Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

KETERKAITAN ANTARA STRUKTUR DAN FUNGSI


ANTAR JARINGAN PADA TUMBUHAN

KELOMPOK 2 KIMIA B

DISUSUN OLEH :

1. PUSPITANINGSIH (16307141038)
2. ASNUR JARIAH (16307141039)
3. RESTI BANGUN PERTIKA (16307141040)
4. MUHAMMAD DERY PRAKOSO (16307141041)
5. YAHYA (16307141042)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
A. JUDUL : KETERKAITAN ANTARA STRUKTUR DAN FUNGSI

ANTAR JARINGAN PADA TUMBUHAN.

B. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Setiap organisme dituntut untuk mampu beradaptasi dengan


lingkungan sekitarnya. Adaptasi organisme dibagi menjadi tiga yaitu: adaptasi
struktural (anatomis dan morfologis), adaptasi fungsional (fisiologis) dan
adaptasi perilaku. Tumbuhan perlu melakukan adaptasi sebagai bentuk
penyesuaian dirinya dengan keadaan lingkungan sekitar. Banyak cara yang
dilakukan tumbuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan, diantaranya pohon
jati yang cenderung menggugurkan daunnya pada musim kemarau untuk
mengurangi penguapan dan masih banyak perilaku tumbuhan yang ditujukan
untuk menyesuaikan diri. Setiap tumbuhan memiliki struktur tubuh yang
sesuai dan sudah tetap untuk bertahan hidup sebagai hasil dari proses adaptasi
dari generasi ke generasi.

Pada praktikum kali ini diamati berbagai macam bagian dari tumbuhan
untuk mengetahui strukturnya dan mengaitkannya dengan fungsi struktur
tumbuhan tersebut. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop
dengan berbagai macam perbesaran. Hal yang menjadi objek pengamatan
diantaranya : lapisan bawah dan atas daun eceng gondok, lapisan bawah dan
atas daun pisang, lapisan bawah daun Rhoe discolor, lapisan bawah daun
durian kering, lapisan bagian dalam bawang merah, pertulangan daun waru,
cairan kentang, cairan jagung, biji anggrek, dan batang dari eceng gondok.

Dari proses pengamatan tersebut dapat diperoleh informasi struktur


yang lebih rinci mengenai struktur jaringan dari bagian tubuh tumbuhan yang
diamati.
2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gejala-gejala penyesuaian struktur organ / jaringan pada


tumbuhan?
2. Bagaimana karakteristika struktur organ / jaringan tumbuhan?

3. Tujuan
1. Mampu menemukan gejala-gejala penyesuaian struktur organ / jaringan
pada tumbuhan.
2. Mampu menunjukan beberapa karakteristik struktur organ / jaringan
tumbuhan.
C. DASAR TEORI

A. Sistem Jaringan Tumbuhan


Setiap organ tumbuhan; akar, batang, atau daun memiliki jaringan dermis,
vaskuler, dan dasar. Masing-masing dari ketiga kategori ini membentuk sistem
jaringan, sebuah unit fungsional yang menghubungkan semua organ tumbuhan.
Walaupun setiap sistem jaringan sambung menyambung keseluruh bagian
tumbuhan, karakteristik-karakteristik spesifik jaringan dan hubungan spasialnya
satu sama lain bervariasi pada organ-organ yang berbeda.
a. Sistem Jaringan Dermis
adalah lapisan pelindung terluar tumbuhan. Seperti kulit kita, sistem
tersebut menjadi barisan pertahanan pertama melawan kerusakan fisik
dan patogen. Pada tumbuhan tak berkayu, sistem jaringan ini biasanya
merupakan jaringan tunggal yang disebut epidermis, selapis sel-sel yang
tersusun rapat. Pada dedaunan dan kebanyakan batang, kutikula (lapisan
berlilin pada permukaan epidermis) membantu mencegah kehilangan air.
Pada tumbuhan berkayu, jaringan pelindung yang disebut periderm
menggantikan epidermis di daerah daerah yang lebih tua pada batang dan
akar. Selain melindungi tumbuhan dari kehilangan air dan penyakit,
epidermis memiliki berbagai karakteristik yang terspesialisasi pada setiap
organ. Misalnya, rambut akar merupakan pemanjangan sel epidermis di
dekat ujung akar. Trikoma, pertumbuhan serupa-rambut dari epidermis
tunas, mengurangi kehilangan air dan memantulkan sinar yang
berlebihan. Trikoma juga dapat memberikan perlindungan terhadap
serangga dengan membentuk penghalang atau menyekresikan cairan
lengket dan senyawa beracun.Sebagai contoh, trikoma pada dedaunan
aromatik seperti mint, menyekresikan minyak yang melindungi tumbuhan
dari herbivor dan penyakit. (Campbell, dkk, 2012: 319-320).

b. Sistem Jaringan Vaskuler


melaksanakan transpor material jarak jauh antara sistem akar dan sistem
tunas. Kedua tipe jaringan vaskular adalah xylem dan floem. Xylem
mengantarkan air dan mineral terlarut ke atas dari akar menuju ke tunas.
Floem mentraspor gula, yang merupakan produk fotosintesis, dari tempat
pembuatannya (biasanya daun) ke tempat yang membutuhkan-biasanya
akar dan tempat-tempat pertumbuhan, seperti daun dan buah yang sedang
berkembang. Jaringan vaskular akar atau batang secara kolektif disebut
stele yang berarti pilar. Susanan stele yang bervariasi bergantung pada
spesies dan organ. Pada angiosperma, misalnya stele, akar, merupakan
silinder vaskular sentral yang padat dari xylem dan floem, sementara
stele dari batang dan daun terdiri dari berkas vaskular, untai-untai
terpisah yang mengandung xylem dan floem. Xylem maupun Floem
terdiri dari berbagai macam tipe sel, termasuk sel-sel yang sangat
terspesialisasi untuk pengangkutan atau pendukung. (Campbell, dkk,
2012: 320-321).

B. JARINGAN

Setiap tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel yang mempunyai asal, fungsi
serta struktur yang sama yang disebut sebagai jaringan. Berdasarkan sifatnya
jaringan di bedakan menjadi :

1. Jaringan muda (Maristem)


Bercirikan: sel-selnya mempunyai dinding tipis; bentuk sel
isodiametris dengan inti besar; kaya protoplasma; protoplas tidak
mengandung makanan cadangan dan Kristal-kristal; plastida dalam
bentuk proplastida; vakuola kecil; serta sel-selnya yang masih aktif
membelah. Pada awal perkembangannya semua sel yang menyusun
embrio membelah, tetapi pada pertumbuhan selanjutnya pertumbuhan
dan perbanyakan sel terbatas pada bagian-bagian khusus yaitu pada
bagian yang bersifat embrionik khusus. (Sumardi,1993: 27)
Klasifikasi jaringan meristem, menurut letaknya jaringan meristem
dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Maristem apikal yang terletak pada ujung akar dan dan ujung batang.

b. Maristem interkalar yang terletak di bagian pangkal tiap buku


tumbuhan rumput-rumputan. Meristem interkalar ini menyebabkan
terjadinya pemanjangan ruas.
c. Maristem lateral yaitu meristem yang sejajar dengan permukaan organ,
misalnya kambium dan felogen.

Menurut asalnya, meristem ada dua macam yaitu:

a. Maristem primer yakni meristem yang terdiri atas sel-sel yang berasal
dari sel-sel embrionik.
b. Maristem sekunder yaitu meristem yang berasal dari jaringan dewasa
yang berubah menjadi embrional kembali. Misalnya cambium dan
cambium gabus. (Sumardi,1993:28)
2. Jaringan Dewasa

Sel-sel yang menyusun merupakan pertumbuhan dan perkembangan sel-


sel jaringan meristem yang telah membelah,mengalami pendewasaan yaitu
membesar dan mengalami diferensiasi menjadi sel dewasa kemudian
membentuk kelompok menurut struktur dan fungsinya. Berdasar struktur
dan fungsinya jaringan dewasa di bedakan menjadi:

a. Jaringan Epidermis

Merupakan lapisan sel terluar yang menutupi permukaan organ tubuh


tumbuhan baik pada akar, batang, dan daun. Pada setiap organ bentuk
dan fungsinya akan berbeda. Epidermis pada batang dan akar berbeda,
sehingga untuk akar disebut epiblem/rhizoderm. Struktur epidermis ada
yang selapis, ada yang ganda, yang berasal dari prototoderm disebut
epidermis ganda. Misal epidermis ganda yang terdapat pada akar udara
tanaman anggrek berperan sebagai penyerap air atau embun, disebut
velamen. Sifat Jaringan Epidermis diantaranya:

a. Pada daun, epidermis bermodifikasi menjadi mulut daun, trikomata,


sedangkan epidermis pada batang dikotil bermodifikasi menjadi
lentisel untuk pertukaran gas.
b. Pada akar muda, epidermis bermodifikasi menjadi sel-sel bulu akar
untuk menyerap air.
c. Epidermis tidak berchlorofil, kecuali sel penutup mulut daun dan
daun paku-pakuan.
d. Sel berbentuk seperti kubus, berinti dan tidak mempunyai rongga
antar sel.
e. Sebagai jaringan pelindung, sering dilapis kutikula (lapisan lilin).

Bentuk- bentuk Struktur Epidermis:

 STOMATA
Stomata terdapat hampir pada semua bagian permukaan tanaman,
walaupun jumlah terbanyak ditemukan pada daun dan batang yang muda.
Suatu stomata terdiri atas lubang (porus) yang dikelilingi oleh 2 sel
penutup. Sel-sel epidermis yang berdekatan dengan sel penutup sering
menunjukan perbedaan bentuk maupun susunannya dengan sel-sel
epidermis lainnya, disebut sel tetangga. Pada daun, stomata terdapat baik
pada permukaan atas maupun bawah, atau biasanya pada permukaan
bawah saja. Di bawah lubang (mulut) stomata terdapat ruang antara sel
yang luas, disebut rongga substomata. Celah pada pori dapat dibuka atau
ditutup dengan jalan mengubah bentuk sel penutup.
Sel penutup biasanya mengandung kloropas, sehingga disini dapat
berlangsung proses fotosintesis. Sel penutup pada umumnya berbentuk
ginjal, tetapi pada tumbuhan monokotil ada yang berbentuk halter.
Misalnya pada suku Gramineae dan Cyperaceae.
Dengan adanya stomata maka dimungkinkan ada hubungan antar
bagian dalam tubuh tumbuhan dengan dunia luar. Hal ini sangat berguna
bagi berlangsungnya proses fotosintesis, pernafasan, dan penguapan.
Letak stomata pada epidermis bervariasi, ada yang sama tinggi dengan
permukaan epidermis disebut faneropor, menonjol, atau tenggelam di
bawah permukaan epidermis dan ini disebut kriptopor.
Stomata berasal dari sel-sel protoderm yang terdapat pada meristem
apikal ujung batang (pucuk). Berdasar ontogeni sel penutup dan sel
tetangga stoma dibedakan menjadi tipe-tipe sebagai berikut: 1). Perigen,
sel tetangga dan sel penutup berasal dari meristemoid yang sama. 2).
Mesogen, sel tetangga dan sel penutup berasal dari meristemoid yang
berbeda. 3). Mesoperigen, salah satu sel tetangga atau lebih mempunyai
asal yang sama dengan sel penutup, sedang yang lain tidak.
Pada dikotil menurut Chalk dan Metcalfe (1950), ada beberapa tipe
stomata. Pembagiantipe-tipe ini didasarkan atas susunan sel yang ada di
dekat stomata. Tipe-tipe yang dimaksud adalahL
1. Anomositik (irregular celled)
Jumlah sel tetangga yang mengelilingi sel penutup tidak tertentu,
dan sel tetangga tidak dapat dibedakan dengan sel epidermis lainnya.
2. Anisositik (unequal celled)
Biasanya jumlah sel tetangga 3, satu sel lebih kecil dari 2 lainnya.
3. Diasitik (cross celled)
Dua sel tetangga mengelilingi sel penutup, dan letaknya tegak lurus
terhadap poros panjang sel penutup.
4. Parasitik (parallel celled)
Poros panjang sel penutup sejajar dengan sel tetangga.
5. Aktinositik
Jumlah sel tetangga 4 atau lebih, sel-selnya memanjang ke arah radial
terhadap sel penutup.
6. Siklositik
Jumlah sel tetangga 4 atau lebih, sel-selnya tersusun melingkar seperti
cincin. (Sumardi, dkk, 1993: 42-43).

 TRIKOMA
Trikoma merupakan tonjolan epidermis ke arah luar. Trikoma dapat
bersifat kelenjar atau bukan kelenjar. Yang bukan kelenjar dapat berupa
rambut sisik, papila, atau rambut. Rambut atau bulu dipakai untuk
penyerapan pada akar. Trikoma terdapat pada bagian permukaan tubuh
tumbuhan, atau pada biji misalnya pada Gossypium. Bentuk dan fungsi
trikoma bermacam-macam, dapat terdiri atas satu sel atau banyak sel.
1) Trikoma non glandular (rambu-rambut biasa) yang tidak
menghasilkan sekret.
Biasanya sangat sederhana, dapat terdiri atas satu sel atau
banyak sel. Trikoma tipe ini masih digolong-golongkan lagi yaitu:
a. Terdiri atas satu sel, merupakan tonjolan kecil, disebut papila.
Merupakan sel yang panjang, bercabang atau tidak bercabang,
atau dinding dengan penebalan seperti duri.
b. Terdiri atas banyak sel. Ada yang terdiri atas kepala, kaki dan
badan trikoma. Dapat berbentuk sisik, dengan atau tanpa kaki,
bercabang, berbentuk seperti bintang, bercabang seperti pohon,
merupakan deretan sel yang panjang. Jumlah deretan sel satu
atau beberapa lapis sel (multiseriat).

2) Trikoma glandular (kelenjar)


Trikoma glandular mengerluarkan berbagai sekret antara lain:
larutan garam, larutan gula (nektar), terpentin, dan gom.
Trikoma tipe ini dapat terdiri atas satu sel atau banyak sel.
Terdiri atas satu sel, merupakan tonjolan kecil, disebut papula, atau
dapat berupa sel panjang. Tipe yang kedua, terdiri atas kepala dan
kaki. Jumlah sel kepala dan sel tangkai bervariasi dari satu sampai
banyak.
Trikoma mempunyai fungsi bermacam-macam, antara lain:
sebagai pelindung terhadap gangguan dari luar, atau untuk
mengurangi penguapan. Pada akar gunanya untuk menyerap air dan
garam-garam dari dalam tanah. Rambut dapat berguna untuk
mengeluarkan zat perekat, misalnya pada kepala putik, dan dengan
demikian membantu penyerbukan. Dipakai untuk membantu
penyebaran biji kapas, pada dasar bunga untuk mengeluarkan
madu. (Sumardi, dkk, 1993: 45).

b. Jaringan dasar (Parenkim)

Terdapat pada semua bagian organ tumbuhan seperti empulur, korteks


akar dan batang, mesofil daun, endosperm biji, buah berdaging, jari-jari
empulur dan sebagai elemen penyusun xylem dan floem, baik primer
maupun sekunder. Parenkim berupa sel hidup berdinding tipis dengan
bentuk bermacam-macam. Parenkim yang mengandung kloroplas
disebut klorenkim yang biasanya terdapat pada daging daun dan
permukaan batang yang masih muda. Berdasarkan fungsinya parenkim
ada lima:
- Parenkim asimilasi,terdapat pada tumbuhan berwarna hijau berbentuk
seperti tiang da nada yang seperti bunga karang digunakansebagai
tempat untuk fotosintesis.

