Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmasi di Indonesia dibentuk untuk menghasilkan apoteker sebagai
penanggung jawab apotek, dengan pesatnya perkembangan ilmu kefarmasian
di Indonesia maka apoteker atau dikenal pula dengan sebutan farmasi
(Supormo,2002).
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi
mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan (selection), aksi
farmakologis pengawetan, penggabungan, analisis dan pembakuan bahan obat
(drugs) dan sediaan obat (medicine). Dijurusan farmasi kita akan menjumpai
beberapa mata kuliah baik yang umum maupun yang khusus, terutama mata
kuliah Botani.
Botani telah di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari pemanfaatan
tumbuhan yang di manfaatkan penduduk asli untuk obat, pangan, sandang dan
sebagainya (Maheswari, 1998). Botani adalah ilmu yang mempelajari tentang
tumbuhan, terkait dengan klasifikasi (taksonomi), struktur (anatomi dan
morfologi), dan fungsi (fisiologi). Untuk lebih spesifikasinya maka ilmu
botani ini disalurkan memalui suatu percobaan tentang epidermis dan
modifikasinya (Randy wayne, 2009).
Epidermis merupakan lapisan sel terluar daun, bagian bunga, buah dan
biji serta batang dan akar yang belum mengalami pertumbuhan sekunder.
Secara fungsional sel-sel epidermis tidak beragam dan padanya terdapat
berbagai tipe rambut, sel-sel penutup stomata dan sel-sel lain yang khusus
(Mustapa, 2015).
Pada kebanyakan spermatophyta, epidermis terdiri dari satu lapisan sel
dan lapisan ini berbeda dengan jaringan dasar yang ada disebelah dalamnya.

1
Bentuk, ukuran serta susunan sel epidermis sangat bervariasi seperti kubur
atau prisma, ada yang tidak teratur sehingga, bila dilihat dari permukaan
merupakan segi banyak, ada yang dinding berkelok-kelok tak teratur, ada
yang mempunyai tonjolan seperti papila (Mustapa, 2015).
Diantara epidermis daun terdapat alat-alat tambahan yang disebut
derivatnya (modifikasi) epidermis, misalnya rambut daun (trikoma), mulut
daun (stomata) dan sel kipas (terdapat pada familia Poaceae) (Mustapa, 2015).
Epidermis merupakan lapisan sel terluar dari daun, bagian bunga, buah
dan biji, serta dari batang dan akar sebelum menjalani penebalan sekunder.
Menurut fungsi dan bentuk sel-sel epidermis tidaklah sama. Selain dari sel
epidermis yang umum juga dijumpai banyak macam rambut, sel pengawal
stomata, serta sel spesifik lainnya. Akan tetapi dari segi topografi dan sampai
tingkat tertentu secara ontogeni epidermis merupakan jaringan yang seragam
(Iserep, 1993).
Epidermis biasanya terdapat diseluruh kehidupan organ-organ tumbuhan
yang tidak mengalami penebalan sekunder. Lamanya epidermis didalam organ
tumbuhan dengan pertumbuhan sekunder tidak sama. Sel epidermis bentuk
umum mempunyai bentuk, ukuran serta susunan yang beragam, tetapi selalu
tersusun rapat membentuk lapisan yang kompak tanpa ruang interselular
(Sutrian, 2004).
Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang epidermis dan
derivatnya, sehingga nanti kita dapat mengetahui beberapa fungsi dari
epidermis dan sistem-sistem yang dikenal sebagai jaringan kulit yang terdiri
dari epidermis, stomata, trikomata, litosis, sel-sel kipas, sel-sel silika dan lain-
lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mengamati penampang melintang dan membujur bentuk sel
penyusun epidermis?
2. Bagaimana mengamati macam-macam bentuk sel penutup stomata?
3. Bagaimana mengamati berbagai tipe stomata pada daun?

2
4. Bagaimana menagamati berbagai macam bentuk trikoma?
5. Bagaimana mengamati derivate epidermis yang lain selain stomata dan
trikomata misalnya : sel-sel silica, dan sel-sel kipas?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui penampang melintang dan membujur bentuk sel penyusun
epidermis.
2. Untuk mengetahui macam-macam bentuk sel penutup stomata.
3. Untuk mengetahui tipe stomata pada daun.
4. Untuk mengamati berbagai macam bentuk trikomata.
5. Untuk mengamati derivate epidermis yang lain selain stomata dan trikomata
misalnya : sel-sel silica dan sel-sel kipas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Epidermis


2.1.1 Pengertian Jaringan Epidermis
Ditinjau dari asal katanya, yaitu dari bahasa Yunani, epi berarti atas, derma
berarti kulit. Maka epidermis adalah lapisan-lapisan sel yang berada paling luar
pada alat-alat tumbuhan primer, seperti : akar, batang, daun, bunga, buah, dan

3
biji. Dan dapat dikemukakan bahwa sel-sel epidermis yang berasal dari
meristem primer, dan pembentukan jaringannya itu tentunya akan merupakan
jaringan primer. Menurut para ahli, epidermis ini biasanya tersusun dari satu
lapisan sel saja dan pada irisan permukaan sel-selnya tampak berbentuk
macam-macam, seperti misalnya isodeamitris yang memanjang, berlekuk-lekuk
atau menampakkan bentuk lainnya. Letak dari sel-sel epidermis kenyataannya
begitu rapat sehingga karenanya diantara sel-sel tidak terdapat ruang-ruang
antar sel. Kenyataan bahwa adanya protoplasma yang walaupun hanya sedikit
yang melekat pada dinding selnya, menandakan bahwa sel-sel epidermis itu
masih hidup (Sutrian, 2004).
Epidermis merupakan lapisan sel terluar pada daun, bunga, buah, dan biji,
serta pada batang dan akar sebelum tumbuhan mengalami penebalan sekunder.
Meskipun dari segi ontogeni seragam, dari segi morfologi maupun fungsi sel
epidermis tidak seragam. Selain sel epidermis biasa, terdapat sel epidermis yang
telah berkembang menjadi sel rambut, sel penutup pada stomata, serta sel lain.
Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel. Pada beberapa tumbuhan, sel
protoderm pada daun membelah dengan bidang pembelahan sejajar dengan
permukaan, dan turunannya dapat membelah lagi sehingga terjadi epidermis
berlapis banyak (Hidayat, 1995).

Tahap awal perkembangan epidermis secara ontogenetik tidak sama antara


yang terdapat pada akar dengan yang ada pada pucuk. Epidermis biasanya
terdapat pada seluruh kehidupan organ-organ tumbuhan yang tidak mengalami
penebalan sekunder (Iserep, 1993).
2.1.2 Derivat Epidermis
Derivat epidermis adalah suatu suatu bangunan atau alat tambahan pada
epidermis yang berasal dari epidermis, tapi memiliki struktur dan fungsi yang
berlainan dengan epidermis itu sendiri. Macam-macam derivat epidermis antara
lain:
a. Stomata

4
Stomata adalah suatu celah pada epidermis yang dibatasi oleh dua sel
penutup yang berisi kloroplas dan mempunyai bentuk serta fungsi yang
berlainan dengan epidermis.
Fungsi stomata:
1. Sebagai jalan masuknya CO2 dari udara pada proses fotosintesis
2. Sebagai jalan penguapan (transpirasi)\
3. Sebagai jalan pernafasan (respirasi)

Sel yang mengelilingi stomata atau biasa disebut dengan sel tetangga
berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup.
Sel penutup letaknya dapat sama tinggi, lebih tinggi atau lebih rendah dari
sel epidermis lainnya. Bila sama tinggi dengan permukaan epidermis
lainnya disebut faneropor, sedangkan jika menonjol atau tenggelam di
bawah permukaan disebut kriptopor. Setiap sel penutup mengandung inti
yang jelas dan kloroplas yang secara berkala menghasilkan pati. Dinding sel
penutup dan sel penjaga sebagian berlapis lignin.

Pada tumbuhan dikotil, berdasarkan susunan sel epidermis yang ada di


samping sel penutup dibedakan menjadi empat tipe stomata, yaitu:

1. Anomositik, sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak beda
ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Umum pada
Ranuculaceae, Cucurbitaceae, Mavaceae.
2. Anisositik, sel penutup diiringi 3 buah sel tetangga yang tidak sama
besar. Misalnya pada Cruciferae, Nicotiana, Solanum.
3. Parasitik, setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga/lebih dengan
sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup serta celah.
Pada Rubiaceae, Magnoliaceae, Convolvulaceae, Mimosaceae.
4. Diasitik, setiap stoma dikelilingi oleh 2 sel tetangga yang tegak lurus
terhadap sumbu panjang sel penutup dan celah. Pada Caryophylaceae,
Acanthaceae.

5
b. Trikomata
Trikomata merupakan rambut bersel satu atau bersel banyak dibentuk
dari sel epidermis, struktur yang lebih besar dan padat seperti kutil dan duri,
tersusun oleh jaringan epidermis atau jaringan di bawah
epidermis(emergens).Trikoma dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.2 Trikoma non glandular (tidak menghasilkan sekret)
* Rambut uniselular sederhana atau multiselular uniseriat, yang tidak
memipih, umum dijumpai pada Lauraceae, Moraceae, Triticium, Hordeum,
Pelargonium, dan Gossypium.
* Rambut skuamiform (bentuk sisik) yang multiselular dan memipih nyata
sekali. Contohnya pada Olea dan Cruciferae.
* Rambut multiselular yang dapat berbentuk bintang atau tempat lilin
bercabang. Misalnya pada Styrak, Platanus, dan Verbacum.
* Rambut kasar, trikoma kasar berserat, yang dipangkalnya terdiri atas
sedikitnya dua atau lebih deretan sel yang berdampingan.
2. Trikoma glandular (menghasilkan sekret)
Trikom ini dapat bersel satu, bersel banyak, atau berupa sisik.Trikom
glandular terlibat dalam sekresi berbagai bahan, contohnya: trikom
sekresi garam, trikom sekresi nektar, trikom sekresi getah, trikom
sekresi terpentin, koleter, rambut sengat, rambut akar, dll.
Fungsi trikoma pada masing-masing organ:
1. Pada daun untuk mengurangi penguapan, mengurangi gangguan hewan
dan manusia, meneruskan rangsang.
2. Pada bunga (nektaria) mengeluarkan madu untuk menarik serangga
membantunpenyerbukan.
3. Pada biji untuk mencegah gangguan serangga yang akan merusak biji,
menyerap air sehingga biji menjadi lekas berkecambah dan tumbuh.
4. Pada batang untuk mjengurangi penguapan dan untuk memanjat
(kaktus, rotan).
c. Litokis
Litokis terdapat pada epidermis Ficus dengan penebalan sentripetal
yang tersusun oleh tangkai selulosa dengan deposisi/ endapan Ca-carbonat
yang membentuk bangunan seperti sarang lebah dan disebut sistolit.
d. Sel Silika dan Sel Gabus

6
Pada Gramineae, di antara sel-sel epidermis yang memanjang, di
sebelah atas tulang daun, terdapat sel pendek yang terdiri dari dua tipe sel,
yaitu sel silika dan sel gabus. Sel silika dan sel gabus sering kali secara
berturut-turut dibentuk dalam pasangan di sepanjang daun. Sel-sel silika
yang berkembang sepenuhnya mengandung badan-badan silika yang berupa
massa silika yang isotropik dan di tengah-temgahnya biasanya berupa
granula-granula renik. Pada pandangan permukaan, benda-benda silika itu
mungkin berbentuk bulatan, elips, halter, atau bernentuk pelana. Sel gabus
dindingnya mengandung suberin dan sering mengandung bahan organik
yang padat. Distribusinya menyebabkan pengerasan pada kulit batang.
Bentuknya segitiga, segiempat, tidak teratur, angka 8, membulat, dll.
e. Sel Kipas (buliform cell)
Sel-sel ini berukuran lebih besar dibandingkan dengan sel epidermis,
berbentuk seperti kipas, berdinding tipis dan mempunyai vakuola yang besar.
Dindingnya terdiri dari bahan-bahan selulosa dan pektin, dinding paling luar
mengandung kutin dan diselubungi kutikula. Plasma sel berupa selaput yang
melekat pada dinding sel dan berfungsi menyimpan air. Jika udara panas, air
dalam sel kipas akan menguap, sel kipas akan mengerut sehingga luas
permukaan atas daun akan lebih kecil dari luas permukaan bawah. Oleh
karenanya daun akan menggulung dan akan mengurangi penguapan lebih
lanjut.
f. Velamen
Velamen merupakan beberapa jenis sel mati yang terdapat disebelah
dalam epidermis akar gantung atau akar udara pada tanaman Anggrek.
Velamen berfungsi untuk menyimpan air atau menyimpan udara. Epidermis
beserta velamen ada yang menyatakan sebagai epidermis ganda atau
multiple epidermis.
g. Parenkim Air (jaringan air)
Parenkim air merupakan beberapa lapis sel di sebelah dalam epidermis
daun tumbuhan xerofita. Tersusun oleh sel yang besar –besar berdinding
tipis dengan vakuola sentral yang besar. Parenkim air berfungsi untuk

7
menyimpan air pada tumbuhan xerofita. Epidermis beserta parenkim air
disebut epidermis ganda.

8
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Tanaman Jagung (Zea mays L.) (Astawan dan Wresdiyati, 2004).
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Angiosperm
Ordo : Graminales
Famili : Gramineae
Genus : Zea L.
Spesies : Zea mays L.
b. Morfologi
Menurut Bellfield dan Brown (2008), Morfologi tanaman jagung adalah
Gambar 2.2.1 Tanaman
sebagai berikut: Jagung (Zea mays L.)
1. Biji
Biji jagung dikenal sebagai kernel dimana terdiri dari tiga bagian utama
yaitu dinding sel, endosperm dan embrio.
2. Daun
Daun terbentuk dari pelepah daun dan menutupi hampir semua batang
jagung
3. Batang
Batang beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas.
4. Akar
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal
dan akar udara
5. Bunga
Terdiri dari bunga jantan dan betina, dengan letak terpisah.Bunga jantan
terletak pada malai bunga (di ujung tanaman) sedangkan bunga betina
terdapat pada tongkol jagung.

c. Kandungan
Kandungan gizi pada jagung kuning tidak hanya berupa karbohidrat, protein
dan serat tetapi juga vitamin A (karotenoid) dan 7 vitamin E (Inglett, 1987).
Vitamin sebagai zat gizi mikro pada jagung, dapat berperan sebagai
antioksidan alami dalam meningkatkan imunitas dengan menghambat
kerusakan degeneratif. (Suhardjo 1992)
d. Manfaat

9
1. Buahnya merupakan sumber karbohidrat bagi manusia.
2. Sebagai salah satu sumber pangan pokok.
3. Daunnya dapat digunakan untuk pakan ternak kambing, sapi, maupun
kerbau.
4. Batangnya yang sudah kering dapat digunakan untuk kayu bakar.
5. Tulang jagung (jenggel) dapat digunakan sebagai kayu bakar.
6. Kulit dari buah jagung dapat digunakan sebagai pengganti kertas sigaret
pada rokok, serta dapat digunakan sebagai bungkus makanan kecil
seperti dodol
7. Buahnya dapat diolah menjadi berbagai macam makanan, seperti nasi
jagung, jagung bakar, berondong (popccorn), dan juga sebagai pakan
ternak.

2.2.2 Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus) (Hutapea, 2000)


a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae
Marga : Orthosiphon stamineus Benth.
b. Morfologi
Kumis kucing merupakan tumbuhan semak tahunan yang dapat
Gambar 2.2.2 Tanaman
tumbuh mencapai 50-150 cm. Kumis kucing memilikiKumis
batangKucing
berkayu yang
(Orthosiphon
berbentuk segi empat, beruas-ruas, serta bercabang stamineus)
dengan warna coklat
kehijauan. Daun kumis kucing merupakan daun tunggal yang berbentuk
bulat telur, dengan ukuran panjang 7-10 cm dan lebar 8-50 cm. Pada bagian

10
tepi daun bergerigi dengan ujung dan panjang runcing. Daun tipis dan
berwarna hijau. Bunga kumis kucing berupa bunga majemuk berbentuk
malai yang terletak di ujung ranting dan cabang dengan mahkota bunga
berbentuk bibir dan berwarna putih. Pada bunga terdapat kelopak yang
berlekatan dengan ujung terbagi empat dan berwarna hijau. (Hutapea, 2000)
c. Kandungan Kimia
Pada umumnya, kumis kucing memiliki kandungan kimia berupa
alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol ,zat samak, orthosiphon
glikosida, minyak lemak, sapofonin, garam kalium (0,6-3,5%) dan
myoinositol (Hariana, 2005), serta minyak atsiri sebanyak 0,02-0,06 % yang
terdiri dari 6 macam sesquiterpenes dan senyawa fenolik, glikosida
flavonol, turunan asam kaffeat. Hasil ekstraksi daun dan bunga Orthosiphon
stamineus Benth. Ditemukan methylripariochromene A atau 6-(7, 8-
dimethoxyethanone). Juga ditemukan 9 macam golongan senyawa flavon
dalam bentuk aglikon, 2 macam glikosida flavonol, 1 macam senyawa
coumarin, scutellarein, 6-hydroxyluteolin, sinensetin (Yulaikhah, 2009).
d. Manfaat
Kumis kucing pada umumnya dijadikan obat herbal untuk melawan
infeksi bakteri, seperti pada luka di kulit atau gusi yang bengkak. Berkat
sifat antijamur dan antiradangnya juga, masih ada banyak lagi manfaat
kumis kucing lainnya, mulai dari mengobati rematik dan asam urat,
penyakit ginjal (terutama batu ginjal), sebagai obat alergi, hingga
menghentikan kejang.
2.2.3 Tanaman Kecubung (Datura metel L) (Tjitrosoepomo (1994))
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub kelas : Sympetalae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Datura
Spesies : Datura metel L
Gambar 2.2.3 Tanaman
Kecubung (Datura metel L)
11
b. Morfologi
Kecubung termasuk tumbuhan jenis perdu yang mempunyai pokok
batang kayu dan tebal, bercabang banyak, tumbuh dengan tinggi kurang
dari 2 meter. Daun kecubung berwarna hijau berbentuk bulat telur, tunggal,
tipis, dan pada bagian tepinya berlekuk lekuk tajam dan letaknya berhadap-
hadapan. Ujung dan pangkal daun meruncing dan pertulangannya menyirip
(Tampubolon, 1995).
c. Kandungan
Tanaman kecubung mengandung zat alkaloid yang diketahui
merupakan bahan yang dapat digunakan untuk membius dan juga dapat
digunakan sebagai obat (Kartasapoetra, 1988). Semua bagian tumbuhan
kecubung dari akar, tangkai, daun, buah, bunga dan biji mengandung
senyawa alkaloid yang sudah dikenal sebagai obat bius (Dharma, 1985).
d. Manfaat
Manfaat biji bunga kecubung lainnya yaitu dapat membantu mengatasi
asma. tanaman kecubung merupakan tanaman yang mengandung alkaloida,
yang berada di setiap bagian dari tanaman kecubung. mulai dari daun,
batang, akar, bunga dan juga biji, namun lebih berkonsentrasi pada akar
dan juga bijinya. (Dharma, 1985).
2.2.4 Tanaman Alpukat (Persea americana) (Andi, 2013)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana
b. Morfologi
Tanaman alpukat berupa pohon dengan Gambar 2.2.43-10
ketinggian Tanaman
m, rating
Alpukat (Persea
tegak dan berambut halus, daun berdesakan diujung ranting, bentuk bulat
americana)
telur atau corong, awalnya berbulu pada kedua belah permukaannya dan
lama-kelamaan menjadi licin. Bunga alpukat berupa malai dan terletak di

12
dekat ujung ranting, bunganya sangat banyak berdiameter 1-1,5 cm,
berwarna kekuningan, berbulu halus dan benang sari dalam 4 karangan,
buah alpukat berbentuk bola lampu sampai bulat telur, berwarna hijau
kekuningan berbintik ungu, gandul/halus, dan harum, biji berbentuk bola
dan hanya terdapat satu biji dalam 1 buah (Materia Medika Indonesia,
1996; Hika citra, 2009)
c. Kandungan
Alpukat juga mengandung potassium 30% lebih banyak di banding
nenas. Potassium sangat bermanfaat bagi tubuh untuk mengurangi resiko
terkena penyakit tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan kanker. Selain
itu, alpukat juga sangat sempurna jika di jadikan sebagai makanan untuk
wanita yang sedang hamil. Itu karena follate yang terdapat dalam alpukat,
dapat mengurangi resiko terhadap ancaman penyakit birth defect ( Andi,
2013).
d. Manfaat
Manfaat sari daun alpukat adalah sebagai diuretik dan menghambat
pertumbuhan beberapa bakteri seperti Staphylococcus sp, Pseudomonas sp,
Proteus sp, Escherichea sp, dan Bacillus sp. Selain itu, khasiat sari daun
alpukat dipercaya dapat menyembuhkan kencing batu, darah tinggi, dan
sakit kepala. Daun yang dibuat teh dapat menyembuhkan nyeri saraf, nyeri
lambung, bengkak saluran pernapasan dan haid tidak teratur. Kandungan
zat aktif yang terdapat di daun alpukat adalah flavonoid dan quercetin.
( Andi, 2013).
2.2.5 Tanaman Alamanda (Allamanda cathartica L) (Heyne (1987))
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Agiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Apocynales
Marga : Allamanda
Spesies : Allamanda cathartica L Gambar 2.2.5 Tanaman
b. Morfologi
Alamanda (Allamanda
cathartica L)

13
Menurut Heyne (1987), tanaman alamanda memiliki habitus perdu,
tinggi 4-5 m. Batang berkayu, bulat, berbaring, berbuku-buku, tiap buku
terdapat daun yang melingkar, empat sampai lima helai, bergetah,
percabangan monopodial, cabang muda hijau, atas ungu, putih kehijauan.
Daun tunggal, lonjong, tepi rata melipat ke bawah, ujung dan pangkal
meruncing, panjang 5-16 cm, lebar 2,5-5 cm, tebal, pertulangan menyirip,
hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan, berkelamin dua, di ujung cabang dan
ketiak daun, tangkai silindris, pendek, hijau, kelopak bentuk lanset,
permukaan halus, hijau, benang sari tertancap pada mahkota, mahkota
berseling pada lekukan, tangkai putik silindris, kepala putik bercangap dua,
berwarna kuning, mahkota bentuk terompet atau corong, permukaan rata,
kuning.
c. Kandungan
Penelitian yang dilakukan oleh Vibrianthi (2011), menyatakan bahwa
dalam uji kuntitatif ekstrak air dan metanol daun A. cathartica positif
mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan steroid
d. Manfaat
Menurut Hidayat (2011), daun alamanda dapat digunakan sebagai
penawar racun, obat lever, obat pencahar, dan obat batuk, daun alamanda
juga dapat digunakan untuk mengobati demam, batang tanaman A.
Cathartica memiliki fungsi biologis sebagai inhibitor tirosinase.

2.2.6 Tanaman Durian (Durio zibethinus) (Nazaruddin, 1994).

a. Klasifikasi
Regnum :Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Bombacales
Famili : Bombacaceae
Genus : Durio Gambar 2.2.6 Tanaman
Durian (Durio zibethinus)
14
Spesies : Durio zibethinus
b. Morfologi
Buah durian merupakan tanaman daerah tropis, karenanya dapat
tumbuh baik di Indonesia. Panjang buah durian yang matang bisa mencapai
30-45 cm dengan lebar 20-25 cm, dan berat antara 1,5-2,5 kg. Setiap buah
berisi 5 juring yang di dalamnya terletak 1-5 biji yang diselimuti daging
buah yang berwarna putih, krem, kuning, atau kuning tua. Tiap varietas
durian menentukan besar kecilnya ukuran buah, rasa, tekstur, dan ketebalan
daging (Nazaruddin, 1994).
c. Kandungan
Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian terhadap
kandungan gizi daging durian serta kandungan gizi albedo durian dan
mengatakan 14 bahwa semakin tua (matang) durian, kandungan total gula,
gula reduksi, total padatan terlarut, dan kadar asam dalam daging buah
akan meningkat serta akan diimbangi dengan peningkatan aroma
(Nazaruddin, 1994).
d. Manfaat
Bagian utama yang sering dimanfaatkan dan dimakan dari durian
ialah buahnya. Rasa buahnya yang enak membuat banyak orang gemar
mengonsumsi buah ini. Buahnya yang sudah matang dapat dikonsumsi
langsung atau pun diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti dibuat
kolak, es krim, selai, atau dodol (Rukmana, 1996).

2.2.7 Tanaman Sukun (Artocarpus communis) (Hutapea, J.R, 1991)


a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Familia : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus communis
b. Morfologi Gambar 2.2.7 Tanaman
Sukun (Artocarpus
communis)

15
Artocarpus communis (sukun) adalah tumbuhan dari genus
Artocarpus dalam famili Moraceae yang banyak terdapat di kawasan
tropika seperti Malaysia dan Indonesia. Ketinggian tanaman ini bias
mencapai 20 meter .Di pulau Jawa tanaman ini dijadikan tanaman
budidaya oleh masyarakat. Buahnya terbentuk dari keseluruhan kelopak
bunganya, berbentuk bulat atau sedikit bujur dan digunakan sebagai bahan
makanan alternatif .Sukun bukan buah bermusim meskipun bias anya
berbunga dan berbuah dua kali setahun. Kulit buahnya berwarna hijau
kekuningan dan terdapat segmen-segmen petak berbentuk poligonal.
Segmen poligonal ini dapat menentukan tahap kematangan buah sukun
(Mustafa, A.M.,1998)
c. Kandungan
Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin, karbohidrat,
kalium, thiamin, natrium, kalsium, dan besi .Pada kulit kayunya
ditemukan senyawa turunan flavanoid yang terprenilasi, yaitu artonol B
dan sikloartobilosanton. Kedua senyawa terebut telah diisolasi dan diuji
bioaktivitas antimitotiknya pada cdc2 kinase dan cdc25 kinase (Makmur,
L., et al., 1999).
d. Manfaat
Daun Sukun juga dapat mengobati penyakit jantung. Karena daun
sukun sangat beik untuk menjaga kesehatan pembuluh darah maupun
jantung. Cara mendapat manfaat daun sukundengan memanfaatkan 1
lembar daun sukun yang sudah tua yang masih berada di pohon. Daun
sukun yang sudah tua memiliki kadar kimia yang maksimal. (Makmur, L.,
et al., 1999).
2.3 Uraian Bahan
1. Alkohol
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H6O
Rumus Struktur :

16
Berat Molekul : 46 g/mol
Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar
dengan memberikan nyala api biru yang tidak berasap.

Kelaruran : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P,

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya,


` ditempat sejuk, jauh dari nyala api

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

2. Aquadest
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Zat pelarut
2.4 Cara Kerja
1. Percobaan I – Modifikasi Epidermis
a. Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya.
b. Ambil preparat dan iris setipis mungkin lalu letakkan diatas
permukaan objek gelas dan tutup.
c. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat
d. Gambar sel-sel epidermis lengkap dengan stomatanya.
2. Percobaan II – Stomata
a. Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya.
b. Buat preparat basah dari masing-masing preparat tersebut diatas
c. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat
d. Gambar dan sebutkan tipe-tipe stomata dari preparat tersebut diatas
3. Percobaan III – Tricoma
a. Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya.

17
b. Buatlah preparat basahdari masing-masing preparat tersebut diatas
c. Amati dibawah mikroskop pembesaran lemah dan kuat
d. Gambar dan sebutkan tipe-tipe stomata dari preparat tersebut diatas
e. Apa kesimpulan tentang pengamatan tersebut diatas.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Praktikum


Praktikum botani mengenai epidermis dan modifikasinya dilaksanakan
pada hari Rabu tanggal 7 November 2018 di Laboratorium Bahan Alam Jurusan
Farmasi Universitas Negeri Gorontalo pada pukul 12:45 sd 15:45 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Kaca Objek
2. Micro Glass
3. Mikroskop
4. Pipet
5. Pensil
6. Silet
3.1.1 Bahan
1. Aquadest
2. Alkohol 70%
3. Allamanda catartica folium
4. Artocarpus communis folium
5. Datura metel folium
6. Durio zibethinus folium
7. Orthosipon stamineus folium
8. Persea americana folium
9. Zea mays folium
10. Tisu

3.3 Prosedur Kerja


1. Percobaan I – Modifikasi Epidermis
Cara kerja:
a. Disiapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya.

18
b. Diambil preparat dan diiris setipis mungkin lalu letakkan diatas
permukaan objek glass dan tutup.
c. Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat.
d. Digambar sel-sel epidermis lengkap dengan stomatanya.
2. Percobaan II – Stomata
Cara kerja:
a. Disiapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya.
b. Dibuat preparat basah dari masing-masing preparat tersebut diatas.
c. Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat.
d. Digambar dan sebutkan tipe-tipe stomata dari preparat tersebut diatas
3. Percobaan III – Tricoma
Cara kerja:
a. Disiapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya.
b. Dibuat preparat basah dari masing-masing preparat tersebut diatas.
c. Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat.
d. Digambar dan sebutkan tipe-tipe stomata dari preparat tersebut diatas.
e. Dibuat kesimpulan anda tentang pengamatan tersebut diatas.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengmatan

Sampel Gambar Hasil Pengamatan Gambar Literatur

19
Daun Jagung (Zea
Mays) . Perbesaran 10
X 25 dapat diamati
stomata tipe diasitik
dan trikoma jarum

Daun Kumis kucing


(Orthosipon
stamineus).
Perbesaran 10 X 25,
dapat diamati trikoma
bentuk jarum
Daun Kecubung
( Danura metel).
Perbesaran 10 X 2,5
dapat diamati stomata
tipe parasitik
Daun Alpukat (Persea
Americana)
Perbesaran 10 X 2,5
dapat diamati stomata
tipe anomositik

Daun Allamanda
( Allamanda
catartica ) Perbesaran
10 X 2,5 dapat

20
diamati stomata tipe
anomositik
Daun Durian ( Durio
zibenthinus).
Perbesaran 10 X 2,5
dapat diamati stomata
tipe aktinositik dan
trikoma bentuk
bintang
Daun Sukun
( Artocharpus
communis ).
Perbesaran 10 X 2,5
dapat diamati trikoma
bentuk jarum

4.1 Pembahasan

Praktikum kali ini adalah tentang epidermis dan modifikasinyanya.


Sebelum kita melakukan praktikum ini kita harus mengetahui alat dan bahan
yang akan di gunakan, bahan-bahan yang digunakan adalah daun jagung (Zea
mays), daun kumis kucing (Orhosipon stamineus), daun kecubung (Danura
metel), daun alpukat (Persea amaricana), daun allamanda (Alamanda
catartica), daun durian (Durio Zibenthinus), dan daun sukun (Arthocarpus
communis). Alat yang paling utama dalam praktikum ini adalah mikroskop,
karena kita mengamati tentang sel yang tidak tampak dengan mata telanjang.
Perbesaran yang digunakan adalah 10 x 2,5.

21
Pengamatan pertama adalah dengan menggunakan daun jagung
Sebelum kita melakukan pengamatan kita mempersiapkan mikroskop cahaya,
setelah itu mengambil daun jagung (Zea mays), kemudian mengiris setipis
mungkin dengan menggunakan silet. Pada irisan daun ini, kami melihat
adanya stomata yang dikelilingi sel tetangga yang melingkar secara radial
yang jumlah sel tetangganya berjumlah empat atau lebih. Tipe stomata pada
daun adalah jagung (Zea mays) diasitik.

Pada daun jagung terdapat stomata yang berbentuk diantgus-diasthik


seperti bulat telur, pada stomata terdapat bagiam-bagian diantaranya sel
tetangga, sel penutup, inti sel, pada bagian dorsal terdapat jaringan epidermis.
Epidermis ini berfungsi sebagai pelindung jaringan dibawahnya (Hidayat,
1995). Hal ini juga didukung oleh Sutrian (2004) bahwa stomata umumnya
terdapat pada permukaan bawah daun. Tetapi ada bebrapa spesies tumbuhan
dimana stomata dapat dijumpai pada kedua permukaan daunnya (ventral dan
dorsal). Ada pula tumbuhan yang hanya mempunyai stomata pada permukaan
atas daunnya, misalnya pada bunga lily air. Untuk tumbuhan dalam air tidak
mempunya stomata sama sekali.

Pada stomata telah ditemukan sel tetangga dan sel penutup. Sel
tetangga terletak di atas stomata dan sel sel penutup terdapat dibawah inti sel.
Sel penutup yang terdapat stomata yang berbentuk seperti ginjal dan sel
tetangga terletak berbatasan langsung dengan sel penutup. Hal ini dipertegas
oleh Savitri (2008) bahwa stomata merupakan celah epidermis yang dibatasi
oleh dua sel penutup. Sel penutup berbentuk seperti ginjal atau halter,
sedangkan sel yang berbatasan dengan sel penutup disebut sel tetangga.
Fungsi stomata sendiri sebagai alat respirasi, dimana terdapat pertukaran gas
oksigen dengan karbondioksida pada saat terjadi respirasi dan fotosintesis.
Hal ini disebabkan oleh adanya klorofil pada stomata (Fahn, 1991).

22
Stomata mengatur pertukaran berbagai gas yang diperlukan oleh
tumbuhan, yaitu pada bagian dalam dari tumbuhan dengan udara luar atau
lingkungan udara bagian luar. Pengatur dari gerakan ini adalah stomata, yang
juga mengatur berlangsungnya penguapan, dalam pengertian mengatur agar
tidak terjadi kekurangan air pada tumbuhan. Pengaturan ini dilangsungkan
melalui porus. Gerakan-gerakan sebenarnya berasal dari sel penutup yang
mampu melakukan perubahan bentuk, karena mempunyai dinding sel yang
bersifat elastis dan tidak sama tebalnya (Sutrian, 2004)

Pengamatan kedua yaitu irisan epidermis bawah daun kumis kucing


(Orthosipon stamineus). Sebelum kita melakukan pengamatan kita
mempersiapkan mikroskop cahaya, setelah itu mengambil keres kemudian
diiris setipis mungkin pada bagian bawah daunnya. Pada daun kumis kucing
terdapat trikoma.Trikoma adalah rambut bersel satu atau bersel banyak
dibentuk dari sel epidermis. Struktung lebih besar dan padat seperti kutil dan
duri (seperti duri mawar)yang tersusun oleh jaringan epidermis (Estiti. 1995).

Pengamatan ketiga adalah dengan menggunakan daun kecubung


(Danura metel). Sebelum kita melakukan pengamatan kita mempersiapkan
mikroskop cahaya, setelah itu mengambil daun kecubung, kemudian mengiris
setipis mungkin dengan menggunakan silet. Pada daun kecubung (Danura
metel) dapat diketahui adanya stomata, sel penutup, dan sel tetangga. Pada
daun kecubung, daun ini memiliki stomata jenis parasitik, yaitu setiap sel
penutup di kelilingi satu buah sel tetangga atau lebih dengan sumbu sel
tetangga sejajar sumbu sel penutup dan juga pada daun ini terlihat adanya
ruang udara dalam. Dapat dilihat pada hasil pengamatan kami susunan
stomata berupa jenis parasitik.

Tipe parasitik (rubiaceous) adalah setiap sel penjaga bergabung


dengan satu atau lebih sel tetangga, sumbu membujurnya sejajar dengan

23
sumbu sel penjaga dan apertur (Hidayat, 1995). Ruang udara dalam
(“substomatal chamber”) merupakan suatu ruang antar sel (intercelluler space)
yang besar, yang berfungsi ganda yaitu fotosintesis, transpirasi dan juga
respirasi. Ruang udara dalam ini memiliki hubungan yang teratur dengan
ruang-ruang antar sel lainnya sampai yang letaknya di bagian dalam. Keadaan
demikian sangat menjamin hubungan yang lancar antar bagian tumbuhan yang
paling dalam dengan udara luar, terutama dalam pelaksanaan pertukaran gas
(Sutrian, 2004).

Pengamatan yang keempat yaitu pada daun alpukat (Persea


Americana) ini dibuat preparat sayatan permukaan bawah daun setipis
mungkin lalu diletakkan pada gelas benda bersih yang telah ditetesi air
kemudian ditutup dengan gelas penutup. Diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10 x 2,5. terlihat adanya stomata, sel penutup, sel tetangga dan
ruang udara dalam. Dan jika dilihat dari susunan stomatanya termasuk
anomositik.Jenis anomositik atau jenis Ranunculaceae. Sel penutup dikelilingi
oleh sejumlah sel yang tidak berbeda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis
lainnya. Jenis ini umum terdapat pada Ranunculaceae, Capparidaceae dan
lain-lain. (Hidayat, 1995).

Pengamatan kelima yaitu daun allamanda (Allamanda catartica) ini di


buat dibuat preparat sayatan permukaan bawah daun setipis mungkin lalu
diletakkan pada gelas benda bersih yang telah ditetesi air kemudian ditutup
dengan gelas penutup. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x
2,5. terlihat adanya stomata, sel penutup, sel tetangga dan ruang udara dalam.
Dan jika dilihat dari susunan stomatanya termasuk anomositik. Daun ini
memiliki jenis stomata yang sama dengan daun alpukat.

Pengamatan yang keenam yaitu pada daun durian (Durio zibenthinus)


ini dibuat preparat sayatan permukaan bawah daun setipis mungkin lalu

24
diletakkan pada gelas benda bersih yang telah ditetesi air kemudian ditutup
dengan gelas penutup. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x
2,5. Terlihat adanya stomata, sel penutup, sel tetangga dan ruang udara dalam.
Dan jika dilihat dari susunan stomatanya termasuk aktinositik dan trikoma
bentuk bintang.

Stomata jenis aktinositik dapat dilihat dari jumlah sel tetangga 4 atau
lebih. Sel-selnya memanjang ke arah radian terhadap sel penutup (Cholk dan
Metcalfe : 1950). Sedangkan untuk trikoma adalah rambut bersel satu atau
bersel banyak dibentuk dari sel epidermis. Struktung lebih besar dan padat
seperti kutil dan duri (seperti duri mawar)yang tersusun oleh jaringan
epidermis (Estiti. 1995), dengan berbagai jenis bentuk seperti bentuk jarum,
bintang, dan sisik.

Pengamatan ketujuh yaitu pada daun sukun (Arthocarpus communis)


ini dibuat preparat basah dari irisan epidermis bawah daun sukun lalu
diletakkan pada gelas benda bersih yang telah ditetesi air kemudian ditutup
dengan gelas penutup. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x
2,5. Terlihat adanya trikoma seperti pada daun jagung, kumis kucing dan daun
durian.

Setelah melakukan pengamatan ini, kami lalu membandingkannya


dengan literature yang ada dan ternyata semuanya sama namun ada beberapa
yang kurang lengkap dikarenakan mungkin kurang telitinya kami sebagai
praktikan dalam melakukan tahap-tahap dalam praktikum seperti kurangnya
ketelitian dalam membuat preparat yang sangat tipis dan kurangnya
pengetahuan dalam menggunakan mikroskop sehingga hasil yang di hasilkan
kurang baik.

25
26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sel-sel epidermis yang berasal dari meristem primer dan pembentukan
jaringannya itu tentunya merupakan jaringan primer. Menurut para ahli,
epidermis ini biasanya tersusun dari satu lapisan sel saja dan pada irisan
permukaan sel-selnya tampak berbentuk macam-macam seperti misalnya
isodemitris yang memanjang, berlekuk-lekuk atau menampakkan bentuk
lainnya. Letak dari sel-sel epidermis kenyataanya begitu rapat sehingga
karenanya diantara sel-sel tidak terdapat ruang-ruang antar sel. Kenyataan
bahwa adanya protoplasma yang walaupun hanya sedikit yang melekat
pada dinding selnya, menandakan bahwa sel-sel epidermis itu masih
hidup.
1. Macam-macam bentuk sel penutup stomata yaitu:
a. Jenis anomositik,yaitu sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang
tidak berbeda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya.
b. Jenis anisositik,yaitu sel penutup dikelilingi tiga buah sel tetangga
yang tidak sama besar.
c.Jenis parasitik,yaitu setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau
lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup
celah.
d.Jenis diasitik,yaitu setiap stomata dikelilingi dua sel tetangga.
e.Jenis aktinositik,yaitu jumlah sel tetangga 4 buah atau lebih. Sel-senya
memanjang kearah radian terhadap sel penutup.
f. Jenis sikositik ,yaitu jumlah sel tetangga 4 buah atau lebih. Sel-selnya
tersusun melingkar seperti cincin.

2. Tipe stomata pada daun:

27
a.Mesogen,yaitu sel penutup dan sel yang ada didekatnya yang dapat
berkembang atau tidak berkembang menjadi sel tetangga. Memiliki
asal yang sama.
b.Perigen,yaitu sel yang didekat stomata yang tidak memiliki asal yang
sama dengan sel penutup.
c.Mesoperigen ,yaitu sedikitnya satu sel tetangga yang memiliki hubungan
langsung dengan stomata, sementara sel yang lain tidak.
3.Trikoma dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu trikoma yang tidak
menghasilkan sekret dapat berbentuk rambut bersel satu atau bersel
banyak, rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, rambut bercabang
dan bersel banyak, dan rambut akar. Sedangkan trikoma yang
menghasilkan sekret dapat bersel satu atau bersel banyak dan berupa sisik,
trikoma yang menghasilkan sekret yang kental atau koleter, rambut gatal
dan trikoma yang menghasilkan nektar.
4.Sel-sel silika yang berkembang sepenuhnya mengandung badan-badan silika
yang berupa massa silika yang isotropik san ditengah-tengahnya biasanya
berupa granula-granula renik. Pada pandangan permukaan benda-benda
silika itu mungkin berbentuk bulatan,elips,halter atau berbentuk pelana.
Dilaporkan adanya silikon dijumpai hanya dalam jumlah kecil dalam sel
silika muda, akumulasinya semakin cepat dalam sel yang mengalami
proses muna.
5.2Saran
5.2.1 Saran Untuk praktikan
Ketepatan dalam menyayat dan pengamatan ketika penelitian
adalah hal yang paling penting karena sangat berpengaruh pada hasil
pengamatan.

5.2.2 Saran Untuk Asisten

28
Sebaiknya, memberikan toleransi kepada praktikan dan lebih
mengawasi serta membimbing praktikan yang belum paham mengenai
praktikum.
5.2.3 Saran Jurusan
Saran kami kepada pihak jurusan agar memperhatikan keadaan
laboratorium dan melengkapi alat-alat praktikum

29
30

Anda mungkin juga menyukai