Anda di halaman 1dari 4

Kultur jaringan adalah suatu teknik isolasi bagian-bagian tanaman, seperti

jaringan, organ, ataupun embrio, lalu dikultur pada medium buatan yang steril
sehingga bagian-bagian tanaman tersebut mempu beregenerasi dan berdiferensiasi
menjadi tanaman lengkap. Teknik ini memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan metode perbanyakan tanaman lainnya. Jaringan yang sering
digunakan dalam teknik kultur jaringan adalah kalus, sel, dan protoplas;
sedangkan organ tanamannya meliputi pucuk, bunga, daun, dan akar. Demikian
juga praktikum ini mencoba menginisiasi kalus dari benih padi sebagai salah satu
aspek dari kultur kalus.
Hartman et almenyatakan bahwa teknik kultur jaringan tanaman didasarkan
atas prinsip-prinsip totipotensi sel, pengaturan regenerasi akar dan pucuk oleh
hormon, organogenesis atau embriogenesis, serta kompetensi dan determinasi
eksplan.
Organogenesis dan embriogenesis untuk perkembangan pertanian sangat
tergantung dari kemampuan regenerasi sel. Hamberlandt, menemui kegagalan
untuk mempertahankan pertumbuhan jaringan dan regenerasi menjadi tanaman
lengkap. Faktor keterbatasan pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh pada masa
itu, menjadi penyebab kegagalan percobaan pertama Hamberllandt. Setelah
penemuan auksin oleh Went yang disusul kemudian dengan penemuan sitokinin
oleh Skoog dan grupnya, maka proses regenerasi menjadi kenyataan. Totipotensi
(total genetic potential) sel telah terbukti.
Organogenesis adalah proses perkembangan pucuk atau akar adventif dari
dalam sel-sel kalus. Proses tersebut terjadi setelah periode istirahat pada
pertumbuhan kalus, antara saat pengkulturan eksplan dengan terjadinya induksi.
Organogenesis merujuk kepada proses yang menginduksi pembentukan jaringan,
sel, atau kalus menjadi tunas dan tanaman sempurna. Proses ini diawali oleh
hormon pertumbuhan. Benziladenin dan sitokinin lainnya, baik sendiri maupun
dengan kombinasi dengan asam naftalenasetat atau asam indolasetat dan kadang-
kadang dengan asam giberelat menyebabkan diferensiasi tunas. Pembentukan akar
dapat terjadi serentak atau dapat diinduksi sesudahnya. Kondisi khas yang

1
menguntungkan bagi regenerasi tanaman harus dikembangkan untuk masing-
masing spesies.
Contoh organogenesis yang dibahas menunjukan beberapa jenis jaringan
yang potensial untuk percobaan morfogenetik. Berhasilnya pertumbuhan tunas
terutama bergantung pada sumber jaringan, kadar medium, hara, dan jenis serta
kadar hormon pertumbuhan yang digunakan. Pada tanaman berkayu dengan daun
lebar, jaringan terbaik berasal dari daerah ruas yang belum dewasa. Bagian tempat
melekatnya kotiledon juga mengandung sel-sel yang dapat diinduksikan dengan
cepat untuk membentuk tunas.
Embriogenesis somatik merupakan suatu proses pembentukan embrio dari sel
somatik menjadi tumbuhan baru, tanpa melalui fusi sel gamet. Cara ini dinilai
lebih cepat dan efisien, karena setiap sel somatik berpotensi untuk menjadi 1
individu baru. Embrio somatik dicirikan dengan strukturnya yang bipolar, yaitu
mempunyai dua calon meristem, meristem akar dan meristem tunas. Embrio
somatik dapat melalui dua jalur pembentukan, yaitu secara langsung maupun
tidak langsung (melalui fase kalus).
Embriogenesis dimulai dengan pembelahan gel yang tidak seimbang (kalus).
Kalus biasanya terbentuk setelah eksplan dikulturkan dalam media yang
mengandung auksin. Banyak faktor yang mempengaruhi embriogenesis antara
lain auksin eksogen, sumber eksplan, komposisi nitrogen yang ditambahkan
dalam media dan karbohidrat (sukrosa). Selanjutnya gel membelah terus hingga
memasuki tahap globular. Pada saat tersebut sel aktif membelah kesegala arah dan
membentuk lapisan terluar yang akan menjadi protoderm (bakal epidermis),
kelompok sel yang merupakan prekursor jaringan dasar dan jaringan
pembuluhpun mulai terbentuk. Pembelahan kesegala arah tersebut terhenti ketika
pembentukan primordia kotiledon, pada saat embrio matang sudah autotrof.
Embrio yang matang akan berkecambah dan tumbuh menjadi tumbuhan yang baru
pada kondisi yang cocok (Bajaj, 1994; Dodeman dkk. 1997;Lits, 1985).
Proses pembentukan dan perkembangan embrio (embriogenesis) menentukan
pola pertumbuhan, yaitu meristem pucuk ke atas, meristem akar ke bawah, dan

2
pola-pola dasar jaringan lainnya berkembang pada 'axis' pucuk akar ini, namun
pada tiap tumbuhan terdapat variasi pada proses embriogenesis.
Selanjutnya proses embriogenesis adalah bagian dari metode kultur jaringan
untuk memperoleh bibit yang banyak dan bebas virus. Planlet yang dihasilkan
pada mulanya beragam. Selanjutnya tanaman akan ditanam dilapang dan
diadakan seleksi sesuai dengan metoda pemuliaan berkali-kali sehingga diperoleh
tanaman-tanaman yang unggul. Tanaman inilah yang digunakan sebagai sumber
eksplan yang bisa diperbanyak dengan berbagai cara dilaboratorium kultur
jaringan sehingga didapat bibit dalam jumlah banyak dan seragam, metoda yang
digunakan antara lain menginduksi tunas majemuk dan sub kultur. Jika sudah
diperoleh sumber eksplan yang unggul dan media yang sesuai maka prosesnya
akan berlangsung dalam waktu yang singkat dengan penambahan hormone
tumbuh dalam konsentrasi rendah.

Sistem regenerasi dalam teknologi kultur jaringan ada dua macam yaitu:
organogenesis dan somatik embriogenesis. Perbedaan antara kedua tipe generasi
ini adalah: organogenesis bersifat unipolar di mana ada hubungan jaringan antara
eksplan pohon induk dengan organ yang terdiferensiasi. Sementara itu somatik
embriogeneis bersifat bipolar di mana tidak ada hubungan jaringan pembuluh
dengan pohon induknya. Ada tiga proses dasar pada tipe regenerasi
organogenesis, yaitu: pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi. Sementara
itu terdapat tiga tahap utama dalam organogenesis yaitu:
1. Pengkulturan. Pada tahap pengkulturan dikenal 5 macam tipe kultur yaitu
kultur mesistem apeks, mata tunas, dan kultur tunas terminal (untuk
multiplikasi tunas), kultur batang satu buku (untuk multiplikasi tunas dan
tunas adventif tidak langsung melalui kalus) dan kultur jaringan vegetatif baik
dari daun maupun batang (untuk tunas adventif langsung maupun tidak
langsung).
2. Perakaran.
3. Pembentukan plantlet.

3
Tipe regenerasi somatik embriogenesis (SE) merupakan proses sel somatik
(haploid & diploid berkembang membentuk tumbuhan baru melalui rangkaian
tahapan perkembangan embrio yang spesifik (menyerupai embrio zigotik) tanpa
fusi gamet. Keuntungan regenerasi melalui SE adalah jumlah bibit banyak,
mendukung program perbaikan, tanaman lebih cepat, kepastian hasil tinggi.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada regenerasi melalui SE adalah tipe eksplan,
formulasi media, faktor lingkungan, genotip dan kondisi fisiologis pohon induk.
Keberhasilan pengunaan teknik SE sangat ditentukan dengan jenis tanaman
yang digunakan apakah merupakan tanaman semusim berdinding lunak atau
tanaman tahunan berkayu; tanaman dikotil atau monokotil; tanaman Leguminosae
atau Gymnospermae; dan rekalsitran atau tidak. Diantara berbagai jenis tanaman
tersebut tanaman tahunan berkayu, monokotil dan rekalsitran merupakan jenis
tanaman yang paling sulit regenerasinya.
Saat ini penggunaan SE untuk produksi bibit komesial masih sangat terbatas
dibandingkan dengan organogenesis, hal ini karena dengan SE; metoda lebih sulit;
subkultur frekuensi tinggi dapat menurunkan kemampuan regenerasi: untuk
tanaman rekalsitran, tanaman tahunan berkayu dan monokotil sulit dan masalah
dormansi yang masih sulit dipecahkan, penanganan lebih intensif, pendewasaan
tidak serempak dan adanya variasi somaklonal.

Anda mungkin juga menyukai