Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
1. Mengetahui struktur-struktur spesifik (morfologis dan atau anatomis) pada
individu yang hidup di lingkungan tertentu.
2. Mengetahui adanya hubungan struktur-struktur spesifik tersebut dengan
kegunaan / fungsi tertentu bagi organisme yang bersangkutan

1.2 Latar Belakang
Persoalan struktur fungsi pada tumbuhan dapat didekati dengan berbagai
gejala struktur beberapa organ dengan fungsi-fungsi khusus seperti sebagai
alat pengapung pada tanaman Eceng Gondok, alat penyimpanan makanan,
dan sebaran stomata pada daun pada tumbuhan air dan darat.
Pada organisme multiseluler, kumpulan sel membentuk jaringan.
Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama.
Kumpulan jaringan membentuk organ, dan kumpulan organ membentuk
sistem organ, selanjutnya kumpulan sistem organ membentuk organisme.
Cabang biologi yang khusus membahas tentang jaringan disebut histologi.
Setiap organisme dituntut untuk mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Adaptasi organisme terjadi dalam tiga bentuk, yakni adaptasi structural
(anatomis-morfologis), adaptasi fungsional (fisiologis) dan adaptasi perilaku.
Pada praktikum ini akan dilakukan pengamatan pada struktur dan jaringan
tumbuhan, baik tumbuhan darat maupun tumbuhan air. Pengamatan
difokuskan pada salah satu jaringan agar mudah dalam melakukan
pengamatan. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
sruktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Persoalan struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan didekati dengan
mengamati gejala struktur pada beberapa organ dengan fungsi-fungsi khusus
seperti pada:
1. Alat pengapung pada Euchornia crasipes
2. Penyimpan makanan pada wortel dan ubi jalar
3. Sebaran stomata pada tumbuhan air dan darat (Paidi, 2012: 25)
Satuan terkecil pada tumbuhan adalah sel, suatu wadah kecil berisi substansi
hidup, yaitu protoplasma, diselubungi oleh dinding sel. Dalam setiap sel hidup
berlangsung proses metabolisme. Dinding sel melekat pada yang lain dengan
adanya perekat antar sel. Pengelompokkan sel seperti itu, yang berbeda struktur
atau fungsinya atau atau keduanya dari kelompok sel lain, disebut jaringan.
Jaringan yang secara umum terdiri dari sel-sel yang sama bentuk serta fungsinya
disebut jaringan sederhana. Jaringan yang terdiri atas lebih dari satu macam sel
namun asalnya samadisebut jaringan kompleks atau majemuk (Estiti, 1995:6).
Di tahun 1875, Sachs membagi jaringan dalam tiga sistem berdasakan
kesinambungan topografi, yakni sistem dermal, sistem jaringan pembuluh, dan
sistem jaringan dasar. Sistem dermal meliputi epidermis dan periderm (Estiti,
1995:7).
Epidermis merupakan jaringan penyusun tubuh tumbuhan paling luar dan
umumnya terdiri dari selapis sel saja. Fungsi dari epidermis untuk melindungi
bagiandalam organ tumbuhan terhadap penguapan, kerusakan-kerusakan mekanik,
perubahn temperatur dan sebagainya. Epidermis mempunyai sel-sel silika dan sel-
sel gabus. Sifat dari sel epidermis adalah selnya hidup, letaknya rapat satu sama
lain tanpa ruang antarsel, dinding luar yang berbatasan dengan udara relatif lebih
tebal disbanding dengan dinding sebelah dalam, plastida umumnya berupa
leukoplas (Ratnawati, dkk.2012: 27 )
Periderm terdiri dari jaringan gabus / felem, kambium gabus / felogen, dan
feloderm, yakni sel hidup yang dibentuk oleh felogen ke arah dalam. Felogen
3

membentuk felem ke arah luar, dan feloderm membentuk felem ke arah dalam
(Estiti,1995:8).
Sistem jaringan pembuluh terdiri dari xilem dan floem. Xilem dan floem
disebut jaringan pengangkut. Jaringan xilem berfungsi sebagai pengangkut air dan
zat-zat hara dari akar ke bagian tubuh lain. Floem berfungsi sebagai pengangkut
hasil asimilasi dari daun ke tempat-tempat penyimpanan makanan dan bagian
tubuh lain. (Ratnawati dkk, 2012: 33)
Sistem jaringan dasar mencakup jaringan yang membentuk dasar
bagitumbuhan, namum sekaligus juga dapat menunjukkan spesialisasi. Jaringan
dasarutama adalah parenkim dengan semua ragamnya, kolenkim yakni jaringan
yang berdinding tebal dan sel tetap hidup, sklerenkim, yakni jaringan yang
berdinding tebal dan seringkali berkayu sehingga keras dengan sel yang biasanya
mati. (Estiti, 1995:8).
Trikoma yaitu tonjolan epidermis yang terdiri dari satu atau lebih sel. Sel-sel
trikoma dapat mengadakan penebalan sekunder, ada yang kehilangan
protoplasmanya. Trikoma dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan yaitu
trikoma non glandular (bukan rambut kelenjar) dan trikoma glandular (rambut
kelenjar) (Wibisono, 1987).
Stoma (Stomata) merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh dua sel
epidermis yang khusus yakni sel penutup. Dengan mengubah bentuknya, sel
penutup mengatur pelebaran-pelebaran dan penyempitan celah. Sel yang
mengelilingi stomata dapat berbentuk sama atau atau berbeda dengan sel
epidermis lainnya. Sel yang berebeda bentuk itu dinamakan sel tetangga, yang
kadang-kadang berbeda juga isinya. Sel tetangga berperan dalam perubahan
osmotik yang menyebabkan gerakan selpenutup yang mengatur lebar celah (Estiti,
1995: 68).
4

