Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Umum


II.2.1 Epidermis
Menurut Bagod Sudjadi dan Siti Laila (30 : 2005), jaringan
epidermis merupakan lapisan sel yang paling luar pada daun, akar,
buah, biji, dan batang. Kata epidermis berasal dari bahasa Yunani
(epi = di atas / menutupi; derma =kulit). Jaringan epidermis
biasanya terdiri atas deretan sel tunggal yang menutupidan
melindungi semua bagian tumbuhan yang masih muda. Secara
umum, fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai pelindung.
Namun, sel-sel epidermis sering kali memiliki cirri dan fungsi
khusus yang berkaitan dengan fungsi utama organ yang ditutupi.
Jaringan epidermis dapat juga berkembang dan mengalami
modifikasi menjadi sel rambut akar, sel penutup pada stomata, dan
spina. Epidermis, seperti halnya kulit pada tubuh kita, yang
merupakan komponen perlindungan pertama untuk melawan
kerusakan fisik dan organisme-organisme patogenik.
Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel. Pada
beberapa tumbuhan, sel protoderm pada daun membelah dengan
bidang pembelahan sejajar dengan permukaan, dan turunannya
dapat membelah lagi sehingga terjadi epidermis berlapis banyak
(Hidayat, 1995).
Tahap awal perkembangan epidermis secara ontogenetik
tidak sama antara yang terdapat pada akar dengan yang ada pada
pucuk. Epidermis biasanya terdapat pada seluruh kehidupan organ-
organ tumbuhan yang tidak mengalami penebalan sekunder (Iserep,
1993).
II.2.2 Modifikasi Epidermis
1. Trikoma
Trikoma merupakan derivat terutama terdapat di daun,
oleh karena itu trikoma disebut juga rambut daun. Trikoma
dapat berupa sebuah sel yang sederhana atau bercabang. Terdiri
dari sel yang sederhana ataupun beberapa deret sel. Ada yang
terdiri dari bagian tangkai dan kepala.
Kalau diperhatikan dari susunannya, akan didapatkan
trikoma yang terdiri dari satu sel (unicellular), dan yang
multiseluler (multicellular). Yayan Sutrian (2004) dalam
menjelaskan bahwa trikoma yang unicellular umumnya tidak
bercabang, tetapi ada kalanya pula yang bercabang meski jarang
terjadi.yang multicellular terdiri dari satu deretan sel atau
beberapa lapisan sel, bercabang atau dapat juga mempunyai
cabang yang memanjang dan mendatar.
Jenis-jenis trikoma:
1. Trikoma Non-Glandular (tak berkelenjar)
Estiti (1995) dalam bukunya menyebutkan bahwa
trikoma non-glandular ini ada bermacam-macam bentu, yaitu:
1. Rambut bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih,
misalnya pada Lauraceae, Moraceae, Triticum,
Pelargonium dan Gossypium. Pada Gossypium, serat
kapas merupakan rambut epidermis bersel satu dari kulit
biji dan dapat mencapai panjang 6 cm.
2. Rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, ditemukan
tanpa tangkai (sesil) pada daun duren (Durio zibethinus)
atau bertangkai pada Olea.
3. Rambut bercabang dan bersel banyak. Bentuknya dapat
seperti bintang, misalnya rambut di bagian bawah daun
waru (Hibiscus tiliaceus) atau seperti tempat lilin pada
Verbascum.
4. Rambut akar merupakan pemanjangan sel epidermis
dalam bidang yang tegak lurus permukaan akar. Sel
bebrbentuk bulat panjang, mencapai panjang 80 – 1500
mikrometer dengan garis tengah 5 – 17 mikrometer.
rambut akar memiliki vakuola besar dan biasanya
berdinding tipis.
Sama dengan pendapat yang diungkapkan Estiti (1995),
Sumardi (2007) juga menyebutkan bahwa:
1. Rambut uniseluler sederhana / multiseluler uniseriat :
umumnya dijumpai pada Lauraceae, Moraceae, Triticum,
Hordeum, Gossypium (rambut biji), Ceiba pentandra
(rambut buah).
2. Rambut skuamiform (bentuk sisik) yang multiseluler dan
memipih secara nyata sekali tidak bertangkai duduk
disebut sisik bertangkai rambut berbentuk perisai (peltata)
3. Rambut multiseluler yang berbentuk bintang (stelata) atau
berbentuk seperti tepat lilin (kandelabrum) Rambut
bintang seperti pada Styrax officinalis dan Hibiscus
thiliaceus.
2. Trikoma Glandular (berkelenjar)
Trikoma sekresi ini dapat bersel satu, bersel banyak,
atau berupa sisik, yang salah satu selnya mempunyai fungsi
sekresi sebagai sel atau jaringan sekretori. Trikoma bersel
banyak yang sederhana terdiri dari tangkai dengan kepala
bersel satu atau bersel banyak. Trikoma seperti ini misalnya
terdapat pada daun tembakau. Trikoma yang terdiri dari
bagian tangkai dan kepala, umumnya fungsi sekresi di bagian
kepala.
Trikoma kelenjar yang menghasilkan sekret yang kental
dan lengket, dan yang biasanya terdiri dari tangkai dan
kepala bersel banyak dinamakan koleter. Trikoma seperti
ini ditemukan berkelompok pada tunas muda, dan sekret yang
dihasilkannya menjaga tunas dari kekeringan. Jenis trikoma
kelenjar lain adalah kelenjar cerna yang terdapat pada
tumbuhan pemakan serangga seperti Nephenthes.
Fungsi-fungsi Trikoma
Trikoma memiliki fungsi yang spesifik terhadap masing-
masing organ tumbuhan. Di antaranya adalah (Fahn, 1991):
1. Mengurangi besarnya penguapan.
2. Rambut gatal yang berfungsi untuk mengurangi gangguan
yang disebabkan oleh hewan maupun manusia.
3. Membuat biji menjadi ringan, sehingga memudahkan
menerbangkan biji dan membantu penyerbukan.
4. Mempercepat pertumbuhan biji, karena mudah diserap air.
5. Mencegah serangga yang akan merusak biji.
6. Pada nektaria, akan menghasilkan madu untuk menarik
perhatian serangga yang nantinya akan membantu dalam
penyerbukan.
7. Pada kepala putik, akan mengeluarkan zat perekat sehingga
serbuk sari akan mudah melekat.

2. Stomata
Stomata berasal dari bahasa Yunani yaitu stoma yang
berarti lubang atau porus, jadi stomata adalah lubang oleh dua
sel epidermis khusus yang disebut sel penutup (Guard Cell),
dimana sel penutup tersebut adalah sel-sel epidermis yang telah
mengalami kejadian perubahan bentuk dan fungsi yang dapat
mengatur besarnya lubang-lubang yang ada diantaranya
(Kartasaputra, 1988). Stomata adalah pori yang sangat kecil
yang diapit oleh sel epidermal yang telah mengalami spesialisasi
yang disebut sel penjaga (guard cell). (Campbel, dkk 2000).
Stomata merupakan modifikasi dari sel epidermis daun berupa
sepasang sel penjaga yang bisa menimbulkan sula (lubang)
sehingga uap air dan gas dapat dipertukarkan antara bagian
dalam dari stomata dengan lingkungan. (Hamim, 2007)
Jumlah dan Letak Stomata Stomata terdapat pada bagian-
bagian tumbuhan yang berwarna hijau, terutama pada daun-daun
tanaman. Pada daun yang berwarna hijau stomata terdapat pada
satu permukaannya saja (Kartosapoetra, 1991). Menurut howard
dalam Salisbury dan Ross (1995) bahwa setiap melimeter
persegi permukaan daun mempunyai kira-kira 100 stomata, tapi
jumlahnya ini dapat mencapai 10 kali lipat dan maksimum
berjumlah 2230. Jumlah stomata dapat diklasifikasikan menjadi:
sedikit (1-50), cukup banyak (51-100), banyak (101-200), sangat
banyak (201- > 300) dan tak terhingga ( 301 - > 700), (Haryati,
2010).
Tipe stomata pada daun sangat bervariasi. Berdasarkan
hubungan stomata dengan sel epidermis dan sel tetangga ada
banyak tipe stomata, tipe yang berbeda dapat terjadi pada satu
famili yang sama atau dapat juga pada daun dari spesies yang
sama.
Mauseth dalam Arisanti (2005) menyatakan bahwa 5 tipe
stomata berdasarkan susunan stomata yang umum yaitu:
1. Tipe anomositik, stomata dengan sel penutup yang dikelilingi
oleh sejumlah sel yang tidak berbeda ukuran dan bentuknya
dari sel epidermis lainnya. Jenis ini umum terdapat pada
Ranunculaceae, Capparidaceae, Cucurbitaceae, Malvaceae.
2. Tipe anisositik atau jenis Cruciferaceae, stomata dengan sel
penutup dikelilingi tiga buah sel tetangga yang tidak sama
besar. Jenis ini umum terdapat pada Cruciferae, Nicotiana,
Solanum.
3. Tipe parasitik, stomata dengan sel yang mudah dikenali.
Setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau lebih
dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel
penutup serta celah. Jenis ini umumnya terdapat pada
Rubiaceae, Magnoliaceae, kebanyakan spesies Convol
vulaceae, Mimosaceae.
4. Tipe diasitik atau jenis Caryophyllaceae, stoma yang
dikelilingi dua sel tetangga. Dinding bersama dari kedua sel
tetangga itu tegak lurus terhadap sumbu melalui panjang sel
penutup serta celah. Jenis ini umum terdapat pada
Caryophyllaceae, Acanthaceae.
5. Tipe aktonositik, stomata yang dicirikan dengan sel penjaga
yang dikelilingi dengan banyak sel tetangga yang tersusun
secara radial di sekelilingnya.
II.2. Uraian tanaman
II.2.1 Sukun

1. Klasifikasi tanaman (Angkasa dan Nazaruddin, 1994):


Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus comunis
2. Morfologi Tanaman Sukun (Angkasa dan Nazaruddin, 1994).
Tinggi pohon sukun mencapai 30 m, dengan stek
umumnya pendek dan bercabang rendah. Buah yang tidak
bermusim, namun mengalami puncak pengeluaran buah dan
bunganya dua tahun sekali.
Akar tanaman sukun tergolong akar adventif karena
sebagian besar menyebar di dekat permukaan tanah. Bila
tanaman sudah besar, kadangkadang sebagian akar menyembul
pada permukaan tanah. Jika dilukai, dari akar akan muncul tunas
sebagai tanaman baru.
Daun sukun tergolong besar, lebar, kaku, dan tebal seperti
belulang. Ukurannya 30-60 cm x 20-40 cm. Warna daun di
sebelah atas hijau tua mengkilap, di sebelah bawah berwarna
hijau pucat dan kasar. Daun ini berbulu halus. Pangkal daun
utuh dan kukuh, panjangnya sekitar 3-5 cm. Tepi daun
bercangap atau melekuk sekitar ¾ daun.
Bunga sukun relatif besar dan memiliki tandan bunga.
Bunga jantan tebal, berbentuk seperti gada dan mirip busa.
Bunga jantan tersusun atas bunga-bunga kecil dengan stamen
tunggal yang dilengkapi sela beruang dua yang menjulur keluar.
Bunga betina terdiri atas kumpulan bunga yang banyak sekali
yang berkumpul pada dasar bunga. Kelopak bunga berbentuk
tabung. Di atas kelopak ada kepala putik beruang dua yang
menjulur
Buah sukun berbentuk bulat. Ada juga beberapa varietas
yang memiliki buah hampir lonjong dan memanjang. Garis
tengah buah sekitar 10-30 cm. Kulit buah berduri, tetapi ada
yang tampak halus, warnanya hijau kekuningan (Angkasa dan
Nazaruddin, 1994). Biji berbentuk ginjal, panjang 3-5 cm, dan
berwarna hitam.
3. Kandungan Kimia
Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin,
karbohidrat, kalium, thiamin, natrium, kalsium, dan besi
(Mustafa, A.M.,1998). Pada kulit kayunya ditemukan senyawa
turunan flavanoid yang terprenilasi, yaitu artonol B dan
sikloartobilosanton. Kedua senyawa terebut telah diisolasi dan
diuji bioaktivitas antimitotiknya pada cdc2 kinase dan cdc25
kinase (Makmur, L., et al., 1999). Kayu yang dihasilkan dari
tanaman sukun bersih dan berwarna kuning, baik untuk digergaji
menjadi papan kotak, dapat digunakan sebagai bahan bangunan
meskipun tidak begitu baik. Kulit kayunya digunakan sebagai
salah satu bagian minuman di Ambon kepada wanita setelah
melahirkan (Heyne K, 1987).
Flavanoid adalah senyawa polifenol yang secara umum
mempunyai struktur phenylbenzopyrone (C6-C3-C6). Flavanoid
dan derivatnya terbukti memiliki aktivitas biologi yang cukup
tinggi sebagai cancer prevention. Berbagai data dari studi
laboratorium, investigasi epidemiologi, dan uji klinik pada
manusia telah menunjukkan bahwa Flavanoid memberikan efek
signifikan sebagai cancer chemoprevention dan pada
chemotheraphy (Ren, W., et al., 2003)

4. Khasiat dan kegunaan


Daun sukun (Arthocarpus communis) merupakan salah
satu tanaman yang diduga berperan dalam penurunan kadar
glukosa darah. Daun sukun mengandung polifenol yang dapat
menurunkan kadar glukosa darah dengan bekerja sebagai
antioksidan (Soekrijanto, 2004).

Anda mungkin juga menyukai