- Parenkim udara,selnya berfngsi untuk menyimpan udara (aerenkim).

- Parenkim penimbun, berisi cadangan makanan terdapat pada


endosperm, daun lembaga, tuber, atau umbi.

- Parenkim air, sel- selnya penuh dengan air untuk mempertahankan diri
terhadap kekeringan.

- Parenkim pengangkut, didalamnya terdapat jaringan pengangkutan.


(Sumardi,dkk, 1992: 33-34).

c. Jaringan Penguat

Kolenkim, sel-selnya bersifat hidup dengan dinding sel


mengandung selulosa,pectin dan hemiselulosa. Kolenkim dapat
meregang secara permanen bersama dengan pertumbuhan organ
dimana kolenkim itu berada. Kolenkim umumnya terletak pada perifer
batang, tangkai daun, tangkai bunga, ibu tulang daun dan jarang
dijumpai pada akar.
Sklerenkim, selnya berdinding tebal, biasanya sangat kuat dan
mengandng lignin,waktu dewasa sel umumnya bersifat mati.
Sklerenkim menunjukkan variasi dalam bentuk, struktur, asal
danperkembangan. (Sumardi,dkk, 1992: 36-38). Sklerenkim dibedakan
menjadi 2 kelompok, yaitu serabut dan sel batu (sklereid). Serabut,
terdiri dari sel-sel yang panjang dan sempit,berujung runcing. Sklereid,
berasal dari jaringan parenkim dengan penebalan dinding yang
terlaihat berlapis-lapis.

d. Jaringan Pengangkut

Xilem, tersusun dari beberapa tipe sel yang berbeda baik yang
bersifat hidup atau mati. Xilem terdiri dari trakeid dan trakea yang
berfungsi mengangkut air ,sekaligus sebagai penguat karena
dindingnya mengalami penebalan; Serat (terdiri atas serat trakeida
dan serat lifobrom); dan sel-sel parenkim. Parenkim merupakan sel-
sel hidup terdapat baik pada xylem primer maupun sekunder.
(Sumardi, dkk, 1993: 50).
Floem, tersusun atas buluh tapisan, sel pengiring parenkim,
serat dan sklereida merpakan jaringan pengangkut hasil fotosintesis,
yang biasanyaberasosiasi dengan xilem dalam sistem jaringan
pembuluh. Sel-sel parenkim mempunyai fungsi khusus, yaitu sebagai
tempat cadangan makanan. Sel parenkim yang dimaksud adalah sel
parenkim dan sel albuminous. Sel-sel ini mempunyai huungan dengan
unsur tapisan. Floem juga dibedakan menjadi floem primer dan floem
sekunder. Floem primer terdiri dari protofloem dan metafloem.
(Sumardi, dkk, 1993: 53).

C. Organ tumbuhan

a. Akar

Akar tumbuhan umumnya tumbuh di bawah tanah, dan berfungsi untuk

menyerap air dan garam -garam anorganik dari larutan tanah, namun

ada pula tumbuhan yang akarnya tumbuh di udara misal anggrek.

Jaringan penyusun akar, dapat dibedakan dalam keadaan pertumbuhan

primer dan sekunder. Dalam irisan tangensial, pertumbuhan akan primer,

akan memiliki bagian : (a) Kaliptra (tudung akar), berfungsi sebagai organ

pelindung meristem dan melumasi akar untuk mengurangi gesekan antara

ujung akar dan butir tanah pada

saat menembus tanah. lain; (b)

daerah meristem terdapat di sebelah

dalam tudung akar yang selalu

membelah. Tujuannya untuk


menambah jumlah sel dan memperbaiki sel yang rusak; (c) daerah

elongasi (pemanjangan), sel-sel baru yang terbentuk dari meristem

membesar dan mengakibatkan akar tumbuh memanjang; (d) daerah

penyerapan, tumbuh rambut-rambut akar, yang merupakan modifikasi dari

sel-sel epidermis akar muda; (e) daerah diferensiasi, merupakan tempat sel-

sel menjadi matang, terlihat adanya perbedaan jaringan penyusun akarnya.

b. Batang

Struktur batang dikotil bervariasi, berasal dari meristem apikal yang

terus menerus membelah, sehingga batagng tumbuh memanjang, kemudian

tumbuh berdiferensiasi menjadi jaringan primer. Jaringan primer tersebut

meliputi bakal daun, tunas ketiak, epidermis, korteks, ikatan pembuluh dan

empulur. Epidermis batang dikotil, terdiri atas selapis sel, tertutup oleh

kutikula. Korteks batang tersusun oleh parenkim, mengandung kloroflas,

ruang antar sel dibagian tengah terlihat jelas dan berfungsi untuk

pertukaran gas. Stele,adalah bagian terdalam organ batang tumbuhan, yang

tardiri dari jaringan : (a) Berkas pengngkut, pada tanaman dikotil terdiri

dari xilem dan floem yang tersusun dalam ikatan pembuluh, karena

letaknya berdekatan; (b) empulur, terdiri atas jaringan parenkim, dengan

ruang antar sel yang jelas. (c) perisikel, merupakan jaringan yang

merlingkari pembuluh angkut. (d) jari-jari empulur, terdiri dari

sederetan sel seperti pita radier, mulai dari empulur sampai floem.
c. Daun

Bentuk dan ukuran daun sangat bervariasi, terdapat daun lengkap yaitu

daun yang mempunyai helai daun (lamina), tangka daun (petiola) dan

pelepah (vagina). Sementara daun tidak lengkap yaitu daun yang hanya

mempunyai lamina dan petiolus atau lamina dan vagina. Kalau hanya

lamina saja maka disebut daun duduk (sesilis). Struktur anatomi daun:

- Epidermis daun mengalami modifikasi dan menjadi stomata (mulut daun)

dan trikomata dan kelenjar minyak.

Stomata, umumnya terdiri dari sel penutup yang berklorofil dan sel

tetangga (neben cell). Stomata berfungsi sebagai saluran pertukaran

gas dan pengatur kapasitas penguatapan tumbuhan.

Trikomata, merupakan rambut-rambut halus yang menutupi permukaan

daun, merupakan tonjolan epidermis daun dan dapat menebal.

Berfungsi untuk melindungi daun dari kerusakan mekanis atau sebagai

rambut kelenjar.

- Jaringan sekretori pada daun, berfungsi sebagai tempat berlangsungnya

proses sekresi atau pengeluaran senyawa dari tubuh tumbuhan.

- Mesofil disebut juga daging daun yang tersusun atas jaringa palisade

(tiang), dan jaringan spons (bunga karang), mengandung berkas

pembuluh angkut ( Xilem dan floem).

d. Bunga

Merupakan organ tambahan hasil modifikasi atau perubahan

bentuk dari organ pokok yang beradaptasi sesuai dengan

fungsinya. Bunga lengkap adalah bunga yang mempunyai bagian :

(1) kelopak (kaliks); (2) mahkota bunga (corolla); (3) benang sari
(stamen); (4) putik (pistillum); (5) tangkai bunga ; dan (6) bakal

biji.

e. Buah

Buah merupakan organ tumbuhan yang mengandung biji.

f. Biji

Tumbuhan yang mengalami pembuahan dan di dalamnya mengandung

embrio sebagai calon individu baru akan menghasilkan biji. Biji

mengandung endosperm (cadangan makanan embrio). (Jumhana, tth: 15-

26)

D. Mikroskop

Mikroskop adalah suatu alat optik yang digunakan untuk melihat


benda-benda berukuran mikro yang mampu menghasilkan perbesaran hinggaa
ratusan kali. S e b u a h m i k r o s k o p t e r d i r i a t a s d u a b u a h l e n s a
cembung yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif
adalah lensa yang ditempatkan dekat ke objek pengamatan, sedangkan lensa
okuler adalah lensa yang dekat ke mata. (Pramudita, 2012 : 4)

Ada dua bagian utama yang umumnya menyusun mikroskop yaitu:

- Bagian optic yang terdiri dari kondensor, lensa objekti, dan lensa okuler.

- Bagian non-optik yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop diafragma,
meja objek, pemutar halus dan kasar, penjepit kaca objek dan sumber
cahaya. (Pramudita,2012 : 2)

Penggunaan mikroskop :

1. Mikroskop dipindahkan dengan cara lengan mikroskop dipegang tangan


kanan, sedang kaki mikroskop diletakkan di telapak tangan kiri.
2. Mikroskop diletakkan di meja dengan hati-hati dengan arah lengan
mikroskop searah praktikan (untuk model LGA 3402.) atau
berlawanan arah (untuk model Olymphus CHC).

3. Kabel listrik pada mikroskop dihubungkan dengan sumber arus

4. Slide glass/ gelas obyek / gelas benda (yang sudah berisi spesimen)
diletakkan di atas meja objek dan dijepit supaya tidak bergerak.

5. Revolver diputar sehingga lensa obyektif pada perbesaran rendah X10


tepat di atas objek dengan jarak 2-5 mm (atau jarak aman agar
ujung lensa tidak membentur meja objek)

6. Knob on/off pada sisi kiri bawah pojok ditekan untuk menghidupkan
atau mematikan lampu.

7. Spesimen diamati melalui lensa okuler, jika kurang jelas


ketinggian meja objek diatur dengan pengatur kasar hingga
spesimen tampak. Slide glass digeser menggunakan pengatur mekanik
meja (tergantung model mikroskop) untuk mendapatkan objek yang
paling bagus

8. Jika menginginkan perbesaran yang lebih tinggi (40x) posisi meja


diturunkan terlebih dahulu untuk menghindari ujung lensa
terkena slide glass kemudian revolver diputar hingga posisi lensa
obyektif 4x tepat di atas objek. Untuk memperjelas target
pengamatan digunakan pengatur halus. Pada perbesaran paling tinggi
(100x), meja benda diturunkan, revolver 100x diputar, menjelang
dekat objek ditahan dan minyak imersi diteteskan di atas cover slip,
kemudian dilanjutkan menempatkan lensa obyektif 100x hingga
tepat di atas obyek. Untuk menajamkan tampilan obyek,
digunakan pengatur halus. Ingat hanya pengatur halus! Karena
antara lensa obyektif dan cover slip bila dilihat dengan mata telanjang
tampak tanpa jarak, maka saat menggunakan pengatur halus harus
berhati-hati.
9. Apabila target masih belum fokus dilakukan pengaturan kondensor,
iris diafragma yang dilanjutkan dengan pengatur halus. (Sumitro,
dkk, 2014: 4).
E. METODE

TEMPAT DAN WAKTU


Pada prakikum ini, metode yang dilakukan ialah menggunakan metode
pengamatan melalui Mikroskop. Praktikum Keanekaragaman Organisma
dilakukan pada hari Rabu, 19 Oktober 2016 bertempat di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Yogyakarta.

ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Mikroskop
- Kaca preparat
- Penutup preparat
- Lem alteco
- Buku dan Alat tulis
- Kamera HP
- Pipet tetes
- Silet

Bahan :

- Daun eceng gondok yang masih bertangkai


- 1 buah bawang merah
- Biji anggrek
- Daun durian kering
- Kentang
- Bulir jagung
- Daun Rhoe discolor
- Daun pisang
- Air
CARA KERJA

A. Cetakan daun pisang bawah dan atas


1. Alat yang akan digunakan disiapkan
2. Lem alteko dioleskan pada penutup preparat
3. Penutup preparat yang sudah diolesi lem alteko ditempelkan pada daun
pisang bagian bawah, ditunggu hingga kering
4. Penutup preparat yang menempel pada daun pisang bagian bawah
dilepaskan
5. Preparat yang sudah terdapat cetakan daun pisang, ditetesi air
menggunakan pipet dan diletakkan pada kaca preparat dan diamati
menggunakan mikroskop
6. Hasil diamati dan digambar
7. Langkah 2-6 diulangi dengan mengganti preparat dengan cetakan daun
pisang bagian atas
B. Cetakan daun eceng gondok bawah dan atas
1. Alat yang akan digunakan disiapkan
2. Lem alteko dioleskan pada penutup preparat
3. Penutup preparat yang sudah diolesi lem alteko ditempelkan pada daun
eceng gondok bagian bawah, ditunggu hingga kering
4. Penutup preparat yang menempel pada daun eceng gondok bagian bawah
dilepaskan
5. Preparat yang sudah terdapat cetakan daun eceng gondok, ditetesi air
menggunakan pipet dan diletakkan pada kaca preparat dan diamati
menggunakan mikroskop
6. Hasil diamati dan digambar
7. Langkah 2-6 diulangi dengan mengganti preparat dengan cetakan daun
eceng gondok bagian atas
C. Sayatan daun atau tulang daun waru
1. Alat yang akan digunakan disiapkan
2. Lem alteko dioleskan pada penutup preparat
3. Penutup preparat yang sudah diolesi lem alteko ditempelkan pada daun
waru tepat pada daun yang terdapat tulang daunnya, ditunggu hingga
kering
4. Penutup preparat yang menempel pada daun waru dilepaskan
5. Preparat yang sudah terdapat cetakan daun waru, ditetesi air menggunakan
pipet dan diletakkan pada kaca preparat dan diamati menggunakan
mikroskop
6. Hasil diamati dan digambar
D. Selaput bagian dalam bawang merah
1. Alat yang akan digunakan disiapkan
2. Bawang merah dipotong membujur
3. Bagian dalam bawang merah yang tipis diambil dan diletakkan pada kaca
preparat
4. Kaca preparat yang telah diberi lapisan tipis bagian dalam bawang merah
kemudian ditetesi dengan air dan ditutup dengan penutup preparat
5. Preparat yang sudah jadi kemudian diamati dengan mikroskop
6. Hasil diamati dan digambar
E. Sayatan daun epidermis bawah Rhoe discolor
1. Alat yang akan digunakan disiapkan
2. Daun Rhoe discolor disayat pada bagian bawah daun (berwarna ungu)
3. Sayatan daun diletakkan pada kaca preparat, kemudian ditetesi air
menggunakan pipet dan ditutup menggunakan penutup preparat
4. Preparat yang sudah jadi diamati menggunakan mikroskop
5. Hasil diamati dan digambar
F. Lapisan bawah daun durian
1. Alat yang akan digunakan disiapkan
2. Daun durian pada bagian bawah dikerok menggunakan silet
3. Hasil kerokan daun durian diletakkan pada kaca preparat, kemudian
ditetesi air dan ditutup dengan penutup preparat
4. Preparat yang sudah jadi diamati menggunakan mikroskop
5. Hasil diamati dan digambar
G. Biji anggrek
1. Alat yang akan digunakan disiapkan
2. Biki anggrek yang akan diamati diambil dan diletakkan pada kaca
preparat, kemudian tutup dengan penutup preparat
3. Preparat yang sudah jadi diamati menggunakan mikroskop
4. Hasil diamati dan digambar
H. Tangkai daun eceng gondok
1. Alat yang akan digunakan disiapkan
2. Tangkai daun eceng gondok disayat melintang dengan sayatan tipis
3. Sayatan daun eceng gondok diletakkan pada kaca preparat, kemudian
ditetesi dengan air dan ditutup dengan penutup preparat
4. Preparat yang sudah jadi, diamati menggunakan mikroskop
5. Hasil diamati dan digambar
I. Cairan kentang dan cairan jagung
1. Alat yang akan digunakan disiapkan
2. Kentang dipotong
3. Potongan kentang ditempelkan pada kaca preparat hingga cairan kentang
menempel pada kaca preparat, kemudian ditetesi dengan air dan ditutup
dengan penutup preparat
4. Preparat yang sudah jadi diamati menggunakan mikroskop
5. Hasil diamati dan digambar
6. Langkah 2-5 diulangi dengan mengganti pteparat dengan jagung
F. HASIL

No Gambar Keterangan

Daun pisang bagian bawah


dengan perbesaran 150 x (lensa
okuler 15, lensa objektif 10)

1.

Daun pisang bagian atas dengan


perbesaran 150 x (lensa okuler
15, lensa objektif 10)

2.

Daun eceng gondok atas dengan


perbesaran 150 x (lensa okuler
15, lensa objektif 10)

3.
Daun eceng gondok bawah
dengan perbesaran 150 x (lensa
okuler 15, lensa objektif 10)

4.

Lapisan bawah daun durian


dengan perbesaran 40 x (lensa
okuler 10, lensa objektif 4)

5.

Sayatan tangkai daun eceng


gondok dengan perbesaran 60 x
(lensa okuler 4, lensa objektif
15)

6.
Biji anggrek dengan perbesaran
150 x (lensa okuler 15, lensa
objektif 10)

7.

Sayatan bawah daun Rhoe


discolor dengan perbesaran 100
x (lensa okuler 10, lensa objektif
10)
8.

Selaput bagian dalam bawang


merah dengan perbesaran 100 x
(lensa okuler 10, lensa objektif
10)

9.
Daun waru dengan perbesaran
100 x (lensa okuler 10, lensa
objektif 10)

10.

Cairan jagung dengan


perbesaran 100 x (lensa okuler
10, lensa objektif 10)

11.

Cairan kentang dengan


perbesaran 100 x (lensa okuler
10, lensa objektif 10)

12.
G. PEMBAHASAN

1. Daun pisang

Daun Pisang
(Bawah)

Epidermis

Stomata

Daun Pisang (Atas)

Epidermis

Gelembung Air

Daun pisang (Musa paradiac) dalam percobaan ini diamati struktur pada
bagian atas dan bagian bawahnya. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat
bahwa pada daun pisang bagian atas tidak terdapat stomata sedangkan pada daun
pisang bagian bawah terdapat stomata. Stomata daun pisang merupakan stomata
tipe diastik karena stomata daun pisang dikelilingi oleh dua sel tetangga. Stomata
daun pisang juga memiliki celah stomata yang dikelilingi oleh sel penutup. Pada
daun pisang bagian bawah yang diamati terdapat 73 stomata. Fungsi dari stomata
adalah untuk mengatur proses jalannya fotosintesis, transpirasi, respirasi, dalam
tumbuhan.

2. Daun Eceng Gondok (Eichornia crassipes )

Daun Eceng
Gondok (Atas)

Stomata

Daun Eceng
Gondok (Bawah)

Stomata

Gelembung Air

Daun eceng gondok merupakan tumbuhan monokotil. Pengamatan pada daun


eceng gondok diperoleh bahwa stomata pada eceng gondok bagian atas, memiliki
jumlah stomata pada satu bidang tangkap sebanyak 170 buah, sedangkan jumlah
stomata daun eceng gondok bagian bawah pada satu bidang tangkap sebanyak
105 buah. Stomata daun eceng gondok bagian atas terlihat stomata yang
berbentuk bulat dengan titik hitam di tengah stomata. Sedangkan pada stomata
daun eceng gondok bagian bawah terlihat stomata yang berbentuk bulat tanpa ada
titik hitam di tengahnya. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada
daun eceng gondok bagian atas dan bawah sama-sama terdapat stomata yang
berfungsi untuk mengatur proses jalannya fotosintesis, transpirasi, respirasi,
dalam tumbuhan.

3. Selaput bagian dalam Bawang Merah

Selaput bagian
dalam bawang
merah

Inti sel

Sel

Pada selaput bagian dalam bawang merah terdapat inti sel. Tampak juga
bulatan kecil. Terdapat pula sel-sel tetangga yang mengelilingi bulatan kecil
tersebut. Stomata selaput bagan dalam bawang merah termasuk tipe Anomositik,
karena memiliki ciri-ciri seperti stomata tipe Anomositik. Stomata ini yang
berfungsi untuk mengatur proses jalannya fotosintesis, transpirasi, respirasi,
dalam tumbuhan.
4. Daun Rhoe discolor

Sayatan bawah
daun Rhoe
discolor

Stomata

Epidermis

Piemen Antosianin

Gelembung Udara
Pada pengamatan daun Rhoe discolor tampak stomata, jaringan epidermis,
pigmen antosianin, dan gelembung udara. Jaringan epidermis tampak rapi, terdiri
dari segi enam, segi lima, dan segi empat. Gelembung udara banyak terlihat
seperti bulatan hitam. Pigmen antosianin yang terlihat merupakan pigmen yang
membuat daun Rhoe discolor menjadi berwarna ungu. Stomata yang terlihat
terdiri dari celah dan sel penutup yang mengapitnya. stomata pada daun Rhoe
discolor termasuk tipe Anisositik. Stomata ini yang berfungsi untuk mengatur
proses jalannya fotosintesis, transpirasi, respirasi, dalam tumbuhan.
5. Lapisan bawah daun durian

Lapisan bawah
daun durian

Stomata

Trikoma

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, lapisan bawah durian terdapat


trikoma yang bentuknya bersisik. Fungsi dari trikoma ini adalah untuk
mengurangi intensitas cahaya matahari dan melindungi tumbuhan dari pemangsa,
juga berfungsi mengurangi penguapan.
6. Biji Anggrek

Biji anggrek

Sel gamet

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, biji angrek yang diamati tampak


bagian berbentuk lonjong, tetapi memiliki sudut ujung runcing pada salah satu
sisinya. Seharusnya, nampak inti sel gamet dalam biji anggrek, tetapi karena
perbesaran mikroskopnya terlalu rendah, maka tidak nampak dengan jelas inti sel
gametnya.
7. Tangkai daun eceng gondok

Sayatan tangkai
daun eceng
gondok

Duri

Parenkim udara

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terdapat parenkim udara dan duri


pada tangkai daun eceng gondok. Pada sisi pinggirnya tampak bagian hitam, jarak
antar bagian tersebut tampak longgar.
8. Cairan Jagung dan Cairan Kentang
Cairan jagung

Butir-butir
amiloplas

Cairan kentang

Butir-butir
amiloplas

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap cairan jagung, terdapat


bagian seperti gelembung besar dan gelembung kecil yang saling menempel satu
sama lain yang membentuk kumpulan gelembung yang jaraknya cukup jauh. Dan
tidak terlihat adanya stomata. Gelembung pada cairan jagung ini merupakan
butiran amiloplas, bagian dari jenis plastida yang disebut leukopas. Berguna
untuk penyimpanan amilum yang disebut amiloplas Sedangkan pada pengamatan
cairan kentang, terlihat gelembung yang ukurannya relatif sama dan saling
menempel satu sama lain membentuk kumpulan gelembung yang jaraknya lebih
rapat dibandingkan dengan cairan jagung. Gelembung pada cairan kentang ini
merupakan butiran amiloplas, bagian dari jenis plastida yang disebut leukopas.
Berguna untuk penyimpanan amilum yang disebut amiloplas.
Amiloplas pada cairan jagung jumlahnya lebih banyak dari amiloplas cairan
kentang.
9. Sayatan Daun atau Tulang Daun Waru

Daun waru

Trikoma

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terlihat adanya trikoma dengan jenis


rambut bercabang bersel banyak dan berwarna hijau keabu-abuan. Rambut-
rambut ini berbentuk seperti bintang. Rambut-rambut tersebut berguna untuk
mengeluarkan zat perekat dan mencegah penguapan terlalu besar.
H. KESIMPULAN

1. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa :


 Tumbuhan yang hidup di darat memiliki jumlah dan letak stomata
yang berbeda dengan tumbuhan yang hidup di air.
 Pada daun eceng gondok bagian yang memiliki banyak stomata yaitu
pada bagian atas. Karena pada bagian bawah daun bersentuhan
langsung dengan air sehingga tidak baik untuk penguapan.
 Sehingga letak stomata dipengaruhi oleh peristiwa penguapan pada
daun tumbuhan, bagian yang tidak mengalami penguapan memiliki
banyak stomata daripada bagian yang mengalami penguapan.
 Butiran amiloplas yang terdapat pada cairan kentang dan cairan
jagung berguna untuk penyimpanan amilum.
 Trikoma yang terdapat pada selaput bagian dalam Bawang Merah,
lapisan bawah daun durian, dan sayatan daun atau tulang daun waru
berfungsi untuk mencegah penguapan terlalu besar dan mengeluarkan
zat perekat.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A, dkk. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Jumhana, Nana. Tth. Struktur Organ Pada Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.

Pramudita, Saras Dian. 2012. Jurnal Mikroskop. Jakarta: Universitas Muhammadiyah


Prof. Dr. Hamka.

Sumardi, Issirep, dkk. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta:


Universitas Gadjah Mada.

Sumitro, dkk. 2014. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Malang: Universitas


Brawijaya.
LAMPIRAN

Gambar Cetakan Daun Pisang Gambar Cetakan Daun Pisang bagian


bagian bawah atas

Gambar Cetakan Daun Eceng Gondok Gambar Cetakan daun Eceng Gondok
bagian atas bagian bawah

Gambar Lapisan bawah Daun Durian Gambar Sayatan tangkai Daun Eceng
Gondok
Gambar Biji Anggrek Gambar Lapisan daun Rhoe discolor
bagan bawah

Gambar Selaput bagian dalam Gambar Sayatan Daun atau Tulang Daun
Bawang Merah Waru

Gambar Cairan Jagung Gambar Cairan Kentang

Anda mungkin juga menyukai