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di laboratorium Ekologi lantai tiga
laboratorium biologi pada hari Rabu, 9 Oktober 2013 dimulai pukul 09.30
hingga pukul 10.30 WIB.

3.2 Jenis Kegiatan
Kegiatan ini termasuk jenis pengamatan dan identifikasi. Sebab dalam
memperoleh data penelitian, kami melakukan pengamatan secara lebih
terperinci dengan mengamati masing-masing ciri suatu tumbuhan yang telah
kami dapatkan kemudian kami identifikasi ciri-ciri morfologinya.
Kami memutuskan untuk menggunakan kegiatan pengamatan karena
cocok untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehingga nantinya dapat
memperoleh kesimpulan yang benar dan tidak menyimpang dari teori. Untuk
mengamati struktur jaringan pada daun Eceng Gondok dan daun Waru.

3.3 Sasaran Kegiatan
Struktur morfologi dari daun Eceng Gondok dan daun Waru, jaringan
stomata dan jaringan trikoma.

3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Dalam pengamatan ini digunakan teknik yang mendukung tujuan
pengamatan dengan mempertimbangkan faktor waktu. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah study pustaka, pengamatan, identifikasi, dan
dokumentasi. Sedangkan teknik analisanya dengan menggunakan referensi
dari berbagai sumber, baik dari buku-buku yang relevan maupun data yang
diperoleh dari hasil penelitian tersebut.



5

3.5 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan: Bahan yang digunakan:
1. Mikroskop 1. Daun Waru (Hibiscus tiliaseus)
2. Gelas objek dan penutup 2. Daun Eceng Gondok (Eichhornia
3. Plastik transparan 2x2 cm crassipes)
4. Lem alteco
5. Alat tulis

3.6 Cara Kerja



Menghitung jumlah stomata yang terdapat pada daun Eceng Gondok dan
menghitung jumlah trikoma pada daun Waru
Mengamati permukaan plastik transparan di bawah mikroskop
Melepaskan plastik transparan dari permukaan masing-masing daun
Membiarkan beberapa saat hingga mengering
Melapisi permukaan atas dan bawah daun Waru dengan plastik transparan yang
telah diberi lem Alteco
Membiarkan beberapa saat hingga mengering
Melapisi permukaan atas dan bawah daun Eceng Gondok dengan plastik
transparan yang telah diberi lem Alteco
Mengamati struktur morfologis tangkai daun dan struktur daun Eceng Gondok
dan daun Waru
6

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pembahasan
No Ciri yang diamati
Obyek yang diamati
Daun Waru
(Hibiscus tiliaseus)
Daun Eceng gondok
(Eichhornia crassipes)
1 Permukaan atas Berbulu, agak licin Licin
2 Permukaan bawah Agak kasar Licin
3 Tangkai Tidak berongga Berongga
4 Jumlah stomata bagian atas 11 buah 19 buah
5
Jumlah stomata bagian
bawah
7 buah 23 buah
6 Jumlah trikoma bagian atas 20 buah
7
Jumlah trikoma bagian
bawah
16 Buah

4.2 Pembahasan
Praktikum yang berjudul Kaitan Antara Struktur dan Fungsi
Jaringan ini bertujuan untuk mengetahui struktur-struktur spesifik (morfologis
dan anatomis) pada individu yang hidup pada lingkungan tertentu dan
mengetahui adanya hubungan struktur-struktur spesifik tersebut dengan
kegunaan/fungsi tertentu bagi organisme yang bersangkutan. Pada praktikum
kali ini, pengamatan difokuskan pada trikoma dan stomata yang ada pada
daun waru (Hibiscus tiliaseus) dan daun eceng gondok (Eichhornia
crassipes).Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain,
mikroskop, gelas penutup, gelas objek, plastik transparan ukuran 2x2, dan
lem alteco.
Langkah pertama yang dilakukan setelah mempersiapkan alat dan bahan
adalah mempersiapkan daun waru dan daun eceng gondok, kemudian
mengamati ciri-ciri morfologinya. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan
7

cetakan untuk mengamati stomata dan trikoma yang ada pada kedua daun.
Lem alteco diberikan pada permukaan bagin atas dan juga bagian bawahnya.
Lalu, plastik transparan ukuran 2x2 ditempelkan pada bagian yang telah
diberi lem dan didiamkan beberapa saat hingga mengering. Setelah
mengering, cetakan yang telah jadi siap digunakan untuk mengamati stomata
dan trikoma dengan menggunakan bantuan mikroskop. Pengamatan yang
dilakukan adalah untuk mendapatkan data banyaknya/ jumlah stomata dan
trikoma yang ada pada bagian permukaan atas dan permukan bawah baik
pada daun waru sebagai wakil dari tumbuhan darat dan pada daun eceng
gondok sebagai wakil dari tumbuhan air.
Pada dan waru didapatkan data jumlah stomata pada bagian
permukaan atas adalah 11 buah dan pada bagian permukaan bawah terdapat 7
buah.. Pada daun eceng gondok jumlah stomata pada bagian atas ada 20 buah
sedangkan pada bagian bawah ada 16 buah. Terlihat perbedaan yang jelas antara
jumlah stomata pada daun waru dan daun eceng gondok. Pada daun
tumbuhan eceng gondok yang merupakan tumbuhan air, jumlah stomatanya
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah stomata pada daun waru
(tumbuhan darat). Hal ini dikarenakan adaptasi tumbuhan eceng gondok yang
memerlukan stomata yang lebih banyak untuk membantu melakukan
penguapan.
Kemudian, pada daun waru terdapat bulu-bulu halus (trikoma). Pada
permukaan bagian atas terdapat 19 buah sedangkan pada bagian bawahnya
ada 23 buah. Pada daun waru, trikoma ini digunakan untuk mengurangi
penguapan sebagai mekanisme penjaga kadar air agar tidak hilang. Selain itu
juga berfungsi sebagai bentuk pertahanan diri dari gangguan hewan/manusia.
Adanya trikoma ini menjadikan daun waru agak terasa kasar ketika diraba.

4.3 Diskusi
1. Struktur morfologis tangkai daun pada eceng gondok mempunyai tangkai
daun yang menggelembung atau berongga dan pangkal tangkai daun
menggelembung,ujung dan pangkalnya meruncing. Sedangkan pada daun
8

waru : batangnya lurus seperti batang-batang pada umumnya, tidak
memiliki rongga, dan pangkalnya datar.
2. Struktur sel pada bagian dalam tangkai daun ececng gondok, Pada tangkai
daun enceng gondok terlihat adanya sel-sel yang bercabang-cabang. Dan
diantara sel-sel tersebut terdapat rongga-rongga yang merupakan ruang
udara yang cukup besar, sehingga banyaknya rongga udara yang terbentuk
menyebabkan tanaman ini dapat mengapung di permukaan air. Parenkim dengan ruang
atau rongga udara yang besar ini disebut aerenkim. Dan selain parenkim
dapat terlihat dengan jelas juga trikosklereida yaitu berupa sel yang
bentuknya memanjang seperti rambutdan agak bergelombang, dan biasanya
keras. Sedangkan pada tangkai daun waru ditemukan trikoma berbentuk bintang
yang terdiri atas banyak sel dan mempunyai dua bagian yaitu kepala dan
batang. Juluran pada trikoma ini berjumlah 8, berwarna transparan.


9

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan
yakni, struktur morfologis daun waru kasar karena terdapat bulu-bulu/trikoma
yang merupakan derivat jaringan epidermis. Trikoma pada daun waru
berfungsi untuk membantu mengurangi penguapan. Selain itu,trikoma yang
terdapat pada tanaman waru menunjukkan bahwa kehidupannya di darat
membutuhkan perlindungan terutama epidermis bagian luar,karena tumbuhan
darat paling riskan untuk terkena gangguan, sehingga rambut daun atau
trikoma tersebut berfungsi sebagai pelindung terluar.
Pada daun eceng gondok ditemukan stomata dengan jumlah yang lebih
banyak dibandingkan dengan daun waru. Hal ini dikarenakan habitat eceng
gondok yang tinggal ditempat berair dan membutuhkan stomata yang lebih
banyak untuk membantu melakukan transpirasi/penguapan.
Kedua hal ini menunjukkan bahwa antara struktur-struktur spesifik yang
dimiliki tumbuhan waru dan tumbuhan eceng gondok tersebut memiliki
kaitan yang erat dengan fungsi sehingga berguna bagi kehidupan organisme.

5.2 Saran
Dalam pengamatan yang telah kami lakukan, kami sadar pastinya masih
banyak cela dan kekurangan. Agar praktikan dapat memperoleh hasil
pengamatan yang lebih baik lagi, ada beberapa saran yang kami anjurkan
antara lain:
1. Praktikan lebih jeli dalam mengidentifikasi morfologi dari masing-masing
organ daun dari beberapa tanaman yang telah didapat.
2. Praktikan lebih cermat dan teliti selama proses pengamatan (penelitian),
serta lebih rajin dalam mencari kajian pustaka mengenai jaringan trikoma
dan jaringan stomata.

10

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat B, Estiti. 1995. Anatomi tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB
Paidi. 2012. Buku Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta.
Ratnawati, dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai