. Y. 2016. Petunjuk Praktikum Farmakologi.
Jember: Universitas Jember.
Metcalfe, C. R and Chalk, L. 1950. Anatomy of the Dicotyledons (1st ed ). Vol 2. Oxford:
Clarendon Press.
Puspitawati, R. P. dan Bashri, A. 2018. Struktur Perkembangan Tumbuhan. Unesa
University Press.

Sumardi, I. 1993. Struktur Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gajah


Mada.
Sutrian, Y. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutrian, Y. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan.


Jakarta: Rineka Cipta.
Trisiswanti & Sugimin. 2020. Efektivitas Teknik Clearing Daun untuk Pengamatan
Karakteristik Mikromarfologi. Indonesian Journal Of Laboratory, 2 (3), 47-53.

Widiastoety, D. dan Nurmalinda. 2010. Pengaruh Suplemen Nonsintetik terhadap


Pertumbuhan Planlet Anggrek Vanda. Jurnal Hortikultura, 20 (1): 60-66.
Werker, E. 2005. Trichome Diversity and Development In Plant Trichomes (Hallahan,
D.I and J.C Gray, eds). Advances In Botanical Research. Vol 31. New York:
Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai