KIMIADASARUMUM
OLEH:
Dra.TritiyatmaH.,M.Si
Dr.Yusmaniar,M.Si
Dr.Erdawati,M.Si
LABORATORIUMKIMIA
FAKULTASMATEMATIKADANILMUPENGETAHUANALAM
UNIVERSITASNEGERIJAKARTA
i
3. Memberihkan meja praktikum masing-masing tanpa mengandalkan mahasiswa
yang piket.
4. Lapor diri apabila selama praktikum memecahkan alat kaca.
5. Menyerahkan data/laporan sementara kepada asisten dosen untuk di paraf
oleh dosen pembimbing.
6. Meninggalkan laboratorium dengan seizin dosen pembimbing atau asisten
dosen.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Tata Tertib Praktikum i
iii
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN 1
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenalkan beberapa macam alat yang sederhana dan penggunaannya.
B. TEORI SINGKAT
Laboratorium kimia merupakan sarana penting untuk pendidikan, penelitian, pelayanan,
dan uji mutu (quality control). Mengingat perbedaan fungsi tersebut, maka berbeda pula
dalam desain, fasilitas dan penggunaan bahan serta prioritas peralatan yang diperlukan.
Walaupun demikian, apabila ditinjau dari aspek keselamatan kerja, laboratorium kimia
mempunyai bahaya dasar yang sama sebagai akibat penggunaan bahan kimia dan tekniknya.
Berikut ini akan diperkenalkan beberapa alat sederhana dan penggunaannya.
1. Tabung reaksi
Terbuat dari gelas, gunanya untuk
mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah
sedikit baik padat ataupun cair. Dapat
dipanaskan.
2. Penjepit
Terbuat dari kayu atau logam, gunanya
untuk pemanasan menjepit tabung reaksi
pada pemanasan atau mengambil cawan
dalam keadaan panas.
4. Pengaduk
Terbuat dari gelas, gunanya untuk
mengaduk suatu campuran atau larutan,
dipakai juga untuk membantu pada saat
menuangkan cairan dalam proses
penyaringan atau pemindahan dari suatu
wadah ke wadah yang lain
5. Corong
Biasanya terbuat dari gelas, gunanya untuk
membantu pada saat memasukkan cairan ke
dalam suatu tempat yang mulutnya sempit
seperti labu ukur, botol, buret dan
sebagainya. Dapat juga untuk membantu
dalam penyaringan.
6. Pipa Bengkok
Terbuat dari gelas, gunanya untuk
mengalirkan ke dalam suatu tempat
tertutup atau ke dalam larutan.
7. Gelas Arloji
Gunanya untuk tempat menimbang zat yang
berbentuk Kristal dan tidak higroskopis,
dapat juga digunakan untuk menguapkan
larutan dalam jumlah sedikit.
8. Gelas Ukur
Gunanya untuk mengukur volume zat kimia
dalam bentuk cair (volume kira-kira), alat ini
mempunyai skala terdiri dari bermacam-
macam ukuran, jangan digunakan untuk
mengukur larutan yang panas.
10. Erlenmeyer
Terbuat dari gelas. Digunakan sebagai
tempat larutan zat yang akan dititrasi, boleh
untuk memanaskan larutan.
12. Buret
Terbuat dari gelas, mempunyai skala dan
kran. Digunakan untuk titrasi atau sebagai
tempat titrant yang dikeluarkan sedikit demi
sedikit melalui kran. Volume dari zat yang
dipakai dapat dilihat pada skala.
13. Pipet
a. Pipet Gondok
Pada bagian tengah dari pipet ini
membesar (gondok), ujungnya runcing.
Digunakan untuk mengambil larutan
dengan volume tertntu dan tepat.
Tersedia dengan berbagai ukuran.
b. Pipet Ukur
Bagian tengah dari pipet ini sama besar
(lurus). Digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu,
mempunyai skala dan tersedia dengan
berbagai ukuran.
C. CARA KERJA
Agar mengerti tentang alat-alat yang sudah diperkenalkan tersebut di atas, maka akan
dilakukan beberapa percobaan. Yang terpenting disini adalah bagaimana menggunakan alat-
alat tersebut dengan baik dan bekerja dengan benar.
Cara Kerja :
a) Ambil kristal NH4Cl 0,5 g, masukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 3 mL
larutan NaOH 2 M.
b) Pegang tabung reaksi dengan penjepit, kemudian panaskan sambil digoyang-goyangkan
dengan posisi tabung agak condong ke arah tempat yang kosong (jangan ke arah diri
sendiri atau orang lain).
c) Pada saat mendidih, jagalah agar larutan dalam tabung tidak sampai keluar (lebih-lebih
untuk zat yang mudah terbakar). Caranya dengan mengangkat tabung dari atas api bila
larutan dalam tabung mulai naik atau mendidih.
d) Praktekkan cara membaui di atas, catat bagaimanan bau gas yang terjadi dan amati zat-
zat sebelum dan sesudah reaksi.
e) Peganglah kertas lakmus merah di dekat mulut tabung, kemudian lakmus biru. Amati
perubahan warna yang terjadi dan berikan kesimpulan.
V1 M1 = V2 M2 V1 = V2 M2
M1
Dimana : V1 = volume larutan awal yang diperlukan.
M1 = molaritas larutan awal.
V2 = volume larutan standar yang akan dibuat.
M2 = molaritas larutan standar yang akan dibuat.
Cara Kerja :
a) Buat 50 mL larutan HCl 0,1 M dengan menggunakan pipet gondok, perhatikan miniskus
(permukaan cekung dari zat cair) harus tepat menyinggung garis pada pipet gondok.
b) Masukkan larutan HCl tersebut ke dalam labu ukur, dan encerkan sampai tanda batas.
Pengenceran ini harus sekali jadi (maksudnya jangan sampai menambahkan air melebihi
tanda batas, lalu membuangnya sampai tanda batas, hal ini akan menimbulkan
kesalahan yang cukup besar). Pengenceran harus dilakukan dengan hati-hati dan sedikit
demi sedikit setelah dekat dengan tanda batas. Gunakan pipet tetes untuk
menambahkannya.
