Anda di halaman 1dari 55

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA

adalah jurnal yang diterbitkan online dan diterbitkan dalam bentuk cetak. Jurnal ini
diterbitkan 3 kali dalam 1 tahun (Januari, Mei dan September). Jurnal ini diterbitkan oleh
APDFI (Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia). Lingkup jurnal ini meliputi
Organisasi Farmasi, Kedokteran, Kimia Organik Sintetis, Kimia Organik Bahan Alami,
Biokimia, Analisis Kimia, Kimia Fisik, Biologi, Mikrobiologi, Kultur Jaringan, Botani dan
hewan yang terkait dengan produk farmasi, Keperawatan, Kebidanan, Analis Kesehatan,
Nutrisi dan Kesehatan Masyarakat.

ALAMAT REDAKSI :

APDFI (Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia)

Jl. Buaran II No. 30 A, I Gusti Ngurah Rai, Klender Jakarta Timur, Indonesia

Telp. 021 - 86615593, 4244486.

Email : apdfi.2013@gmail.com

(ISSN Online) : 2655 – 8289

(ISSN Cetak) : 2655 – 131X


TIM REDAKSI

Advisor :

 Dra. Yusmaniar, M.Biomed, Apt, Ketua Umum APDFI


 Yugo Susanto, M.Farm., Apt, Wakil Ketua APDFI
 Leonov Rianto, M.Farm., Apt, Sekjen APDFI



Editors in Chief :

 Supomo, M.Si., Apt , STIKES Samarinda, Indonesia

Editor Board Member :

 Dr. Entris Sutrisno., M.HkKes., Apt (STFB Bandung)
 Imam Bagus Sumantri, S.Farm.,M.Si.,Apt (USU, Medan)
 Ernanin Dyah Wijayanti, S.Si., M.P (Akfar Putera Indonesia, Malang)
 Ika Agustina,S.Si, M.Farm (Akfar IKIFA, Jakarta)



Reviewer :

 Prof. Muchtaridi, M.Si.,Ph.D, Apt (Universitas Padjajaran, Bandung)
 Abdi Wira Septama, Ph.D., Apt (Pusat Penelitian Kimia, PDII LIPI)
 Harlinda Kuspradini, Ph.D (Universitas Mulawarman, Samarinda)
 Dr. Entris Sutrisno., M.HkKes., Apt (STFB, Bandung)
 Erindyah Retno Wikantyasning, P.hD., Apt (Universitas Muhammadiyah Surakarta)
 Dr.Ika Puspita Sari, S.Si, M.Si., Apt(Fakultas Farmasi UGM), Yogyakarta



Operator :

 Agus Trimanto, S.I.Pust, Pustakawan STIKES Samarinda, Indonesia
DAFTAR ISI JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA
VOL 2 NO 1 TH 2020

FORMULASI DAN EFEKTIFITAS SAMPO EKSTRAK BUAH PEDADA Hal


(Sonneratia caseolaris L) SEBAGAI ANTIKETOMBE TERHADAP Candida 1-9
albicans
Dwi Kurniawati Sambodo, Lisa Erie Yani............................................................

PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL JANTUNG Hal


KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT ST. 10-16
ELISABETH SEMARANG
Fef Rukminingsih, Theresia Carolina Susanto........................................................

Hal
FORMULASI MASKER GEL PEEL-OFF PERASAN LIDAH BUAYA (Aloe 17-25
vera L.) DENGAN GELLING AGENT POLIVINIL ALKOHOL
Ivan Santoso, Tria Prayoga, Ika Agustina, Wiwit Setya Rahayu...........................

Hal
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK PERASAN DAUN MENGKUDU 26-34
(Morinda citrifolia L.) TERHADAP Escherichia coli SECARA IN VITRO
Margareta Retno Priamsari, Agastia Cicilia Wibowo.............................................

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SURUHAN (Peperomia Hal


pellucida L. Kunth) TERHADAP Propionibacterium acnes PENYEBAB 35-41
JERAWAT
Yufiradani Yufiradani, Delladari Mayefis, Hesti Marliza.....................................

Hal
FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK MASKER ANTIJERAWAT DARI 42-51
EKSTRAK SABUT KELAPA ( Cocos nucifera L)
Fauziah Fauziah, Rima Marwarni, Azmalina Adriani..........................................
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

FORMULASI DAN EFEKTIFITAS SAMPO EKSTRAK BUAH


PEDADA (Sonneratia caseolaris L) SEBAGAI ANTIKETOMBE
TERHADAP Candida albicans

Dwi Kurniawati Sambodo1, Lisa Erie Yani2


1,2
STIKES Surya Global Yogyakarta

Email Korespondensi : antareszaman@gmail.com

ABSTRAK

Ketombe merupakan salah satu masalah di kulit kepala dengan gejala umum adanya
sisik-sisik (pengelupasan kulit mati), gatal pada kulit kepala dan kemerahan di sekitar kulit
kepala. Ketombe dapat disebabkan oleh kulit kepala yang berminyak, hormon atau jamur.
Salah satu jamur penyebab ketombe adalah Candida albicans. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan terdapat alkaloid pada ekstrak etanol buah pedada. Secara umum, alkaloid
dapat digunakan sebagai antijamur. Berdasarkan hal tersebut ekstrak metanol buah pedada
dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan sampo antiketombe. Penelitian ini bertujuan
untuk memformulasikan dan menguji efektifitas sampo ekstrak buah pedada sebagai
antiketombe terhadap Candida albicans. Buah pedada diekstraksi menggunakan metode
maserasi bertingkat dengan pelarut metanol. Sampo ekstrak buah pedada diformulasikan
dengan variasi konsentrasi ekstrak menjadi 3 formula. Sampo diuji sifat fisik dan efektifitas
antiketombe menggunakan metode Diffusion Kirby-Bauer dengan Media PDA. Dari hasil
yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sifat fisik dari ketiga formula sampo ekstrak buah
pedada (Sonnerratia caseolaris L) meliputi organoleptis, pengukuran pH, pengukuran tinggi
busa, cycling test, dan viskositas dihasilkan sifat fisik yang baik sesuai dengan standar uji sifat
fisik sampo, namun hasil uji homogenitas menunjukan sampo formula III kurang homogen.
Ketiga formula sampo efektif sebagai antiketombe terhadap jamur Candida albicans.

Kata Kunci : Sampo Antiketombe, Buah Pedada, Candida albicans.

1
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

FORMULATION AND EFFECTIVENESS OF PEDADA (Sonneratia


caseolaris L) EXTRACT SHAMPOO AS AN ANTIDANDRUFF
AGAINST Candida albicans

ABSTRACT
Dandruff is one of the problems on the scalp with common symptoms of scales
(exfoliation of dead skin), itching of the scalp and redness around the scalp. Dandruff can be
caused by an oily scalp, hormones or fungus. One of the fungi that cause dandruff is Candida
albicans. Based on research that has been done there are alkaloids in the ethanol extract of
pedada fruit. In general, alkaloids can be used as an antifungal. Based on this, the methanol
extract of pedada fruit can be used as the main ingredient in the manufacture of anti-dandruff
shampoo. This study aims to formulate and test the effectiveness of the pedada fruit extract
shampoo as an anti-dandruff against Candida albicans. Pedada fruit was extracted using
multilevel maceration method with methanol as a solvent. Pedada fruit extract shampoo is
formulated with variations in extract concentration into 3 formulas. Shampoo was tested for
physical properties and effectiveness of anti-dandruff using the Kirby-Bauer Diffusion method
with PDA media. From the results obtained it can be concluded that the physical properties of
the three formulas of pedada fruit extract shampoo (Sonnerratia caseolaris L) include
organoleptic, pH measurement, foam height measurement, cycling test, and viscosity
produced good physical properties in accordance with the standard test of the physical
properties of shampoo, however Homogeneity test results show that formula III shampoo is
less homogeneous. All three shampoo formulas are effective as anti-dandruff against the
fungus Candida albicans.

Keywords : Anti-dandruff shampoo, Pedada Fruit, Candida albicans.

PENDAHULUAN
Rambut merupakan bagian dari tubuh kepala. Ketombe dapat disebabkan oleh
yang berfungsi untuk meningkatkan kulit kepala yang berminyak, hormon atau
penampilan secara visual baik untuk pria jamur. Salah satu jamur penyebab ketombe
maupun wanita. Karena itu, rambut harus adalah Candida albican (Ambarwati, dkk.,
selalu dijaga kebersihan dan kesehatannya. 2016).
Seperti bagian tubuh yang lain, rambut Sediaan sampo antiketombe
juga memiliki masalahnya sendiri. Salah merupakan sediaan yang sering dipakai
satu masalah rambut yang dapat sehari-hari dan dapat digunakan untuk
mengganggu penampilan dan keindahan menanggulangi dan menghindarkan kulit
rambut adalah ketombe. Ketombe kepala dari ketombe yang berlebihan,
merupakan salah satu masalah di kulit dimana sampo ini mengandung zat aktif
kepala dengan gejala umum adanya sisik- antijamur yang efektif sebagai
sisik (pengelupasan kulit mati), gatal pada antiketombe. Saat ini masyarakat
kulit kepala dan kemerahan di sekitar kulit

2
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

cenderung lebih menyukai obat dan Buah pedada, metanol, natrium lauryl
kosmetik yang berasal dari alam. sulfas, cocomide DEA, cmc, metil paraben,
Diketahui secara empiris buah masak akuades, PDA, suspensi Candida albicans,
pedada (Sonneratia caseolaris L.) dapat sampo ketomed®
mengatasi masalah ketombe. Di kampung Preparasi Sempel
Batu-Batu, Kecamatan Gunung Tabur, Buah pedada diambil, dibersihkan,
Berau, Kalimantan Timur, buah pedada dirajang, dikeringkan, dibersihkan dari
banyak ditemukan, namun pengolahannya bahan yang tidak dipakai, dibuat serbuk,
sebatas dibuat produk berupa sirup, selai lalu ditimbang untuk mengetahui berat
dan dodol. Sejauh ini belum begitu banyak yang dihasilkan
upaya masyarakat untuk mengatasi Ekstraksi
masalah ketombe dengan menggunakan Sebanyak 600 g serbuk simplisia
buah tersebut (Lisa, E. Wawancara dengan Sonneratia caseolaris L dimasukkan ke
warga desa batu-batu. 21 oktober 2018). dalam Bejana, kemudian direndam dengan
Berdasarkan penelitian yang telah larutan metanol sebanyak 3000 ml, ditutup
dilakukan sebelumnya, didapatkan dengan aluminium foil dan dibiarkan
senyawa metabolit sekunder ekstrak selama 5 hari sambil sesekali diaduk.
metanol kulit buah pedada yang Setelah 5 hari, sampel yang direndam
merupakan senyawa murni berwarna putih tersebut disaring menggunakan kertas
berbentuk serbuk yang diidentifikasi saring yng menghasilkan filtrat 1 dan
sebagai senyawa golongan alkaloid. Secara ampas 1. Ampas yang ada kemudian
umum, alkaloid dapat digunakan sebagai ditambah dengan larutan metanol sebanyak
antijamur (Mutiara, dkk., , 1500 ml ditutup dengan aluminium foil
2016).Berdasarkan hal tersebut ekstrak dan dibiarkan selama 2 hari, sampel
metanol buah pedada dapat dijadikan tersebut disaring menghasilkan filtrat 2 dan
bahan utama dalam pembuatan sampo ampas 2. Filtrat 1 dan 2 dicampur menjadi
antiketombe. Penelitian ini bertujuan untuk satu lalu dievaporasi menggunakan rotary
memformulasikan dan menguji efektifitas evaporator. Ekstrak kental yang dihasilkan
sampo ekstrak buah pedada sebagai dibiarkan pada suhu ruangan hingga
antiketombe terhadap Candida albicans. seluruh pelarut metanol menguap . Ekstrak
yang sudah didapat, ditimbang dan
METODE PENELITIAN dihitung rendemennya.
Material
Alat timbangan analitik, erlenmeyer
(Pyrex), cawan petri (Pyrex), catton buds,
mikro pipet (Ecopipette), beaker glass
(Pyrex), autoclave, lampu spiritus, tabung Formulasi sampo
reaksi (Pyrex), rak tabung reaksi, jarum Sampo diformulasikan menjadi FI, FII,
ose, kertas saring, corong pisah (Pyrex), FIII dengan perbedaan variasi ekstrak buah
alumunium foil, penggaris berskala, pedada berturut turut 2,5 g; 5g; 7,5g dalam
pencadang, blender, rotary evaporator 60 ml sampo
(Ika), viskometer Brokfield, gelas ukur,
oven. Bahan Uji efektifitas antiketombe
a. Sterilisasi alat dan media

3
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

Alat tahan panas, bahan dan media diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 24
yang akan digunakan untuk penelitian jam
disterilisasi menggunakan autoklaf e. Pembuatan Standar Mc Farland
selama 15 menit pada suhu 121ºC. Pembuatan larutan standar Mc Farland
Sebelumnya, alat-alat dicuci bersih, dengan cara dicampurkannya 9,5 ml
dikeringkan dan dibungkus dengan larutan 1% dengan 0,5 ml larutan
koran. Alat yang tidak tahan panas Ba 1% sehingga volume menjadi 10
disterilkan dengan menggunakan ml, lalu dikocok sampai homogen.
alkohol. Alat-alat yang disterilkan Larutan harus dikocok setiap akan
menggunakan autoklaf meliputi digunakan, untuk membandingkan
erlenmeyer, batang pengaduk, cawan suspensi bakteri
petri, jarum ose, media agar, kaca f. Pembuatan suspensi jamur
arloji. Koloni jamur Candida albicans
b. Pembuatan Media Potato Dextrose diambil satu ose kemudian dimasukkan
Agar (PDA) ke dalam 5 ml NaCl 0,9% dalam
Pembuatan media agar dilakukan tabung reaksi lalu dikocok hingga
dengan mencampur 20 g PDA (Potatos homogen.
Dexstrose Agar) dengan 512 ml g. Pembuatan kontrol
akuades dalam erlenmeyer. Medium Kontrol positif dibuat dengan
dipanaskan di atas hot plate sambil menggunakan sampo ketomed®
diaduk sampai mendidih agar dengan konsentrasi 2 %, dibuat dengan
tercampur dengan sempurna. mencampurkan 0,02 g sampo ketomed
Kemudian didiamkan dan disterilkan di dilarutkan dalam 1 ml akuades.
dalam autoklaf selama 15 menit, pada Kontrol negatif menggunakan akuades
suhu 121ºC (Atlas, 2004) sebanyak 1 ml.
c. Peremajaan jamur uji h. Pembuatan larutan uji
Jamur Candida albicans biakan murni Larutan uji dibuat dengan konsentrasi
yang diperoleh dari Fakultas Farmasi 15%, 30%, dan 60% dari setiap
Universitas Gadjah Mada diambil satu formula, dengan melarutkan 0,015g,
ose lalu ditanam pada media PDA. 0,030g, dan 0,060g setiap formula
Kemudian media PDA yang telah dalam 1 ml akuades.
ditanam biakan jamur, diinkubasi pada i. Pembuatan Media Uji
suhu 37⁰C selama 18-24 jam hingga Pengujian aktivitas sampo terhadap
didapatkan koloni jamur Candida pertumbuhan jamur Candida albicans
albicans dilakukan dengan teknik pour plate.
d. Pembuatan Inokulum Jamur Candida Sebanyak 100 μL suspensi jamur
albicans diteteskan pada media Potato Dextrose
Pembuatan inokulum jamur Candida Agar (PDA), dan dioleskan secara
albicans dilakukan dengan cara merata menggunakan batang L steril
mensuspensikan 1 ose jamur Candida pada media. Kemudian media
albicans hasil tahap peremajaan ke diinkubasi lagi selama 1x24 jam.
dalam 25 ml media PDA. Lalu Setelah diinkubasi, taruh kertas cakram
diatas media sebanyak 5 buah dan atur

4
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

jarak sedemikian rupa sama antar kiri volume busa dalam gelas ukur dalam
dan kanannya. Teteskan masing- beberapa kurun waktu
masing kontrol dan ekstrak di atas e. Uji Daya Sebar
kertas cakram. Sebagai kontrol positif Uji daya sebar dilakukan dengan
digunakan sampo ketomed 2% dengan meletakkan 2 g sediaan sampo dipusat
konsentrasi 0,02% dan kontrol negatif antara lempeng cawan petri dimana
digunakan larutan akuades, selanjutnya lempeng bagian atas dibebani dengan
diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 18- anak timbang seberat 25 g diatasnya.
24 jam Permukaan yang dihasilkan dengan
j. Uji Daya Hambat meningkatkan beban merupakan
Uji daya hambat dilihat dari zona karakteristik daya sebar.
bening yang tersebar disekitar kertas f. Uji Homogenitas
cakram, pengukuran daya hambat Uji homogenitas dilakukan dengan cara
menggunakan jangka sorong. sediaan sampo yang dihasilkan
dioleskan pada kaca objek kemudian
Uji fisik Sampo diamati bagian- bagian yang tidak
a. Uji Organoleptis tercampurkan dengan baik.
Uji organoleptis ini dilakukan dengan g. Uji cycling tes
cara 2 gram sampo diletakkan pada Uji dilakukan dengan cara menyimpan
gelas beaker dengan melihat wujud, sediaan dari masing-masing formula
warna, aroma, dan rasa. yang ditempatkan dalam wadah gelas
b. Uji viskositas transparan sediaan disimpan pada suhu
Uji viskositas ini dilakukan dengan 4 + 2oC selama 24 jam, kemudian
cara sebanyak 100 gram sampo dipindahkan kedalam oven yang
dimasukkan dalam beaker gelas 100 ml bersuhu 40 + 2oC selama 24 jam.
kemudian diukur kekentalannya Perlakuan ini adalah 1 siklus.
menggunakan viskometer Brookfield. Pengujian dilakukan sebanyak 6 siklus
c. Uji Pengukuran pH atau 12 hari dan diamati ada atau
Pengukuran pH dilakukan dengan cara tidaknya perubahan yang terjadi pada
2 gram sampo dilarutkan dengan air masing-masing sediaan. Kondisi
lalu dilakukan pengukuran pH dengan sediaan dibandingkan selama
menggunakan pH meter. percobaan dengan kondisi sediaan
d. Uji Pengukuran Tinggi Busa sebelumnya.
Uji stabilitas busa dilakukan dengan Analisis Data
cara memasukkan sampo sebanyak 1 Data uji efektivitas sampo berupa diameter
ml ke dalam gelas ukur 250 ml zona hambat yang diukur menggunakan
ditambahkan air secara perlahan hingga jamgka sorong, data yang diperoleh diuji
mencukupi 100 ml. Dilakukan normalitas, dan dianalisis one way
pengocokan ke kanan dan kiri selama ANOVA, dan data hasil uji fisik
10 kali. Jalankan stopwatch ketika menggunakan pengamatan.
pengocokan dihentikan. Lalu diukur

5
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

HASIL DAN PEMBAHASAN rusak akibat pemanasan yang terlalu tinggi.


Preparasi sampel Prosesnya dilakukan sampai diperoleh
Buah pedada yang digunakan larutan pekat. Didapatkan randemen dari
berasal dari desa Batu-batu, Berau, pengentalan ekstrak ini 17,52%. Ekstrak
Kalimantan Timur. Buah kemudian dicuci buah pedada yang didapatkan
bersih, dipisahkan bagian-bagian pengotor, diformulasikan menjadi sediaan
dirajang tipis, lalu kemudian diangin- sampo.Sampo ekstrak buah pedada
anginkan sampai kering. Tujuan buah diformulasi menjadi 3 formula dengan
dirajang tipis agar proses pengeringan perbedaan terletak pada konsentrasi
lebih cepat. Pengeringan hanya diangin- ekstrak yng digunakan, hal tersebut
anginkan bertujuan agar zat berkhasiat dimaksudkan untuk membandingkan sifat
pada buah berupa alkaloid tidak rusak fisik dan efektifitas antiketombe pada
terkena paparan sinar matahari atau terkena masing-masing formula.
panas berlebih. Setelah buah kering, Organoleptis
dijadikan dalam bentuk serbuk dengan cara Hasil uji organoleptis semua formula
diblender. Penyerbukan dilakukan untuk sampo ekstrak buah pedada berwarna
memperluas kontak pelarut dengan sampel coklat, berbau mint dan berbentuk kental.
dan mempermudah penarikan zat aktif Warna ketiga formula sampo sesuai
yang terkandung dalam buah pedada. dengan ekstrak buah pedada yang
(Sambodo & Arlesia, 2019) digunakan, bau mint pada sampo didapat
Ekstraksi dari oleum mint yang digunakan sebagai
Serbuk buah pedada diekstraksi pewangi pada ketiga formula sampo, dan
dengan metode maserasi menggunakan bentuk kental pada sampo didapat dari
pelarut metanol. Metode maserasi dipilih CMC yang digunkan sebagai penstabil dan
karena merupakan metode ekstraksi yang pengental dalam sediaan sampo.
sederhana dan dapat menyari senyawa Viskositas
yang tidak tahan terhadap pemanasan dan Sampo ekstrak buah pedada
menghasilkan rendemen yang lebih tinggi (Sonneratia caseolaris L) FIII memiliki
dibandingkan dengan pelarut lain yang viskositas paling besar yakni 2892,33,
memiliki polaritas lebih rendah. Proses ini diikuti FII 2589,33, dan F1I dengan
sangat menguntungkan dalam isolasi viskositas paling kecil yakni 1860.
senyawa bahan alam, karena selama Viskositas formula sediaan sampo ekstrak
perendaman terjadi peristiwa plasmodisis buah pedada pada FI tidak memenuhi nilai
yang menyebabkan terjadi pemecahan viskositas yang ideal karena kurang dari
dinding sel akibat perbedaan tekanan di 2000 sedangkan FII dan FIII telah
dalam dan di luar sel, sehingga senyawa mencapai nilai viskositas yang ideal yaitu
yang ada dalam sitoplasma akan terlarut lebih dari 2000 cps. Hal ini menunjukkan
dalam pelarut organik dan proses ekstraksi bahwa nilai uji viskositas sampo formula 2
senyawa akan sempurna karena dapat dan 3 sesuai dengan standar viskositas
diatur lama perendaman yang diinginkan yakni pada rentang 2000 – 3000 cps.
(Nurdiansyah, 2007). Semakin besar konsentrasi ekstrak buah
Hasil ekstraksi kemudian pedada yang digunakan maka semakin
dikentalkan dengan rotary evaporator pada besar viskositas sampo pada masing-
suhu 40ºC agar zat aktif pada sampel tidak masing formula (Rieger, 2003)

6
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

Homogenitas tidak teradinya pemisahan antar fase pada


Hasil homogenitas sampo formula 1 ketiga formula. Hal ini menunjukkan
dan 2 homogen, menunjukan ekstrak buah bahwa sediaan sampo stabil pada
pedada tersebar merata pada sediaan penyimpanan suhu ekstrim dan variasi
sampo, tetapi pada formula 3 didapat hasil konsentrasi ekstrak buah pedada tidak
kurang homogen ditunjukan dengan mempengaruhi kestabilan krim pada
adanya bintik-bintik hitam ekstrak buah penyimpanan saat perubahan suhu yang
pedada pada sampo saat pengujian. ekstrim.
Tinggi Busa pH
Dari ketiga formulasi sampo dengan Hasil uji pH sampo ekstrak buah
3 variasi ekstrak menunjukkan pengukuran pedada formula 1, 2, dan 3 berturut-turut
tinggi busa sesuai dengan standar pada sebesar 5,9; 5,8 dan 5,8 hal ini menunjukan
umumnya dalam rentang tinggi 1,3-22 cm bahwa pH ketiga formula sampo
(Wilkinson & Moore, 1982). hal ini memenuhi persyaratan pH sampo yaitu
menunjukan surfaktan pada sampo ekstrak 5,0-8,0 (Badan Standardisasi Standar
buah pedada memiliki kemampuan Nasional Indonesia, 1992). pH sampo
membuasa, namun tinggi busa tidak ekstrak buah pedada juga berada dalam
mempengaruhi daya bersih sampo. rentang 5,0-6,0 yakni pH kulit kepala
Cycling test sehingga pH sampo ekstrak buah pedada
Hasil uji Cycling test yang diamati tidak mengiritasi kulit kepala.
secara organoleptis menunjukkan bahwa

Efektifitas antiketombe
Tabel 1. Hasil uji antijamur sampo antiketombe ekstrak buah pedada (Sonneratia caseolaris
L.)
Daya hambat (mm) Rata-rata (mm)
Replikasi 1 2 3
Kontrol + 17,45 16,5 16,45 16,8
Kontrol - 0 0 0 0
F1 15% 14,1 15,8 14,5 14,8
F1 30% 15,3 16,26 14,96 15,5
F1 60% 15,6 15,95 17,56 16,37
F2 15% 16,35 17,3 17,63 17,07
F2 30% 19,2 18,6 12,6 19,9
F2 60% 19,3 22,7 17,8 20,47
F3 15% 24,6 24 21,53 23,37
F3 30% 27,53 18,8 25,7 23,9
F3 60% 24,4 24,7 23,3 24,8
(Sumber: Data Primer Penelitian)

Hasil pengujian efektifitas Ketomed 2% sebagai kontrol positif pada


antiketombe sampo ekstrak Sonneratia masing-masing perlakukan menunjukkan
caseolaris L. dapat dilihat pada tabel 1, adanya zona hambat yang ditunjukkan
Formula sampo dengan konsentrasi F1 dengan daerah bening yang terbentuk
(15%), F2 (30%), F3 (60%) sampo disekitar kertas cakram. Zona hambat yang

7
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

terbentuk terus meningkat dengan adanya hambat terendah terdapat pada sampo
penambahan konsentrasi ekstrak antiketombe yang mengandung ekstrak
Sonneratia caseolaris L. Di antara ketiga Sonnerratia caseolaris L dengan
konsentrasi ekstrak Sonnerratia caseolaris konsentrasi 15% (F1). Semakin tinggi
L dalam formula sampo antiketombe, zona konsentrasi ekstrak Sonnerratia caseolaris
hambat terbesar terdapat pada sampo L dalam formula sampo maka semakin
antiketombe yang mengandung ekstrak tinggi pula kandungan zat aktif di
Sonnerratia caseolaris L dengan dalamnya sehingga semakin besar aktivitas
konsentrasi 60% (F3), sedangkan zona antijamur.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kode Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
rata formula1 .328 3 . .871 3 .298
formula2 .175 3 . 1.000 3 1.000
formula3 .385 3 . .750 3 .278
(Sumber: Data Primer Penelitian)

Tabel 3. Hasil Analisa One Way Anova


Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
27.000 8 3.375 6.750 .016
Groups
Within
3.000 6 .500
Groups
Total 30.000 14
(Sumber: Data Primer Penelitian)

Data hasil penelitian ini diuji diketahui terdapat pengaruh yang


normalitas menggunakan pengujian bermakna dengan angka signifikasi 0.000
Shapiro-Wilk dengan nilai > 0.005 < 0.005, sehingga dapat disimpulkan
didapatkan hasil normal. Pengujian bahwa rata-rata kelima sampel uji tersebut
dilanjutkan menggunakan One Way Anova berpengaruh secara signifikan.
dengan taraf kepercayaan 95%. Hasilnya

Tabel 4. Kategori Penghambatan Antimikroba Berdasarkan Diameter Zona Hambat


(Pan, dkk., 2009)
Diameter (mm) Respon hambatan pertumbuhan
0-3 Lemah
3-6 Sedang
Lebih dari 6 Kuat

8
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

Efektifitas sampo antiketombe ekstrak 2692-1992).


Sonnerratia caseolaris L dengan Mutiara, R., Djangi, M. J., & Herawati, N.
konsentrasi 0,15% (F1), 0,30% (F2), dan (2016). Isolasi dan Uji Aktivitas
0,60% (F3) memiliki respon hambatan Antioksidan Senyawa Metabolit
pertumbuhan jamur yang kuat dilihat dari Sekunder Ekstrak Metanol Kulit Buah
kategori penghambatan antimikroba Mangrove Pidada ( Sonneratia
menurut tabel 4. caseolaris ) Isolation and Antioxidant
Activity Test of Secondary
KESIMPULAN
Metabolites Compound Methanol
Dari hasil yang diperoleh dapat Extract of Mangrove Pidada Rind ’ s
disimpulkan bahwa buah pedada dapat (. Jurnal Chemica, 17, 52–62.
dijadikan alternatif bahan utama bahan
Nurdiansyah. (2007). Efek Lama Maserasi
alam yang berfungsi sebagai antiketombe.
Bubuk Kopra Terhadap Rendemen ,
Sifat fisik dari ketiga formula sampo Densitas , dan Bilangan Asam
ekstrak buah pedada (Sonnerratia Biodiesel yang Dihasilkan dengan
caseolaris L) meliputi organoleptis, Metode Transesterifikasi In Situ.
pengukuran pH, pengukuran tinggi busa, Jurnal Belian, 60(2), 218–224.
cycling test, dan viskositas dihasilkan sifat Pan, X., Chen, F., Wu, T., Tang, H., &
fisik yang baik sesuai dengan standar uji Zhao, Z. (2009). The acid, bile
sifat fisik sampo, namun hasil uji tolerance and antimicrobial property
homogenitas menunjukan sampo formula of Lactobacillus acidophilus NIT.
III kurang homogen. Ketiga formula Food Control.
sampo efektif sebagai antiketombe https://doi.org/10.1016/j.foodcont.200
8.08.019
terhadap jamur Candida albicans.
Rieger, M. (2003). Harry’s cosmeticology
DAFTAR PUSTAKA (8th ed New). New York: Chemical
Publishin Company.
Ambarwati, Sujono, T. A., & Sintowati, R.
Sambodo, D. K., & Arlesia, N. (2019).
(2016). Uji Aktivitas Ekstrak Daun
Aktivitas antioksidan krim kombinasi
Pandan Wangi (Pandanus
ekstrak Eucheuma Cottonii Sumbawa
amaryllifolius Roxb.) sebagai
dan ekstrak Citrus lemon L. impor
Antibakteri. University Research
dengan metode DPPH. Health
Colloquium.
Sciences and Pharmacy Journal.
Atlas, R. (2004). Buku Pegangan Media https://doi.org/10.32504/hspj.v3i1.95
Mikrobiologi. Jakarta: CRC Press.
Wilkinson, J. B., & Moore, R. J. (1982).
Badan Standardisasi Standar Nasional Harry’s Cosmeticology (7th ed.).
Indonesia. (1992). SNI Sampoo (06- London: George Godwin.

9
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL JANTUNG


KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT ST.
ELISABETH SEMARANG

Fef Rukminingsih 1, Theresia Carolina Susanto 2


1,2
Politeknik Katolik Mangunwijaya

Email Korespondensi : fefrukminingsih@gmail.com

ABSTRAK

Gagal jantung kongestif (GJK) merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam
daftar 10 besar penyakit di Instalasi Rawat Inap RS. St. Elisabeth Semarang. Penyebab
terbesar GJK adalah hipertensi. Pasien GJK mendapat terapi antihipertensi untuk
mengendalikan tekanan darahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan
tekanan darah pasien GJK dan kesesuaian tekanan darah pasien GJK terhadap target
terapinya menurut the Eighth Joint National Committee (JNC VIII) di Instalasi Rawat Inap
RS. St. Elisabeth Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional,
menggunakan data retrospektif. Data diambil dari rekam medis pasien GJK yang memperoleh
terapi antihipertensi di instalasi rawat inap periode Oktober – Desember 2017, berusia 40
tahun atau lebih, dengan atau tanpa penyakit penyerta. Berdasarkan hasil penelusuran rekam
medik diketahui bahwa jumlah pasien GJK yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 60
orang, terdiri dari 30 pasien laki-laki dan 30 pasien perempuan. Sebanyak 35 pasien (58,33%)
berusia lebih dari 60 tahun. Sebanyak 19 pasien mempunyai penyakit penyerta diabetes
mellitus tipe 2 dan atau gagal ginjal kronik. Sebanyak 51 pasien (85%) selama rawat inap
mengalami rata-rata penurunan TD sistolik sebesar 21,65 mmHg dan sebanyak 37 pasien
(61,67%) mengalami rata-rata penurunan TD diastolik sebesar 13,38 mmHg. Kesesuaian
tekanan darah pasien saat keluar rumah sakit dengan target tekanan darah menurut JNC VIII
sebesar 81,67 %. Dengan demikian progresi perburukan jantung pada sebagian besar pasien
GJK dapat dihambat.

Kata Kunci : Gagal Jantung Kongestif, , Tekanan Darah, RS St. Elisabeth Semarang

10
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

BLOOD PRESSURE MEASUREMENT OF INPATIENTS CONGESTIVE


HEART FAILURE PATIENTS IN ST. ELISABETH HOSPITAL
SEMARANG

ABSTRACT
Congestive heart failure (CHF) is one of the top 10 diseases in the Inpatient of. St.
Elisabeth Hospital Semarang. The main cause of CHF is hypertension. CHF patients receive
antihypertensive therapy to control their blood pressure. This study aims to determine the
decrease in blood pressure of CHF patients and the suitability of blood pressure of CHF
patients with their treatment targets according to the Eighth Joint National Committee (JNC
VIII) at the Inpatient Installation of St. Elisabeth Hospital Semarang. This research is an
observational descriptive study, using retrospective data. Data was taken from medical
records of CHF patients in inpatients who received antihypertensive therapy for the period
October - December 2017, 40 years or older, with or without concomitant diseases. Based on
the results of tracing of medical records it is known that the number of CHF patients who met
the inclusion criteria was 60 people, consisting of 30 male patients and 30 female patients. A
total of 35 patients (58.33%) were aged over 60 years. A total of 19 patients had concomitant
diabetes mellitus type 2 and / or chronic kidney failure. A total of 51 patients (85%) during
hospitalization experienced an average reduction in systolic BP of 21.65 mmHg and as many
as 37 patients (61.67%) experienced an average reduction in diastolic BP of 13.38 mmHg.
The suitability of the patient's blood pressure when leaving the hospital with the target blood
pressure according to JNC VIII is 81.67%. Thus the progression of cardiac deterioration in
most CHF patients can be inhibited.

Keywords : Congestive heart failure, blood pressure, St. Elisabeth Hospital Semarang

PENDAHULUAN
Gagal jantung merupakan masalah Gagal jantung kongestif (GJK) merupakan
kesehatan masyarakat yang progresif salah satu penyakit yang termasuk dalam
dengan angka morbiditas dan mortalitas daftar 10 besar penyakit di Instalasi Rawat
yang tinggi. Prevalensi gagal jantung terus Inap RS. St. Elisabeth Semarang.
meningkat bersamaan dengan Penyebab terbesar GJK adalah hipertensi
bertambahnya usia. Gagal jantung adalah (Dipiro et.al., 2008). Terapi GJK bertujuan
suatu kondisi patologis, dimana jantung memperbaiki kualitas hidup dengan
sebagai pompa tidak mampu lagi mengurangi gejala, memperpanjang usia
memompakan darah secukupnya dalam harapan hidup, dan memperlambat progresi
memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk perburukan jantung (Aaronson & Ward,
metabolisme jaringan tubuh, sedangkan 2010). Pada pasien GJK, pemberian agen
tekanan pengisian ke dalam jantung masih antihipertensi diperlukan untuk
cukup tinggi (Panggabean dkk, 2009). mengendalikan tekanan darah dan

11
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

menurunkan tekanan darah sesuai target. sakit. Data yang diperoleh kemudian di
Target tekanan darah berdasarkan JNC analisis secara kualitatif dan kuantitatif.
VIII yaitu pada pasien yang berusia ˃60
Analisis kualitatif dilakukan
tahun adalah < 150/90 mmHg. Target
dengan cara mengelompokkan data
tekanan darah pada pasien yang berusia
berdasarkan karakteristik pasien meliputi
≤60 tahun adalah < 140/90 mmHg. Target
umur, jenis kelamin, jumlah dan jenis
tekanan darah pada pasien yang mengalami
penyakit penyerta, lama rawat inap.
komplikasi diabetes melitus tipe 2 dan atau
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
kelainan ginjal adalah < 140/90 mmHg
menghitung rata-rata penurunan tekanan
(James dkk., 2014). Pencapaian target
darah pasien selama rawat inap dan
penurunan tekanan darah sangat
menghitung kesesuaian tekanan darah
diharapkan untuk menghambat progresi
pasien terhadap target tekanan darah
perburukan jantung. Selama ini belum
menurut JNC VIII (James dkk, 2014).
pernah dilakukan evaluasi terapi hipertensi
terhadap pencapaian target tekanan darah HASIL DAN PEMBAHASAN
pada pasien GJK di RS St. Elisabeth
Berdasarkan hasil penelusuran data
Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk
rekam medik diketahui sebanyak 60 pasien
mengetahui penurunan tekanan darah pada
yang memenuhi kriteria inklusi dan
pasien GJK dan kesesuaian tekanan darah
eksklusi. Karakteristik pasien GJK yang
pasien GJK terhadap target terapinya
menjalani rawat inap di RS St. Elisabeth
menurut the Eighth Joint National
Semarang periode Oktober-Desember 2017
Committee (JNC VIII) di Instalasi Rawat dapat dilihat pada tabel I.
Inap RS. St. Elisabeth Semarang.
Jenis kelamin merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh pada GJK. Laki-
METODE PENELITIAN laki memiliki resiko gagal jantung 2x lebih
Penelitian merupakan penelitian besar dibanding perempuan pada usia 55-
deskriptif observasional yang 64 tahun (Pugsley, 2005). Sebelum
menggunakan data retrospektif. Data menopause, perempuan mempunyai risiko
diperoleh dari rekam medik pasien GJK. lebih kecil terhadap GJK, karena pembuluh
Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien darah perempuan dilindungi oleh hormon
GJK yang dirawat inap di RS St. Elisabeth estrogen. Hormon estrogen meningkatkan
Semarang periode Oktober - Desember rasio high density lipoprotein (HDL)
2017 yang mendapat terapi antihipertensi, sehingga dapat mencegah terjadinya
pasien berusia 40 tahun atau lebih, dengan atherosclerosis (Syamsudin, 2008).
atau tanpa penyakit penyerta. Kriteria Penelitian di RS PKU Muhammadiyah
eksklusinya adalah pasien GJK dengan Yogyakarta juga menunjukkan bahwa
penyakit infeksi. Data yang diambil adalah kejadian GJK lebih banyak pada laki-laki
nomor rekam medik, umur, jenis kelamin, (Hamzah, 2016) tetapi pada penelitian ini
penyakit penyerta, terapi antihipertensi jumlah pasien laki-laki dan perempuan
yang diperoleh (jumlah, nama dan dosis sama.
obat), lama rawat inap serta data tekanan
Usia merupakan salah satu faktor
darah pasien selama dirawat di rumah
yang berpengaruh pada GJK. Semakin

12
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

bertambah usia, risiko terkena penyakit penelitian di RS PKU Muhammadiyah


GJK semakin bertambah (Aaronson dan Gamping Sleman yang menunjukkan
Ward, 2010). Pada penelitian ini sebagian pasien GJK yang berusia >60 tahun
besar pasien GJK berusia > 60 tahun sebesar 59,38% (Harigustian dkk, 2016).
sebesar 58,33%, hampir sama dengan hasil

Tabel I. Karakteristik pasien Gagal Jantung Kongestif yang menjalani rawat inap di RS
St. Elisabeth Semarang periode Oktober-Desember 2017.

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)


Jenis Kelamin
Laki-Laki 30 50,00
Perempuan 30 50,00
Usia (tahun)
40-60 25 41,67
> 60 35 58,33
Penyakit Penyerta
≤2 25 41,67
>2 35 58,33
Jenis Penyakit Penyerta
DM tipe 2 dan atau GGK 19 31,67
Selain DM tipe 2 dan GGK 41 68,33
Lama Rawat Inap (hari)
≤5 36 60,00
>5 24 40,00

Sebanyak 58,33% pasien mempunyai lebih gagal jantung karena adanya abnormalitas
dari 2 penyakit penyerta. Hal ini jantung dalam penanganan glukosa dan
disebabkan karena sebagian besar pasien asam lemak bebas serta adanya efek
(58,33%) berusia >60 tahun. Pada usia kerusakan metabolik oleh diabetes pada
lanjut akan muncul penyakit degeneratif sistem kardiovaskuler (Rosano dkk, 2017).
dan multipatologik. Penelitian di RSUP dr.
Lama rawat inap pasien GJK
M. Djamil Padang menunjukkan bahwa
bervariasi antara 4-21 hari. Penelitian
rata-rata jumlah penyakit pada pasien usia
tentang gambaran lama rawat dan profil
lanjut sebanyak 6 penyakit (Pratama dkk,
pasien gagal jantung di Rumah Sakit Cipto
2017). Jenis penyakit penyerta yang
Mangunkusumo menunjukkan bahwa rata-
diperhatikan dalam penelitian ini DM tipe
rata lama rawat inap pasien GJK adalah 8-
2 dan GGK karena DM tipe 2 dan GGK
9 hari (Djaya dkk, 2015). Dalam penelitian
akan mempengaruhi target terapi tekanan
ini sebanyak 24 pasien (40%) yang lama
darahnya. Selain itu DM tipe 2
rawat inapnya lebih dari 5 hari.
meningkatkan risiko progresivitas pada

13
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

mengalami penurunan TD diastolik.


Hasil penelusuran selisih tekanan Jumlah pasien yang mengalami penurunan
darah pada saat masuk rumah sakit (MRS) TD diastolik lebih sedikit dibandingkan hal
dan keluar rumah sakit (KRS) pasien GJK ini disebabkan karena jumlah pasien yang
yang menjalani rawat inap di RS St. berusia >60 tahun jumlahnya lebih banyak.
Elisabeth Semarang periode Oktober- Hal ini disebabkan karena faktor
Desember 2017 dapat dilihat pada tabel II. predisposisi disfungsi diastolik yang utama
adalah usia lanjut, hipertensi dan diabetes
Sebagian besar pasien (85%)
mellitus (Rampengan, 2013).
mengalami penurunan TD sistolik selama
rawat inap dan sebanyak 61,67% pasien

Tabel II. Selisih Tekanan Darah Saat Masuk Rumah Sakit dan Keluar Rumah Sakit
Pasien Gagal Jantung Kongestif Yang Menjalani Rawat Inap
di RS St. Elisabeth Semarang Periode Oktober-Desember 2017.

Rata-rata Selisih Tekanan darah


Sistolik Jumlah Persentase Diastolik Jumlah Persentase
(mmHg) (orang) (%) (mmHg) (orang) (%)
Turun 21,65 51 85,00 13,38 37 61,67
Naik 8,63 8 13,33 9,95 19 31,67
Stabil 0 1 1,67 0 4 6,66

Kesesuaian tekanan darah pasien GJK di Instalasi Rawat Inap RS. St. Elisabeth
Semarang terhadap target tekanan darah menurut JNC VIII dapat dilihat pada tabel III.

Tabel III. Kesesuaian Target Tekanan Darah Dengan JNC VIII Pasien Gagal Jantung
Kongestif yang menjalani rawat inap di RS St. Elisabeth Semarang periode
Oktober-Desember 2017
Kesesuaian Jumlah (orang) Persentase (%)
Sesuai 49 81,67
Tidak Sesuai 11 18,33
Jumlah 60 100,00

Penggunaan terapi agen ketepatan pemilihan agen antihipertensi


antihipertensi pada pasien gagal jantung dan dosisnya (Chobanian dkk., 2003).
kongestif dapat menurunkan tekanan darah Berdasarkan Tabel III diketahui sebanyak
sesuai dengan target tekanan darah 11 pasien tidak tercapai target tekanan
menurut JNC VIII pada 49 pasien darahnya. Dari 11 pasien tersebut diketahui
(81,67%). Ketidaksesuaian penurunan mempunyai TD sistolik normal atau
dengan target tekanan darah dapat mendekati normal tetapi mengalami
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti disfungsi diastolik. Pada disfungsi
jumlah dan jenis penyakit penyerta, diastolik, relaksasi miokard yang

14
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

berkepanjangan dan peningkatan kekakuan Chobanian, MD., 2003. The Seventh


(yang menurunkan tingkat pengisian dan Report of the Joint National Committee on
volume) meningkatkan tekanan diastolik Prevention,
ventrikel kiri dan mengurangi isi sekuncup Detection, Evaluation, and
saat istirahat dan selama bekerja. Treatment of High Blood Pressure.
Akibatnya, terjadi gagal jantung (Imaligy, National Institutes of Health.
2014). Penelitian Tambuwun dkk (2016)
Djaya, KH., Nasution, SA., Antono, D.,
menunjukkan bahwa pada pasien gagal
2015, Gambaran Lama Rawat dan Profil
jantung dengan hipertensi yang tersering
Pasien
ditemukan ialah gagal jantung diastolik.
Gagal Jantung di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo. Indonesian
SIMPULAN Journal of CHEST Crit and Emerg
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Med., 2(4), 141-150.
1. Dari 60 pasien GJK diketahui
Hamzah, Rori., 2016, Hubungan usia dan
sebanyak 51 pasien (85%)
jenis kelamin dengan kualitas hidup pada
mengalami rata-rata penurunan TD
penderita
sistolik sebesar 21,65 mmHg dan gagal jantung di RS PKU
sebanyak 37 pasien (61,67%) Muhammadiyah Yogyakarta.
mengalami rata-rata penurunan TD http://digilib.unisayogya.ac.id/2256
diastolik sebesar 13,38 mmHg. /1/NASKAH%20PUBLIKASI%20
2. Kesesuaian tekanan darah pasien %28RORI%20HAMZAH%29.pdf
saat keluar rumah sakit dengan diakses tanggal 31 Oktober 2019.
target tekanan darah menurut JNC
Harigustian, Yayang., Dewi, Arlina.,
III sebesar 81,67 %. Dengan
Khoiriyati, Azizah., 2016, Gambaran
demikian progresi perburukan
Karakteristik
jantung pada sebagian besar pasien
Pasien Gagal Jantung Usia 45-65
GJK di RS St. Elisabeth Semarang
Tahun di Rumah Sakit PKU
dapat dihambat.
Muhammadiyah Gamping Sleman.
Indonesian Journal of Nursing
Practices, 1(1), 55-60.
UCAPAN TERIMA KASIH
Imaligy, Ervinaria Uly., 2014, Gagal
Pada kesempatan ini, peneliti ingin
Jantung pada Geriatri, CDK-212., 41(1),
mengucapkan terima kasih kepada
19-24.
Direktur Politeknik Katolik Mangunwijaya
Semarang yang telah mendukung James, P.A., Oparil, S., Carter, B.L.,
pembiayaan dalam penelitian ini. Cushman, W.C., Dennison-
Himmelfarb, C., Handler, J., Ortiz,
E., 2014, Evidence-Based Guidline
DAFTAR PUSTAKA
for the Management of High Blood
Aaronson, PI dan Ward, JPT., 2010. At Pressure in Adults: (JNC8), Jama,
Glance Sistem Kardiovaskular (ketiga). 311(5), 507-20.
Jakarta:
Erlangga.

15
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

Panggabean, MM., Sudoyo, AW.,


Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.,
Setiati, S., 2009,
Gagal jantung. Buku Ajar Penyakit
Dalam, Ed.5. Jakarta: Interna Publishing,
1586.

Pratama, EL., Martini, RD., Pertiwi, D.,


2017, Gambaran Multipatologi
Pasien Geriatri di Poliklinik
Khusus Geriatri RSUP dr. M.
Djamil Padang Periode Januari-
Desember 2014, Jurnal
Kesehatan Andalas, 6(3), 536-
545.

Pugsley, MK., 2005, Cardiac Drug


Development Guide. Springer:
New Jersey.

Rampengan, Starry H., 2013, Penanganan


Gagal Jantung Diastolik. Jurnal
Biomedik, 5(1), 1-9.

Rosano, GM., Vitale, C., Seferovic, P.,


2017, Heart Failure in Patients
with Diabetic Mellitus. Card Fail
Rev, 3(1), 52-55.

Syamsudin., 2008, Buku Ajar


Farmakoterapi Kardiovaskular
dan Renal,Salemba Medika
Jakarta Selatan.

Tambuwun, CFD., Panda, AL.,


Rampengan, SH., 2016,
Gambaran pasien gagal jantung
dengan penyakit hipertensi yang
menjalani rawat inap di RSUP
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
periode September-November
2016, Jurnal e-Clinic, 4(2).

16
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

FORMULASI MASKER GEL PEEL-OFF PERASAN LIDAH


BUAYA (Aloe vera L.) DENGAN GELLING AGENT POLIVINIL
ALKOHOL
Ivan Santoso1, Tria Prayoga2, , Ika Agustina3, Wiwit Setya Rahayu4
1,2,3,4
Akademi Farmasi IKIFA

Email Korespondensi : ivan_apt@yahoo.co.id

ABSTRAK

Lidah buaya (Aloe Vera L.) adalah tanaman yang biasa digunakan masyarakat
lokal sebagai pelembab. Penggunaan lidah buaya dapat diaplikasikan dalam bentuk
masker gel yang dikupas dengan polivinil alkohol sebagai agen pembentuk gel. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peningkatan alkohol polivinil
sebagai agen pembentuk gel terhadap formulasi masker yang dikupas dari jus lidah
buaya. Formulasi dibuat dalam beberapa konsentrasi, 10%, 12%, dan 14% dengan
menambahkan 0,5% jus lidah buaya. Setelah itu, formulasi dievaluasi selama 4 minggu
tentang organoleptik, homogenitas, pH, waktu pengeringan dan viskositas. Tanggal uji
pH dan waktu pengeringan dianalisis dengan menggunakan ANOVA satu arah secara
statistik dan kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dan viskositas dianalisis
dengan menggunakan Kruskall Wallis secara statistik yang menghasilkan signifikansi
kurang dari 0,05 yang berarti ada perbedaan waktu pengeringan dan viskositas, di sisi
lain tidak ada perbedaan dalam pH.

Kata kunci: masker gel terkelupas, jus lidah buaya, alkohol polivinil

17
FORMULATION OF PEEL-OFF GEL MASK FRUIT OF (Aloe vera
L). WITH GELLING ALCOHOL POLYCLINYL AGENT
ABSTRACT
Aloe vera (Aloe Vera L.) is a plant which commonly used by local people as moisturizer.
The usage of aloe vera can be applied in form of peeled off gel mask with polyvinyl alcohol as
gelling agent. The goal of this research is to determine the influence of increase of polyvinyl
alcohol as gelling agent to the formulation of peeled off mask from aloe vera juice. The
formulation was made in a few concentration, 10%, 12%, and 14% by adding 0,5% of aloe vera
juice. After that, the formulation evaluated for 4 weeks about the organoleptics, homogenity,
pH, drying time and viscosity. The date of pH test and drying time analyzed by using one way
ANOVA statistically and then followed by Tukey HSD test and the viscosity analyzed by using
Kruskall Wallis statistically which result in the significantcy less than 0,05 that mean there are
difference in drying time and viscosity, on the other hand there is no difference in pH.

Keywords : peeled off gel mask, aloe vera juice, polyvinyl alcohol

PENDAHULUAN merupakan produk topikal yang


Kulit merupakan organ terluas digunakan untuk membuat kulit halus
penyusun tubuh manusia yang terletak dan lembut pada lapisan luar kulit
paling luar dan menutupi seluruh (epidermis) dengan meningkatkan
permukaan tubuh.Letak paling luar hidrasi air (kandungan air) dalam kulit
menyebabkan kulit pertama kali (Minarsih, 2006). Salah satu tanaman
menerima rangsangan seperti rasa yang bermanfaat sebagai pelembab
sakit,rangsangan sentuhan maupun adalah lidah buaya (Aloe vera L.)
pengaruh buruk dari luar Lidah buaya (Aloe vera L.)
(Wasitaatmadja, 1997). Kulit sangat merupakan tanaman yang telah
mendukung penampilan seseorang, digunakan secara luas oleh masyarakat
untuk itu perlu dirawat, dipelihara, dan untuk bahan baku kosmetik. Selain
dijaga kesehatannya.Kebanyakan harganya relatif murah, lidah buaya juga
masyarakat menggunakan berbagai mudah diperoleh. Kandungan lignin
macam sediaan kosmetik guna merawat mampu menembus dan meresap ke
kulit wajah. dalam kulit dan dapat membuat
Tujuan utama penggunaan pertahanan hilangnya cairan tubuh dari
kosmetik wajah adalah untuk permukaan kulit, sehingga kulit tidak
pemeliharaan, menambah kepercayaan cepat kering dan tetap terjaga
diri, menambah ketenangan, melindungi kelembabannya (Minarsih, 2006). Salah
kulit dari kerusakan sinar ultra violet, satu cara untuk memperoleh manfaat
polusi udara, faktor-faktor lingkungan dari lidah buaya adalah dengan cara
lain, dan mencegah penuaan pemerasan. Penggunaan lidah buaya
(Maysuhara, 2009). Salah satu zat yang untuk kesehatan kulit dapat dilakukan
dapat digunakan dalam perawatan kulit dengan pembuatan masker gel peel-
wajah adalah pelembab. Pelembab offdari sari lidah buaya.

18
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

Masker gel peel-off merupakan gelpeel-offyang paling baik dan


sediaan kosmetika perawatan kulit yang memenuhi persyaratan.
berbentuk gel dan setelah diaplikasikan
ke kulit dalam waktu tertentu hingga
mengering, sediaan ini akan membentuk METODE PENELITIAN
lapisan film transparan yang elastis, Pembuatan perasan lidah buaya
sehingga dapat dikelupas (Yulin, 2015). (Apgar, 2010)
Masker gel peel-off memiliki banyak Lidah buaya sebanyak 2 kg
keunggulan dibandingkan dengan dibersihkan dari kotoran yang melekat,
masker jenis lain yaitu sediaan dan dicuci dengan air yang mengalir,
berbentuk gel yang sejuk, mampu kemudian permukaan daun
merelaksasikan dan membersihkan dikeringkan.Bagian sisi daun yang
wajah secara maksimal dengan mudah, berduri dibuang dan pangkal daun
daya lekat tinggi yang tidak menyumbat dipotong sekitar 1cm, kemudian dikuliti
pori sehingga pernafasan pori tidak hingga melampaui bagian sel parenkim
terganggu, mudah dikelupas dan dicuci luar.Daging (gel) lidah buaya kemudian
dengan air. Suatu masker gel peel-off diperas dengan kain flanel.
yang khas umumnya mengandung
bahan aktif, gelling agent, penahan Uji identifikasi lidah buaya
lembab, pengawet dan air (Goeswin, a. Identifikasi saponin
2012). Pemilihan gelling agent adalah Uji saponin dilakukan dengan
salah satu hal yang harus diperhatikan metode Forth yaitu dengan cara
dalam membuat formulasi gel. Salah memasukkan 2 ml sampel ke dalam
satu bahan yang dapat digunakan tabung reaksi kemudian ditambahkan
sebagai gelling agent adalah polivinil 10 ml air suling lalu dikocok selama
alkohol (PVA). 30 detik. Diamati perubahan yang
Polivinil alkohol (PVA) dapat terjadi. Apabila terbentuk busa yang
menghasilkan gel yang cepat mengering mantap (tidak hilang selama 30
dan membentuk lapisan film yang kuat detik) maka identifikasi
dan plastis, memberikan kontak yang menunjukkan adanya saponin.
baik antara kulit dengan zat aktif serta b. Identifikasi tanin
peningkatan suhu dan sirkulasi darah Sebanyak 5ml lidah buaya
pada kulit.Konsentrasi PVA yang dapat dimasukkan kedalam tabung reaksi,
digunakan sebagai pembentuk lapisan lalu tambahkan 5 tetes NaCl 10%
film yaitu sebesar 10-16% (Devy, kemudian ditambahkan 3 tetes FeCl3,
Pangestuti, Nabilla, Lestari, & R., 2016) kemudian didiamkan beberapa saat.
Berdasarkan paparan diatas, Apabila terbentuk warna hijau
dilakukan pembuatan 3 formula masker kehitaman maka menandakan adanya
gel peel-off perasan lidah buaya (Aloe tanin
vera L.) dengan kadargelling agent Pembuatan masker gelpeel-off
PVA yang berbeda Timbang PVA, kemudian
untukmenghasilkansediaan masker dikembangkan dengan menggunakan

19
JURNAL FARMASI APDFI, 4(1), 41-47, 2018 Nama

aquadest, untuk menambah kelarutan c. Viskositas


dapat di lakukan diatas hot platesuhu Uji ini meggunakan viskometer
80°C, diaduk hingga mengembang brookfield menggunakan spindle
sempurna dan terbentuk basis gel PVA yang dipasang pada alat kemudian
yang homogen.Dalam wadah terpisah, dicelupkan kedalam gel yang telah
HPMC dikembangkan menggunakan diletakkan dalam wadah. Atur
aquadest hingga mengembang dan kecepatan dan tunggu hasil skala
terbentuk massa yang homogen. Setelah hingga stabil.
PVA dan HPMC mengembang
sempurna, dimasukkan HPMC ke d. Pengukuran pH
dalamnya PVA, lalu aduk sampai Uji ini dapat dilakukan dengan
homogen.Larutkan metil paraben dan menggunakan pH meter. Mula-mula
propil paraben ke dalam propilenglikol, elektroda dikalibrasikan dahulu
aduk sampai homogen. Masukkan ke dengan dapar standar pH 4 dan pH 7.
dalam PVA, aduk sampai Kemudian elektroda dicelupkan
homogenMasukkan perasan daun lidah kedalam sediaan masker gel dan nilai
buaya, aduk sampai homogen. pH kan muncul di layar. Masing-
Tambahkan dengan air suling ad 100 masing formula harus memenuhi
ml, aduk sampai homogen.Kemudian rentang pH dengan kisaran sesuai
masukkan ke dalam wadah. dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5
e. Waktu kering
Evaluasi sediaan masker gel peel-off Pengujian dilakukan dengan cara
Evaluasi sediaan masker mengoleskan 1 gram dari masing
dilakukan pada suhu kamar, kemudian masing formula sediaan ke punggung
diamati secara berkala pada minggu 0, tangan dengan ukuran 7 cm x 7 cm
1, 2, 3, dan 4. kemudian dilihat menggunakan
stopwatch. Waktu yang diperlukan
a. Uji organoleptis oleh sediaan untuk mengering, yaitu
Pengujian organoleptis waktu hingga sediaan membentuk
dilakukan dengan melihat secara lapisan film.
visual dan mengamati perubahan-
perubahan yang terjadi pada sediaan,
yakni meliputipenampilan, bau dan HASIL DAN PEMBAHASAN
warna.
Hasil Identifikasi Lidah Buaya (Aloe
b. Uji Homogenitas Vera L.)
Uji homogenitas dilakukan Hasil identifikasi pada perasan
dengan cara sediaan diletakkan diatas lidah buaya dapat dilihat pada tabel
kaca objek, lalu dilihat apakah ada berikut.
partikel-partikel kasar atau ketidak
homogenan.

20
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

Tabel 1. Hasil Identifikasi Hasil pemeriksaan organoleptis dan


No Kandungan Hasil homgenitas dapat dilihat pada tabel 2
1. Saponin + berikut.Secara organoleptis,
2. Tanin + keseluruhan sediaan masker peel-off
Ket; + = mengandung zat aktif pada awal berwarna putih susu, lalu
% rendemen = 17,3448% perlahan setelah dilakukan pengujian
Hasil evaluasi homogenitas dan terjadi perubahan warna menjadi jernih
organoleptis (tidak berwarna). Perubahan warna
Uji Identifikasi hanya dilakukan sediaan diakibatkan karena
pada saponin dan tannin karena berkurangnya jumlah gelembung. Pada
metabolit sekunder ini diketahui saat pengujian awal, terdapat banyak
memiliki aktivitas antiseptik (Purbaya, gelembung udara dan sediaan berwarna
2003). putih susu. Gelembung yang sangat
Masker gel peel-off perasan lidah banyak ini dimungkinkan karena proses
buaya dibuat dalam 3 formula dengan pengadukan selama pembuatan sediaan
menggunakan kadar polivinil alkohol yang dapat merangkap udara disekitar
10%, 12%, dan 14% sebagai gelling sediaan yang bergerak melingkar. Hal
agent. Propilenglikol digunakan sebagai ini disebabkan karena seiring dengan
humektan yang akan menjaga kestabilan lamanya penyimpanan, maka udara
sediaan gel dengan cara mengabsorbsi didalam gelembung yang membentuk
lembab dari lingkungan dan mengurangi buih menekan dinding gelembung
penguapan air dari sediaan. Penggunaan dengan kuat sehingga gelembung
nipagin dan nipasol sebagai pengawet tersebut pecah dan perlahan berkurang
untuk menghindari pertumbuhan (Yulin, 2015). Ketiga formula sediaan
mikroba karena adanya kandungan air tidak menunjukkan terjadinya
dalam jumlah besar dalam perubahan homogenitas. Hal ini dapat
sediaan.Lidah buaya digunakan sebagai menunjukkan bahwa bahan-bahan
zat aktif yang berguna untuk dalam gel dapat terlarut dan bercampur
melembabkan kulit. Evaluasi sediaan sempurna secara homogen.
masker gel dilakukan pada suhu kamar
selama 4 minggu waktu penelitian.

Tabel 2. hasil pemeriksaan organoleptis dan homogenitas


Waktu Formula 1 Formula 2 Formula 3
Minggu 0 Cair,Putih susu, Cair, Putih susu, Cair, Putih susu, berbau
berbau khas, berbau khas, khas, homogen, ada
homogen, ada homogen, ada gelembung udara
gelembung udara gelembung udara
Minggu 1 Cair, Bening, berbau Cair, Bening, berbau Cair, Bening, berbau
khas, homogen, khas, homogen, khas, homogen,
gelembung udara gelembung udara gelembung udara
berkurang dari berkurang dari berkurang dari

21
JURNAL FARMASI APDFI, 4(1), 41-47, 2018 Nama

sebelumnya sebelumnya sebelumnya


Minggu 2 Agak kental, Bening, Agak kental, Bening, Kental, Bening, berbau
berbau khas, berbau khas, khas, homogen, tidak
homogen, tidak ada homogen, tidak ada ada gelembung udara
gelembung udara gelembung udara
Minggu 3 Agak kental, Bening, Kental, Bening, Kental, Bening, berbau
berbau khas, berbau khas, khas, homogen.
homogen, homogen.
Minggu 4 Agak kental, Bening, Kental, Bening, Kental, Bening, berbau
berbau khas, berbau khas, khas, homogen.
homogen. homogen.

Hasil evaluasi pH perbedaan yang bermakna pada pH


Hasil evaluasi pH pada masing- masing-masing formula.
masing formula dapat dilihat pada Hasil Evaluasi Waktu Kering
grafik 1. Hasil menunjukkan pH berada Hasil yang diperoleh dari pengujian
pada kisaran 5 – 6.Pada pengamatan waktu kering masing-masing formula
terhadap nilai pH sediaan terlihat bahwa dapat dilihat padagrafik 2.
ketiga formula cenderung berubah- Pengujian waktu kering bertujuan
ubah, yakni terjadi penurunan dan untuk mengetahui berapa lama masker
kenaikan pH secara bervariasi. Terjadi gel mengering pada permukaan kulit
penurunan pH yang cukup besar pada dan membentuk lapisan film. Waktu
formula 1 minggu 1, kemudian terjadi sediaan kering pada masker gel peel-off
kenaikan yang cukup besar pada biasa digunakan adalah 15-30 menit
formula 2 minggu 1 dan formula 3 dihitung mulai dari masker gel
minggu 2. Namun masing-masing dioleskan hingga masker mengering.
formula memenuhi persyaratan pH kulit Waktu kering formula 1 berkisar antara
yaitu 4,5 – 6,5. Hal ini disebabkan 29 – 33 menit, sedangkan formula 2
karena pengaruh suhu ruangan dan berkisar antara 23 – 28 menit dan
pengadukan yang tidak konstan. formula 3berkisar 22 – 25 menit.
Penurunan pH disebabkan masuknya Semakin banyak kadar air dalam
CO2 kedalam wadah pada saat sediaan maka waktu kering semakin
pengukuran dilakukan. Adanya CO2 meningkat (Yulin, 2015).
yang bereaksi dengan air menyebabkan Data waktu kering yang diperoleh
pH menjadi asam (Handayani, 2013). dari uji normalitas menunjukkan bahwa
Data pH yang diperoleh dari uji nilai sig. 0,119 > 0,05, maka waktu
normalitas menunjukkan bahwa nilai kering terdistribusi normal. Kemudian
sig. 0,464 > 0,05, maka pH terdistribusi data waktu kering diuji homogenitas
normal. Kemudian data pH diuji menunjukkan nilai sig 0,331 > 0,05,
homogenitas menunjukkan nilai sig maka waktu kering terdistribusi
0,764 > 0,05, maka pH terdistribusi homogen. Pada uji ANOVA satu arah,
homogen. Pada uji ANOVA satu arah, nilai sig 0,000 > 0,05 hal ini
nilai sig 0,607 > 0,05 hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
menunjukkan bahwa tidak terdapat yang bermakna pada waktu kering
masing-masingformula.

22
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

pH
6,5
6,243
6,167 6,173
6,17 6,137
6,017 6,123 6,063
5,993 6,11
6,15 6,053
pH

6 6,033 formula 1
6,02 5,983 formula 2
formula 3
5,5
0 1 2 3 4
minggu
Gambar 1. Hasil evaluasi pH

WAKTU KERING
35 33,08
32,16 32,113
29,1
30 28,183
27,36
25,25 25,467 26,09
menit

25 24,077 formula 1

24,48 formula 2
23,347 23,01 23,413
20 22 formula 3

15
0 1 2 3 4
minggu
Gambar 2. Evaluasi waktu kering

Hasil Evaluasi viskositas 2, 3, dan 4. Dari hasil pemeriksaan


Hasil pengujian viskositas masker viskositas menunjukkan bahwa semakin
gel peel-off masing-masing formula meningkat konsentrasi polivinil alkohol
dapat dilihat pada gambar 3 sampai 5. maka viskositas akan semakin
Viskositas sediaan dipengaruhi oleh meningkat dan waktu penyimpanan
beberapa faktor diantaranya adalah dapat mempengaruhi viskositas.
faktor pencampuran atau pengadukan Peningkatan viskositas disebabkan oleh
saat proses pembuatan sediaan, gugus hidroksil yang terdapat pada
penggunaan gelling agent dan polivinil alkohol belum mengalami
konsentrasi yang digunakan. proses hidrasi yang sempurna pada saat
Pengukuran viskositas dilakukan pembuatan (Puspita, 2014).
dengan menggunakan Viskometer Data viskositas yang diperoleh dari
Brookfield DV-E. Hasil viskositas uji normalitas menunjukkan bahwa nilai
formula 1 terjadi penurunan pada sig. 0,002 < 0,05, maka viskositas tidak
minggu ke 1 dan minggu ke 3. Pada terdistribusi normal. Selanjutnya
formula 2 dan 3 terjadi penurunan pada dilakukan uji Kruskall Wallis diperoleh
minggu ke 1 dan mengalami nilai sig. 0,002 < 0,05, maka terdapat
peningkatan viskositas pada minggu ke- perbedaan yang bermakna tiap formula

23
JURNAL FARMASI APDFI, 4(1), 41-47, 2018 Nama

3,5
3
2,5 minggu ke-0
2
rpm

minggu ke-1
1,5
1 minggu ke-2
0,5 minggu ke-3
0
minggu ke-4
0 1000 2000 3000 4000 5000
cP

Gambar 3. Evaluasi pH Formula 1

3,5

2,5
minggu ke-0
2
rpm

minggu ke-1
1,5
minggu ke-2
1
minggu ke-3
0,5 minggu ke-4
0
0 5000 10000 15000
cP

Gambar 4. Evaluasi pH Formula 2

3,5

2,5
minggu ke-0
2
rpm

minggu ke-1
1,5
minggu ke-2
1
minggu ke-3
0,5 minggu ke-4
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
cp

Gambar 5. Evaluasi pH Formula 3

24
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

SIMPULAN Farmasi dan Sains Universitas


Berdasarkan penelitian yang telah Muhammadiyah Prof. Hamka.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
peningkatan kadar gelling agent Maysuhara, S. (2009). Rahasisa Canti,
mempengaruhi viskositas dan waktu Sehat, dan Awet Muda (Vol. 1).
kering. Data dianalisa menunjukkan Yogyakarta: Pustaka Panasea.
bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna pada viskositas dan waktu Minarsih, L. (2006). Penentuan
kering tiap formula. Stabilitas, Aseptibilitas dan
Efektivitas Krim Pelembab Aloe
Vera Linn dengan Penambahan
DAFTAR PUSTAKA Proilenglikol dalam Basis
Vanishing Krim. Surabaya:
Fakultas FarmasiUniversitas
Airlangga.
Apgar, S. (2010). Formulasi Sabun
Mandi Cair yang Mengandung Purbaya, R. (2003). Mengenal dan
Gel Daun Lidah Buaya (Aloe Memanfaatkan Khasiat Aloe
vera (L) Webb) dengan Basis Vera. Bandung: Peoner Jaya.
Virgin Coconut Oil (VCO). Puspita, A. (2014). Optimasi
bandung: Fakultas Matematika Penggunaan Polivinil Alkohol
dan Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Gelling Agent pada
Universitas Islam Bandung. Masker Gel Peel Off Sari
Devy, Z., Pangestuti, Y. S., Nabilla, F., Daging Kulit Buah Semangka
Lestari, N. P., & R., E. (2016). (Citrullus vulgaria (Thumb)
Formulasi dan Evaluasi Sifat Maksum dan Nakai). Jakarta:
Fisik Masker Gel Peel Off Fakultas Farmasi dan Sains
Lempung Bentonite. The 4 th Universitas Muhammadiyah
Univesity Research Coloquium, Prof. Hamka.
42-45. Wasitaatmadja, S. (1997). Penuntun
Goeswin, A. (2012). Seri Farmasi Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:
Industri ke-7. Sediaan Farmasi UI-Press.
Likuida - Semisolida. Bandung: Yulin, H. R. (2015). Uji Stabilitas Fisik
Penerbit ITB. Gel Masker Peel Off Serbuk
Handayani, R. J. (2013). Pengaruh Getah Buah Pepaya (Carica
Peningkatan Konsentrasi papaya L.) dengan Basis
Xanthan Gum sebagai Gelling Polivinil Alkohol dan
Agent Terhadap Stabilitas Fisik Hidroksipropil Metilselulosa.
Gel Masker Peel Off Ekstrak Jakarta: UIN Syarif
Etanol 96% Buah Stroberi Hidayatullah.
(Fragaria x ananassa (Weston
Duchesne)). Jakarta: Fakultas

25
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK PERASAN DAUN


MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP Escherichia coli
SECARA IN VITRO

Margareta Retno Priamsari1, Agastia Cicilia Wibowo2

1,2
Politeknik Katolik Mangunwijaya Semarang
Program Studi Diploma Tiga Farmasi

1
marga_rhee@yahoo.co.id
2
agascicil@gmail.com

Email Korespensi: marga_rhee@yahoo.co.id

ABSTRAK
Perasan daun mengkudu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia
coli. Hasil perasan daun mengkudu membutuhkan proses pemekatan menjadi ekstrak
agar sediaan lebih stabil dalam proses penyimpanan. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui aktivitas antibakteri dan besarnya konsentrasi hambat minimum ekstrak
perasan daun mengkudu terhadap bakteri E.coli secara in vitro. Jenis penelitian
eksperimental dengan rancangan acak lengkap satu arah. Ekstrak diperoleh dengan
memekatkan perasan daun mengkudu. Parameter kontrol kualitas ekstrak meliputi
organoleptis, rendemen, susut pengeringan, dan uji kualitatif senyawa flavonoid serta
antrakuinon. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode disc diffusion dengan
konsentrasi ekstrak 1,56%; 3,12%; 6,25%; 12,5%; dan 25% dengan 3 kali replikasi.
Kontrol positif amoksisilin dan kontrol negatif akuades. Daya hambat diketahui dari
zona yang terbentuk di sekitar kertas cakram. Data yang diperoleh dianalisis statistik
menggunakan Kruskall Wallis dilanjutkan Mann Whitney dengan taraf kepercayaan
95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi konsentrasi ekstrak perasan daun
mengkudu berpengaruh secara signifikan (p<0,05). Zona hambat terbesar terlihat pada
konsentrasi 25% sebesar 10,16 mm dan termasuk kategori kuat. Daya hambat minimum
dihasilkan pada konsentrasi 3,12 % sebesar 2,50 mm dengan kategori penghambatan
lemah.

Kata Kunci : Ekstrak perasan daun mengkudu, Escherichia coli, Disc Diffusion, KHM

26
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

IN VITRO ANTIBACTERIAL ACTIVITY FROM LEAF EXTRACT


FEEDING OF Morinda citrifolia L. AGAINST Escherichia coli

ABSTRACT
Noni juice can inhibit the growth of Escherichia coli bacteria. Noni juice
extraction needs concentration to extract so that the preparation is more stable in the
storage process. The purpose of this study was to determine the antibacterial activity
and the amount of the minimum inhibitory concentration of noni juice extract from E.
coli bacteria in vitro. This type of experimental research with a completely randomized
one-way design. The extract was obtained by concentrating the Noni leaf extract.
Extract quality control parameters include organoleptic, yield, drying shrinkage, and
qualitative tests of flavonoid and anthraquinone compounds. Antibacterial activity test
using the disc diffusion method with an extract concentration of 1.56%; 3.12%; 6.25%;
12.5%; and 25% with 3 replications. Positive control of amoxicillin and negative
control of distilled water. Inhibition is known from the zone formed around the paper
disc. The data obtained were statistically analyzed using Kruskall Wallis followed by
Mann Whitney with a 95% confidence level. The results showed that the variation in the
concentration of the noni juice extract had a significant effect (p <0.05). The biggest
inhibitory zone was seen at 25% concentration of 10.16 mm and included in the strong
category. The minimum inhibitory power was produced at a concentration of 3.12% at
2.50 mm with a weak treatment category.

Keywords : Noni juice extract, Escherichia coli, Disc Diffusion, MIC

PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) kemih (Jawetz, 2014). Salah satu
adalah infeksi yang disebabkan oleh penanganan bakteri adalah dengan
bakteri Enterobacteriacea yang terjadi pemberian antibakteri.
pada sistem saluran kemih. Angka Pemberian antibakteri dalam
kejadian terjadinya ISK di Indonesia pengobatan penyakit ISK umumnya
berkisar 39%-60% (Sari, 2018). Bakteri direkomendasikan selama 7-14 hari.
Enterobacteriaceae yang dominan Antibakteri oral dalam penangan kasus
menyebabkan ISK adalah Escherichia ISK yang banyak digunakan antara lain:
coli. Escherichia coli merupakan trimetoprim (TMP), kotrimoksazol
bakteri gram negatif yang berkoloni di (TMP & sulfametoksazol), sefalosporin,
saluran pencernaan manusia dan dapat atau amoksisilin/asam klavulanat
menyebabkan penyakit seperti diare, (Wahyudi, 2015). Penggunaan
sepsis, meningitis, dan infeksi saluran antibakteri yang tidak tepat akan

27
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

menimbulkan berbagai permasalahan bentuk ekstrak perasan. Bentuk ekstrak


seperti pengobatan kurang efektif, dipilih karena memiliki keuntungan
peningkatan resiko terhadap keamanan dapat disimpan dalam jangka waktu
pasien, resistensi bakteri terhadap lama karena lebih stabil (Anief, 2010).
antibakteri dan tingginya biaya Berkaitan dengan hal tersebut, maka
pengobatan. Salah satu upaya dalam dilakukan penelitian mengenai aktivitas
mengatasi hal tersebut adalah dengan antibakteri dan besaran Kadar Hambat
menggunakan alternatif pengobatan Minimal (KHM) ekstrak perasan daun
berbahan dari alam atau obat mengkudu terhadap bakteri E coli
tradisional. secara in vitro.
Salah satu tanaman obat
tradisional yang berpotensi sebagai METODE PENELITIAN
antibakteri adalah mengkudu (Morinda Alat dan Bahan
citrifolia L.). Penelitian Kameswari, Alat yang digunakan dalam
dkk (2013), melaporkan bahwa perasan penelitian ini meliputi pisau, talenan,
daun mengkudu mengandung senyawa blender (Miyako), ayakan no 18, toples
flavonoid dan antrakuinon yang kaca, neraca analitik (Mettler Toledo),
berperan terhadap pertumbuhan bakteri alumunium foil, mortir - stamper,
E. coli. Hasil penelitian menunjukkan waterbath, moisture analyzer (Ohaus),
perasan daun mengkudu mampu termometer, seperangkat alat gelas
menghambat pertumbuhan bakteri (Pyrex), kain flanel, cawan petri, pinset,
E.coli dengan KHM sebesar 7,3 mm pipet tetes, pipet volume, filler
pada konsentrasi 25%. (Glasfirn), ose bulat, ose tajam, lampu
Metode perasan memiliki spiritus, mikroskop (Olymphus), oven
keuntungan yaitu alat yang digunakan (Memmert), autoklaf (All American),
tidak rumit dan proses pembuatan tidak inkubator (Memmert), mistar.
memerlukan keahlian khusus. Namun Bahan yang digunakan dalam
metode perasaan juga memiliki penelitian ini meliputi ekstrak perasan
kekurangan yaitu sari yang dihasilkan daun mengkudu, akuades, toluena,
mudah ditumbuhi mikroba dan tidak KOH, ammonia(p), asam asetat glasial,
dapat disimpan dalam jangka waktu HCl, H2O2, Serbuk Mg (E. Merck),
lama sehingga diperlukan proses biakan bakteri Eschericia coli ATCC
penyarian yang selalu baru (Wiradona, 25922, akuades steril, NaCl fisiologis
dkk., 2015). Jumlah sari yang dihasilkan 0,9% (Otsuka), cakram 7 mm
juga cukup banyak sehingga volume (Whatmann No. 42), paperdisk
yang harus dikonsumsi cukup besar. Amoksisilin 25μg (Oxoid), larutan Mc.
Berdasarkan kekurangan dari hasil Farland, media Nutrient Agar (NA),
ekstraksi perasan yang kurang stabil akuabides.
dalam proses penyimpanan dan kurang
praktis dalam penggunaannya, maka Rancangan Penelitian
perlu dilakukan alternatif bentuk Pembuatan Ekstrak Perasan Daun
sediaan lain, salah satunya dalam Mengkudu

28
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

Ekstraksi daun mengkudu kemudian dipekatkan di atas waterbath


diperoleh dengan metode pemerasan. pada suhu 40-50◦C hingga diperoleh
Daun mengkudu segar sebanyak 50 ekstrak kental. Ekstrak kental dilakukan
gram dicuci dengan air mengalir dan pengujian susut pengeringan
ditiriskan kemudian dilakukan menggunakan moisture analyzer pada
perajangan. Daun mengkudu dimasukan suhu 105◦C selama 10 menit. Pengujian
blender dan ditambah akuades sebanyak dilanjutkan dengan identifikasi
500 mL lalu diblender. Perlakuan organoleptis dan perhitungan rendemen.
ekstraksi diulang sebanyak 6 kali. Hasil Rendemen yang dihasilkan dihitung
disatukan dan dilakukan pemerasan dengan cara:
dengan kain flanel. Hasil perasan

Rendemen % = x 100.……… (1)

Uji Kandungan Ekstrak Perasan larutan uji. Ekstrak dipanaskan


Daun Mengkudu selama 5 menit dan disaring serta
a. Identifikasi senyawa flavonoid ditambah asam asetat glasial dan
Identifikasi flavonoid dilakukan diekstraksi dengan toluen 5 mL.
dengan uji shinoda. Serbuk Mg Selanjutnya ditambahkan ammonia(p)
sejumlah 10 mg dan 5 tetes HCl(p) 1 mL. Timbulnya warna merah
ditambahkan kedalam 2 mL larutan menunjukkan senyawa antrakuinon
uji dalam tabung reaksi. Warna (Sutriani, 2008).
merah, kuning atau jingga yang
muncul menunjukkan adanya Penentuan Konsentrasi Ekstrak
senyawa flavonoid (Putra, dkk, Perasan Daun Mengkudu
2014). Penentuan konsentrasi ekstrak
b. Identifikasi senyawa antrakuinon perasan daun mengkudu diperoleh
Identifikasi antrakuinon dilakukan berdasarkan penelitian Kameswari
dengan uji Borntrager dan modifikasi (2013) dalam perasan daun mengkudu
Borntrager. Pengujian Borntrager sebagai antibakteri terhadap bakteri
dilakukan dengan penambahan 0,3 E.coli. Penentuan konsentrasi yang
mL larutan uji dilarutkan dalam 10 digunakan dalam ekstrak perasan daun
mL akuades, disaring dan filtrat mengkudu sebesar 1,56%; 3,12%;
diekstraksi dengan toluen, ditambah 6,25%; 12,5%; dan 25%.
ammonia(p) 1 mL dan dikocok.
Warna merah yang terbentuk Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
menunjukkan antrakuinon (Sirait, Perasan Daun Mengkudu
2007). Uji aktivitas antibakteri ekstrak
Pengujian modifikasi Borntrager perasan daun mengkudu dilakukan
dengan menambah 5 mL KOH 0,5 N dengan metode Kirby-Bauer. Pengujian
dan 1 mL H2O2 encer dalam 0,3 mL dilakukan dengan mempersiapkan

29
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

cawan petri steril yang terbagi menjadi selama 24 jam. Hasil pengamatan
7 juring, yaitu sebagai kontrol negatif terlihat berupa zona bening yang
(akuades), kontrol positif (amoxicillin), terbentuk disekitar cakram dan diukur
dan lima konsentrasi ekstrak perasan diameter zona hambat secara vertikal
daun mengkudu. Suspensi bakteri 1 mL dan horizontal. Replikasi dilakukan 3
dimasukkan ke dalam cawan petri kali. Selanjutnya diameter yang
kemudian ditambahkan media NA dan terbentuk dihitung rata-ratanya,
dihomogenkan. Cakram dimasukkan dianalisis dan digolongkan menurut
dalam larutan uji, ditiriskan dan Davis & Stout (1971) pada tabel I
ditempatkan pada setiap juring. berikut.
Inkubasi dilakukan pada suhu 37◦C

Tabel I. Nilai Standar Potensi Antibakteri Ketentuan Davis and Stout (1971)

Daerah hambat (mm) Potensi Antibakteri


20 atau lebih Sangat Kuat
10-20 Kuat
5-10 Sedang
Kurang dari 5 Lemah

Analisis Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN


Data berupa rata-rata diameter Hasil yang didapatkan dalam
zona hambat dianalisis normalitas proses pemerasan berupa sari perasan.
menggunakan metode Saphiro-wilk dan Sari perasan berbentuk cairan. Warna
homogenitas dengan Levene statistic. hijau tua pada sari perasan daun
Selanjutnya dianalisis dengan metode mengkudu disebabkan kandungan
Kruskal Wallis dan dilanjutkan uji klorofil (Rukmana, 2002). Hasil perasan
Mann-Whitney dengan taraf yang didapatkan selanjutnya diuapkan
kepercayaan 95%. di atas waterbath hingga diperoleh
ekstrak kental dan dilakukan pengujian
kontrol kualitas ekstrak.

Gambar 1. Hasil Ekstrak Perasan Daun Mengkudu

30
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

Hasil kontrol kualitas menunjukkan dipersyaratkan yaitu kurang dari 10%


bahwa ekstrak perasan daun mengkudu pada kadar susut pengeringan (Depkes,
telah memenuhi standar yang 2000).

Tabel II. Kontrol Kualitas Ekstrak Perasan Daun Mengkudu

No Parameter Kontrol Kualitas Hasil


1. Organoleptis
a. Konsistensi Kental
b. Warna Coklat kehitaman
c. Bau Khas
d. Rasa Pahit
2. Susut Pengeringan 6,83 % b/b
3. Rendemen 17,6 % b/b

Data hasil uji kualitatif ekstrak perasaan daun mengkudu dapat dilihat pada Tabel III
berikut.

Tabel III. Hasil Uji Kualitatif Ekstrak Perasaan Daun Mengkudu

Senyawa Metode Pustaka Sebelum Sesudah Ket


Terbentuk Coklat Merah
Brontrager warna merah kehitaman kecoklatan +
(Sirait, 2007)
Antrakinon
Terbentuk Coklat Merah
Modifikasi
warna merah kehitaman kecoklatan +
Brontrager
(Sutriani, 2008)
Terbentuk Coklat Jingga
warna kehitaman
Flavonoid Shinoda +
kuning/jingga
(Harbone, 1987)

Data hasil pengukuran zona hambat ekstrak perasan daun mengkudu konsentrasi 1,56%;
3,12%; 6,25%; 12,5%; dan 25% dan akuades sebagai kontrol negatif serta amoksilin
sebagai kontrol positif dapat dilihat pada Tabel IV berikut.

Tabel IV. Hasil Rerata Diameter Zona Hambat Ekstrak Perasan Daun Mengkudu

Diameter Zona Hambat (cm)


Perlakuan Rerata±SD
1 2 3
Kontrol negatif (akuades steril) - - - -

31
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

Ekstrak perasan daun - - - -


mengkudu 1,56 %
Ekstrak perasan daun 1,50 3,00 3,00 2,50 ± 0,86 a
mengkudu 3,12 %
Ekstrak perasan daun 4,00 4,50 5,50 4,66 ± 0,75 b
mengkudu 6,25 %
Ekstrak perasan daun 5,50 6,00 5,50 5,66 ± 0,29 c
mengkudu 12,5 %
Ekstrak perasan daun 9,50 10,00 11,00 10,16 ± 0,76
c
mengkudu 25 %
Kontrol positif (Amoxicillin 23,00 21,00 21,00 21,66 ± 1,15
d
25µg)
\
Keterangan: subscript yang berbeda menunjukkan perbedaan bermakna (p<0.05) dengan uji
Mann Whitney taraf kepercayaan 95%.
Amoksisilin paper disk 25μg.
Tabel IV menunjukkan besar Amoksisilin merupakan antibiotik
rata-rata zona hambat yang terbentuk golongan penisilin dengan spektrum
pada masing-masing konsentrasi ekstrak luas (Harianto, 2006). Penggunaan
perasan daun mengkudu. Pada amoksisilin dalam ISK dapat diberikan
konsentrasi 1,56% tidak terbentuk zona apabila pasien mengalami kontra
hambat. Zona hambat mulai terlihat indikasi penggunaan kotrimoksasol,
pada konsentrasi 3,12% sebesar seperti reaksi alergi atau menderita
2,50±0,86 cm. Zona hambat tersebut gangguan fungsi ginjal. Kontrol negatif
menurut Davis & Stout (1971) termasuk yang digunakan adalah akuades steril
kategori lemah. Konsentrasi tersebut dan hasilnya tidak menimbulkan zona
merupakan Kadar Hambat Minimal penghambatan. Hasil uji statistik
(KHM) pada ekstrak perasaan daun menunjukkan bahwa terlihat adanya
mengkudu, diikuti oleh konsentrasi perbedaan yang bermakna dengan uji
6,25%; 12,5%; dan 25%. Semakin Kruskal Wallis dengan p=0,03 (p<0,05)
besar konsentrasi maka semakin besar dan dilanjutkan dengan uji Mann
pula zona hambat yang ditimbulkan Whitney. Hasil pengamatan aktivitas
(Prescott, 2005), namun besarnya masih antibakteri ekstrak perasaan daun
lebih kecil dibandingkan dengan kontrol mengkudu dapat dilihat pada Gambar 2.
positif. Pada kontrol positif digunakan

32
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

6 2

5 3

Gambar 2. Hasil Aktivitas Antibakteri Ekstrak Perasaan Daun Mengkudu


Keterangan:
1. Kontrol negatif (akuades steril)
2. Ekstrak perasan daun mengkudu 1,56 %
3. Ekstrak perasan daun mengkudu 3,12 %
4. Ekstrak perasan daun mengkudu 6,25 %
5. Ekstrak perasan daun mengkudu 12,5 %
6. Ekstrak perasan daun mengkudu 25 %
7. Kontrol positif (Amoxicillin 25µg)

Perbedaan diameter zona hambat bakteri dengan cara mendenaturasi


ekstrak perasan daun mengkudu protein (Fitri, 2005).
dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa
zat aktif yang terdapat dalam ekstrak SIMPULAN
perasaan daun mengkudu. Mekanisme Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
penghambatan pada bakteri E.coli pada 1. Ekstrak perasaan daun mengkudu
ekstrak perasan daun mengkudu diduga mempunyai aktivitas antibakteri
berasal dari kandungan senyawa terhadap E.coli.
flavonoid dan antrakuinon. Mekanisme 2. Besarnya Kadar Hambat Minimal
kerja flavonoid menghambat fungsi (KHM) pada ekstrak perasaan daun
membran sel dengan cara membentuk mengkudu pada konsentasi 3,12 %
senyawa kompleks dengan protein dengan zona penghambatan sebesar
ekstraseluler dan terlarut sehngga 2,50±0,86 cm, termasuk dalam
merusak membran bakteri yang diikuti kategori lemah (Davis & Stout,
keluarnya senyawa intraseluler (Nuria 1971).
dkk, 2009). Antrakinon bekerja sebagai
antibakteri dengan cara mempengaruhi DAFTAR PUSTAKA
sintesis sel bakteri E.coli. Antrakinon Anief, M. 2010. Ilmu Meracik Obat.
merupakan suatu persenyawaan fenolik Gadjah Mada University:
yang mekanismenya serupa dengan Yogyakarta.
golongan fenol, yaitu menghambat Davis & Stout. 1971. Disc Plate Method
of Microbiological Antibiotic

33
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

Essay. Journal Of Staphylococcus aureus ATCC


Microbiology. 25923, Escherichia coli ATCC
DepKes RI, 2000. Parameter Standar 25922, dan Salmonella typhi
Umum Ekstrak Tumbuhan ATCC 1408, Mediagro.
Obat. Edisi I. Direktorat 5(2):26–37.
Pengawasan Obat Tradisional: Putra, Nusa. 2012. Metode Penelitian
Jakarta. Kualitatif Pendidikan. Raja Grafindo
Fitri, DN. 2005. Studi Tentang Daya Persada: Jakarta.
Hambat Ekstrak Lidah Buaya Rukmana, HR. 2002. Mengkudu
(Aloe vera) dengan Konsentrasi Budidaya dan Prospek Agribisnis.
yang Berbeda Terhadap Kanisius.
Pertumbuhan Bakteri Sari R.P. 2018. Angka Kejadian Infeksi
Aeromonas hydrophila Secara Saluran Kemih ISK dan
In vitro. Skripsi. Jurusan Faktor Resiko yang
Perikanan. Fakultas Peternakan Mempengaruhi pada Karyawan
Perikanan. UMM. Malang. Wanita di Universitas
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Lampung, Skripsi. Universitas
Penuntun Cara Modern Lampung: Lampung.
Menganalisis Tumbuhan. Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia
Penerbit ITB: Bandung Dalam Farmasi. ITB : Bandung.
Harianto., 2006. Perbandingan dan Sutriani, L. 2008. Teknik Pembelajaran
Harga Tablet Amoxicilin 500 Fitokimia. Universitas
mg Generik Dengan Non Muhammadiyah: Semarang.
Generik Yang Beredar Di Wahyudi, Irfan, 2015, Guideline
Pasaran. Majalah Ilmu Penatalaksanaan Infeksi
Kefarmasian. 3(3): 127-142. Saluran Kemih dan Genitalia
Jawetz, Melnick & Adelberg. 2014. Pria: Infeksi Saluran Kemih
Mikrobiologi Kedokteran Edisi Pada Anak, Ikatan Ahli
25. Salemba Medika: Jakarta. Urologi Indonesia, Surabaya.
Kameswari, M. S., Mahatmi, H., & Wiradona, I., Suwarsono, & Sunarjo, L.,
Besung, K.N., 2013. Perasan 2015, Pengaruh Perasan
Daun Mengkudu (Morinda Mengkudu Terhadap
citrifolia L.) Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan Bakteri Staphylococus aureus. Jurnal
E.coli Secara In Vitro. Kesehatan Gigi. 2(1):8-13.
Jurnal Indonesia Medicus
Veterinus. 2(2):216-224.
Nuria, M.C., Faizaitun, A.,& Sumantri,
2009. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Jarak
Pagar (Jatropha curcas L)
Terhadap Bakteri

34
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SURUHAN


(Peperomia pellucida L. Kunth) TERHADAP Propionibacterium acnes
PENYEBAB JERAWAT

Delladari Mayefis1, Hesti Marliza2 , Yufiradani3


1,2,3
Laboratorium Mikrobiologi, Program Studi S1 Farmasi,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Bunda Persada,

Email Korespondensi : dellamayefis@gmail.com

ABSTRAK

Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit yang paling umum terjadi pada
semua usia, terutama pada remaja yang baru mengalami masa pubertas. Salah satu
tanaman yang berkhasiat sebagai antibakteri adalah daun suruhan. Namun sampai saat
ini belum ditemukan penelitian mengenai daun suruhan sebagai obat jerawat. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun suruhan terhadap
pertumbuhan Propionibacterium acnes penyebab jerawat. Metode yang digunakan yaitu
difusi cakram (disc diffusion) dengan diberi 5 perlakuan dimulai dari konsentrasi 15%,
20%, 25%, kontrol positif klindamisin dan kontrol negatif aquadest. Hasil yang
didapatkan ekstrak daun suruhan mampu menghambat pertumbuhan bakter P. acnes
dalam berbagai konsentrasi. Ekstrak daun suruhan pada konsentrasi 25% menunjukkan
respon hambatan lebih besar dibandingkan konsentrasi lainnya. Uji SPSS one way
Anova menunjukkan p <0,05 yang berarti terdapat perbedaan daya hambat pada
berbagai konsentrasi ekstrak terhadap pertumbuhan P. acnes penyebab jerawat.
Kata Kunci : Peperomia pellucida L. Kunth, antibakteri, Jerawat, Propionibacterium
acnes

35
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF SURUHAN LEAVES


(Peperomia pellucida L. Kunth) AGAINST Propionibacterium acnes

ABSTRACT
Acne is one of the most common skin diseases that occur at all ages, especially
in adolescents who are just experiencing puberty. One of the plants that has
antibacterial properties is the leaves of suruhan. However untill now not found research
of suruhan leaf used as an acne medicine. The aim of this study was to determine the
antibacterial activity of suruhan leaf extracts on the growth of Propionibacterium
acnes. The method used is disc diffusion by given 5 treatments starting with a
concentration of 15%, 20%, 25%, positive control of clindamycin and negative control
of aquadest.. The results obtained from leaf extracts were able to inhibit the growth of
P. acnes bacteria in various concentrations. Suruhan leaf extracts at a concentration of
25% showed response resistance was greater than other concentrations. The one way
Anova SPSS test showed p <0.05 which means that there were differences in the
inhibitory concentration of various extracts on the growth of P. acnes that cause acne.

Keywords : Peperomia pellucida L. Kunth, antibacterial, acne, Propionibacterium


acnes

PENDAHULUAN
Jerawat merupakan salah satu tanin dan triterpenoid (Angelina et al.,
penyakit kulit yang paling umum terjadi 2015).
pada semua usia, maupun remaja yang Beberapa penelitian yang telah
baru mengalami masa pubertas. Bakteri dilakukan sebelumnya menunjukkan
ini berperan pada pembentukan jerawat bahwa tumbuhan suruhan (Peperomia
dengan menghasilkan lipase yang pellucida L. Kunth) mempunyai potensi
memecah asam lemak bebas dari lipid sebagai aktivitas analgesik, antipiretik,
kulit. Asam lemak ini dapat antiinflamasi, hipoglikemik (Sheikh et
mengakibatkan inflamasi jaringan al., 2013), anti mikroba dan anti kanker
ketika berhubungan dengan sistem imun (Wei, et al., 2011), dan memiliki efek
dan mendukung terjadinya jerawat analgetik (Mulyani, 2011). Tumbuhan
(Afifi et al., 2018). suruhan (Peperomia pellucida L.
Salah satu tanaman yang Kunth) masih banyak digunakan
berpotensi sebagai antibakteri terhadap sebagai obat tradisional yang berkhasiat
pertumbuhan bakteri penyebab jerawat untuk mengatasi nyeri pada rematik,
adalah tumbuhan suruhan (Peperomia asam urat, radang kulit, luka terpukul
pellucida). Hasil skrining fitokimia dan luka bakar ringan (Hembing, 2006).
tumbuhan suruhan ini mengandung Namun, sampai saat ini belum
senyawa alkaloid, flavonoid, saponin,
36
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

ditemukan penelitian penelitian tentang Uji Aktivitas Antibakteri


tumbuhan suruhan sebagai obat jerawat. Biakan bakteri P. acnes yang
Berdasarkan latar belakang digunakan pada penelitian ini
diatas dan belum ditemukan adanya merupakan baiakan yang sebelumnya
penelitian daun suruhan sebagai obat telah diremajakan pada media agar
jerawat maka penelitian ini dilakukan miring. Sebelum dilakukan perlakuan
dengan tujuan untuk menguji aktivitas terlebih dahulu diambil biakan P. acnes
antibakteri ekstrak daun suruhan menggunakan jarum ose kemudian
(Peperomia pellucida L. Kunth) dilarutkan NaCl 0,9%.
terhadap Propionibacterium acnes Uji aktivitas ekstrak daun
penyebab jerawat. suruhan dilakukan menggunakan
metode difusi cakram dengan perlakuan
METODE PENELITIAN diantaranya konsentrasi 15%, 20%,
MATERIAL 25%, clindamisin sebagai kontrol positif
Alat dan aquadest sebagai kontrol negatif.
Alat-alat yang digunakan dalam Langkah awal, bersihkan kedua tangan
penelitian ini adalah bejana maserasi, menggunakan alcohol 70% kemudian
rotary evaporator, cawan porselin, siapkan 4 cawan petri dan masing-
Laminar air flow, autoklaf, alat gelas, masing cawan petri diberi label dalam
Timbangan analitik, jangka sorong, tiap perlakuan. Selanjutnya sterilkan
incubator. mulut cawan petri menggunakan lampu
Bahan spiritus kemudian dipipet sebanyak 10
Nutrient Agar (NA), aquadest, etanol ml Nutrient Agar (NA) ke dalam cawan
70%, biakan Propionibacterium acnes, petri dan biarkan hingga memadat.
daun suruhan (Peperomia pellucida L. Kapas ulas steril celupkan kedalam
Kunth) dan clindamisin. suspense P. acnes kemudian diusapkan
pada permukaan media agar yang telah
Rancangan Penelitian memadat selanjutnya dibiarkan selama
Pembuatan Ekstrak 1-5 menit agar suspensi masuk kedalam
Ekstrak daun suruhan dihasilkan agar.
dengan menggunakan metode maserasi Selanjutnya dilakukan
dengan pelarut etanol 70%. Simplisia perendaman kertas cakram pada ekstrak
kering daun suruhan ditimbang daun suruhan yang akan diuji dengan
sebanyak 300 gr kemudian direndam konsentrasi 15%, 20%, 25%. Lalu
dengan pelarut etanol 70% selama 4 celupkan juga kertas cakram pada
hari dan setiap 24 jam dilakukan kontrol positif dan kontrol negatif.
penyaringan. filtrat disaring kemudian Diangkat kertas cakram menggunakan
dikentalkan dengan rotary evaporator pinset steril kemudian tunggu sampai
dan dilanjutkan dengan waterbath ekstrak daun suruhan, kontrol positif
sampai benar-benar diperoleh ekstrak dan kontrol negatif tidak menetes lagi
kental. dari kertas cakram. Kemudian
diletakkan kertas cakram diatas media

37
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

NA, diinkubasi pada suhu 37°C selama dengan uji One Way Anova denagn
24 jam dan diukur daya hambatnya taraf signifikan 5%.
berupa zona bening menggunakan alat
ukur jangka sorong (mm). HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah diinkubasi selama 24 jam
Analisa Data kemudian diukur dan dihitung rata-rata
Analisa data dalam penelitian ini adalah daya hambat pertumbuhan bakteri
analisis data deskriptif dengan Propionibacterium acnes sebagai
penyajian data dalam bentuk tabel, serta respon terhadap berbagai konsentrasi
dilakukan analisis secara statistik ekstrak yang dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 1. Hasil Pengujian Daya Hambat Ekstrak Daun Suruhan Terhadap P. acnes
Perlakuan Diameter Zona Hambat (mm)
I II III IV Rata-
rata
15% 13,45 9,27 12,75 12,17 11,91
20% 10,9 12,4 18,7 13,92 13,98
25% 14.62 13,97 16,3 13,37 14,56
Kontrol + 5,47 14,65 4,57 11,45 9,03
Kontrol - 0 0 0 0 0

Gambar 1. Zona Hambat Ekstrak Daun Suruhan Terhadap Propionibacterium


acnes

38
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

Berdasarkan tabel 1 diatas, yang dilakukan oleh (Eldo, et al 2015)


menunjukkan bahwa diameter zona pada bakteri Staphylococcus aureus
hambat pada Propionibacterium acnes memiliki respon hambatan besar pada
terlihat berbeda dalam berbagai konsentrasi 75% dengan diameter
konsentrasi. Pada konsentrasi 15% sebesar 25 mm tergolong dalam
menunjukkan bahwa diameter zona kategori kuat. Perbedaan zona hambat
hambat sebanyak 11,91 mm, pada penelitian ini terletak pada
konsentrasi 20% sebanyak 13,98 dan konsentrasi dan bakteri uji yang
konsentrasi 25% menunjukkan zona digunakan.
hambat sebesar 14,56 mm. sedangkan Perbedaan zona hambat pada
konrol positif yang berisi clindamisin Propionibacterium acnes dan
diperoleh daya hambat 9,03 mm dan Staphylococcus aureus yang terjadi
kontrol negative yang berisi aquadest karena Propionibacterium acnes
diperoleh daya hambat 0 mm atau tidak termasuk bakteri bersifat anaerobic
memberikan respon hambatan. aerotoleran yang berarti bakteri ini
Zona hambat menunjukkan dapat hidup walaupun tidak terdapat
sensitivitas antimikroba ekstrak daun oksigen disekitarnya, sedangkan bakteri
suruhan (Peperomia pellucida L. Staphylococcus aureus bersifat aerobic
Kunth) dalam menghambat atau mikrofilik yang berarti bakteri ini
pertumbuhan Propionibacterium acnes. masih tetap bias bertahan dalam oksigen
Zona hambat terkecil terletak pada yang rendah tetapi tidak dapat bertahan
konsentrasi 15% sedangkan zona ketika tidak ada oksigen (Brooks,
hambat terbesar terletak pada 2008).
konsentrasi 25%. Hal ini menunjukkan Kandungan senyawa aktif dalam
bahwa semakin besar konsentrasi yang tumbuhan suruhan berperan sebagai zat
diberikan maka semakin besar daya antibakteri. Alkaloid memiliki
hambat terhadap pertumbuhan terhadap kemampuan sebagai antibakteri dengan
suatu bakteri. cara merusak dinding sel sehingga
Tumbuhan suruhan (Peperomia menyebabkan terhambatnya
pellucida L. Kunth) memiliki spectrum pertumbuhan bakteri dan menyebabkan
luas dalam menghambat pertumbuhan bakteri mati (Retnowati et al., 2011).
suatu bakteri gram positif maupun gram Selanjutnya flavonoid yang merupakan
negatif. Hasil penelitian sebelumnya senyawa antibakteri yang memiliki

39
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

kemampuan mendenaturasi protein sel dan bakteri menjadi lisis (Sujatmiko,


bakteri dan merusak membran sel 2014).
(Irsyad, 2013), saponin bekerja sebagai Berdasarkan hasil uji statistic
antibakteri dengan mengganggu menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
stabilitas membrane sel bakteri sehingga pada masing-masing konsentrasi
menyebabkan bakterilisis (Kurniawan terhadap kemampuan ekstrak daun
dan Aryana, 2015). Kemudian tanin suruhan dalam menghambat
sebgai antimikroba dengan kemampuan pertumbuhan bakteri Propionibacterium
membentuk kompleks dengan protein acnes penyebab jerawat. Setiap
polipeptida dinding sel bakteri sehingga konsentrasi memiliki perbedaan yang
terjadi gangguan pada dinding bakteri signifikan, sehingga tidak ada yang
sama ditandai dengan nilai Sig. <0,05.

Tabel 2. Hasil Uji One Way Anova

ANOVA
Diameter Zona

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 191.823 4 47.956 7.858 .001

Within Groups 91.544 15 6.103

Total 283.367 19

Perbedaan konsentrasi tentu 1. Ekstrak Daun Suruhan


akan memberikan efek yang berbeda, (Peperomia pellucida L. Kunth)
karena semakin besar konsentrasi dapat menghambat pertumbuhan
ekstrak maka semakin besar pula daya Propionibacterium acnes
aktifnya. Jika dilihat dari kemampuan dengan baik pada berbagai
kontrol positif dengan perlakuan dari konsentrasi yang berbeda.
berbagai konsentrasi menunnjukkan 2. Semakin tinggi konsentrasi
bahwa ekstrak daun suruhan memiliki ekstrak daun suruhan
potensi besar terhadap bakteri penyebab (Peperomia pellucida L. Kunth)
jerawat Propionibacterium acnes, maka semakin besar juga daya
sehingga diharapkan nantinya sangat hambat yang dihasilkan pada
perlu dikembangkan pemanfaatan daun bakteri Propionibacterium acnes
suruhan sebagai antibakteri khususnya yaitu pada konsentrasi 25%.
bakteri penyebab jerawat.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN Afifi, R., Erlin, E., & Rachmawati, J.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah (2018). Uji anti bakteri ekstrak
ditemukan maka dapat disimpulkan daun belimbing wuluh
bahwa : (Averrhoa bilimbi L) terhadap

40
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

zona hambat bakteri jerawat Mulyani, D. 2011. Uji Efek Analgetik


Propionibacterium acnes Herba Suruhan (Peperomia
secara in vitro. Quagga, 10(01), pellucida) Pada Mencit Putih
10-17. Betina. Scientia. 1(2): 34- 38.

Angelina, M., Amelia, P., Irsyad, M., Retnowati, Y., Bialangi, N., & Posangi,
Meilawati, L dan Hanafi, M. N. W. 2011. Pertumbuhan
2015. Karakterisasi Ekstrak bakteri Staphylococcus aureus
Etanol Herba Ketumpangan pada media yang diekspos
Air (Peperomia pellucida L. dengan infus daun sambiloto
Kunth). Biopropal Industri. (Andrographis Paniculata).
Vol. 6 No.2:53-61 Sainstek, 6(2).

Brooks, Geo F., Janet S Butel and Sheikh, H., Sikder, S., Paul, S. K.,
Stephen A. Morse. 2008. Hasan, A. R., Rahaman, M., &
Mikrobiologi Kedokteran, alih Kundu, S. P. 2013.
bahasa Huriawati Hartono. Hypoglycemic, anti-
Penerbit Buku Kedokteran inflammatory and analgesic
EGC. Jakarta activity of Peperomia pellucida
(L.) HBK (piperaceae). Int J
Eldo, D., & Theopilus, W. W. 2015. Uji
Pharm Sci Res, 4, 458-63.
Daya Hambat Ekstrak Etanol
Suruhan (Piperumia pellucida Sujatmiko, Y. A. 2014. Aktivitas
L.H.B Kunth) terhadap Antibakteri Ekstrak Kayu
Pertumbuhan Bakteri Manis (Cinnamomum
Staphylococcus aureus Secara burmannii B.) Dengan Cara
in vitro. Biopendix, Vol. 2 Ekstraksi Yang Berbeda
No.1 : 08-14 Terhadap Escherichia Coli
Sensitif Dan Multiresisten
Irsyad, M. 2013. Standardisasi Ekstrak
Antibiotik (Doctoral
Etanol Tanaman Katumpangan
dissertation, Universitas
Air (Peperomia pellucida L.
Muhammadiyah Surakarta).
Kunth). (Skripsi). Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Wei, S.L., Wee, W., Siong, J.Y.F., dan
Kesehatan. Jakarta. Syamsumir, D.F. 2011.
Characterization of Anticancer,
Kurniawan, B., & Aryana, W. F.
Antimicrobial, Antioxidant
(2015). Binahong (Cassia
Properties and Chemical
Alata L) As Inhibitor Of
Compositions of Peperomia
Escherichiacoli Growth. Jurnal
pellucida Leaf Extract.
Majority, 4(4).

41
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK MASKER WAJAH PEEL-OFF DARI


EKSTRAK SABUT KELAPA ( Cocos nucifera L)

Fauziah1, Rima Marwarni2, Azmalina Adriani3


1,2,3
Akademi Analis Farmasi dan Makanan Banda Aceh

Email Korespondensi: fauziah.apt39@gmail.com

ABSTRAK
Kelapa merupakan pohon serba guna untuk masyarakat di daerah tropis. Hampir seluruh
bagiannya bisa dimanfaatkan seperti daun, buah, batang, dan akar. Selain memiliki banyak
manfaat kelapa juga menghasilkan limbah dari buahnya yaitu sabut kelapa. Sabut kelapa
memiliki kandungan tanin yang sangat tinggi. Secara umum, senyawa tanin dapat indikasikan
sebagai anti inflamasi, dan anti bakteri. Tujuan penelitian ini adalah memformulasikan masker
antijerawat dari ekstrak sabut kelapa serta dilakukan pengujian sifat fisiknya. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian eksperimental, dimana dibuat tiga formula masker dengan
variasi konsentrasi zat aktif dan Polivinil alcohol (PVA). Dalam penelitian ini zat aktif yang
digunakan adalah ekstrak sabut kelapa. Formula yang digunakan yaitu formula A, B, dan C
dengan konsentrasi zat aktif berturut-turut sebagai berikut : 1%, 2%, 4%. Hasil penelitian yang
telah di lakukan bahwa formula masker yang memiliki sifat fisik yang paling baik adalah formula
B, karena memenuni ketentuan sifat fisik masker wajah peel off meliputi organoleptis,
homogenitas, pH, daya sebar, dan waktu mongering.

Kata Kunci : Sabut Kelapa,Masker, Uji Sifat Fisik

42
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

FORMULATION AND PHYSICAL PROPERTIES OF PEEL-OFF FACIAL


MASK FROM COCONUT FIBER EXTRACT (Cocos nucifera L)

ABSTRACT
Coconut is a multipurpose tree for people in the tropics. Almost all parts can be used
such as leaves, fruit, stems, and roots. Besides having many benefits of coconut, it also produces
waste from its fruit, namely coconut fiber. Coconut coir has a very high tannin content. In
general, tannin compounds can be indicated as anti-inflammatory, and anti-bacterial. The
purpose of this study was to formulate the anti-acne mask from coconut coir extract and to test its
physical properties. This study uses an experimental research method, in which three mask
formulas are made with variations in the concentration of active substances and polyvinyl
alcohol (PVA). In this study the active substance used was coconut coir extract. The formulas
used are formulas A, B, and C with the concentration of active substances successively as
follows: 1%, 2%, 4%. The results of research that have been carried out that the mask formula
that has the best physical properties is formula B, because it fulfills the physical properties
provisions of the peel off face mask including organoleptic, homogeneity, pH, dispersal power,
and drying time.

Keywords: Coconut Fiber, Mask, Physical Properties Test

PENDAHULUAN sangat lama agar senyawa tanin yang


Hampir seluruh bagian dari kelapa terkandung didalamnya hilang (Hagermand
dapat digunakan oleh masyarakat, seperti dkk, 1992).
daun, buah, batang, akar, bahkan sampai Beberapa penelitian menyatakan
dengan sabut kelapanya. Buah kelapa bahwa sabut kelapa dapat digunakan sebagai
merupakan bagian yang sangat bernilai obat. Menurut Marlin dalam penelitian
ekonomi. Selain memiliki banyak manfaat Dalimunthe (2006) sabut kelapa
kelapa juga menghasilkan limbah dari mengandung senyawa tanin, yang
buahnya yaitu sabut kelapa yang banyak merupakan senyawa kimia kompleks karena
dihasilkan dari warung-warung dan industri terdiri dari beberapa senyawa polifenol yang
minyak kelapa. Sabut kelapa memiliki dapat digunakan sebagai obat. Deny (2007)
kandungan senyawa tanin yang tinggi menjelaskan proses ekstraksi dari bagian-
sehingga sabut kelapa yang dulunya bagian tumbuhan tertentu dengan
digunakan sebagai media tanam tidak lagi menggunakan pelarut yang sesuai dapat
digunakan karena dapat mengganggu menarik senyawa tanin yang terdapat pada
pertumbuhan tanaman, serta membutuhkan tumbuhan tersebut. Secara umum, senyawa
perlakuan yang khusus dan waktu yang tanin dapat indikasikan sebagai anti

43
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

inflamasi, dan anti bakteri ( Mill dan Bone, alu, pipet tetes, pipet volume, corong,
2000). timbangan analitik, kaca objek, stopwatch,
Perawatan kulit wajah untuk saringan, wadah kaca, dan peralatan gelas
pengobatan jerawat dalam bentuk topikal lainnya.
akan lebih baik diformulasikan dibandingkan Bahan-bahan yang digunakan dalam
dengan oral. Hal ini disebabkan karena zat penelitian ini antara lain ekstrak sabut
aktif akan berinteraksi lebih lama dengan kelapa, etanol 70%, aquadest, PVA, HPMC,
kulit wajah (Draelos & Thaman, 2006). gliserin, nipagin, nipasol, parfum, kertas
Kosmetik wajah dapat diperoleh dalam saring, aluminium foil, PH universal.
berbagai bentuk sediaan, salah satunya
dalam bentuk masker peel off. Sediaan Rancangan Penelitian.
kosmetik perawatan wajah yaitu masker peel
Formula masker ekstrak sabut kelapa
off merupakan sediaan yang mudah
yang dibuat 3 formula dengan variasi PVA
diaplikasikan karena berbentuk gel, dan
dan ekstrak sabut kelapa sebagai zat aktif
dalam waktu tertentu akan segera mengering
yaitu formula A 1 %, formula B 2 %, dan
dan dapat dengan mudah dilepas atau
formula C 4 %.
diangkat seperti membran elastis
Pembuatan Ekstrak
(Rahmawanty dkk., 2015).
Sabut diambil dari buah yang masih
Berdasarkan uraian diatas, maka
muda. Sabut yang telah terpisah dikeringkan
dilakukan penelitian untuk pengembangan
dengan sinar matahari dan dihaluskan.
penggunaan masker wajah peel-off dari
Masukkan 1 bagian serbuk simplisia
limbah bahan alam yaitu sabut kelapa
kedalam wadah kaca, dan tambahkan 10
(Cocos nicifera L ). Formulasi masker wajah
bagian etanol 70%. Serbuk simplisia
peel-off dari sabut kelapa juga belum pernah
ditimbang sebanyak 50 gram dan
dibuat dalam bentuk sediaan masker,
dimasukkan kedalam wadah kaca.
sehingga pemanfaatan ekstrak sabut kelapa
Ditambahkan etanol 70% sebanyak 500 ml.
sebagai masker wajah peel-off juga dapat
Selanjutnya rendam selama 6 jam pertama
meminimalisirkan limbah yang selama ini
sambil sesekali diaduk, kemudian diamkan
dibuang begitu saja.
selama 18 jam. Pisahkan maserat dengan
cara pengendapan. Kumpulkan semua
METODE PENELITIAN
maserat kemudian diuapkan hingga
MATERIAL
diperoleh ekstrak yang kental (Depkes RI,
Alat –alat yang digunakan dalam
2008).
penelitian ini adalah batang pengaduk,
spatula, kaca arloji, cawan porselin, gelas
kimia, gelas ukur, hot plate, lumpang dan

44
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

Formula Masker
Tabel 1 Formula pembuatan masker antijerawat dari ekstrak sabut kelapa.
Konsentrasi (% b/b)
Bahan Fungsi
Formula A Formula B Formula C
Ekstrak Sabut Kelapa 0,25 0,5 1 Zat aktif
PVA 2,25 2 1,5 Pembentuk gel
HPMC 1,25 1,25 1,25 Peningkat Viskositas
Gliserin 3,75 3,75 3,75 Pelembab
Nipagin 0,5 0,5 0,5 Pengawet
Nipasol 0,025 0,025 0,025 Pengawet
Etanol 70% 3,75 3,75 3,75 Pelarut
Parfum q.s q.s q.s Pewangi
Aquadest Add 25 Add 25 Add 25 Pelarut

Pembuatan Masker Dilakukan dengan parameter


PVA ditambahkan aquadest panas pengujian berdasarkan perubahan
hingga mengembang sempurna membentuk warna, bentuk, dan bau (Septiani,
basis gel, sedangkan HPMC ditambahkan dkk. 2011).
dengan menggunakan aquadest dingin dan
diaduk secara konstan hingga mengembang. 2. Uji Homogenitas
Nipagin dilarutkan dalam gliserin dan Sejumlah 0,1 gram sediaan dioleskan
nipasol dilarutkan dalam etanol 70%. Setelah pada kaca transparan,diamati apakah
itu, semua bahan dicampur dan ditambahkan terdapat bagian yang tidak
ekstrak sabut kelapa yang telah dilarutkan tercampurkan dengan baik (Charter,
dengan etanol 70% sedikit demi sedikit 1997).
sambil diaduk hingga homogen, kemudian 3. Uji pH
ditambahkan dengan aquadest hingga 25 Pengujian pH dilakukan dengan cara
gram dan diaduk hingga homogen, serta sediaan di uji dengan pH universal
ditambahkan parfume tetes demi tetes yang bertujuan untuk mengetahui
hingga bau sesuai dengan yang diinginkan. kesesuaian pH sediaan dengan pH
kulit. pH kulit sediaan topikal yang
Uji Sifat Fisik baik berada pada rentang pH 4,5-6,5
(Aulton, 2005).
Evaluasi sifat fisik sediaan dilakukan
4. Uji Daya Sebar
sebelum dan sesudah penyimpanan setiap
Pengujian ini dilakukan dengan cara
hari ke-7, 14, dan 21. Pengujian ini meliputi
mengukur diameter sebar sediaan
:
yang diletakkan sejumlah 1 gram
1. Uji Organoleptis
sediaan di atas lempeng kaca yang

45
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

diberi beban 100 g dan diamkan masker. Hasil pengujian organoleptis berupa
setelah satu menit. Daya sebar yang warna, bau, dan bentuk menunjukkan tidak
baik adalah 5-7 cm (Voight, 1994). adanya perubahan dari hari ke-0 sampai hari
5. Uji Waktu Mengering ke-21. Adapun warna yang dihasilkan pada
Pengujian ini dilakukan dengan cara formula C lebih bewarna oren dibandingkan
mengoleskan sediaan sebanyak 0,2 formula A, dan B. Hal ini dikarenakan
gram pada object glass hingga meningkatnya konsentrasi ekstrak etanol
membentuk lapisan tipis dengan tebal sabut kelapa yang ditambahkan pada masker.
1 mm. Ditunggu sampai kering dan Ketiga formula masker yang dihasilkan
dapat dikelupas. Dihitung waktu berbau lemon karena adanya penambahan
yang dperlukan (Lestari, 2013) parfum sebanyak 3 tetes, dan ketiga formula
yang dihasilkan berbentuk gel. Hal ini
HASIL DAN PEMBAHASAN disebabkan karena adanya pengggunaan
Pengujian Organoleptis PVA sebagai basis masker. Adapun hasilnya
Pengujian organoleptis meliputi dapat dilihat pada gambar berikut:
pengamatan terhadap warna, bau, dan bentuk

(A) (B) (C)


Gambar 1. Hasil pengujian hari ke-0

(A) (B) (C)


Gambar 2. Hasil pengujian hari ke-7

46
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

(A) (B) (C)


Gambar 3. Hasil pengujian hari ke-14

(A) (B) (C)


Gambar 4. Hasil pengujian hari ke-21

Keterangan: A = Formula dengan konsentrasi zat aktif 1%, B = Formula dengan konsentrasi zat aktif
2%, C = Formula dengan konsentrasi zat aktif 4%

Pengujian Homogenitas yang digunakan dan teknik pembuatan


Pengujian homogenitas bertujuan masker (human error). Homogenitas sediaan
untuk mengetahui homogenitas suatu berpengaruh terhadap efektivitas
sediaan ketika saat dibuat dan untuk antibakteri. Sediaan yang homogen
mengetahui perubahan homogenitas yang menyebabkan persebaran senyawa aktif
mungkin terjadi salama penyimpanan. dalam sediaan masker akan merata sehingga
Homogenitas ditunjukkan dengan tidak pelepasan senyawa aktif oleh basis
adanya partikel-partikel yang kasar dan memberikan hasil yang maksimal. Hal ini
memisah pada sediaan (Santanu dkk,2012). menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat
Hasil dari pengujian homogenitas memiliki susunan yang homogen. (Depkes
dapat diketahui bahwa formula A tidak tidak RI, 1979)
memenuhi persyaratan dari hari ke-0 sampai
hari ke-21, formula B homogen dari hari ke- Pengujian pH
0 sampai hari ke-21, sedangkan formula C Pengujian pH bertujuan untuk
pada hari ke-0 dan ke-7 homogen setelah mengetahui nilai pH dari masker serta untuk
hari ke-14 dan ke-21 tidak homogen. mengetahui kesesuaian pH masker dengan
Formula yang baik dari hasil penelitian ini pH kulit. Nilai pH yang dapat diterima oleh
ialah formula B karena tidak adanya butiran- kulit yaitu antara 5-7 (Troy dan Beringer,
butiran kasar pada saat sediaan dioleskan 2006). Hasil pengujian pH pada Tabel 2,
pada kaca transparan. Homogenitas ini menunjukkan bahwa pH formula A, formula
mungkin dipengaruhi oleh banyaknya PVA B memenuhi syarat rentang pH yang dapat

47
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

diterima oleh kulit. Sedangkan formula C dilakukan oleh Phindo (2016) memberikan
tidak memenuhi syarat karena terjadi hasil pH masker yang cenderung asam yaitu
perubahan nilai pH menjadi lebih asam pada 4,055 sampai 4,495. Semakin alkalis atau
hari ke-14 sampai hari ke-21. Dari semakin asam bahan yang mengenai kulit,
Perubahan nilai pH pada formula C dapat semakin sulit kulit untuk menetralisirnya dan
menandakan adanya reaksi atau kerusakan kulit akan menjadi kering, pecah-pecah,
komponen penyusun didalam sediaan sensitif dan mudah terkena infeksi.
tersebut yang dapat menurunkan nilai pH Sedangkan pH yang terlalu basa dapat
sehingga formula C tidak memenuhi syarat menyebabkan kulit bersisik (Tranggono dan
karena pH nya lebih asam. Hasil penelitian Latifah, 2007).
ini hampir sama dengan hasil penelitian yang

Tabel 2. Hasil pengujian pH Masker wajah peel-off Ekstrak Sabut Kelapa


Pengukuran pH Masker
Formula
Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21
A 5 5 5 5
B 5 5 5 5
C 5 5 4 4

Pengujian Daya Sebar cm (Garg, et al., 2002). Hasil pengujian daya


Pengujian daya sebar bertujuan untuk sebar berdasarkan penelitian ini (Tabel 3.),
mengetahui kemampuan masker untuk menunjukkan bahwa formula A tidak
menyebar pada saat dioleskan pada kulit. memenuhi persyaratan. Pada hari ke-14 dan
Semakin mudah dioleskan maka absorbsi zat hari ke-21, sedangkan formula B dan
aktif pada kulit akan semakin optimal. Daya formula C memenuhi persyaratan.
sebar masker gel yang baik yaitu antara 5-7

Tabel 3. Hasil Pengukuran Diameter Rata-Rata Daya Sebar (cm) Masker Ekstrak Sabut Kelapa
Pengukuran Daya Sebar (Cm)
Formula
Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21
A 5 5 4,5 4,5
B 5,7 5,5 5 5
C 5,4 5 5 5

Formula A pada hari ke-14 dan ke-21 dibandingkan dengan formula B dan formula
memiliki daya sebar paling kecil C. Hal ini dikarenakan konsistensi formula

48
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

A merupakan formula dengan konsistensi formula B, dan formula C memenuhi syarat.


paling kental, semakin kental sediaannya Formula A memiliki waktu mengering lebih
maka semakin kecil daya sebarnya. Selama kecil dibandingkan dengan formula B dan
penyimpanan dapat terjadi penurunan daya formula C. Hasil tersebut dapat disebabkan
sebar akibat tertahannya cairan pelarut yang semakin besar konsentrasi PVA maka
diabsorbsi oleh gelling agent (Sulastri & kemampuan waktu mengering semakin
Chaerunisa, 2017). cepat, hal ini juga dipengaruhi oleh
banyaknya kandungan air pada setiap
Pengujian Waktu Mengering formula yang dapat memperlambat
Pengujian waktu mengering penguapan dan pembentukan lapisan film
bertujuan untuk mengetahui berapa lama pada masker peel-off Hasil penelitian ini
masker mengering pada permukaan kulit. hampir sama dengan hasil penelitian yang
Waktu kering masker peel-off yang baik dilakukan oleh Phindo (2016) yang
yaitu antara 15-30 menit (Vieira, 2009). menunjukan waktu mengering rata-rata
Hasil pengujian waktu mengering pada masker adalah 28,27 menit sampai 35,15
Tabel 4, menunjukkan bahwa waktu menit.
mengering masker peel-off formula A,

Tabel 4. Hasil Pengujian Waktu Mengering (menit) Masker Ekstrak Sabut Kelapa
Pengujian Waktu Mengering (menit)
No Formula
Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21
1 A 24,02 23,21 23,21 21,5
2 B 25 24,45 24 24
3 C 27,34 27 27 25

SIMPULAN homogen, dan formula C tidak


Kesimpulan dari penelitian ini adalah : homegen setelah penyimpanan pada
1. Berdasarkan penelitian yang telah hari ke-14 sampai ke-21. pH formula
dilakukan dapat disimpulkan bahwa A, B sesuai dengan pH kulit,
masker wajah peel off dari ekstrak sedangkan formula C tidak sesuai.
sabut kelapa (Cocos nucifera L) Daya sebar formula A tidak memenuhi
dengan perbedaan formula konsentrasi persyaratan, sedangkan formula B dan
zat aktif dan PVA pada formula A, B, C sesuai persyaratan. Sedangkan
dan C secara organoleptis tidak waktu mengering formula A, B, dan C
mengalami perubahan. Homogenitas memilki waktu mengering yang baik.
formula A tidak homogen, formula B

49
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

2. Formulasi sediaan masker yang sudah Deny, 2007, Pemanfaatan Tannin Sebagai
dilakukan pengujian hanya formula B Perekat. Jurnal Penelitian
yang memiliki karakteristik yang baik Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
sesuai dengan karakteristik sifat fisik
Departemen Kesehatan RI, 2008,
masker. Sedangkan formula A, dan C Farmakope Indonesia Herbal.
tidak memenuhi karakteristik yang Departemen Kesehatan Republik
baik sesuai ketentuan sifat fisik Indonesia. Jakarta.
masker.
Departemen Kesehatan RI, 1979,
UCAPAN TERIMA KASIH Farmakope Indonesia. Edisi III.
Departemen Kesehatan Republik
Pada kesempatan ini, peneliti ingin
Indonesia. Jakarta.
mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu terwujudnya Draelos, Z.D, and L.A. Thaman, 2006,
penelitian ini : Cosmetic Formulation of Skin
1. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Care Product. New York: Taylor
(AKAFARMA) Banda Aceh, & Francis Group.
2. Orang tua dan teman-teman yang selalu
Garg, A, Deepika A, Sanjay G, dan Anil K.
memberi dukungan kepada peneliti.
S, 2002, Spreading of Semisolid
Formulations An Update.
Pharmaceutical Technologi.
DAFTAR PUSTAKA
Hagerman, Ann. E, T. Charles, Robbins, Y.
Aulton, Michael, E, 2005, Pharmaceutics Weerasuriya, T.C Wilson, C.
The Science Of Dosage From Mcartur. 1992, Tannin Chemistry
Design. Elsevier, United in Relation to Digestion. Jurnal of
Kingdom. Range Management. 45(1). 57-62

Charter, D. S, 1997, Dispensing for Lestari, P.M., Sutyaningsih, R. B., dan


Pharmaceutical Student Edisi ke- Ruhimat. 2013. The Influence of
12. Pitman Medical: London. Increase Concentration Polivinyl
Alcohol (PVA) as a Gelling Agent
Dalimunthe, Aminah, Marline Nainggolan, on Physical Properties of The
2006, Pengujian Ekstrak Etanol Peef-off of Pineapple Juice
Sabut Kelapa (Cocos nucifera (Ananas Comosus L). Asian
Linn) Terhadap Bakteri Societies of Cosmetic Scientists
Escherichia coli dan Shigella Conference
dysenteriae. FMIPA Universitas
Sumatra Utara. Medan. diakses Phindo, L. 2016. Formulasi Dan Evaluasi
pada tanggal 25 November 2018. Fisik Masker Peel-Off Yang
Mengandung Ekstrak Etanol 96%
Kulit Batang Nangka ( Artocarpus
Heterophyllus. Lamk) Asam

50
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.1, 2020

Glikolat Dan Niasinamid. Skripsi. Untuk Perawatan Kulit Wajah.


UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Farmaka, 4.

Rahmawanty, Dina., Nita. Yulianti, dan Mia. Tranggono, Retno Iswari, Latifah, Fatmah,
Fitriana, 2015, Formulasi dan 2007, Buku Pegangan Ilmu
Evaluasi Masker Wajah Peel-Off Pengetahuan Kosmetik. PT.
Mengandung Kuersetin Dengan Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Variasi Konsentrasi Gelatin dan
Gliserin, Media Farmasi, 12 (1): Troy, D. B. & Beringer, P, 2006, Remington
17-32. : The Science and Practice of
Pharmacy, 21st edition. Lippicont
Santanu, R., Hussan, S. D., Rajesh, G., dan William and Wilkins. USA
Daijit, M, 2012, A Review on
Pharmaceutical Gel.International Vieira, R. P, 2009, Physical and
Journal of Pharmaceutical Physicochemical Stability
Research and Bio-sciences.1. (5): Evaluation of Cosmetic
21-36. Formulation Containing Soybean
Extract Fermented. Brazilian
Septiani, S. N., Wathoni & Mita, S. R., Journal of Pharmaceutical
2011. Formulasi Sediaan Masker Sciences, 45, 515-525.
Antioksidan dari Ekstrak Etanol
Biji Melinjo (Gnetum gnemon Voight, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi
Linn.). Jurnal Unpad, 4-24. Farmasi Edisi V, diterjemahkan
oleh Noerono, S., Soewandi,
Sulastri, A. & Chaerunisa, A. Y, 2017, Widianto, Mathilda, B.
Formulasi Masker Gel Peel Off Universitas Gajah Mada :
Yogyakarta

51

Anda mungkin juga menyukai