Cara Kerja :
a) Ambil 5 mL air suling dengan menggunakan gelas ukur. Perhatikan bagian bawah dari
miniskus, air harus tepat menyinggung skala 5 mL. Pandangan mata harus tepat sejajar
dengan tinggi miniskus air. Tuangkan ke dalam tabung reaksi besar.
b) Ambil 1 mL H2SO4 pekat dengan pipet ukur (perhatikan miniskus).
c) Masukkan H2SO4 pekat ini ke dalam tabung reaksi yang berisi air suling, lakukan dengan
perlahan dan hati-hati. Perhatikan perubahan panas sebelum dan sesudah ditambahkan
H2SO4 pekat ke dalam tabung reaksi.
4. Penyaringan.
Menyaring merupakan salah satu metoda pemisahan, yaitu cara untuk memisahkan
suatu endapan dari suatu larutan. Dalam percobaan ini akan dilakukan penyaringan PbSO 4,
yang dibuat dengan mereaksikan larutan H2SO4 dan Pb-Asetat.
Cara Kerja :
a) Tuangkan 5 mL larutan Pb-Asetat 0,1 M dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 1 mL
H2SO4 hasil pengenceran di atas. Amati yang terjadi dan catat warnanya.
b) Ambil kertas saring yang berbentuk lingkaran, dan lipat menjadi lingkaran (seperti
pada gambar).
c) Masukkan kertas saring yang telah dilipat pada corong, dan basahi dengan sedikit air
suling hingga kertas menempel pada dinding corong.
d) Tempatkan corong tersebut di atas erlenmeyer untuk menampung filtratnya, dan
tuangkan larutan yang akan disaring ke dalam corong dengan bantuan pengaduk gelas
(memegang pengaduk tepat pada mulut tabung). Tujuannya agar tidak ada cairan yang
jatuh di luar kertas (seperti pada gambar).
5. Titrasi Asam-Basa.
Dasar reaksi titrasi asam-basa merupakan reaksi penetralan, pada titrasi larutan basa
dengan larutan standar asam (asidimetri) atau sebaliknya pada titrasi larutan asam dengan
larutan standar basa (alkalimetri). Pada dasarnya titrasi ini bertujuan untuk menentukan
banyaknya asam atau basa yang secara kimia tepat ekivalen (setara) dengan banyaknya basa
atau asam di dalam larutan. Titik atau pada saat dimana keadaan tersebut tercapai disebut
titik ekivalen atau titik akhir teoritis.
Untuk mengetahui saat tercapainya titik ekivalen dalam suatu proses titrasi, digunakan
suatu zat penunjuk yang di dalam larutan mempunyai warna yang berbeda, tergantung dari
besarnya konsentrasi ion H+ yang terdapat dalam larutan. Zat penunjuk tersebut dinamakan
indikator netralisasi/indikator asam-basa. Sifat penting dari indikator adalah terjadinya
perubahan warna dalam larutan, baik yang bersifat asam atau basa. Perubahan warna
tersebut tidak terjadi secara drastis, tetapi terjadi secara perlahan-lahan sesuai dengan
terjadinya perubahan pH larutan.
Cara Kerja :
a) Ambillah 10 mL larutan HCl hasil pengenceran percobaan No. 2 dengan menggunakan
pipet gondok atau pipet ukur, masukkan ke dalam erlenmeyer 50 mL atau 100 mL.
b) Tambahkan 3 tetes indikator PP ke dalam larutan tersebut dan catat warna larutannya.
c) Titrasilah larutan ini dengan larutan NaOH 0,1 M yang telah disediakan.
d) Catatlah volume larutan NaOH yang digunakan pada saat larutan berwarna merah muda.
e) Ulangi titrasi ini hingga diperoleh dua hasil yang tetap (perbedaannya sedikit).
f) Hitunglah konsentrasi HCl yang sebenarnya.
Penandaan atau pemberian label terhadap jenis-jenis bahan kimia diperlukan untuk
dapat mengenal dengan cepat dan mudah sifat bahaya dari suatu bahan kimia. Pengenalan
dengan label ini amat penting dalam penanganannya, transportasi dan penyimpanan bahan-
bahan atau pergudangan. Cara penyimpanan bahan-bahan kimia memerlukan pengetahuan
dasar akan sifat bahaya serta kemungkinan interaksi antar bahan serta kondisi yang
mempengaruhinya. Tanpa memperhatikan semua faktor tersebut, dapat mengakibatkan ;
kebakaran, ledakan, keracunan, atau kombinasi di antara kemungkinan ketiga akibat
tersebut.
b) Pengaruh kelembaban.
Zat-zat higroskopis mudah menyerap uap air dari udara dan reaksi hidrasi yang
eksotermis akan menimbulkan pemanasan ruang.
2. Bahan korosif.
Contoh : asam-asam, anhidrida asam dan alkali.
Merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun
menghasilkan uap/gas beracun.
Syarat penyimpanan : - Ruangan dingin dan berventilasi.
- Wadah tertutup dan beretiket.
5. Bahan oksidator.
Contoh : perklorat, permanganat, peroksida organik.
Syarat penyimpanan : - suhu ruangan dingin dan berventilasi.
- jauhkan dari sumber api dan panas termasuk loncatan api,
listrik dan bara rokok.
- Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau
reduktor.
Catatan : pemadam kebakaran kurang berguna karena zat oksidator
dapat menghasilkan oksigen sendiri.
8. Gas bertekanan.
Contoh : gas N2, Asetilen, H2 dan Cl2 dalam silinder.
Syarat penyimpanan : - disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat.
- ruangan dingin dan tidak terkena langsung matahari.
- jauhkan dari api adan panas.
- jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup-
katup.
Seperti diuraikan sebelumnya, ada bahan-bahan kimia yang tak boleh dicampur
dalam penyimpanannya seperti asam dengan bahan beracun, bahan mudah terbakar dari
oksidator dan sebagainya. Bahan-bahan demikian disebut incompatible dan harus
disimpan secara terpisah.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah lamanya waktu penyimpanan untuk
zat-zat tertentu. Eter, parafin cair dan olefin membentuk peroksida karena kontak dengan
udara dan cahaya. Semakin lama disimpan semakin besar jumlah peroksida. Isopropil eter,
etil eter, dioksan dan tetrahidrofuran adalah zat-zat yang sering menimbulkan bahaya akibat
terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter tak boleh disimpan melebihi
satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam
bulan, atau sebelum dipakai dites dahulu kadar peroksidanya, dan bila positif, peroksida
tersebut dipisahkan atau dihilangkan secara kimia.
Contoh bahan-bahan demikian seperti pada tabel 3.1. Zat pada kolom A kontak
dengan zat pada kolom B akan menghasilkan gas racun (kolom C).
3.2 Bahan-bahan reaktif yang bila dicampur menimbulkan reaksi hebat, kebakaran dan
atau ledakan:
Banyak cara-cara dan usaha untuk mencegah kecelakaan, tetapi masih dapat terjadi
kecelakaan dalam laboratorium. Oleh karena itu, untuk menghindari akibat yang tidak
diinginkan, diperlukan usaha-usaha pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan. Meskipun
banyak cara P3K yang umumnya cukup luas, tetapi P3K dalam laboratorium kimia dapat
diarahkan pada kecelakaan yang berupa luka bakar, luka pada mata dan keracunan.
Biasanya pertolongan pertama selalu diikuti pengobatan dengan pemberian
antidote (penangkal). Dan selanjutnya harus segera diikuti pengobatan oleh dokter.
Namun demikian, dokter memerlukan informasi yang jelas tentang penyebab terjadinya
kecelakaan, terutama jika terjadi keracunan, agar dokter yang bersangkutan dapat
memberikan obat yang tepat.
LUKA BAKAR
Luka bakar karena bahan kimia (chemical burns).
Bahan kimia seperti asam kuat, alkali dan oksidator, dapat melukai kulit, terasa panas
seperti terbakar. Pertolongan yang harus dilakukan adalah melepaskan kontak dengan
bahan tersebut secepat mungkin, dan bagian tubuh yang terluka segera dicuci dengan air
sebanyak mungkin. Selanjutnya jika terkena asam, bilas dengan larutan soda 3%, dan jika
terkena basa, bilas dengan Asam asetat 1%, kemudian oleskan BOORSALP.
KERACUNAN
Keracunan merupakan kecelakaan yang sering terjadi dalam laboratorium.
Kebanyakan disebabkan oleh masuknya bahan kimia ke dalam tubuh lewat saluran
pernafasan atau lewat kulit, dan sangat jarang lewat mulut.
Diaduk dengan batang pengaduk. Ujung batang pengaduk jangan mengenai dasar tabung
reaksi.
Diaduk dengan memutar tabung reaksi.
8. Cara mengambil larutan dengan pipet ukur untuk larutan yang tidak berbahaya
PERCOBAAN 2
STOIKHIOMETRI
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan angka koefisien reaksi Natrium hidroksida dengan Tembaga II sulfat.
B. TEORI SINGKAT
Koefisien reaksi adalah angka yang menunjukkan banyaknya mol zat yang
bereaksi atau banyaknya mol zat yang dihasilkan dari suatu reaksi. Koefisien reaksi dapat
ditentukan dengan cara perhitungan atau dengan percobaan.
Salah satu cara yang mudah untuk mempelajari stoikhiometri beberapa reaksi
adalah dengan percobaan. Metoda yang digunakan adalah metoda variasi kontinyu.
Dalam metoda ini dilakukan sederetan pengamatan dari suatu reaksi dimana jumlah mol
seluruh pereaksi adalah sama, tetapi jumlah mol masing-masing zat yang bereaksi
berbeda-beda atau bervariasi.
Salah satu sifat fisika dan sifat kimia yang dapat dipilih untuk diamati dalam
suatu reaksi kimia adalah massa, volume dan suhu, karena kuantitas pereaksi berlainan
perubahan ketiga sifat kimia dapat digunakan untuk meramalkan angka koefisien reaksi.
Pada percobaan ini sifat kimia yang akan diamati adalah massa dari hasil
suatu reaksi antara NaOH dengan CuSO4.
UKURAN/ JUMLAH
NO. NAMA ALAT/BAHAN
KONSENTRASI KEBUTUHAN
1 Corong
2 Gelas kimia 100 mL 4 buah
3 Gelas ukur 50 mL 2 buah
4 Botol semprot
5 Batang pengaduk
6 Kertas saring
7 NaOH 0,5 M 100 mL
8 CuSO4 0,5 M 100 mL
D. CARA KERJA
1. Sediakan 2 buah gelas kimia 100 mL, lalu isi dengan NaOH masing-masing sebanyak 10
mL dan 20 mL.
2. Ambil lagi 2 buah gelas kimia 100 mL, kemudian isi dengan larutan CuSO4 masing-masing
sebanyak 40 mL dan 30 mL.
3. Tuangkan perlahan-lahan larutan CuSO4 ke dalam larutan NaOH sehingga terjadi
endapan, dan biarkan beberapa saat sampai semua endapan turun ke dasar gelas kimia.
4. Saring endapan dengan kertas saring yang sudah diketahui beratnya, lalu cuci endapan
dengan aquades dan keringkan, kemudian timbang. Catat berat endapan yang di
hasilkan.
5. Lakukan percobaan ini sesuai dengan tabel berikut :
Nama Larutan Volume (mL)
NaOH 10 30 40
CuSO4 40 20 10
6. Buat grafik yang menunjukkan mol NaOH sebagai sumbu X dan berat endapan sebagai
sumbu Y.
7. Titik potong garis sebelah kiri dan garis sebelah kanan menunjukkan perbandingan mol
NaOH dengan CuSO4.
E. LEMBAR KERJA
1. Pengamatan
Percobaan 1 2 3 4 5
mol NaOH
(x 10-3)
CuSO4
(x 10-3)
Berat endapan (gram)
2. Tugas
Pada reaksi A dengan B perubahan sifat kimia yang diamati adalah suhu. Hasil pengamatan
ditunjukkan dalam tabel berikut :
Vol A
10 20 30 40 50 60 70 80 90
(mL)
Vol B
90 80 70 60 50 40 30 20 10
(mL)
29,1
T awal 28,6 28,2 28,5 27,1 27,5 27,0 29,2 28,2
31,1
T akhir 29,8 30,8 32,4 32,3 34,1 34,9 34,9 32,0
Dengan membuat grafik yang menghubungkan T dan volume A, tentukan rumus empiris
senyawa yang terjadi.
PERCOBAAN 3
REAKSI KIMIA DAN REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI
I. REAKSI KIMIA
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari reaksi-reaksi kimia.
B. TEORI SINGKAT
Reaksi kimia merupakan salah satu bagian dari ilmu kimia yang mempelajari sifat-
sifat kimia dari suatu zat seperti apakah suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain. Apakah
reaksi tersebut menghasilkan gas atau endapan atau apakah reaksi tersebut memerlukan
panas atau memerlukan pH tertentu, cara untuk mengetahui sifat-sifat kimia dari suatu atau
berbagai zat dilakukan dengan melalui percobaan kemudian diamati perubahan apa yang
terjadi. Perubahan yang terjadi kemudian dicatat sebagai data komulatif.
Pada percobaan ini akan dipelajari berbagai reaksi kimia dari bebrapa zat yang
bereaksi.
16 BaCl2 0,1 M
17 K2CrO4 0,1 M
18 CaCO3 Kristal
19 HCl 3M
20 Ba(OH)2 2M
21 NH4Cl Kristal
22 Air klor
23 KI 0,05 M
24 CHCl3
25 CCl4
26 H2C2O4 0,1 M
27 KmnO4 0,05 M
28 KSCN 0,1 M
29 FeSO4 0,1 M
30 Na3PO4 Kristal
31 H2SO4 2M
32 FeCl3 0,1 M
D. CARA KERJA
1. Indikator sebagai petunjuk sifat asam atau basa
a) Ambil 2 (dua) buah tabung reaksi dan isi masing-masing dengan larutan HCl 0,05 M dan
1mL larutan NaOH 0,05 M.
b) Tambahkan 1 tetes indikator PP pada kedua tabung, amati apa yang terjadi dan catat
pada lembar kerja anda.
c) Ulangi percobaan a dan b dengan mengganti indikator PP dengan indikator MM.
b) Endapan Zn
Ulangi percobaan di atas, tetapi larutan Al2(SO4)3 0,1 M diganti dengan larutan ZnSO4 0,1
M.
c) Endapan Ba
1) Ambil 1 mL larutan BaCl2 0,1 M, masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 1
mL larutan K2CrO4 0,1 M, amati apa yang terjadi.
2) Masukkan 1 mL larutan BaCl2 0,1 M ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan
kedalamnya 1 mL HCl 0,1 M, kemudian tambahkan lagi 1 mL larutan K 2CrO4 0,1 M.
Amati dan catat hasil pengamatan anda.
E. LEMBAR KERJA
1. Indikator sebagai penunjuk sifat asam atau basa
Indikator/larutan HCl 0,05 M NaOH 0,05 M
PP
MM
Kesimpulan : .
2. Reaksi pengendapan
a) Endapan Al
Reaksi Pengamatan
Al2(SO4)3 + NH4OH
+ NH4OH
Kesimpulan : .
Al2(SO4)3 + NaOH
+ NaOH
Kesimpulan : .
b) Endapan Zn
Reaksi Pengamatan
ZnSO4 + NH4OH
+ NH4OH
Kesimpulan : .
ZnSO4 + NaOH
+ NaOH
Kesimpulan : .
c) Endapan Ba
Reaksi Pengamatan
BaCl2 + K2CrO4
.
Kesimpulan : .
BaCl2 + HCl + K2CrO4
.
Kesimpulan : .
c) Pembentukan gas I2
Reaksi Pengamatan
Air klor + KI
Air klor + KI + CHCl3
Air klor + KI
Air klor + CCl4
Kesimpulan :
Reaksi Pengamatan
FeSO4 + H2SO4
+ KmnO4
Kesimpulan : .
Reaksi Pengamatan
FeCl3 + KSCN
.. + Na3PO4
Kesimpulan : .
B. Teori Singkat
Reaksi redoks ditandai oleh perubahan bilangan oksidasi pada saat pereaksi berubah
menjadi hasil reaksi. Disini diberikan dua buah contoh dari reaksi redoks:
a) MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 42O x2
C2O42- 2CO2 + 2e- x5
2MnO4- + 16H+ + 10e- 2Mn2+ + 8H2O
5C2O42-5C2O42- 10CO2 + 10e-
2MnO42- + 16H+ + 5C2O42- 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Pada reaksi diatas bilangan oksidasi dari Mn pada MnO4- mengalami penurunan dari
+7 menjadi +2 (reaksi). Bilangan oksidasi dari C dalam C2O42- mengalami kenaikan dari
+3 menjadi +4. Reaksi akan berlangsung dengan adanya serah terima elektron.
D. Cara Kerja
1) Hitunglah berapa gram Amonium ferro sulfat yang dibutuhkan untuk membuat larutan
dengan konsentrasi 0,1 M sebanyak 50 mL
2) Timbang kristal Amonium ferro sulfat sesuai dengan perhitungan anda, larutkan dengan
10 mL H 2SO4 2 M, masukkan kedalam labu ukur 50 mL kemudian encerkan dengan
aquades sampai garis tanda labu ukur.
3) Lakukan kalibrasi pipet tetes yang akan anda gunakan sebagai alat titrasi dengan cara
menghitung jumlah tetes dalam 1 mL larutan.
4) Pipet 10 mL larutan Amonium ferro sulfat yang anda buat, masukkan kedalam
erlenmeyer 100 mL.
5) Dengan menggunakan pipet tetes yang sudah dikalibrasi, tambahkan larutan KmnO 4 0,01
M tetes demi tetes sampai terjadi perubahan warna. Catat jumlah tetes yang diperlukan
(volume pentitrasi), amati dan catat perubahan warna larutan (pada titik akhir titrasi).
6) Ulangi pekerjaan 4-5 sebanyak 3-4 kali.
E. Lembar Kerja
Pengamatan :
1. Massa (NH4)2 Fe(SO4)2 6H2O gram
2. Jumlah tetes larutan KmnO4 0,1 M yang digunakan :
(a) . tetes
(b) . tetes
(c) . tetes
3. Kalibrasi pipet tetes tetes/mL
Hitungan :
1. Jumlah mol Fe2+ yang bereaksi = ..
2. Jumlah mol MnO4- yang bereaksi = ..
3. Fe2+ Fe3+ + e-
1 mol Fe2+ melepaskan 1 mol elektron.
Jumlah mol elektron yang dilepaskan dalam reaksi pada eksperimen ini =
.
4. Jumlah mol elektron yang diperlukan untuk mengubah bilangan oksidasi mangan pada
MnO4- yang bereaksi = .
5. Jumlah mol elektron yang diperlukan untuk mengubah bilangan oksidasi mangan pada 1
mol MnO4- = .
6. Bilangan oksidasi mangan pada MnO4- = .
Maka bilangan oksidasi mangan sesudah reaksi = .
7. Pada reduksi MnO4- dapat terjadi MnO42-, Mn3+ atau Mn2 yang terjadi dalam reaksi pada
eksperimen ini.
8. Persamaan setengah reaksi (reduksi) :
MnO4- + H+ + e-
9. Persamaan reaksi redoks :
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 36
PERCOBAAN 4
LARUTAN
Teori Singkat
Zat-zat dapat diklarifikasikan menjadi asam dan basa didasarkan pada karakteristik zat-
zat tersebut didalam larutan air. Suatu zat dapat dikatakan asam apabila antara lain
mempunyai rasa asam, memerahkan kertas lakmus biru dan dengan basa bereaksi
membentuk garam ditambah air. Sedangkan basa antara lain mempunyai rasa pahit, licin
dan membirukan kertas lakmus merah.
Pada tahun 1923 Bronsted di Denmark dan Lowry di Inggris mengemukakan konsep
tentang asam dan basa, ASAM adalah donor proton, dan BASA adalah akseptor proton.
Asam proton + basa
(basa konjugasi)
Jika suatu asam kehilangan proton, maka yang tinggal adalah suatu basa yang disebut
dengan basa konjugasi dari asam semula. Proton (H+) tidak merupakan ion tersendiri dalam
air, tetapi bereaksi dengan molekul air membentuk ion hidronium.
H+ + H2O H3O+
Suatu zat bersifat asam jika terdapat akseptor proton dan bersifat basa bila ada donor
proton. Seringkali pelarut merupakan akseptor atau donor proton sehingga proses pelarutan
merupakan suatu reaksi asam basa.
G.N. Lewis (1923) mengajukan empat kriteria untuk asam dan basa :
1. Reaksi asam dan basa adalah reaksi yang cepat.
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 37
2. Asam kuat atau basa kuat dapat mengganti asam yang lebih lemah atau yang lebih lemah
dari senyawa.
3. Indikator dapat digunakan untuk menentukan titik ekivalen reasi asam-basa.
4. Asam dan basa merupakan katalis yang penting.
Sifat diatas ada hubungannya dengan pembentukan ikatan koordinat ekivalen, ASAM
adalah akseptor pasangan elektron dan BASA adalah donor pasangan elektron.
pH (eksponen ion hidrogen)
Sorensen (1909) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pH suatu larutan adalah
minus logaritma konsentrasi hidrogen.
pH = - log [H+] = log 1
[H+]
Secara umum digunakan : px = 1- log x
Kw = [H+] [OH-] = 1 x 10-14
PKw = pH + pOH = 14
Untuk suatu larutan netral pada suhu 25C, pH = pOH = 7
Indikator asam-basa
Indikator asam-basa banyak digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. Umumnya
adalah senyawa organik dengan berat molekul besar. Dalam air atau pelarut lain dapat
bersifat asam atau basa. Indikator dapat berdissosiasi sebagai berikut :
H In H+ + In-
(warna asam) (warna basa)
In OH In+ + OH-
(warna basa) (warna asam)
Perbandingan berbagai bentuk warna indikator pada berbagai pH
Perbandingan
pH larutan Warna
H In atau In
1 10.000 1 Merah
2 1.000 1 Merah
3 100 1 Merah
4 10 1 Merah
5 1 1 Jingga
6 1 10 Kuning
7 1 100 Kuning
8 1 1000 Kuning
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 38
Daerah perubahan warna dari merah ke kuning sebanyak dua satuan (dari pH 4 sampai pH 6)
disebut daerah perubahan indikator atau interval warna indikator. Diantara kedua harga pH
tersebut warna menjadi jingga, dan pada pH 5 perbandingan kedua warna sama banyak.
3. Cara Kerja
a) Sediakan 12 tabung reaksi dan beri nomor 1 sampai 12
b) Ambil 1 mL ( 20 tetes) dari masing-masing larutan pH 1-12, masukkan kedalam masing-
masing tabung reaksi dimana larutan pH 1 tempatkan pada tabung no.1 dan seterusnya.
c) Tambahkan 1-2 tetes indikator MO pada masing-masing tabung dan amati perubahan
warna larutan setiap tabung, dan tentukan trayek pH indikator tersebut.
d) Kemudian cuci kembali semua tabung dan pipet sampai bersih dan keringkan.
e) Ulangi percobaan 2-4 dengan mengganti indikator MO dengan masing-masing indikator
lainnya yaitu indikator PP, MM, BTB, ekstrak kembang sepatu, kol merah dan kunir.
Cara membuat ekstrak dari beberapa indikator alam seperti kembang sepatu, kol dan kunir :
- Ambil 5 g dari masing-masing bahan, tumbuk dan gerus dengan menggunakan lumpang
dan alu (tidak perlu sampai halus).
- Masukkan kedalam gelas kimia, dan tambahkan 5-10 mL alkohol, aduk sampai warna dari
masing-masing bahan terekstrasi sempurna.
- Saring dengan kapas atau kertas saring, filtratnya digunakan sebagai indikator.
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 39
B. PENENTUAN pH LARUTAN
1. Tujuan
Menentukan pH larutan dengan menggunakan indikator asam-basa dan indikator yang
terdapat pada tumbuh-tumbuhan.
3. Cara Kerja
a) Ambil 8 buah tabung reaksi, isi setiap tabung dengan 1 mL larutan yang akan diuji dan
beri label.
b) Kemudian celupkan sepotong kertas lakmus merah kedalam masing-masing larutan
tersebut, catat apakah kertas lakmus mengalami perubahan warna atau tidak. Kemudian
ganti kertas lakmus merah dengan sepotong kertas lakmus biru, kemudian catat apa
yang terjadi.
c) Setelah larutan diuji dengan kertas lakmus, lakukan pengujian larutan dengan beberapa
indikator asam-basa dan indikator dari ekstrak tumbuhan dengan cara membersihkan
semua tabung terlebih dahulu dan mengganti larutan dengan yang baru untuk setiap
penggantian indikator. Catat perubahan warna larutan.
C. TITRASI ASAM-BASA
1. Tujuan
Menentukan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan standar basa atau
sebaliknya. Contoh percobaan sebagai berikut :
Menentukan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan asam cuka dengan
menggunakan larutan standar Natrium hidroksida.
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 40
3. Cara Kerja
a) Dengana menggunakan pipet gondok, ambil 5 mL larutan asam cuka (sampel), masukkan
kedalam labu ukur 100 mL kemudian encerkan dengan aquades samapi 0,5 cm
dibawah garis tanda batas volume labu ukur.
b) Bersihkan terlebih dahulu sisa-sisa larutan yang menempel di dinding labu bagian dalam
yang berada di atas cairan dengan menggunakan kertas saring.
c) Tambahkan aquades sampai miniskus cairan berimpit dengan garis tanda batas labu ukur
dengan memakai pipet tetes, lalu homogenkan larutan.
d) Bersihkan buret dan bilas dengan larutan satandar naOH 0,1 M yang akan digunakan
sebanyak 3X berturut-turut.
e) Isi buret dengan larutan standar NaOH 0,1 M sampai ke ujung buret dan 0,5 cm
melebihi garis pada angka 0 (nol).
f) Bersihkan terlebih dahulu sisa-sisa larutan yang menempel di dinding buret bagian dalam
yang berada di atas cairan dengan menggunakan kertas saring.
g) Tepatkan miniskus larutan pada garis nol dengan membuka kran buret.
h) Ambil 25 mL larutan asam cuka yang sudah diencerkan dengan menggunakan pipet
gondok, lalu masukkan kedalam erlenmeyer 250 mL dan tambahkan 1-3 tetes indikator
PP.
i) Titrasi asam cuka tersebut sampai terjadi perubahan warna larutan. Catat warna akhir
titrasi dan volume NaOH yang dibutuhkan. Ulangi langkah kerja 8-9 sebanyak 3 kalai.
Ambil nilai rata-rata volume pentitrasi dalam menghitung konsentrasi larutan asam cuka.
j) Selesai titrasi keluarkan sisa larutan NaOH dan kembalikan ke botol semula.
k) Segera copot kran buret dan cuci buret bersama krannya samapi bersih dengan
menggunakan sabun dan sikat buret lalu keringkan. Setelah bersih dan kering kran buret
diolesi Vaselin kemudian dipasang sendiri. Hal ini dilakuakn agar kran buret tidak macet
(keras bila diputar).
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 41
Perhatian :
Tidak boleh ada gelembung udara di dalam buret yang sudah diisi larutan tersebut.
Kalau ada usahakan sampai gelembung itu hilang, dan kalau tidak berhasil berarti buret
anda tidak bersih, cuci kembali buret anda dengan sabun dan bilas dengan alkohol,
setelah itu lakukan pembilasan ulang seperti no. 1.
Jangan lakukan titrasi apabila gelembung udara masih ada dalam buret, karena volume
pentitrasi yang anda dapatkan akan salah dan perhitungan konsentrasi larutan akan
menyimpang dari hasil yang sebenarnya.
D. LEMBAR PENGAMATAN
1. PENENTUAN TRAYEK pH INDIKATOR ASAM-BASA
Laruta Perubahan warna larutan dan lakmus
Traye
n MO PP MM BTB l. biru l. k. k. merah kunir
k pH
pH merah sepatu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 42
2. PENENTUAN pH LARUTAN
Perubahan warna larutan dan lakmus
Nama pH
Lak. Lak. Kemb. Kol
Larutan MO PP MM BTB Kunir Larutan
biru merah sepatu merah
HCl 0,1 M
H2SO4 0,1
M
Al2(SO4) 0,1
M
NaCl 0,1
M
Ca(OH)2 0,1
M
NH4OH 0,1
M
Na2CO3 0,1
M
Vinegar
3. TITRASI ASAM-BASA
Volume NaOH (V1) = . mL
Volume CH3COOH (V2) = . mL
Konsentrasi NaOH (M1) = . M
Konsentrasi CH3COOH (M2) = . M
Volume pentitrasi NaOH 0,1 M yang dibutuhkan :
1. Angka awal pentitar = . mL
Angka akhir pentitar = . mL
Volume NaOH 0,1 M yang dibutuhkan :
= angka akhir pentitar angka awal pentitar
= . mL
2. Angka awal pentitar = . mL
Angka akhir pentitar = . mL
Volume NaOH 0,1 M yang dibutuhkan :
= angka akhir pentitar angka awal pentitar
= . mL
3. Angka awal pentitar = . mL
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 43
PERTANYAAN :
Tentukan konsentrasi larutan asam cuka sebelum diencerkan.
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 44
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenal sifat koligatif larutan, yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku dan tekanan osmotik.
B. TEORI SINGKAT
Kata koligatif berasal dari kata latin colligare yang berarti berkumpul bersama. Sifat
koligatif larutan adalah sifat larutan yang tergantung pada banyaknya partikel yang terlarut
dalam larutan. Jadi sifat ini bergantung pada pengaruh kebersamaan (kolektif) semua
partikel dan tidak pada sifat dan keadaan partikel. Misalnya dalam larutan elektrolit dan non
elektrolit yang sama konsentrasinya, jumlah partikelnya tidak sama. Hal ini dikarenakan pada
larutan elektrolit zat terurai menjadi ion-ionnya (terionosasi), sedangkan pada larutan non
elektrolit zat tidak terionisasi.
Terdapat empat sifat koligatif yang perlu diperhatikan yaitu; penurunan tekanan uap
(p), kenaikan titik didih (Tb), penurunan titik beku (Tf) dan tekanan osmotik (). Dasar
teori dari keempat macam sifat larutan encer yang biasanya disebut sifat koligatif ini adalah
Hukum Roult. Sifat koligatif dapat digunakan untuk menentukan massa molekul relatif suatu
zat.
1. Penurunan Tekanan Uap
Menurut Roult pada larutan ideal akan berlaku rumus sebagai berikut :
p 1 = p 1 . X 1
p1 = tekanan uap jenuh larutan
p 1 = tekanan uap jenuh pelarut murni
X1 = fraksi mol pelarut
Rumus ini berlaku juga untuk larutan yang tidak ideal, tetapi dalam keadaan yang sangat
encer. Hal ini dikarenakan karena pada larutan yang sangat encer sifat-sifat larutan dapat
dianggap sama dengan sifat-sifat zat pelarutnya (solvent).
Larutan umumnya terdiri dari zat terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent), maka
hubungan antara penurunan tekanan uap jenuh dengan fraksi mol zat terlarut adalah :
p1 = p1 . X1
p1 = penurunan tekanan uap jenuh larutan
p 1 = tekanan uap jenuh pelarut murni
X1 = fraksi mol pelarut
Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 45
Tetapan kenaikan titik didih molal (C) yaitu kenaikan titik didih untuk 1 mol zat dalam
1000 g pelarut. Jika berat zat terlarut G gram dengan massa molekul relatifnya Mr dan
dalam p gram pelarut, maka dalam p gram pelarut tersebut terdapat G/Mr mol zat
terlarut.
1000 G
Dalam 1000 g pelarut terdapat = x mol zat terlarut, maka molalitas larutan
p Mr
1000 G
(m) = x . Kenaikan titik didih larutan menjadi :
p Mr
1000 G
b = x x b
p Mr
Jika berat zat terlarut adalah G gram dengan massa molekul relatifnya Mr dan terlarut
dalam p gram pelarut, maka penurunan titik beku larutan menjadi :
1000 G
f = x x f
p Mr
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 46
4. Tekanan Osmotik
Osmosis adalah proses suatu komponen larutan melalui membran semipermiabel
kedalam larutan yang mengandung komponen tersebut yang konsentrasinya lebih
rendah. Membran semipermiabel hanya dapat dilewati molekul tertentu. Partikel
mungkin tidak dapat melewati membran itu karena ukurannya, sifat dan besarnya
muatan atau karena kedua sifat tersebut. Bahwa suatu zat hanya berpindah ke satu arah,
jelas menunjukkan adanya semacam potensial antara kedua zat di kedua sisi membran.
Jadi zat berpindah karena adanya tekanan, dan tekanan ini disebut tekanan osmotic.
Pada percobaan tekanan osmotic digunakan membran yang hanya dapat dilewati
pelarut, tetapi tidak dapat dilewati zat terlarut. Peristiwa osmosa dapat digambarkan
sebagai berikut : Bila sebuah corong yang telah diberi kertas selopan diisi dengan larutan
gula dan dimasukkan kedalam bejana yang berisi air.
Air akan mengalir melalui membran, sehingga permukaan air dalam corong naik,
pertambahan ini menyebabkan adanya tekanan hidrostatik. Aliran air akan terus
berlangsung sehingga tekanan hidrostatik dari larutan gula akan menekan air keluar dari
tabung dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan osmosis. Tekanan yang
mengimbangi desakan air yang akan masuk melalui selaput semipermiabel disebut
tekanan osmotic. Pada tahun 1885 Vant Hoff, seorang ahli kimia bangsa Belanda
melaporkan adanya hubungan antara tekanan osmotic dengan konsentrasi larutan
seperti tertera dalam rumus berikut :
Tekanan osmotic ( ) = C.R.T.
= tekanan osmotic (atm)
R = suatu tetapan = 0,082 atm L K 1 mol 1
C = mol zat terlarut/liter
T = suhu (Kelvin)
Seperti halnya sifat koligatif larutan lainnya, sifat ini dapat pula digunakan untuk
mencari massa molekul zat terlarut.
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 47
2. Cara Kerja
a. Sediakan penangas yang berisi larutan yang titik didihnya melebihi dari titik didih
air suling (pelarut) dan titik didih larutan uji.
b. Isi tabung reaksi dengan air suling setinggi 4 cm, masukkan kedalam penangas.
c. Gantung termometer dengan memakai alat bantu klem dan statif sehingga ujung
termometer berada dalam air suling.
d. Panaskan penangas beserta isinya setelah suhu mencapai 90C, catat kenaikan
suhu setiap 15 detik sampai air suling mendidih, dan catat pada saat suhu konstan.
e. Ulangi percobaan 2-4 tetapi air suling diganti dengan masing-masing larutan uji
sebagai berikut : larutan NaCl 0,1 M dan 0,5 M; larutan Urea 0,1 M dan 0,5 M.
2. Cara Kerja
a. Isi kira-kira gelas plastik dengan potongan es batu, tambahkan 8 sendok makan
garam kasar, aduk sebentar (disebut campuran pendingin), lalu segera lakukan
langkah kerja berikut :
b. Isi tabung reaksi dengan air suling setinggi 4 cm, lengkapi tabung dengan 1 buah
batang pengaduk, lalu masukkan kedalam campuran pendingin.
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 48
c. Gerakkan pengaduk naik turun sampai air suling hampir membeku, ganti
pengaduk dengan termometer dan gerakkan temperatur naik turun (hati-hati)
sampai air suling membeku seluruhnya, kemudian catat suhunya.
d. Keluarkan tabugn dari campuran pendingin, kemudian amati dan catat kenaikan
suhu setiap 15 detik sampai suhu mencapai 1C.
e. Ulangi percobaan 2-4 tetapi air suling diganti dengan masing-masing larutan uji
sebagai berikut : larutan NaCl 0,1 M dan 0,5 M; larutan glukosa 0,1 M dan 0,5 M.
C. Tekanan Osmotic
1. Alat dan Bahan
a. Corong tistel 1 bh d. Karet gelang 1 lbr
b. Gelas kimia 400 mL 1 bh e. Sirup sarang sari merah
c. Kertas selopan 1 lbr
2. Cara Kerja
a. Isi corong tistel dengan sirup 40 mL, kemudian ikat dengan karet.
b. Masukkan corong tersebut kedalam gelas kimia yang sudah diisi air 250 mL
c. Gunakan alat antu statif dan klem untuk menggantung corong tistel agar mulut
corong tidak menyentuh dasar gelas kimia. Amati dan catat apa yang terjadi.
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 49
LEMBAR PENGAMATAN
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 50
C. TEKANAN OSMOTIK
Perubahan yang terjadi dalam corong tistel yang berisi sirup setelah dimasukkan ke dalam
air
..
Pertanyaan :
1. Bagaimana cara menentukan suhu yang menunjukkan titik didih dan titik beku larutan
dari hasil pengamatan anda?
2. Bagaimana titik didih larutan dibandingkan dengan titik didih air suling?
3. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap kenaikan titik didih pada larutan yang sama?
4. Untuk konsentrasi yang sama, bagaimana pengaruh Natrium klorida (elektrolit)
dibandingkan dengan pengaruh Urea (non elektrolit) terhadap kenaikan titik didih
larutan?
5. Bagaimana titik beku larutan dibandingkan dengan titik beku air suling?
6. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap penurunan titik beku pada larutan NaCl dan
larutan glukosa?
7. Untuk konsentrasi yang sama, bagaimana pengaruh Natrium klorida (elektrolit)
dibandingkan dengan pengaruh Glucosa (non elektrolit) terhadap penurunan titik beku
larutan?
8. Apa yang dapat disimpulkan dari percobaan tekanan osmotic yang telah anda lakukan?
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 51
PERCOBAAN 5
KOLOID
I. Pendahuluan
Ditinjau dari ukuran partikelnya sisitem koloid terletak antara larutan dan suspensi
kasar. Oleh karena itu ada dua cara pembuatan system koloid, yaitu cara dispersi dan cara
kondensasi. Pada cara dispersi, bahan dalam bentuk kasar dihaluskan dan didispersikan
kedalam suatu medium. Pada cara kondensasi, molekul-molekul dikondensasikan menjadi
partikel dengan ukuran koloid. Sifat-sifat yang dimiliki oleh koloid antara lain adanya gejala
efek Tyndall, gerak Brown, koagulasi, absorbsi dan lain-lain. Dalam praktikum ini
mempelajari cara pembuatan dan mengamati sifat-sifat koloid.
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 52
3. Pembuatan emulsi
a) Masukkan 1 mL minyak tanah dan 5 mL air kedalam suatu tabung reaksi.
Guncangkan tabung itu dengan keras., kemudian letakkan tabung itu di rak tabung
reaksi dan perhatikan waktu yang diperlukan untuk pemisahan kedua zat itu.
b) Masukkan 1 mL minyak tanah 5 mL air dan 15 tetes larutan sabun kedalam suatu
tabung reaksi. Guncangkan tabung dengan keras, kemudian letakkan tabung itu di
rak tabung reaksi dan perhatikan apakah kedua zat itu memisah.
B. Sifat-sifat koloid
1. Efek Tyndall
Isi sebuah gelas kimia dengan larutan K2CrO4 5% danterangi larutan itu dengan
berkas cahaya lampu senter. Amati berkas yang sama, amati arah tegak lurus. Dengan
cara yang sama, amati sol Fe(OH)3. perbedaan apakah yang dilihat ?
2. Kestabilan koloid
a) Pengaruh elektrolit terhadap kestabilan koloid
Masukkan 5 mL sol Fe(OH)3 kedalam suatu tabung reaksi dan 5 mL sol As2S3
kedalam tabung reaksi yang lain. Tambahkan 5 mL larutan NaCl 1M pada kedua
tabung reaksi, guncangkan tabung reaksi dan catat waktu yang diperlukan agar
terjadi koagulasi.
Kerjakan seperti pada langkah pertama, tetapi gunakan larutan elektrolit yang
lain berturut-turut, yaitu :
- larutan NaCl 0,02 M
- larutan BaCl2 0,2 M
- larutan AlCl3 0,2 M
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR 53
IV. Pengamatan
A. Pembuatan koloid
1. Sol belerang dalam air
- Sol Fe(OH)3
- Sol As2S3
2. Emulsi
B. Sifat koloid
1. Efek Tyndall
2. Kestabilan koloid
- Pengaruh elektrolit terhadap kestabilan koloid. Catat waktu yang diperlukan
agar terjadi koagulasi.
- Pencampuran sol Fe(OH)2 dengan sol As2S3
V. Pertanyaan
1. Apa perbedaan antara cara dispersi dan cara kondensasi.
2. Bagaimanakan pengaruh larutan sabun terhadap campuran air dan minyak tanah.
3. Apa pengaruh konsentrasi larutan elektrolit terhadap kestabilan koloid.
4. Apa pengaruh muatan ion terhadap kestabilan koloid. Apa pengaruh itu sama kuat terhadap
kedua sol.
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA