Anda di halaman 1dari 85

Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.

1 Juli 2020

PENGELOLA JURNAL KESEHATAN PHARMASI


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

Ketua : Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes.


Sekretaris : Ferawati Suzalin, S.Far, Apt, M.Sc.

Reviewer : Muhamad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes.


Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M.Kes.
Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M.Kes.
Mindawarnis, S.Si, Apt, M.Kes.
Dewi Marlina, SF, Apt, M.Kes.

Editor / IT : Eddy Sutikno


Umar Akhmad
Ade Agustianingsih
Lia Puspita Sari

Sekretariat : Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang


Jl. Ismail Marzuki No 5341, Sekip Jaya, Kecamatan Kemuning,
Kota Palembang, Sumatera Selatan

Email : jurnalfarmasi@poltekkespalembang.ac.id
jkpharm@gmail.com
DAFTAR ISI

Judul Halaman
FORMULASI DAN EVALUASI HAND AND BODY LOTION EKSTRAK DAGING
BUAH LABU KUNING (Cucurbita moschata Duch.) DENGAN VARIASI SETIL
ALKOHOL SEBAGAI EMULGATOR
Oleh : Ratnaningsih Dewi Astuti 1) , Diana Dita 2) .…………….…………………… 1 - 12

UJI DAYA HAMBAT SERBUK CACING TANAH (Lumbricus rubellus) TERHADAP


BAKTERI Salmonella Typhi
Oleh : M.Nizar 1).,Sarmadi 2),Dwi Agustin3.) …….………………………………….……... 13 - 21

UJI CEMARAN MIKROBA PADA KOSMETIK FOUNDATION LIQUID DENGAN


METODE ALT ( ANGKA LEMPENG TOTAL) Microbial Contamination Test on
Cosmetic Foundation Liquid with ALT Method (Total Plate Number)
Oleh : Sarmadi1.), M.Nizar2.), Rohmawati3.) ……………………………………………… 22 - 29

ISOLASI SENYAWA FLAVONOID EKSTRAK BUNGA TUMBUHAN KELOR


(Moringa oleifera L.) DAN UJI AKTIVITASNYA TERHADAP BAKTERI Escherichia
coli
Oleh : Mindawarnis 1), Nova Rizky Indrawati 2) ………………………………………… 30 - 37

FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK DAUN MELINJO (Gnetum gnemon L.)


DENGAN VARIASI KONSENTRASI GELATIN SEBAGAI PENGIKAT SERTA UJI
KESTABILAN FISIKNYA
Oleh : Dewi Marlina 1), Mona Rachmi Rulianti 2) Altiana 3) ………………………….. 38 - 46

HUBUNGAN EDUKASI GEMA CERMAT TERHADAP PENGETAHUAN


MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN OBAT-OBAT DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS ARIODILLAH
Oleh : Sarmalina Simamora1),Verawati Suzalin 2) , Adhitya Purwanto 3) …………….. 47 - 51

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN FREKUENSI PENGGUNAAN JARUM


INSULIN PEN PADA PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN RS.
BHAYANGKARA PALEMBANG TAHUN 2019
Oleh : Tedi 1) , Siti 2) ……………………………………………………….. 52 - 59

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH MANGGA ARUMANIS (Mangifera indica


L. var. arumanis) DENGAN METODE DPPH
Ummul Toyibah 1) , M. Taswin 2) ……………………………………………. 60 - 68

EFEK LAKSATIF EKSTRAK ETANOL DAUN KEJI BELING (Strobilanthes crispus


BI.) DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL TERHADAP TIKUS PUTIH
JANTAN (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI DENGAN GAMBIR
Oleh : Resi Sukma Melati 1) , Sonlimar Mangunsong 2) …………………………… 69 - 74

FORMULASI DAN EVALUASI EMULSI KOMBINASI EKSTRAK TOMAT


(Lycopersicum esculentum) DAN MINYAK ZAITUN (Olea europaea) DENGAN
VARIASI SPAN 80 DAN TWEEN 80 SEBAGAI EMULGATOR
Vera Astuti 1) , Ratnaningsih Dewi Astuti 2) , Cik Ayu 3) ………………………… 75 - 82
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

FORMULASI DAN EVALUASI HAND AND BODY LOTION


EKSTRAK DAGING BUAH LABU KUNING (Cucurbita
moschata Duch.) DENGAN VARIASI SETIL
ALKOHOL SEBAGAI EMULGATOR

Ratnaningsih Dewi Astuti 1) , Diana Dita 2)


1)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
2)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang

E-mail : dianadita2@gmail.com

ABSTRAK
Variasi setil alkohol sebagai emulgator dapat membentuk suatu emulsi yang stabil dan lembut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi setil alkohol yang optimal untuk menghasilkan hand
and body lotion yang stabil dan memenuhi syarat. Hand and body lotion yang dibuat menggunakan zat aktif
ekstrak daging buah labu kuning (Cucurbita moschata Duch.) yang berkhasiat sebagai pencerah kulit.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dimana ekstrak daging buah labu kuning sebagai zat
aktif diformulasikan menjadi sediaan hand and body lotion dengan memvariasikan konsentrasi setil alkohol.
Konsentrasi zat aktif yang digunakan dalam setiap formula adalah 4,2% dan konsentrasi setil alkohol yang
digunakan adalah 2% pada formula I, 3% pada formula II dan 4% pada formula III. Kemudian dilakukan
evaluasi sediaan pada suhu kamar meliputi pH, viskositas, daya sebar, pemisahan fase, homogenitas, tipe
emulsi, warna, bau dan iritasi kulit. Berdasarkan hasil yang didapat, pH sediaan pada suhu kamar
mengalami kenaikan, hasil pengujian viskositas sediaan pada suhu kamar mengalami penurunan dan daya
sebar sediaan pada suhu kamar mengalami kenaikan. Ditinjau dari pemisahan fase, homogenitas, tipe
emulsi, warna, bau dan iritasi kulit, ketiga formula memenuhi syarat selama penyimpanan suhu kamar.
Ekstrak Daging Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch.) dapat diformulasikan menjadi sediaan hand
and body lotion yang stabil dan memenuhi persyaratan. Formula yang paling optimal dengan variasi setil
alkohol 3%.

ABSTRACT
Variation cetyl alcohol as emulgator to form an emulsion that is stable and soft. This study aims to
determine the optimum concentration of cetyl alcohol to produce hand and body lotion stable and qualified.
Hand and body lotion made use of active substances fruit pulp extract of pumpkin (Cucurbita moschata
Duch.) efficacious as skin lightening. This research used experimental method, which extracts the pumpkin
flesh as the active ingredient is formulated into dosage of hand and body lotion by varying the concentration
of cetyl alcohol. The concentration of active substances used in each formula is 4.2% and the concentration
of cetyl alcohol used is 2% of formula I, 3% in the formula II and 4% in the formula III. Then the formula
evaluation at room temperature include pH, viscosity, dispersive power, phase separation, homogeneity,
emulsion type, color, smell and skin irritation. Based on the results obtained, the pH of the preparation at
room temperature increases, the viscosity of the preparation of test results at room temperature decreased
and the scatter preparations at room temperature increases. Judging from the phase separation,
homogeneity, emulsion type, color, smell and skin irritation, The third formula is eligible for room
temperature storage. Pumpkin (Cucurbita moschata Duch.) Fruit Extract can be formulated into dosage of
hand and body lotion that is stable and meets the requirements. The most optimal formula with a variation of
3% cetyl alcohol.

I. PENDAHULUAN mampu menetralisir radikal bebas yang sangat


Radikal bebas merupakan salah satu berbahaya. Walaupun kulit manusia mampu
penyebab terjadinya kerusakan pada kulit, selain mensintesis berbagai senyawa antioksidan
radikal bebas kerusakan kulit dapat tejadi karena sendiri, namun ketika radikal bebas lebih banyak
polusi atau paparan sinar matahari (Wungkana, dari pada kemampuan pertahanan antioksidan
Suryanto dan Momuat, 2013). Prevalensi kulit alami tersebut tidak dapat menghambat
kering di Indonesia adalah 50% - 80% (Paul et perkembangan dari radikal bebas, sehingga pada
al., 2011). Kulit memerlukan antioksidan yang kondisi tersebut diperlukan tambahan antioksidan

1
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

dari luar untuk melindungi kulit dari bahaya II. METODE PENELITIAN
radikal bebas (Suryanto dan Wehantouw, 2009). A. Jenis Penelitian
Salah satu tanaman yang mempunyai daya Jenis penelitiaan ini adalah eksperimental
antioksidan alami ialah labu kuning (Cucurbita yang dilakukan dengan membuat beberapa
moschata Duch.), yang dimanfaatkan dari labu formula hand and body lotion yang mengandung
kuning ini adalah daging buahnya yang ekstrak daging buah labu kuning (Cucurbita
mengandung β-Carotene yang berpotensi dalam moschata Duch.) dengan variasi setil alkohol
menghambat oksidasi lipid (Idayu, 2017). sebagai emulgator dengan konsentrasi 3%.
Tanaman labu kuning (Cucurbita moschata
Duch.) secara empiris digunakan masyarakat
sebagai scrub dengan mencampurkan daging B. Waktu dan Tempat Penelitian
buah labu kuning dengan oatmeal lalu balurkan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
pada tubuh. Berdasarkan penelitian yang telah April-Mei 2019, bertempat di laboratorium
dilakukan bahwa ekstrak etanol daging buah labu farmasetika, laboratorium farmakognosi dan
kuning memiliki aktivitas antioksidan dengan laboratorium fisika Jurusan Farmasi Politeknik
nilai IC50 382,815 ppm ± 18,51 % dan vitamin E Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang.
sebagai pembanding dengan nilai IC50 164,569
ppm ±23,33%. Meskipun ekstrak etanol daging C. Objek Penelitian
buah labu kuning memiliki aktivitas antioksidan Objek penelitian yang digunakan adalah
lebih rendah jika dibandingkan dengan vitamin E, ekstrak daging buah labu kuning (Cucurbita
namun masih berpotensi untuk dikembangkan moschata Duch.) yang diperoleh dari proses
sebagai antioksidan dengan proses fraksinasi ekstraksi. Daging buah labu kuning (Cucurbita
senyawa aktif berikutnya (Idayu, 2017). Dilihat moschata Duch.) dibeli di Pasar Perumnas
dari manfaat dan kandungan antioksidan, daging Palembang yang memiliki ciri-ciri berbentuk
buah labu kuning mempunyai potensi untuk bulat, tua berwarna kuning kehijauan, tidak rusak
dikembangkan menjadi suatu sediaan farmasi dan memiliki bobot 3-5 kg.
dengan memformulasikan menjadi bentuk sediaan
topikal salah satunya yaitu lotion. D. Alat dan Bahan
Lotion merupakan produk kosmetika yang Alat yang digunakan untuk pengolahan
berfungsi melembutkan dan menjaga kulit dari daging buah labu kuning adalah pisau, timbangan,
kekeringan (Purwaningsih, Salamah dan Budiarti, koran, baskom plastik, gelas ukur, botol untuk
2014). Lotion dipilih karena mudah untuk maserasi, corong, kertas saring, alat untuk
diaplikasikan dan dapat digunakan secara tipis destilasi vakum (rotary evaporator).
untuk mencakup ke area yang luas, dibandingkan Alat yang digunakan untuk pembuatan dan
dengan sediaan krim atau salep yang hanya pengujian hand and body lotion adalah mortir,
digunakan di bagian tertentu saja. Pada stamper, sudip, beaker glass, cawan penguap,
pembuatan lotion digunakan variasi emulgator kaca arloji, gelas ukur, pengaduk kaca, sendok
agar mendapatkan formula dengan kestabilan spatula, penjepit kayu, pinset, timbangan gram
fisik yang optimal. Pengujian tipe emulsi kasar (gram), timbangan gram halus (mg),
bertujuan untuk mengetahui tipe emulsi pada timbangan analitik, tangas air, pot plastik, kertas
sediaan. Tipe emulsi pada lotion adalah minyak perkamen, pH meter, viskometer Brookfield,
dalam air (M/A). Penggunaan emulgator setil mikroskop, objek glass, penggaris dan kuisioner.
alkohol dipilih karena sifatnya pelembut, Bahan yang digunakan untuk pengolahan
pengemulsi dan menyerap air. Hal ini dapat ekstrak daging buah labu kuning adalah daging
meningkatkan stabilitas, konsistensi dan buah labu kuning dan etanol 70%. Bahan yang
memperbaiki tekstur (Rowe, Sheskey dan Quinn, digunakan untuk pembuatan dan pengujian hand
2009). and body lotion adalah ekstrak daging buah labu
Variasi setil alkohol sebagai emulgator kuning, asam stearat, setil alkohol, parafin cair,
juga telah diteliti oleh Mulyani dkk., (2018) yang trietanolamin, gliserin, aquadest dan nipagin.
menyatakan bahwa variasi setil alkohol dengan
konsentrasi 2% dapat menghasilkan sediaan E. Cara Pengumpulan Data
lotion yang stabil secara fisik ditinjau dari 1. Ekstraksi Daging Buah Labu Kuning
homogenitas, pH, tipe emulsi, warna dan bau. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi
Berdasarkan uraian di atas, melalui penelitian ini
menggunakan etanol 70%. Prosedur kerja :
maka peneliti tertarik untuk memformulasikan
hand and body lotion yang mengandung ekstrak a. Daging buah labu kuning dicuci bersih,
daging buah labu kuning (Cucurbita moschata lalu dirajang tipis-tipis, kemudian
Duch.) dengan variasi setil alkohol sebagai masukkan ke dalam botol maserasi
emulgator. b. Siram dengan etanol 70% sampai semua
sampel terendam

2
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

c. Tutup dan biarkan selama 5 hari di tempat berpedoman pada Mulyani dkk., (2018) yang
yang gelap atau terlindung dari cahaya, menyatakan bahwa variasi setil alkohol dengan
sambil dikocok sebanyak tiga kali dalam konsentrasi 2% akan menghasilkan hand and
body lotion yang stabil secara fisik. Peneliti akan
sehari
memvariasikan setil alkohol sebagai emulgator
d. Lalu saring, biarkan beberapa jam dengan total persentase 2%, 3% dan 4% pada
kemudian dienaptuangkan ke wadah lain masing-masing formula. Total persentase pada
e. Ekstrak cair yang didapat lalu dipekatkan masing-masing formula tidak melebihi persentase
dengan cara destilasi vakum sehingga yang dinyatakan tidak stabil oleh Mulyani dkk.,
didapat ekstrak kental daging buah labu (2018). Ekstrak daging buah labu kuning
kuning. (Cucurbita moschata Duch.) berfungsi sebagai
zat aktif. Konsentrasi ekstrak daging buah labu
kuning (Cucurbita moschata Duch.) yang
2. Formula Hand and Body Lotion Ekstrak digunakan pada penelitian ini adalah 4,2%.
Daging Buah Labu Kuning (Cucurbita
moschata Duch.)
Dalam penelitian ini, digunakan tiga
formula dengan tipe lotion minyak dalam air
(M/A). Formula lotion yang digunakan

Tabel 1. Formula Hand and Body Lotion Ekstrak Daging Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch.)

Jumlah yang digunakan Keterangan


No. Bahan Formula Formula
Formula I Formula II
kontrol III
Ekstrak daging buah
1. labu kuning (Cucurbita - 4,2% 4,2% 4,2% Zat aktif
moschata Duch.)
2. Asam stearat 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% Emulgator
3. Trietanolamin 1% 1% 1% 1% Emulgator
4. Parafin cair 8% 8% 8% 8% Pelembut
5. Setil alkohol 3% 2% 3% 4% Emulgator
6. Gliserin 8% 8% 8% 8% Pelembab
7. Metil paraben 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% Pengawet
8. Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Pembawa
Modifikasi formula Mulyani dkk., (2018)

3. Pembuatan Hand and Body Lotion dipanaskan pada suhu 70-750C aduk
Ekstrak Daging Buah Labu Kuning hingga homogen (massa 2)
(Cucurbita moschata Duch.) 3) Masukkan fase air ke dalam lumpang
panas
Timbang semua bahan, masukkan ekstrak
4) Campurkan fase minyak ke dalam fase air
kering daun stevia dan daun sambiloto kedalam
sedikit demi sedikit dalam keadaan sama-
lumpang gerus homogeny. Lalu tambahkan
sama panas sambil diaduk dengan
manitol, sorbitol, aspartame dan povidon. Basahi
pengaduk elektrik sampai terbentuk massa
dengan aquadest hingga massa dapat dikepal,
lotion
ayakk dengan ayakan 12 mesh. Keringkan dalam
5) Masukkan nipagin ke dalam mortir,
lemari pengering selama 24 jam, lalu ayak
tambahkan massa lotion pada suhu 350C
kembali. Lakukan uji sifat fisik granul. Setelah
sedikit demi sedikit sambil digerus hingga
granul dievaluasi kemudian tambahkan mg stearat
homogen.
gerus homogen.
a. Cara Pembuatan Formula Kontrol
b. Cara Pembuatan Formula I, II dan III

1) Asam stearat, setil alkohol dan parafin cair 1) Asam stearat, setil alkohol dan parafin cair
(fase minyak) dimasukkan ke dalam (fase minyak) dimasukkan ke dalam
cawan penguap lalu dilebur pada suhu 70- cawan penguap lalu dilebur pada suhu 70-
750C aduk hingga homogen (massa 1) 750C aduk hingga homogen (massa 1)
2) Trietanolamin, gliserin dan aquadest (fase 2) Trietanolamin, gliserin dan aquadest (fase
air) dimasukkan ke dalam beaker glass lalu air) dimasukkan ke dalam beaker glass lalu

3
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

dipanaskan pada suhu 70-750C aduk Bila belum tepat, putar tombol slope
hingga homogen (massa 2) sampai menunjukkan angka 4 ± 0,002
3) Masukkan fase air ke dalam lumpang dengan demikian kalibrasi pH telah
panas selesai. Setelah pengkalibrasian selesai
4) Campurkan fase minyak ke dalam fase air bilas elektroda dengan aquadest
sedikit demi sedikit dalam keadaan sama-
sama panas sambil diaduk dengan 3. Timbang lotion 1 gram lalu larutkan
pengaduk elektrik sampai terbentuk massa dengan 10 ml aquadest ke dalam beaker
lotion glass
5) Masukkan nipagin dan ekstrak daging
buah labu kuning ke dalam mortir,
tambahkan massa lotion pada suhu 350C 4. Celupkan elektroda ke dalamnya
sedikit demi sedikit sambil digerus hingga
homogen. 5. Catat angka pH yang tertera pada monitor
6) Masukkan lotion dalam (wadah) pot. pH meter dan lakukan sebanyak 3 kali.

4. Evaluasi Hand and Body Lotion Ekstrak b) Kekentalan/viskositas


Daging Buah Labu Kuning (Cucurbita
moschata Duch.) Diambil sebanyak 20 gram untuk
a. Uji Kestabilan Fisik mengukur kekentalan menggunakan alat
Uji kestabilan fisik sediaan lotion dalam viscometer Brookfield menggunakan spindle no.6
penelitian ini yaitu dengan metode uji dipasang kepada alat kemudian dicelupkan ke
stabilitias penyimpanan suhu kamar. dalam cairan lotion yang ada di dalam beaker
glass.
Cara kerja:
1) Uji Stabilitas Penyimpanan Suhu
Kamar (28±20C)
1. Nyalakan viscometer Brookfield dengan
Ketiga formula lotion disimpan selama 28 menekan tombol “ON”
hari pada temperatur kamar (28±20C). Kemudian
dievaluasi pada hari ke 0, 7, 14, 21 dan 28 2. Pilih menu “measurement” pada layar
meliputi pengukuran terhadap pH, viskositas, (monitor)
daya sebar, pemisahan fase, homogenitas, tipe
emulsi dan organoleptis sediaan (warna dan bau). 3. Atur nomor spindel dan nilai rpm yang
Data yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel hendak digunakan. Untuk mengukur
berdasarkan pengamatan terhadap : viskositas lotion gunakan spindel nomor 6

a) pH 4. Masukkan spindel viskometer ke dalam


sampel yang akan diukur, sampai
Mengukur pH lotion dilakukan dengan kedalaman tertentu
menggunakan alat ukur pH meter. Cara Kerja :
5. Putar spindel viskometer, kemudian catat
1. Nyalakan alat dengan menekan tombol angka yang tertera pada layar dengan
“ON” satuan centipoises

2. Kalibrasi alat pH meter dengan cara : 6. Spindel logam yang digunakan ada empat
jenis sesuai dengan kekentalan bahan yang
akan diukur
a.Tekan tombol pH
7. Kecepatan putar yang dapat digunakan
b.Celupkan elektroda ke dalam dapar pH antara lain 6 rpm, 12 rpm, 30 rpm dan 60
7, putar tombol skala sampai rpm. Pada penelitian ini kecepatan putar
menunjukkan angka 7,0 yang digunakan adalah 30 rpm

c. Bilas elektroda dengan aquadest lalu 8. Pengukuran viskositas ini dilakukan pada
celupkan ke dalam dapar pH 4, layar suhu kamar dan dilakukan sebanyak 3 kali.
digital akan menunjukkan angka 4,0.

4
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

c) Daya Sebar Penentuan tipe emulsi ditetapkan dengan


cara menambahkan reagen methylen blue secara
Untuk mengukur daya sebar lotion pada mikroskopik (Anief, 2007). Formula emulsi
kulit, dilakukan dengan cara : dipreparasi di objek glass, kemudian tipe emulsi
diamati di bawah mikroskop. Methylen blue akan
terlarut ke dalam fase air. Jika medium dispersi
1. Sebanyak 1 gram sediaan diletakkan di berwarna biru merata maka emulsi krim bertipe
tengah cawan petri yang telah dibalik dan minyak dalam air (M/A).
dilapisi plastik transparan di bawah dan di
atas lotion
g) Warna dan Bau
2. Tambahkan berat sebesar 125 gram
Pengujian terhadap perubahan warna dan
bau dengan cara melibatkan 30 responden yang
3. Diamkan selama 1 menit kemudian ukur dipilih secara acak, kemudian responden
menggunakan penggaris dan catat daya mengevaluasi sediaan dengan mengamati
sebarnya, lakukan sebanyak 3 kali (Garg et perubahan terhadap warna dan bau selama 28 hari
al., 2002). penyimpanan.

d) Pemisahan Fase h) Iritasi Kulit

Diambil sebanyak 2 gram dimasukkan ke Iritasi kulit dilakukan dengan cara


dalam tabung reaksi kemudian dimasukkan ke melibatkan 30 responden yang dipilih secara
dalam sentrifugator dengan kecepatan 3750 rpm acak. Uji iritasi kulit dilakukan dengan dengan
selama 5 jam. cara mengoleskan sediaan (F1, F2, F3) pada
punggung tangan selebar 2,5 x 2,5 cm (Mitsui,
Cara kerja : 1996). Kemudian amati reaksi yang mungkin
terjadi misalnya gatal, kemerahan dan perih.
1. Lotion dimasukkan ke dalam tabung
sentrifugasi 10 cm. Volume lotion dalam III. HASIL DAN PEMBAHASAN
setiap tabung harus sama. A. Hasil
1. Hasil Pembuatan Ekstrak Daging Buah
2. Masukkan tabung ke dalam alat Labu Kuning (Cucurbita moschata
sentrifugasi lalu tutup Duch.)
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-
3. Tekan tombol “ON” Mei 2019 menggunakan daging buah labu kuning
(Cucurbita moschata Duch.) yang telah dikering
anginkan sebagai zat aktif sebanyak 3 kg. Daging
4. Atur kecepatan 3750 rpm selama 5 jam buah labu kuning ini dirajang tipis-tipis lalu
dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol
5. Catat pemisahan fase yang terjadi tiap jam, 70% kemudian hasil maseratnya didestilasi
lakukan sebanyak 3 kali. vakum sehingga didapat ekstrak kental sebanyak
143,08 gram. Rendemen ekstrak kental daging
e) Homogenitas buah labu kuning yang didapat yakni sebesar
4,76%. Ekstrak kental yang telah didapat lalu
dibuat menjadi sediaan hand and body lotion
Uji lotion dilakukan untuk mengukur dengan konsentrasi sebesar 4,2 % pada setiap
homogenitas lotion. Sampel diambil dari 3 tempat formula.
berbeda (atas, tengah dan bawah) masing-masing
sebanyak ± 0,10 gram. Sampel kemudian 2. Hasil dan Pembahasan Uji Sifat Fisik
diletakkan pada kaca objek, tutup dengan deck Hand and Body Lotion Ekstrak Daging
glass dan lihat di bawah mikroskop dengan Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata
pembesaran 100 kali. Amati homogenitas antar Duch.)
partikelnya atau dapat juga diamati secara Pembuatan formula hand and body lotion
langsung, lakukan sebayak 3 kali. ekstrak daging buah labu kuning (Cucurbita
moschata Duch.) dengan memvariasikan setil
f) Tipe Emulsi alkohol sebagai emulgator kemudian dilakukan
uji kestabilan sifat fisik setiap minggunya selama

5
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

28 hari pada penyimpanan suhu kamar meliputi Jika dibandingkan, keempat formula
pH, viskositas, daya sebar, pemisahan fase, memiliki nilai pH yang berbeda karena
homogenitas, tipe emulsi, warna dan bau serta konsentrasi emulgator yang berbeda. pH pada
dilakukan pengujian terhadap iritasi kulit. Hasil formula kontrol cenderung meningkat karena
pengamatan kestabilan sifat fisik hand and body asam stearat yang terkandung lebih kecil.
lotion ekstrak daging buah labu kuning Menurut Risha (2016) semakin tinggi konsentrasi
(Cucurbita moschata Duch.) dapat dijelaskan asam stearat maka semakin rendah nilai pH
sebagai berikut: sediaan (bersifat asam) karena banyaknya gugus
asam yang terkandung dalam asam stearat.
a. Uji Stabilitas Penyimpanan Suhu Namun pH formula sediaan masih dalam kisaran
Kamar jumlah pH yang sama, hal ini karena adanya
Stabilitas hand and body lotion disimpan bahan lain trietanolamin yang memiliki sifat basa.
pada suhu kamar (28±20C) selama 28 hari. Walaupun mengalami kenaikan pH pada
Kemudian dilakukan evaluasi setiap minggunya penyimpanan suhu kamar tetapi kenaikan pH
meliputi pH, viskositas, daya sebar, pemisahan tersebut tidak terlalu tinggi sehingga keempat
fase, homogenitas dan tipe emulsi. Hasil formula masih memenuhi syarat pH untuk
pengamatan kestabilan fisik hand and body lotion sediaan topikal yaitu 4-8 (Aulton, 2002). Dengan
ekstrak daging buah labu kuning (Cucurbita demikian ditinjau dari pengujian terhadap pH
moschata Duch.) pada penyimpanan suhu kamar yang disimpan pada suhu kamar, hand and body
dapat dilihat dalam tabel dan gambar berikut: lotion ekstrak daging buah labu kuning
(Cucurbita moschata Duch.) telah memenuhi
Tabel 2. Hasil Pengamatan pH Hand and Body persyaratan untuk diformulasikan menjadi bentuk
Lotion Ekstrak Daging Buah Labu sediaan hand and body lotion.
Kuning (Cucurbita moschata Duch.)
pada Penyimpanan Suhu Kamar Selama Tabel 3. Hasil Pengamatan Viskositas Hand
28 Hari and Body Lotion Ekstrak Daging Buah
pH Hand and Body Lotion Ekstrak Labu Kuning (Cucurbita moschata
Hand Daging Buah Labu Kuning Ket
Duch.) pada Penyimpanan Suhu Kamar
and (Cucurbita moschata Duch.) Selama 28 Hari
eran
Body Hari Ke- gan Viskositas Hand and Body Lotion
Lotion Ekstrak Daging Buah Labu Kuning
0 7 14 21 28
Hand (Cucurbita moschata Duch.)
Ket
Formula and
6,43 6,68 6,69 6,76 6,85 MS Body
eran
Kontrol Hari Ke- gan
Lotion
Formula
5,81 5,87 6,07 6,08 6,32 MS
I 0 7 14 21 28

Formula Formula
II 5,76 5,84 6,04 6,08 6,51 MS Kontrol
11.684 10.766 10.696 10.495 10.273 MS

Formula Formula
5,77 5,83 6,11 6,13 6,52 MS 7.933 7.633 6.986 6.914 6.796 MS
I
III
Formula
Keterangan: 8.133 8.006 7.473 7.293 7.258 MS
II
MS : Memenuhi Syarat Formula
9.844 9.620 9.307 8.896 8.527 MS
Memenuhi syarat jika pH 4-8 (Aulton, 2002) III

Keterangan:
Hasil pengamatan kestabilan pH sediaan MS : Memenuhi Syarat
hand and body lotion ekstrak daging buah labu Viskositas yang memenuhi syarat 2.000-50.000
kuning (Cucurbita moschata Duch.) dengan cp (SNI, 1996)
variasi setil alkohol pada formula kontrol dan
formula II (3%), formula I (2%) dan formula III Pengujian viskositas bertujuan untuk
(4%) selama penyimpanan suhu kamar dapat mengetahui mudah atau tidaknya sediaan untuk
dilihat pada tabel 4. pH sediaan hand and body diaplikasikan yang ditunjukkan dari
lotion berkisar pada 5,76-6,85, pH formula kemampuannya dalam mengalir. Viskositas dapat
kontrol berkisar 6,43-6,85 dengan kenaikan digunakan sebagai parameter kestabilan dan dapat
persentase sebesar 6,5%, formula I berkisar 5,81- mempengaruhi daya sebar suatu sediaan. Nilai
6,32 dengan kenaikan persentase sebesar 8,7%, viskositas lotion umumnya berkisar antara 2000-
formula II berkisar 5,76-6,51 dengan kenaikan 50.000 cp (SNI, 1996).
persentase sebesar 13% dan formula III berkisar Pengujian viskositas lotion berdasarkan uji
5,77-6,52 dengan kenaikan persentase sebesar stabilitas penyimpanan pada suhu kamar dengan
13%. menggunakan viskometer Brookfield pada

6
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

kecepatan 30 rpm dan spindle nomor 6. Kontrol


Viskositas yang didapat berkisar pada (6.796 cP –
11.684 cP) dengan rincian, formula kontrol Formula I 6,3 6,4 6,5 6,6 6,8 MS
(11.684 cP – 10.273 cP), formula I (7.933 cP – Formula II 6,1 6,1 6,2 6,3 6,4 MS
6.796 cP), formula II (8.133 cP – 7.258 cP) dan
Formula
formula III (9.844 cP – 8.527 cP). Pada formula III 6,0 6,0 6,3 6,4 6,5 MS
kontrol terjadi penurunan persentase sebesar 12%,
Keterangan:
formula I 14,3%, formula II 10,7% dan formula
MS : Memenuhi Syarat
III 13,3%.
Memenuhi syarat jika daya sebar antara 5-7 cm
Hand and body lotion yang memiliki
viskositas terendah adalah formula I, diikuti (Garg et al., 2002)
formula II, formula III dan formula kontrol
Pengujian daya sebar bertujuan untuk
dengan variasi setil alkohol (2%), (3%), (4%) dan
mengetahui kemampuan menyebar sediaan hand
(3%). Pada penelitian ini, kekentalan hand and
and body lotion pada permukaan kulit. Daya
body lotion formula II lebih rendah daripada
formula kontrol padahal jumlah konsentrasi sebar pada sediaan hand and body lotion
dipengaruhi oleh viskositas. Semakin rendah
emulgator yang digunakan sama yaitu 3% setil
viskositas hand and body lotion maka hand and
alkohol. Hal ini dikarenakan oleh adanya
body lotion dengan mudah akan terdistribusi
penambahan zat aktif berupa ekstrak daging buah
merata dengan demikian akan menyebabkan daya
labu kuning pada formula II.
sebar pada hand and body lotion lebih tinggi dan
Berdasarkan hasil pengamatan penurunan
penyerapan terhadap zat aktif akan semakin baik
viskositas sediaan hand and body lotion
(Risha, 2016). Dari hasil pengamatan kestabilan
disebabkan karena kondisi penyimpanan sediaan
daya sebar hand and body lotion ekstrak daging
pada suhu ruangan seadanya tanpa ada pengatur
buah labu kuning (Cucurbita moschata Duch.)
suhu, dimana ketika suhu ruangan meningkat
yang disimpan pada suhu kamar selama 28 hari
dapat menyebabkan viskositas sediaan menurun
didapatkan rentang diameter 5,4-6,5 cm untuk
begitupun sebaliknya (Dini, 2015). Hal tersebut
keempat formula dengan rincian pada formula
menunjukkan bahwa suhu penyimpanan
kontrol berkisar antara 5,4-6,0 cm dengan
berpengaruh terhadap viskositas sediaan.
kenaikan persentase sebesar 11,1%, formula I
Penurunan ini terjadi juga disebabkan karena
berkisar antara 6,3-6,8 cm dengan kenaikan
semakin lama waktu penyimpanan maka semakin
persentase sebesar 7,9%, formula II berkisar
lama juga sediaan terpengaruh oleh lingkungan,
antara 6,1-6,4 cm dengan kenaikan persentase
misalnya udara, kemasan (wadah) yang kurang
sebesar 4,9% dan formula III berkisar antara 6,0-
kedap juga memungkinkan dapat menyebabkan
6,5 cm dengan kenaikan persentase sebesar 8,3%.
sediaan menyerap air dari luar sehingga
Pada penyimpanan suhu kamar tiap
menambah volume air dalam sediaan.
formula mengalami kenaikan daya sebar, hal ini
Walaupun terjadi penurunan kekentalan
disebabkan oleh menurunnya viskositas sediaan
pada sediaan yang disimpan pada suhu kamar,
yang disimpan pada suhu kamar. Menurut
nilai viskositas sediaan hand and body lotion
Swastika dkk (2013) daya sebar berkaitan dengan
masih memasuki range yang memenuhi syarat
viskositas hand and body lotion, apabila
viskositas sediaan lotion yaitu 2000-50.000 cP
viskositas hand and body lotion menurun maka
(SNI, 1996). Dengan demikian hand and body
daya sebar hand and body lotion semakin
lotion yang mengandung ekstrak daging buah
meningkat. Hal ini dibuktikan dengan
labu kuning (Cucurbita moschata Duch.)
menurunnya viskositas hand and body lotion pada
memenuhi syarat viskositas sediaan lotion
penyimpanan suhu kamar dan daya sebar tiap
ditinjau dari penyimpanan suhu kamar.
formula cenderung meningkat.
Berdasarkan hasil pengamatan daya sebar
Tabel 4. Hasil Pengamatan daya sebar Hand and
hand and body lotion pada penyimpanan suhu
Body Lotion Ekstrak Daging Buah Labu
kamar telah sesuai dengan pernyataan Garg et al
Kuning (Cucurbita moschata Duch.)
(2002) bahwa umumnya daya sebar berbanding
pada Penyimpanan Suhu Kamar Selama
28 Hari terbalik dengan viskositas dimana semakin besar
viskositas maka semakin kecil daya sebar sediaan
Daya Sebar Hand and Body Lotion
Ekstrak Daging Buah Labu Kuning atau sebaliknya. Dengan demikian ditinjau dari
Hand and (Cucurbita moschata Duch.) pengujian dan pengamatan terhadap daya sebar
Ketera
Body hand and body lotion yang mengandung ekstrak
Hari Ke- ngan
Lotion daging buah labu kuning (Cucurbita moschata
0 7 14 21 28 Duch.) telah memenuhi persyaratan untuk
diformulasikan menjadi bentuk sediaan hand and
Formula 5,4 5,6 5,7 5,9 6,0 MS

7
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

body lotion yakni berkisar antara 5-7 cm (Garg et moschata Duch.)


al, 2002).
Hari Ke-
Tabel 5. Hasil Pengamatan pemisahan fase Hand 0 7 14 21 28
and Body Lotion Ekstrak Daging Buah Formula
H H H H H MS
Labu Kuning (Cucurbita moschata Kontrol
Duch.) pada Penyimpanan Suhu Kamar Formula
H H H H H MS
Selama 28 Hari I
Pemisahan Fase Hand and Body Formula
H H H H H MS
Lotion Ekstrak Daging Buah II
Hand Labu Kuning (Cucurbita Formula
moschata Duch.) Ketera H H H H H MS
and Body III
ngan
Lotion Hari Ke- Keterangan:
0 7 14 21 28 H : Homogen
MS : Memenuhi Syarat
Formula
TM TM TM TM TM MS
Kontrol
Pengujian homogenitas bertujuan untuk
Formula
I
TM TM TM TM TM MS mengetahui distribusi partikel-partikel dalam
hand and body lotion ekstrak daging buah labu
Formula
II TM TM TM TM TM MS kuning (Cucurbita moschata Duch.) yang
disimpan pada suhu kamar. Pada tabel di atas
Formula dapat dilihat hasil pengujian dan pengamatan
III TM TM TM TM TM MS
terhadap homogenitas hand and body lotion yang
Keterangan: mengandung ekstrak daging buah labu kuning
TM : Tidak Memisah (Cucurbita moschata Duch.) selama 28 hari
MS : Memenuhi Syarat penyimpanan pada suhu kamar. Pengamatan
Memenuhi syarat jika tidak terjadi pemisahan selama masa penyimpanan sediaan hand and
fase minyak dan fase air body lotion menunjukkan tidak ada perubahan
homogenitas. Pengujian ini dilakukan dengan
Uji pemisahan fase bertujuan untuk cara mengoleskan tipis hand and body lotion
mengetahui apakah hand and body lotion ekstrak daging buah labu kuning (Cucurbita
mengalami ketidakstabilan sistem emulsi moschata Duch.) baik formula kontrol, formula I,
sehingga terpisah antara fase minyak dan fase formula II dan formula III pada kaca objek, lalu
airnya selama penyimpanan. Dari tabel di atas ditutup dengan deck glass. Kemudian dilihat
dapat dilihat bahwa sediaan hand and body lotion sebaran partikelnya di bawah mikroskop.
tidak mengalami pemisahan fase pada Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
penyimpanan suhu kamar. Hal tersebut partikel terdistribusi dengan baik dalam basis
dikarenakan penggunaan pengemulsi yang baik. lotion ditandai dengan tidak adanya partikel yang
Menurut Rowe, Sheskey dan Quinn (2009) menggumpal atau tidak rata pada formula kontrol,
trietanolamin dan asam stearat akan membentuk formula I, formula II dan formula III selama 28
sabun anionik dan dapat digunakan sebagai hari penyimpanan pada suhu kamar. Saat
pengemulsi lotion tipe minyak dalam air yang dioleskan di kulit juga tidak terdapat butiran kasar
baik dan stabil sehingga tidak terjadi pemisahan yang menggumpal. Menurut Rieger (1994)
antara fase minyak dan fase air. Dengan homogenitas sistem emulsi dipengaruhi oleh
demikian, ditinjau dari pengujian pemisahan fase teknik atau cara pencampuran yang dilakukan
hand and body lotion yang mengandung ekstrak serta alat yang digunakan pada proses pembuatan
daging buah labu kuning (Cucurbita moschata emulsi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan
Duch.) tidak mengalami pemisahan fase pada tiap bahwa sediaan hand and body lotion yang
formula selama penyimpanan suhu kamar. mengandung ekstrak daging buah labu kuning
(Cucurbita moschata Duch.) memiliki
homogenitas sediaan yang memenuhi syarat stabil
Tabel 6. Hasil Pengamatan homogenitas Hand selama uji penyimpanan pada suhu kamar.
and Body Lotion Ekstrak Daging Buah Tabel 7. Hasil Pengamatan tipe emulsi Hand and
Labu Kuning (Cucurbita moschata Body Lotion Ekstrak Daging Buah Labu
Duch.) pada Penyimpanan Suhu Kamar Kuning (Cucurbita moschata Duch.)
Selama 28 Hari pada Penyimpanan Suhu Kamar Selama
Hand Homogenitas Hand and Body
Ketera
28 Hari
and Body Lotion Ekstrak Daging Buah
ngan
Lotion Labu Kuning (Cucurbita

8
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Tipe Emulsi Hand and Body Lotion Kontrol


Ekstrak Daging Buah Labu Kuning
Hand (Cucurbita moschata Duch.) Kete
Formula I 4 13,3% 26 86,7%
and Body rang
Lotion Hari Ke- an Formula II 0 0% 30 100%
0 7 14 21 28
Formula III 2 6,7% 28 93,3%
Formula
M/A M/A M/A M/A M/A MS Keterangan:
Kontrol
Formula B : Berubah
M/A M/A M/A M/A M/A MS
I TB : Tidak Berubah
Formula
M/A M/A M/A M/A M/A MS
II Pengujian warna melibatkan 30 orang
Formula
M/A M/A M/A M/A M/A MS responden yang bertujuan untuk mengetahui
III apakah hand and body lotion ekstrak daging buah
Keterangan: labu kuning (Cucurbita moschata Duch.) yang
M/A : Minyak dalam Air dibuat mengalami perubahan warna atau tidak
MS : Memenuhi Syarat selama penyimpanan pada suhu kamar. Formula
Memenuhi syarat jika tipe emulsi M/A kontrol berwarna putih karena tidak ditambahkan
ekstrak daging buah labu kuning (Cucurbita
Uji tipe emusi bertujuan untuk mengetahui moschata Duch.). Sedangkan pada formula I,
apakah hand and body lotion yang dibuat yakni formula II dan formula III memiliki warna kuning
tipe minyak dalam air (M/A) tetap stabil atau kecokelatan yang dihasilkan dari warna ekstrak
mengalami perubahan tipe emulsi. Pengujian tipe daging buah labu kuning (Cucurbita moschata
emulsi ditetapkan dengan cara menambahkan Duch.). Konsentrasi ekstrak daging buah labu
reagen methylen blue secara mikroskopik kuning yang digunakan pada formula I, formula II
(Syamsuni, 2006). Hasil pengujian tipe emulsi dan formula III ialah 4,2%.
menunjukkan bahwa sediaan hand and body Pada tabel di atas dapat dilihat hasil
lotion tidak mengalami perubahan tipe emulsi pengujian warna sediaan hand and body lotion
selama penyimpanan dilihat dengan warna biru di yang mengandung ekstrak daging buah labu
indikator methylen blue yang larut dalam fase kuning (Cucurbita moschata Duch.) pada
pendispersi (fase air). Dari pengamatan yang penyimpanan suhu kamar selama 28 hari. Dari
dilakukan pada keempat formula hand and body hasil kuesioner tersebut menunjukkan bahwa
lotion selama penyimpanan suhu kamar pada formula kontrol sebanyak 20% responden
menunjukkan bahwa tidak ada perubahan tipe menyatakan hand and body lotion terjadi
emulsi. perubahan warna, pada formula I sebanyak 13,3%
Kestabilan tipe emulsi ini sesuai dengan responden menyatakan hand and body lotion
pernyataan Rowe, Sheskey dan Quinn (2009) terjadi perubahan warna, pada formula II
bahwa trietanolamin dan asam stearat akan sebanyak 0% responden menyatakan hand and
membentuk sabun anionik dan dapat digunakan body lotion terjadi perubahan warna dan pada
sebagai pengemulsi lotion tipe minyak dalam air formula III sebanyak 6,7% responden
yang baik dan stabil. Hal ini menunjukkan bahwa menyatakan bahwa hand and body lotion terjadi
pencampuran ekstrak daging buah labu kuning perubahan warna.
(Cucurbita moschata Duch.) ke dalam formula Terjadinya perubahan warna terhadap
dapat bercampur dengan baik. Sehingga dapat sediaan tersebut bisa terjadi karena tutup sediaan
disimpulkan bahwa hand and body lotion yang yang tidak rapat dan di dalam sediaan juga
mengandung ekstrak daging buah labu kuning terdapat trietanolamin dimana warnanya dapat
(Cucurbita moschata Duch.) memiliki tipe emulsi berubah menjadi lebih gelap karena udara dan
M/A yang baik dan stabil selama penyimpanan cahaya (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009). Jadi
suhu kamar. dapat disimpulkan dari 30 orang responden yang
mengisi kuesioner pengamatan pada warna untuk
Tabel 8. Hasil Pengamatan warna Hand and Body tiap formula menunjukkan bahwa sediaan hand
Lotion Ekstrak Daging Buah Labu and body lotion yang mengandung ekstrak daging
Kuning (Cucurbita moschata Duch.) buah labu kuning (Cucurbita moschata Duch.)
pada Penyimpanan Suhu Kamar Selama masih memenuhi syarat pada penyimpanan suhu
28 Hari kamar.
Hand and Warna
Body Tabel 9. Hasil Pengamatan bau Hand and Body
Lotion B % TB % Lotion Ekstrak Daging Buah Labu
Kuning (Cucurbita moschata Duch.)
Formula 6 20% 24 80% pada Penyimpanan Suhu Kamar Selama

9
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

28 Hari Formula III 0 0% 30 100%


Hand and Bau Keterangan:
Body
Lotion B % TB % I : Iritasi
TI : Tidak Iritasi
Formula
4 13,3% 26 86,7%
Kontrol
Pengujian iritasi kulit bertujuan untuk
Formula I 1 3,33% 29 96,7% melihat apakah sediaan hand and body lotion
Formula II 0 0% 30 100% yang dibuat dapat menimbulkan gejala iritasi atau
tidak pada saat digunakan. Data hasil kuesioner
Formula III 0 0% 30 100% menunjukkan bahwa 30 orang responden yang
Keterangan: menguji iritasi kulit sediaan hand and body lotion
B : Berubah yang disimpan pada suhu kamar sebanyak 100%
TB : Tidak Berubah responden tidak mengalami gejala iritasi seperti
kulit kemerahan, gatal-gatal, rasa panas ataupun
Pengujian bau bertujuan untuk mengetahui perih pada permukaan kulit setelah diolesi hand
apakah sediaan hand and body lotion yang dibuat and body lotion yang mengandung ekstrak daging
mengalami perubahan bau atau tidak selama buah labu kuning (Cucurbita moschata Duch.).
penyimpanan pada suhu kamar. Pada tabel di atas Hal ini dikarenakan pH yang dihasilkan berkisar
dapat dilihat hasil pengujian bau sediaan hand antara 5,76-6,85, dimana pH yang dihasilkan
and body lotion yang mengandung ekstrak daging mendekati pH 7 yang mana pada pH tersebut kulit
buah labu kuning (Cucurbita moschata Duch.). mampu dengan baik mentoleransi sediaan saat
Dari hasil kuesioner tersebut menunjukkan bahwa digunakan (Aulton, 2002). Hal lain yang
pada formula kontrol sebanyak 13,3% responden mempengaruhi yaitu bahan-bahan yang
menyatakan terjadi perubahan bau sediaan, pada terkandung dalam formula tidak menyebabkan
formula I sebanyak 3,33% responden menyatakan iritasi kulit dan kondisi sediaan hand and body
terjadi perubahan bau sediaan dan pada formula II lotion tersebut masih baik pada penyimpanan
dan III sebanyak 0% responden menyatakan suhu kamar.
terjadi perubahan bau sediaan.
Dari hasil yang didapatkan hanya formula
IV. KESIMPULAN
II dan formula III tidak mengalami perubahan
bau, sedangkan pada formula kontrol dan formula Berdasarkan hasil penelitian dan
I mengalami perubahan bau pada sediaannya, hal pembahasan terhadap kestabilan fisik hand and
ini disebabkan oleh kondisi tutup sediaan yang body lotion ekstrak daging buah labu kuning
tidak rapat dan berpaparan langsung dengan udara (Cucurbita moschata Duch.) dengan variasi setil
sehingga sediaan mengalami perubahan pada bau alkohol sebagai emulgator dapat diformulasikan
dan juga memungkinkan sediaan terkontaminasi menjadi sediaan hand and body lotion yang stabil
bakteri dan mikroba yang dapat mempengaruhi dan memenuhi persyaratan
perubahan bau yang tengik pada sediaan. Jadi
dapat disimpulkan dari 30 orang responden yang V. DAFTAR PUSTAKA
mengisi kuesioner pengamatan pada bau untuk Adlhani, E., 2014. Penapisan Kandungan
tiap formula menunjukkan bahwa sediaan hand Fitokimia Pada Buah Labu Kuning. Jurnal
and body lotion yang mengandung ekstrak daging Teknologi Industri Volume 3 Nomor 1.
buah labu kuning (Cucurbita moschata Duch.)
masih memenuhi syarat pada penyimpanan suhu Alamendah., 2010. Labu Tumbuhan Kaya
kamar. Manfaat.
(http://alamendah.wordpress.com/2010/06/
Tabel 10. Hasil Pengamatan iritasi kulit Hand and 20/labu-tumbuhan-kayamanfaat/. Diakses
Body Lotion Ekstrak Daging Buah Labu pada tanggal 28 Juli 2012).
Kuning (Cucurbita moschata Duch.)
pada Penyimpanan Suhu Kamar Selama Anief, M., 2007. Ilmu Meracik Obat. Gadjah
28 Hari Mada University Press, Yogyakarta.
Hand and Iritasi Kulit
Body Ansel, H., 2005. Introduction to Pharmaceutical
Lotion I % TI % Dosage Forms. Jakarta: UI Press
Formula
0 0% 30 100% Apriandi, A., 2011. Aktivitas Antioksidan dan
Kontrol
Formula I 0 0% 30 100% Komponen Bioaktif Keong Ipong-Ipong
(Fasciolaria Salmo). Institut Pertanian
Formula II 0 0% 30 100% Bogor. Indonesia.

10
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Aulton, M., 2002. Pharmaceutical Practice Of Lachman, L., H.A. Lieberman, dan J.L. Kanig,
Dosage Form Design. Curcill Livingstone, 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edirberd, London, hal. 244, 347. Terjemahan Oleh: Siti Suyatmi.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope
Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Mitsui, T., 1996. New Cosmetic Science. Elsevier
Republik Indonesia, hal. 6. Science. B.V. Amsterdam, hal. 29-30, 211.

Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Muchtadi, D., 2013. Antioksidan dan Kiat Sehat
Indonesia Edisi III. Departemen di Usia Produktif. Bandung: Alfabeta.
Kesehatan Republik Indonesia, hal. 9.
Mulyani, T., Ariyani, H., Rahimah, dan Rahmi,
Dewan Standar Nasional, 1996. SNI 16.4399. S., 2018. Formulasi dan Aktivitas
Mutu Sediaan Tabir Surya. Antioksidan Lotion Ekstrak Daun Suruhan
(Peperomia pellucida L.). Galenika
Dini, A. A., 2015. Formulasi Sediaan Skin Cream Journal of Pharmacy. 2 (1) : 111-117.
Aloe Vera (Aloe barbadensis): Evaluasi
Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan. Naskah Paul C, Maumus-Robert S, Mazereeuw-Hautier J,
Publikasi. Fakultas Farmasi, Universitas Guyen C, Saudez X SA., 2011. Prevalence
Muhammadiyah Surakarta. and risk factors for xerosis in the elderly:
a cross-sectional epidemiological study in
Djuanda, A., 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan primary care. JAAD.
Kelamin. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. Purwaningsih, S., Salamah, E., dan Budiarti, T.,
A., 2014. “Formulasi Skin Lotion dengan
Dwikarya, M., 2002. Merawat Kulit dan Wajah. Penambahan Karagenan dan Antioksidan
Jakarta : Kawan Pustaka. Alami dari Rhizophora mucronata Lamk”.
Jurnal Akuatika. (Volume V No 1,) 55-62.
Garg, A., D. Aggarwal, S. Garg, and A. K. Sigla.
2002. Spreading of Semisolid Ramayulis, R. 2014. Slim is Easy. Jakarta:
Formulation: An Update. Pharmaceutical Penebar Plus.
Tecnology, USA.
Risha, N.A., 2016. Formulasi Dan Uji Stabilitas
Hendrasty, H.K., 2003. Tepung Labu Kuning Fisik Sediaan Krim AntiInflamasi Ekstrak
Pembuatan dan Pemanfaatannya. Etanol 70% Herba Kumis Kucing
Yogyakarta: Kanisius. (Orthosiphon stamineus Benth.). Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program
Hernani dan Raharjo, M., 2006. Tanaman Studi Farmasi. Universitas Islam Negeri
Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar Syarif Hidayatullah Jakarta.
Swadaya.
Rowe, R.C., P.J. Sheskey dan M.E. Quinn, 2009.
Idayu, R., 2017. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Handbook of Pharmaceutical Excipients
Etanol Daging Buah Labu Kuning Sixth Edition. American Pharmaceutical
Cucurbita moschata (Duch.) Poir. Dengan Association. London, Chicago, hal. 155-
Metode β-Carotene Bleaching. 156, 438-440, 596-598, 697-698, 754-755,
766.
Kandlakunta, B., Rajendran A., & Thinganing L.,
2008. Caroten Content Of Some Common Rukmana., 1997. Budidaya Waluh. Yogyakarta:
(Cereals, pulses, Vegetebles, Sp Ices And Kanisius.
Condiments) And Unconventional Sources
Of Plant Origin. Food Cemistry. 85-89 Sinaga, S., 2011. Pengaruh Substitusi Tepung
Terigu Dan Jenis Penstabil Dalam
Keithler, W.M.R., 1956. The Formulation of Pembuatan Cookies Labu Kuning.
Cosmetics and Cosmetics Specialites. (Skripsi). Medan. Universitas Sumatera
Drug and Cosmetic Industry, New York, Utara.
hal. 12, 65.
Soedarya, M. P., 2006. Agribisnis Labu Kuning.
Kumalaningsih., 2007. Antioksidan dan Jawa Barat: Pustaka Grafik.
Penangkal Radikal Bebas. Jakarta:
Trubus Agrisarana. Sudarto, Y., 1993. Budidaya Waluh. Yogyakarta:
Kanisius.

11
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Sudarto, Y., 2000. Budidaya Waluh. Yogyakarta: Widia, L., 2015. Anatomi Fisiologi dan Siklus
Kanisius. Kehidupan Manusia. Nurha Medika,
Yogyakarta, Indonesia, hal 86-87.
Suprapti, L., 2005 . Kuaci dan Manisan Waluh.
Yogyakarta: Kanisius. Winarsi, H., 2007. Antioksidan Alami dan
Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.
Suryanto, E dan Wehantouw, F., 2009. Aktivitas
Penangkap Radikal Bebas Dari Ekstrak Wulandari, P., 2016. Uji Stabilitas Fisik dan
Fenolik Daun Sukun (Artocarpus altilis Kimia Sediaan Krim Ekstrak Etanol
F.). Chem. Prog. Vol.2, No.1. Tumbuhan Paku (Nephrolepis falcata
(Cav.) C. Chr.). Skripsi, Jurusan Farmasi
Standar Nasional Indonesia., 1996. Sediaan Tabir Universitas Islam Negeri Syarif
Surya. SNI 16-4399-1996. Bandar Hidayatullah, Jakarta.
Standarisasi Nasional.
Wungkana, I., Suryanto, E., dan Momuat, L.,
Swastika, N.S.P., Alissya, Mufrod, dan Purwanto, 2013. “Aktivitas Antioksidan dan Tabir
2013. Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Surya Fraksi Fenolik dari Limbah Tongkol
Sari Tomat (Solanum lycopersicum L.). Jagung (Zea mays L.)”, Jurnal Ilmiah
Traditional Medicine Journal, 18 (3): 132- Farmasi-UNSRAT. (Volume 2 No 04).
140.

Syamsuni, H.A., 2006. Ilmu Resep. Buku


Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia, hal
121.

Syamsuni, H.A., 2007. Ilmu Resep. Buku


Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia.

Tamat, S. R., T. Wikanta dan L. S. Maulina.,


2007. Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas
Senyawa Bioaktif dari Ekstrak Rumput
Laut Hijau Ulva reticula Forsskal. Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia, 5 (1) : 31-35.

Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007. Buku


Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik,
Editor: Joshita Djajadisastra, Pharm., MS,
Ph.D. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama.
Hal: 3, 6-8, 11, 19-20, 90.

Unvala, H.M., 2005, Cetyl Alcohol, dalam Rowe,


R.C.,Sheskey, P.J., dan Owen, S.C.,
Handbook of Pharmaceutical Exipients,
155-156, Pharmaceutical Press, London.

Utami, P., 2008. Buku Pintar Tanaman Obat.


Jakarta: Agromedia Pustaka.

Voigt, R., 1994.


Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi
ke-5, diterjemahkan oleh Dr. Soendani
Noerono, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Waji, R. A. dan Sugrani, A., 2009, Flavonoid


(Quercetin), Laporan Kimia Organik
Bahan Alam Program S2 Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

12
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

UJI DAYA HAMBAT SERBUK CACING TANAH (Lumbricus rubellus)


TERHADAP BAKTERI Salmonella Typhi

M.Nizar 1).,Sarmadi 2),Dwi Agustin3.)

1.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
2.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
3.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang

E – mail : Dwiiagustin97@gmail.com

ABSTRACT

Penyakit tifus merupakan salah satu penyakit sistemik akut yang endemik di
Indonesia.Tifus disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang ditularkan melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi.Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan dengan mencari obat tradisional dari bahan-bahan alami (hewan), salah
satunya dengan menggunakan cacing tanah (Lumbricus rubellus). Secara empiris cacing
Lumbricus rubellus telah digunakan sebagai obat tifus.Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui kemampuan daya hambat serbuk cacing tanah Lumbricus rubellus pada
konsentrasi 10%, 20%, 30%,40%, dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella
typhi. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium.Penelitian dilakukan
menggunakan metode Kirby-Bauer cakram.Cacing Lumbricus rubellus diperoleh dari
peternak cacing tanah yaitu bapak Hasanudin Firmansyah di Jl. Lapang II No.8 cikole
Lembang Bandung 40291.Biakan murni Salmonella typhi didapatkan dari Balai Besar
Laboratorium Kesehatan Palembang.Pengambilan data dilakukan dengan mengukur
diameter zona hambat yang terbentuk pada sekeliling paper disc yang telah ditanamkan
pengenceran serbuk cacing tanah dengan konsentrasi yang telah ditentukan.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa serbuk cacing tanah (Lumbricus rubellus) dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Diameter zona hambat yang dihasilkan paling besar
adalah pada konsentrasi 40% dengan lebar 50mm. Hal ini dapat disimpulkan bahwacacing
tanah (Lumbricus rubellus) dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk penyakit tifus.

Kata Kunci: Serbuk cacing tanah, daya hambat, Lumbricus rubellus, Salmonella typhi

13
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

A. Latar Belakang (M Sari, 2014).Cacing tanah tersebar di

seluruh permukaan bumi dan mudah


Penyakit infeksi merupakan salah satu
dikembangbiakan dengan keunggulan seperti
masalah serius dalam dunia kesehatan.
penambahan berat badan cepat, produksi telur
Peyakit infeksi adalah penyakit yang
yang banyak, dan tidak terlalu sensitive
disebabkan oleh mikroba patogen
terhadap lingkungan (Ciptanto, 2011).
(Darmadi,2008). Salah satu mikroba patogen
Cacing tanah termasuk dalam kelas
yang ada di kehidupan manusia yaitu bakteri
Oligochaeta yang mempunyai banyak suku
Salmonella typhi. Bakteri Salmonella typhi
(famili).Terdapat 4 spesies cacing tanah yang
ini menjadi salah satu penyebab penyakit
sudah dibudidayakan dan diproduksi secara
infeksi akut yang dapat menyerang manusia
komersial, yaitu Lumbricus rubellus, Eisenia
yaitu demam tifoid (P Penyakit tifoid
foetida, Pheretima asiatica, dan Eudrilus
termasuk penyakit sistemik akut atau disebut
eugeuniae (Palungkun, 1999).Cacing tanah
typhoid feveratau typus abdominalis dibidang
sangat dikenal di masyarakat terutama
kedokteran. Tifoid merupakan penyakit yang
masyarakat pedesaan yang hampir setiap hari
menyerang bagian usus halus pada tubuh
menemukannya di kebun, tegalan atau sawah.
manusia (Braunwald, 2005). Penularan tifoid
Kehadiran cacing tanah di bumi telah
melalui makanan dan minuman yang
memberi manfaat yang begitu besar, seperti
terkontaminasi oleh bakteri Salmonella
sebagai penghancur dan pendaur ulang limbah
typhi(Zulkoni, 2010). Salah satu gejala tifoid
bahan organik, menyuburkan lahan pertanian,
yang timbul berupa demam selama satu
sebagai pupuk organik, dan lain-lain(Ciptanto,
minggu, disertai gangguan pada saluran
2011).Pengobatan tradisional Tiongkok
pencernaan (Rampengan, 2007).elczar, 1988).
banyak menggunakan cacing tanah dalam
Obat tradisional yang digunakan oleh
ramuan untuk menyembuhkan berbagai
masyarakat Indonesia tidak hanya dari
penyakit.Cacing tanah mampu mengobati
tanaman obat, tetapi juga berasal dari
berbagai infeksi saluran pencernaan seperti
hewan.Hewan-hewan yang dipercaya
tifus, demam, diare, serta gangguan perut
memiliki khasiat sebagai obat meliputi hewan
lainnya seperti maag.Bisa juga untuk
laut dan hewan darat.Salah satu hewan darat
mengobati penyakit infeksi saluran
yang dipercaya masyarakat memiliki banyak
pernapasan seperti batuk, asma, influenza dan
manfaat bagi kehidupan adalah cacing tanah
TBC (Indriati, 2012).Serbuk cacing tanah

14
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

(LumricusRubellus) mampu menghambat 2. Tujuan Khusus


pertumbuhan bakteri baik Gram positif
a. Untuk mengetahui daya hambat serbuk
maupun Gram negative. Dikarenakan serbuk
cacing tanah Lumbricus rubellus terhadap
cacing tanah (Lumricus Rubellus)
bakteri Salmonella typhi .
mengandung bahan aktif antibakteri
b. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa
lumbricin(Cho et al, 1998). Penelitian
daya hambatserbuk cacing tanah Lumbricus
terdahulu yang pernah dilakukan (Dian Laila,
rubellus yang mampu menghambat
2010) “uji in vitro jenis tepung cacing tanah
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi .
(Lumbricus rubellus) dengan variasi suhu
c. Untuk membandingkan kekuatan daya
pengolahan terhadap penghambatan
hambat serbuk cacing tanah dengan kontrol
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi hal ini
positif.
dikarenakan tubuh cacing tanah mengandung

zat-zat antimikroba diantaranya lysozyme, TINJAUAN PUSTAKA


agglutinin, lytic factor dan lumbricin. A. Cacing Tanah (Lumbricus
B. Rumusan Masalah
rubellus)
1. Apakah serbuk cacing tanah Lumbricus
Cacing tanah Lumbricus rubellus sering
Rubellusdapat menghambat bakteriSalmonella
disebut cacing ekor kuning.Warna tubuhnya
Typhi ?
agak terang dengan panjang cacing dewasa
2. Berapakah konsentrasi serbuk cacing tanah
10-14cm. Cacing tanah yang berasal dari
dapat menghambat pertumbuhanbakteri
Eropa ini merupakan jenis cacing tanah yang
Salmonella Typhi?
paling banyak dibudidayakan di berbagai
3. Bagaimanakah kekuatan daya hambat
daerah.Lumbricus rubellus paling mudah
serbuk cacing tanah dengan Kloramfenikol
ditemui dan banyak dibudidayakan diberbagai
sebagai kontrol positif ?
daerah (Abdul Aziz Adam Maulida 2015).

C. Tujuan Penelitian
1. Klasifikasi
1. Tujuan Umum
Cacing tanah Lumbricus rubellus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
diklasifikasikan sebagai berikut (Ciptanto,
serbuk cacing tanah(Lumbricus rubellus) dapat
2011):
menghambat pertumbuhan bakteriSalmonella
Kingdom : Animalia
typhi.

15
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Phylum : Annelida dalam filum Annelida sehingga disebut hewan

Class : Clitellata lunak.Seluruh tubuh cacing ini tersusun atas

Sub Class : Oligochaeta segmen-segmen yang berbentuk cincin

Ordo : Haplotaxida (annulus), memiliki rongga tubuh sejati

Family : Lumbricidae (selom) dan tidak memiliki kerangka

Genus : Lumbricus luar.Disetiap segmen terdapat rambut yang

Spesies : Lumbricus rubellus relative keras berukuran pendek yang disebut

seta.Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan

Gambar II.1 tubuh dilapisi kutikula tipis (Pangkulun,

Cacing Tanah (Lumricus rubellus) 2008).

Cacing tanah jenis Lumbricus rubellus

mempunyai bentuk tubuh bagian atas (dorsal)

membulat dan bagian bawah (ventral) pipih,

pada tubuhnya terdapat lendir yang dihasilkan

oleh kelenjar epidermis mempermudah


Sumber: (Wikipedia)
pergerakannya. Cincin atau segmen berjumlah
2. Nama Daerah
90 –195 ruas dan klitelium terletak pada
Cacing tanah Lumbricus rubellus dikenal
segmen 27 –32, jumlah segmen pada
oleh masyarakat dengan nama cacing
kliteliumberjumlah 6 –7 segmen. Dibagian
Eropa,hal ini dikarenakan Lumbricus rubellus
akhir tubuhnya terdapat anus untuk
berasal dari Eropa (Ciptanto, 2011). Cacing
mengeluarkan sisa-sisa makanan dan tanah
ini juga dikenal dengan sebutan cacing merah
yang dimakannya.Lubang kelamin jantan
atau cacing Lumbricus (Pangkulun, 2008).
terletak pada segmen ke-14, sedang lubang
Selain itu cacing Lumbricus rubellus disebut
kelamin betina terletak pada segmen ke-13.
juga dengan Red earthworm, Red Wiggler,
Ukuran tubuh Lumbricus rubellusrelatif kecil
(European) earthworm, Driftworm,
dengan panjang 4 –7 cm. Warna tubuh
Gardenworm, red marsh worm (Nurul, 2010).
terutama bagian punggung berwarna cokelat
3. Morfologi
cerah sampai kemerahan, perut berwarna krem
Cacing tanah Lumbricus rubellus
dan ekor berwarna kekuningan. Tubuh semi
tergolong dalam kelompok hewan avertebrata
transparan dan elastis (Ciptanto, 2011).Tidak
(tidak bertulang belakang) yang termasuk ke

16
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

memiliki alat gerak dan tidak memiliki mata dimanfaatkan sebagai bahan makanan

(Ristek, 2009). manusia selain digunakan untuk ramuan obat

4. Habitat dan bahan kosmetik (Sajuthi dkk, 2003).

Lumbricus rubellus hidup di tanah yang Protein yang terkandung dalam tubuh

mengandung bahan organik dalam jumlah cacing Lumbricus rubellus terdiri dari

besar.Bahan-bahan organik tanah dapat sembilan macam asam amino dan empat

berasal dari serasah (daun-daun gugur), macam asam amino non-esensial.Sembilan

kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang macam asam amino esensial tersebut meliputi

mati. Kondisi tanah yang dibutuhkan arginin, histidin, leusin, isoleusin, valin,

Lumbricus rubellus agar dapat tumbuh dengan metionin, fenilalanin, lisin, dan

baik yaitu tanah yang sedikit asam sampai treonin.Sedangkan empat macam asam amino

netral atau pH sekitar 6 -7,2. Pada kondisi ini, non-esensial ialah sistein, glisin, serin, dan

bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat tirosin (Pangkulun, 2008).Dalam ekstrak

bekerja optimal untuk mengadakan cacing tanah juga terdapat zat antipurin,

pembusukan atau fermentasi.Kelembapan antiperik, antidota, vitamin, dan beberapa

yang optimal untuk pertumbuhan dan enzim misalnya lumbrokinase, peroksidase,

perkembangbiakan cacing tanah Lumbricus katalase, dan selulosa (Priosoeryanto, 2001).

rubellus adalah antara 15-30%.Suhu Selain itu kandungan gizi lainya yang

lingkungan yang dibutuhkan adalah sekitar terdapat dalam tubuh cacing tanah Lumbricus

15-250C, suhu yang lebih tinggi dari 250C rubellus antara lain lemak 7-10%, kalsium

masih baik asal ada naungan yang cukup dan 0,55%, fosfor 1%, dan serat kasar 1,08%, 17%

kelembapan optimal, (Ristek, 2009). karbohidrat serta mengandung auksin yang

5. Kandungan Bahan Kimia merupakan zat perangsang tumbuh untuk

Kandungan gizi yang dimiliki oleh tanaman (Pangkulun, 2008).

Lumbricus rubellus cukup tinggi, terutama Senyawa aktif yang terkandung dalam

kandungan proteinnya yang mencapai 64-76% Lumbricus rubellus adalah lumbricin yang

dan dinyatakan lebih tinggi dari sumber merupakan golongan peptide antimikrobia

protein lainnya,misalnya daging (65%) dan spektrum luas yang dapat menghambat bakteri

kacang kedelai (45%). Hal ini menjadi salah gram positif maupun negatif (broad

satu alasandi Jepang, Hongaria, Thailand, spectrum).Selain itu senyawa peptida seperti

Filipina, dan Amerika Serikat cacing ini Caelomocyter (bagian sel darah putih) yang

17
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

didalamnya terdapat lysozyme juga berperan

dalam aktivitas fagositosis serta berfungsi


METODE PENELITIAN
untuk meningkatkan immunitas (Cho dkk,
A. Jenis Penelitian
1998 dalam Julendra 2007).
Jenis penelitian yang dilakukan
Mekanisme kerja lumbricin yaitu dengan
merupakan penelitian deskriptif yang
menyebabkan perubahan mekanisme
dilakukan dilaboratorium dengan
permeabilitas membran sehingga sel
menentukan diameter daya hambat serbuk
mengalami lisis (Damayanti, 2009).Peptida
cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap
antimikrobia Lumbricin bermuatan positif
bakteri Salmonella typhi.
(Cho dkk, 1998) dan peptida bermuatan

positif diketahui dapat secara langsung B. Waktu dan Tempat Penelitian


mempengaruhi sintesis makromolekul karena Maret-Mei 2018 dilaksanakan di Balai

kerusakan depolarisasi dinding sel (Hancock Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)

dan Rozek, 2002). Kota Palembang.

Tepung Cacing tanah (Lumbricus


C. Objek Penelitian
rubellus) yang akan digunakan dalam
Objek penelitian ini adalah serbuk cacing
penelitian ini dilarutkan dalam air
tanah ( Lumbricus Rubellus) yang diperoleh
(Purwaningroom, 2010) karena bahan aktif
dari bapak Ruslan di OKU Timur Kec. Batu
yang terkandung dalam tepung cacing tanah
Mas.
ialah Lumbricin, merupakan asam amino yang

kaya akan prolin yang bersifat larut dalam air D. Alat dan Bahan
(Gold Biotechnology, 2009).
1. Alat
6. Pemanfaatan
Alat yang digunakan pada penelitian ini
Kehadiran cacing tanah di bumi adalah:

memberi manfaat begitu besar bagi kehidupan a. Timbangan


manusia.Salah satu jenis cacing tanah yang
b. Anak timbangan
banyak dimanfaatkan oleh kehidupan
c. Gelas ukur
masyarakat yaitu Lumbricus rubellus.

Lumbricus rubellus dipercaya mampu d. Beker gelas

mengobati penyakit infeksi saluran e. Dry heat oven

pencernaan seperti typus f. Lampu spiritus

18
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

g. Vial 2. 20% 44 mm 45 mm 45

2. Bahan mm
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: 3. 30% 47 mm 46 mm 47m

a. Serbuk cacing tanah (Lumbricus m


rubellus)
4. 40% 50 mm 48 mm 49
b. Media Muller Hiton Agar (MHA)
mm
c. Biakan bakteri Salmonella typhi

d. Kloramfenikol
Kontrol positif (Kloramfenikol) : 20 mm

e. Kertas cakram Kontrol Negatif (Aquadest) : 0 mm

f. Aquadest

KESIMPULAN DAN SARAN


HASIL
A. Kesimpulan
A. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Hasil pengukuran daerah hambat serbuk
dilakukan dapat disimpulkan bahwa serbuk
cacing tanah Lumbricus rubellus terhadap
cacing tanah Lumbricus rubellus pada
bakteri Salmonella typhidapat dilihat pada
konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, memiliki
tabel.
kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri

Salmonella typhi yang dikategorikan sangat

kuat, Karena hasil zona hambat >20. Namun

Tabel IV.1 apabila dilakukan perbandingan dengan

Zona Hambat Bakteri antibiotik sebagai control positif seperti

No Konsen Diameter Rata kloramfenikol pada bakteri Salmonella typhi,

serbuk cacing tanah terbukti efektif


trasi Daerah Hambat -rata
menghambat bakteri salmonella
(mm)
typhi.Sedangkan control positif Kloramfenikol
P1 P2 mampu menghambat pertumbuhan Bakteri

1. 10% 44 mm 44 mm 44 Salmonella typhi, yang dikategorikan Kuat,

mm karena hasil zona hambat 20.Semakin tinggi

konsentrasi semakin besar diameter zona

19
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

hambat yang dibentuk oleh serbuk cacing tanah dalam imbuhan pakan Ayam boiler,
Jurnal Fakultas kedokteran Universitas
Lumbricus rubellus terhadap pertumbuhan Gajah Mada: Yogyakarta. Dalam
https://scholar.google.co.id/citations?us
bakteri Salmonella typhi. er=Snoy0JMAAAAJ&hl=n

B. Saran Davis, W. W. dan T. R. Stout. 1971. Disc plate


Penulis menyarankan agar dapat dilakukan methods of microbilogical
antibioticassay. Microbiology 22: 659-
penelitian lebih lanjut mengenai serbuk cacing 665.

tanah (Lumbricus rubellus) sebagai obat Dzen, S.M., dkk, 2003, Bakteriologi Medik.
Ed. 1, Bayumedia Publishing: Malang
tradisional yang dapat digunakan untuk
Ganiswarna. 1995. Farmakologi dan terapi.
EGC Kedokteran. Jakarta.
pengobatan penyakit lain, dengan metode yang
Hancock, R.E.W., Rozek A., 2002, Mini
berbeda.
review role of membranes in the

activities In the activities of

DAFTAR PUSTAKA antimicrobial cationic peptides, FEMS

Microbiol.Harbone, J.B., 1984, Metode

Abdul Aziz Adam Maulida, Budidaya fitokimia, terjemahan K, Padmawinata


Cacing Tanah Unggul ala adam & I.Soediro, ITB: Bandung.
Cacing, Jakarta: agromedia
pustaka, 2015
Hendy, 2015, Demam tifoid(tipus),
Adiwina, W., 2015, Bakteri Salmonella, Dalamhttp://hendyhealth.wordpress.co
Morfologi dan Klasifikasi, m/2015/04/14/demam-tifoid-
tipus/,diakses pada tanggal 9 januari
Dalamhttp://www.wiraternak.co
2018.
m/2015/07/bakteri-salmonella-
morfologidan.html. Diakses Jawetz. 2004. Mikrobiologi kedokteran, Ed 23,
pada tanggal 9 januari 2018. Penerbit buku kedokteran EGC,Jakarta,
page 904-908.
Cho, J.H.; Park, C.B., Yoon, Y.G., dan Kim,
Koes Irianto. 2006. Mikrobiologi Menguak
S.C., 1998, Lumbricin I, A Novel Dunia Mikroorganisme. Jilid 2. Jakarta.

Prolinrich Antimikrobial Peptide from Madigan, M.T., Martinko, J.M., 2005. Brock
Biology of microorganism 11th ed.,
the Earthworm: Purification,cDNa Prentice Hall, New Jersey.
Cloning and Molecular
Nurul, D.B., 2010, Efek Terapi Kombinasi
Characterization, Biochim Klorokuin Dan Serbuk Lumbricus
Biophysacta. 1408(1) Rubellus Terhadap ekspresi Gen
Icam-1 Pada Mencit Swiss
YangDiinfeksi plasmodium berghei
Ciptanto dan Ulfah. (2011). Mendulung Emas anka, skripsi, Universitas
hitam melalui budidaya cacing tanah. SebelasMaret: Surakarta.
Yogyakarta: Penerbit lily publisher.
Halaman 12-18. Palungkun, R. 2008. Sukses Berternak Cacing
Tanah Lumbricus rubellus.Penebar
Damayanti, 2009, Pemanfaatan Tepung Swadaya: Jakarta.
Cacing (Lumbricus Rubellus)
sebagai Agensia Anti-pollorum

20
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Pratiwi,S.T.,2008.Mikrobiologi farmasi.
Erlangga, Jakarta: 150-
171.Priosoeryanto, B.P.P., dkk., 2001,
Aktifitas Antibakteri dan Efek
TerapeutikEkstrak Cacing Tanah
(Lumbricus rubellus) Secara Invitro dan
Invivo Pada Mencit Berdasarkan
Gambaran Patologi Anatomi dan
Histopatologi. Jurnal Balai Penelitian
Veteriner (BALITVET): Bogor.

Radji, M., 2010, Buku ajar Mikrobiologi panduan


Mahasiswa farmasi danKedokteran,
EGC: Jakarta.

Rasmilah (2010). Hubungan pencegahan demam


tifoid terhadapkebersihanLingkungan.
Jurnal fakultas kesehatan masyarakat
universitas Sumatera utara, 11(2),4547.

Ristek,2009,BudidayaCacing Tanah.Dalam
artikel
http://www.smallcrab.com/kesehatan/25
healthy/91-budidaya-cacing tanah,
Diakses pada 9 januari 2018.

Sajuthi, D., Suradikusumah, E., Santoso, M.A.,


2003, efek antipiretik EkstrakCacing
tanah, Dalam
http://www.kompas.com/kompascetak/03
05/29/ilpeng/336450.htmDiakses pada 9
januari 2018.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata


M, Setiati S. Buku ajar Ilmu Penyakit
dalam jilid II edisi V. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.

Sulistyo, 1971.Farmakologi dan


Terapi.EKG.Yogyakarta.

Sutedjo, M. 1996. Mikrobiologi Dasar. Jakarta:


Gramedia

Syahrurachman, A., 1994, Buku ajar


mikrobiologi kedokteran, Binarupa
Aksara:

Jakarta.

Widoyono, 2011, penyakit Tropis, Erlangga:


Jakarta.

Zulkoni, A., 2010, parasitologi, Nuha Medika:


Yogyakarta.

21
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

UJI CEMARAN MIKROBA PADA KOSMETIK FOUNDATION LIQUID


DENGAN METODE ALT ( ANGKA LEMPENG TOTAL)
Microbial Contamination Test on Cosmetic Foundation Liquid with ALT
Method (Total Plate Number)

Sarmadi1.), M.Nizar2.), Rohmawati3.)

1.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
2.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
3.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang

e-mail: donarohmawati1997@gmail.com

ABSTRAK

Acne Vulgaris merupakan penyakit kulit yang sering terjadi di masa remaja. Banyak faktor
yang mempengaruhi timbulnya jerawat antara lain penggunaan kosmetik. Kosmetik yang dapat
menibulkan reaksi alergi pada kulit diantaranya penggunaan foundation liquid yang dapat
menyebabkan jerawat di wajah. Bahan yang digunakan bersifat komedogenik atau akagenik
seperti lanolin,vaselin,alkohol dan asam oleat. Kosmetik yang sudah terkontaminasi
mikroorganisme biasanya terlihat dari warna, bau dan kekentalan. jika kosmetik yang sudah
terkontaminasi tersebut digunakan pada kulit tidak menutupi kemungkinan sulit mengalami
iritasi bahkan infeksi.Hal tersebut memudahkan mikroorganisme masuk kedalam produk
kosmetik dan berkembang biak menjadi koloni-koloni selama penyimpanan atau setelah
kemasan dibuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Angka Lempeng Total dalam
sediaan foundation liquid yang sudah dibuka dijual di toko kosmetik Kota Palembang. Untuk
mengetahui apakah sifat dan karakteristik foundation liquid masih dapat diterima oleh BPOM
dan konsumen.Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental deskriptif. Data yang
diperoleh berupa ALT. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi penentuan dan
pemilihan tempat pengambilan sampel, pengambilan sampel foundation liquid dan
pengujian Angka Lempeng Total pada foundation liquid.Pada penelitian ini diperoleh
Angka Lempeng Total dari foundation liquid telah dibuka Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai Angka Lempeng pada hari ke nol yang lansung diteliti sebesar 0 sampai dengan
390 koloni/ml dan setelah dubuka pada hari ke nol samapai dengan hari ke sepuluh hasil
menunjukkan bahwa ALT sebesar 98 x 103 sampai dengan 3,2 x 106 koloni/ml.semua sampel
foundation liquid yang telah dibuka dengan merek yang berbeda tidak memenuhi persyaratan
dan keamanan.

Kata Kunci : Acne Vulgaris, Foundation liquid dan ALT.

22
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

1. PENDAHULUAN yang sudah terkontaminasi tersebut


digunakan pada kulit tidak menutupi
Jerawat atau acne vulgaris, biasa disebut kemungkinan kulit mengalami iritasi
acne, adalah penyakit kulit obstruktif bahkan infeksi.Hal tersebut memudahkan
dan inflamatif kronik pada pilosebase mikroorganisme masuk kedalam produk
yang sering terjadi pada massa remaja kosmetik dan berkembang biak menjadi
(movita, 2013). Insiden jerawat pada koloni-koloni selama penyimpanan atau
usia dewasa muda, yaitu 14-17 tahun setelah kemasan dibuka (tranggono dan
pada wanita, dan 16-19 tahun pada pria. latifah,2007). Salah satu jenis kosmetik
Banyak faktor yang mempengaruhi yang menyebabkan jerawat menurut
timbulnya jerawat antara lain genetik, latifah dan tranggono(2007)foundation
hormon liquid. Foundation liquid merupakan jenis
/endokrin,makanan,kosmetik(kabau,201 kosmetik dekoratif yang banyak
2). Kosmetik yang dapat menimbulkan digunakan dikalangan remaja. hasil
reaksi alergi pada kulit diantaranya peneliatian ini sesuai dengan penelitian
penggunaan krim untuk wajah yaitu Kabau (2012) yang menyebutkan dalam
krim untuk pembersih, pelembab, alas hasil penelitiannya bahwa lima jenis
bedak(foundation), tata rias(make up), kosmetik utama yang digunakan
pemerah pipi, dan bedak bedak padat mahasiswi adalah bedak, pelembab, krim
yang dapat menyebabkan terjadinya malam/pagi, tabirsurya dan foundation.
jerawat di wajah(tranggono dan Terkait dengan kondisi penyimpanan
latifah,2007). kosmetik, Obat dan Makanan HK.
Penyebab Jerawat utamanya yaitu unsur 03.42.06.10.4556(2010), area
minyak yang berlebih yang penyimpanan hendaklah memiliki
ditambahkan dalam kandungan peneragan yang cukup,bersih,kering,
kosmetik agar tampak lebih halus. (tidak lembab),beraliran udara lancar,
Kandungan minyak ini dapat bebas hama, dan serangga, suhu rungan,
menyumbat pori-pori dan menyebabkan terlindung dari hujan, dan paparan panas
timbulnya jerawat yang tinggi. Sebab,tempat yang lembab
(Martoyo,P.Y.,Hariyadi,R.D.,Rahayu,W sangat rentan untuk ditumbuhi bakteri dan
.P.,2014).Penderita biasanya mengeluh jamur sehingga dapat merusak kosmetik.
adanya ruam kulit berupa Sehingga,Penelitian yang dilakukan oleh
komedo,papul(jerawat kecil yang Mardiana(2017) yang menguji Hubungan
bewarna merah), pustula (jerawat kecil Paparan Foundation dengan Timbulnhya
yang ujungnya ada warna putih yang
berasal dari tumpukan nana),nodus, atau Acne Vulgaris Pada siswi SMK Negeri 4
kista (jerawat besar seperti bisul atau surakarta bahwa terdapat hubungan yang
mirip jerawat batu) dan dapat disertai signifikan antara paparan foundation
rasa gatal (Harper,2008). Bahan dengan timbulnya Acne Vulgaris.
kosmetik yang menyebabkan jerawat Berdasarkan dari latar belakang tersebut,
pada wanita. Bahan yang digunakan membuat penulis tertarik untuk menguji
bersifat komedogenik atau akagenik
cemaran mikroba foundation liquid.
seperti lanolin,vaselinm,beberapa
minyak tumbuhan,laurel alkohol, dan Dimana persyaratan cemaran mikroba
asam oleat (Kabau,2012). yang diatur dalam peraturan BPOM
Kosmetik yang sudah terkontaminasi NO.HK.03.1.23.07.11.6662 tahun 2011
mikroorganisme biasanya terlihat dari meliputi ALT yang menyatakan bahwa
warna, bau dan kekentalan. jika kosmetik nilai angka lempeng total pada kosmetik

23
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

foundtion liquid tidak boleh melebihi dari harus disertai pembilasan di permukaan
angka 103 kaloni/g atau koloni/ml.karena kulit. Kadar tea tidak boleh lebih dari 5%.
belum ditemukan adanya penelitian f.Pigment dan lakes
terdahulu tentang foundation liquid Digunakan sebagai zat pewarna dalam
dengan metode ALT dan media yang kosmetik. Pigmen (zat warna alami)
berbeda yaitu media Pla tecount Agar adalah zat warna yang diperoleh dari
(PCA). tumbuhan, hewan,atau dari sumber
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mineral (ebookpangan,2006). Zat warna
mengetahui apakah foundation liquid yang ini tidak berbahaya,penting untuk
baru dibeli di beberapa toko kosmetik mewarnai bedak-krim, dan make up stick.
terdapat cemaran mikroba setelah dibuka lakes kebayakan dibuat dari zat warna
pada hari ke 0, dan hari ke 0 -10 . sintetis. Substrat paling umum adalah zinc
oxide, aluminium hidriksida,aluminium
2. Tinjauan Pustaka phospat,magnesium carbonate.
Komponen utama founadtion liquid g.Kaolin
Komponen utama yang digunakan Kaolin merupakan bahan dasar dari
adalah (tranggono dan latifah,2007) golongan silikiat. Kaolin memiliki
a. Mineral oil kemampuan menutupi dan adhesi yang
Mineral oil nama lain dari liquid paraffin baik, dalam jumlah maksimal 25% kaolin
merupakan penggunaan bahan dalam dapat mengurangi sifat kilat talkum. Tidak
kosmetik untuk melembabkan yang semua aluminium silikat dapat
digunakan sebagai cairan pembawa. diklasifikasikan sebagai kaolin, namun 3
Sifatnya tidak berbau, tidak bewarna,dan kelompok di bawah ini secara khusus
tidak mudah teroksidasi. memiliki formula yang sama dan dapat
b. Propylene glycol monostearat disebut kaolin: nacrite, dickite, dan
Propylene glycol monostearat merupakan kaolinite.
cairan bewarna kental yang hampir tidak h.Bentonite
berbau dan rasa gak manis sebagai zat Betonite adalah aluminium silikat hidrat
tambahan, pelarut dalam kosmetik. koloida alam, bebas dari butiran kasar.
c.Asam stearat Pemerian serbuk sangat halus, kuning
Asam stearat digunakan sebagai zat gading, tidak berbau, rasa mirip tanah
tambahan, pelarut. digunakan sebagai zat tambahan (FI.ed III
d.Triethanolamin ( TEA) hal 110).
Triethanolamin adalah bahan pengikat air i.Farfum qs
dan minyak. Bahan ini digunakan untuk Pengharum merupakan konstituen penting
mengurangi tegangan permukaan dalam dari kebanyakan alas wajah. Tingkat
emulsi sehingga banyak digunakan aroma alas wajah harus tetap rendah.
sebagai emulsi dalam kosmetik berbasis Karena luas permukaan alas bedak yang
air. Menurut FDA dosis rendah tea hanya besar, oksidasi produk wewangian dapat
aman digunakan dalam kosmetik untuk sangat mudah terjadi. Oleh karena itu,
penggunaan yang tidak terus menerus dan penting untuk menggunakan wewangian

24
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

yang dirancang khusus mengandung subur. P. acnes ini kemudian


bahan yang tidak mudah teroksidasi. menghasilkan lipase yang mencerna
j.Methyl-p-hydroxybenzoate lemak menjadi asam lemak, menyebabkan
Methyl-p-hydroxybenzoate nama lain dari pecahnya mikrokomedo yang memicu
metil paraben(nipagin) yang digunakan reaksi sel radang. Keparahan Akne dapat
sebagai pengawet antibakteri dalam diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga,
kosmetik. yaitu akne ringan terdiri dari komedo
k.Aqua destilata dan/atau kadang papul dan pustul, akne
Kegunaan sebagai pelarut. sedang lebih bersifat meradang, dengan
Akne Vulgaris papul dan/atau pustul yang relatif
Menurut Goodheart (2013), akne adalah superfisial (akne papulopustull); komedo
suatu penyakit yang melibatkan juga mungkin ditemukan, dan akne berat
aparatus/unit pilosebaseus kulit. Akne (akne kistik atau nodular, akne
vulgaris atau jerawat biasa berawal pada konglobata) memiliki tingkat,
usia belasan atau praremaja. Secara kedalaman,dan jumlah lesi inflamatorik
umum, jerawat menjadi kurang aktif yang lebih besar: papul, pustul, nodul,
seiring dengan berakhirnya masa remaja kista dak mungkin abses. Juga dapat
tetapi dapat juga berlanjut hingga masa dijumpai traktus sinus, jaringan parut yang
dewasa. Jerawat yang awalnya muncul cukup banyak, dan pembentukan keloid.
pada masa dewasa disebut akne pasca- 2. Akne Pascaremaja (Akne Awitan Dewasa)
remaja atau akne awitan dewasa. Akne ini sebagian besar mengenai wanita.
1. Akne Remaja Pada kenyataannya, wanita sering
Lesi mulai muncul pada masa remaja mengalami akne pada usia 20-an dan awal
ketika hormon androgen menimbulkan 30-an, kadang untuk pertama kali dalam
keratinisasi folikular abnormal, yang hidup mereka. Meskipun menyebabkan
kemudian menghambat duktus sebasea. frustasi bagi mereka yang tidak mengidap
Penyumbatan ini menyebabkan akne sewaktu remaja, akne awitan-dewasa
terbentuknya mikrokomedo (lesi primer bahkan sering lebih mengesalkan mereka
mikroskopik pada akne remaja). yang pernah mengalami jerawat sewaktu
Mikrokomedo membesar menjadi komedo remaja dan “berhasil mengalahkannya”
yang dapat dilihat komedo terbuka atau hanya untuk menyadari bahwa jerawat
tertutup non-inflamatorik. Selain itu, mereka kembali datang saat mereka
komedo juga dapat menjadi lesi mencapai usia 32 tahun. Sebagian wanita
inflamatorik, seperti papul atau pustul. terus mengalami akne hingga usia 40-an
Secara teoritis terbentuknya lesi yang dan 50-an. Pada sebagian kasus, akne
meradang terjadi sebagai berikut. Hormon remaja yang menetap hingga masa dewasa
androgenik merangsang kelenjar sebasea dipersulit oleh munculnya akne awitan-
untuk meningkatkan ukuran dan fungsinya dewasa.
sehingga menghasilkan lebih banyak Angka Lempeng Total
sebum. Kulit menjadi lebih berminyak dan Menurut WHO pada tahun 2011, Angka
mikrokomedo menjadi tempat Lempeng Total (ALT) disebut juga angka
Propionibacterium acnes anaerob tumbuh lempeng heterotropik (heterotropic plate

25
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

count/HPC) merupakan indikator peraturan Kepala Badan Pengawas Obat


keberadaan mikroba heterotropik dan Makanan Nomor 17 Tahun 2014.
termasuk bakteri dan kapang yang sensitif Tabel 2. Persyaratan Cemaran
Mikroorganisme dalam Kosmetik
terhadap proses desinfektan seperti bakteri
coliform, mikroba resisten desinfektan
metika untuk: metika selain
seperti pembentuk spora dan mikroba dibawah 3 k:
yang dapat berkembang cepat pada air yaratan ) tahun dibawah 3
olahan tanpa residu desinfektan. Meski ujian sekitar mata ) tahun
telah mengalami proses desinfeksi yang sekitar mata
berbeda, umum bagi mikroba tumbuh bran mukosa
bran
selama perlakuan (treatment) dan
osa
distribusi dengan konsentrasi berkisar 104- ka k lebih dari 5 k lebih dari
105 sel/ml. Nilai ALT bervariasi peng Total
tergantung berbagai faktor diantaranya T) ni/g atau ni/g atau
kualitas sumber air, jenis perlakuan, lokasi ni/mL ni/mL
sampling, suhu air mentah, waktu
pengujian, metode uji meliputi suhu
dan waktu inkubasi (Martoyo, Hariyadi 3. METODE PENELITIAN
dan Rahayu, 2014).
Metode kuantitatif digunakan untuk A. Jenis penelitian ini adalah penelitian
non-eksperimental deskriptif yaitu
mengetahui jumlah mikroba yang ada
mendeskripsikan Angka Lempeng Total
pada suatu sampel, umumnya dikenal pada foundation liquid dengan cara
dengan ALT. Uji Angka Lempeng Total menghitung angka koloni pada sampel.
yang lebih tepatnya ALT merupakan B. Waktu dan Tempat Penelitian
metode untuk menghitung angka cemaran 1. Penelitian uji cemaran
bakteri aerob mesofil atau anaerob mesofil mikroba pada kosmetik foundation liquid
yang terdapat dalam sampel dengan dengan metode ALT (angka lempeng
total) dilaksanakan pada bulan Maret
metode cara tuang (pour plate) pada
sampai Mei 2018.
media padat dan diinkubasi selama 24-48 2. Tempat Penelitian
jam pada suhu 35-45oC dengan posisi Penelitian uji cemaran mikroba pada
dibalik. Hasil akhir berupa koloni yang kosmetik foundation liquid dengan
dapat diamati secara visual berupa metode ALT (angka lempeng total)
angka dalam koloni (cfu) per ml/g atau dilaksanakan di Balai Besar Laboratorium
koloni/100ml (Peraturan Kepala Badan Kesehatan (BBLK) Kota Palembang.
A. Objek Penelitian
Pengawas Obat dan Makanan, 2008).
Kriteria inkulusi:
2..4 Persyaratan Cemaran 1. Populasi : sampel yang saya ambil dari
Mikroorganisme dalam Kosmetik tk 1 yang berjumlah 61 orang mahasiswi
Kosmetika yang diproduksi dan atau yang dan sampel ini saya ambil dari cara non
diedarkan harus memenuhi persyaratan random
keamanan, kemanfaatan, dan mutu. Selain 2. Sample
itu juga harus memenuhi persyaratan
cemaran mikroba yang diatur dalam

26
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

1.10 merek foundataion yang diambil Pemeriksaan kontrol agar dan kontrol
berdasarkan sampling di poltekkes pengenceran dilakukan terlebih dahulu
Jurusan Farmasi. untuk mencegah adanya kontaminasi dari
2. Foundation telah teregistrasi oleh benda lain sebelum dituangkan kedalam
BPOM. cawan, apabila pada hasil pemeriksaan
3. Foundation di beli di beberapa toko kontrol agar dan pengengecer tersebut
kosmetik di palembang. tidak adanya kontaminasi dan baik
B. Cara Pengumpulan Data digunakan maka tidak ada pengaruhnya
Data didapat dari hasil penelitian di kontrol agar dan pengencer terhadap
laboratorium dengan cara mengamati kontaminasi atau cemaran terhadap
dan menghitung jumlah koloni yang sediaan, sampel yang sudah
tumbuh pada sampel yang sebelumnya terkontaminasi disebabkan oleh sediaan
telah dilakukan pengenceran. Kemudian itu sendiri yang telah tercemar.
sampel tersebut dituang ke dalam cawan untuk hari ke 0 - 10 untuk sampel Make
petri dan diinkubasi. over (2,6 x 106 koloni/ml), Wardah(2 x
C. Tahapan Penelitian 106koloni/ml), mustika ratu (98 x
103koloni/ml),viva (2,1 x 106 koloni/ml),
Olay (3,2 x 106 koloni/ml), latulip (2 x
106koloni/ml), Pixy (2,2 x 106
koloni/ml), Loreal (6,7 x 105 koloni/ml),
Purbasari (3,1 x 106koloni/ml), Sariayu
(1,1 x 105 koloni/ml). Dari hasil diatas,
semua foundation liquid yang setelah
dibuka tidak memenuhi
persyaratan.Dalam Pengunaan sehari-hari
foundation liquid yang sudah dibuka
selama 10 menit terdapat cemaran
mikroba yang telah diteliti pada hari ke 0
sampai hari ke 10 berdasarkan persyaratan
dari BPOM No.17 tahun 2004 bahwa
kosmetik harus mempunyai angka
lempeng total bakteri tidak lebih dari 1000
koloni/ml.
Angka Lempeng Total (ALT) yang
terdapat pada foundation liquid yang
dijual di Kota Palembang dengan merek
yang berbeda ternyata bervariasi. Jerawat
disebabkan oleh sediaan yang sudah
terkontaminasi oleh debu dan tangan yang
Gmbar kerangka oprasional. kurang hygiene. Hal ini dapat disebabkan
oleh juga bahan baku yang digunakan,
cara pembuatan, hygiene dan sanitasi,
kondisi penyimpanan yang kurang baik
dan kemasan. Selain dapat menimbulkan
penyakit, mikroba juga dapat merusak
bentuk sediaan itu sendiri.

5. KESIMPULAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
27
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011.


1. Angka lempeng total adalah angka yang Metode Analisis Kosmetika Nomor
menunjukkan jumlah koloni bakteri yang HK.03.1.23.08.11.07331. Jakarta : Badan
tumbuh pada cawan petri yang dinyatakan Pengawas Obat
dalam 30 -300 koloni per mililiter. danMakananRepublikIndonesia.(http://jdi
2. Dari hasil penelitian angka lempeng total h.pom.go.id/produk/peraturan%20kepala
pada 10 foundation liquid dijual di Kota %20BPOM/Per%20Ka%20BPOM_Metod
Palembang dengan merek yang berbeda e%20Analisis%20Kosmetika%20plus%20
sudah dibuka pada hari 0 yang langsung lampiran.pdf diakses tanggal 26 Januari
diteliti tidak terdapat cemaran mikroba 2017)
dan setelah sempel dibuka pada hari ke 0 Victor. 2010. Jerawat (Acne Vulgaris).
– 10 terdapat cemaran mikroba.. (http://www.victorhealth.com/2010/11/Jer
3. Semua foundation liquid yang dijual di awat-acne-vulgaris.html diakses tanggal
Kota Palembang dengan merek berbeda 17 Januari 2018)
yang sudah dibuka tidak memenuhi Harper. JC.2007. Acne vulgaris. Available
persyaratan dari Badan Pengawas Obat from: eMedicine Specialities USA
dan Makanan No. 17 tahun 2014 bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014.
kosmetik harus mempunyai angka Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan
lempeng total bakteri tidak lebih dari 1000 Pengawas Obat dan Makanan Nomor
koloni/ml. HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011
Tentang Persyaratan Cemaran Mikroba
DAFTAR PUSTAKA dan Logam Berat dalam Kosmetika.
Jakarta : Badan Pengawas Obat dan
Movita, T. 2013. Acne Vulgaris. CDK- Makanan Republik
203/vol.40,:269-272 Indonesia.(http://notifkos.pom.go.id/bpom
Tranggono, R.I., Latifah, F., 2007. Buku -notifikasi%25201%2520
Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Persyaratan%2520Cemaran%2520Mikrob
Dalam : Djajadisastra, J. (Editor). a%2520dan%2520Logam%2520Berat%2
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 520dalam%2520kosmetika.pdf 1 Februari
Indonesia. Hal. 48. 2018)
Tranggono, R.I., Latifah, F., 2007. Buku Sumarsih, 2007, Nutrisi dan medium Kultur
Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Mikroba. (http://sumarsih07
Dalam : Djajadisastra, J. (Editor). .files.wordpress.com/2008/11/nutrisi-dan-
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, medium-kultur-mikroba,PDF. Diakses
Indonesia. Hal.150-151. tanggal 16 Januari 2018)
Philip A. Geis. 2006. Cosmetic Goodheart, H.P., 2013. Diagnosis Fotografik
Microbiology: a practical approach. New & Penatalaksanaan Penyakit Kulit. Edisi
York: Taylor & Francis Group. ketiga. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
(://www.anme.com.mx/libros/Cosmetic% Jakarta, Indonesia. Hal 23, 24, 26, 38.
20Microbiology%20- Rieger MM, editor. 2000. Harry's
th
%20A%20Practical%20Approach.pdf cosmeticology. 8 ed. New York:
diakses tanggal 9 Februari 2018) Chemical Publishing Co. Inc.
Ulfa,rani nareza.2017.uji cemaran mikroba PanduanPraktikumMikrobiologi.2016.Fakultas
pada kosmetik bedak padat dengan Farmasi Universitas Sanata Dharma.
metode ALT.palembang Badan Pengawas Obat dan
Widana, G.A.B., 2014. Analisis Obat, Makanan.2008.Pengujian Mikrobiologi
Kosmetik, dan Makanan.Graha Ilmu. Pangan. Info POM 9 (2) : 3-5.
Siangraja,indonesia. Hal 51 (http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLai

28
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

nnya/ Buletin%20Info%20POM/0208.pdf
diakses tanggal 31 Januari 2018)
Cappucino, J.G., and Nathalie Sherman. 2008.
Microbiology a Laboratory Manual.
eight edition, Pearson education, USA,
pp.155-170.
Hadioetomo, R.S., 1993. Mikrobiologi
Dasar dan Praktek-teknik dan Prosedur
Dasar dalam Laboratorium. Gramedia,
Jakarta, pp. 42-46, 100.
(http://library.um.ac.id/free-
contents/download/pub/download-
print5.php/1675.pdf diakses tanggal 9
Februari 2018)
Radji, M., 2011. Buku Ajar Mikrobiologi :
Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. pp.27-28, 125.
Martoyo, P.Y., Haryadi, R.D.,
Rahayu,W.P.,2014, Kajian Standar
Cemaran Mikroba Dalam Pangan di
indonesia, Jurnal Standardisasi Majalah
Ilmiah Standardisasi, Vol.16,No.2,
BSN,Jakarta,pp.118-119.
Hadioetomo, R.S., 1993, Mikrobiologi Dasar
dan Praktik- teknik dan ProsedurDasar
dalam Laboratorium, Gramedia,
Jakarta,pp. 44-46,100.
(http://library.um.ac.id/free-
contents/download/pub/download-
print5.php/1675.pdf diakses tanggal 9
Februari 2018)
Purlianto, N.A.I., 2015, Uji Angka Lempeng
Total dan Indentifikasi Escherchia coli
Pada Jamu Pahitan Brotowali Yang Di
Produksi Oleh Penjual Jamu Gendong
Keliling Di wilayah Tonggalan
Klaten.Yogyakarta.
(http://repository.usd.ac.id/2727/2/128114
074_full.pdf. diakses pada tanggal
8Februari 2018)
Mardiana, 2017,Hubungan Paparan
Foundation Dengan Timbulnya Acne
Vulgaris Pada Siswi SMK Negerin
Surakarta .Surakarta
(http://eprints.ums.ac.id/50741/2/HALAM
AN%20DEPAN .pdf)

29
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

ISOLASI SENYAWA FLAVONOID EKSTRAK BUNGA


TUMBUHAN KELOR (Moringa oleifera L.)
DAN UJI AKTIVITASNYA TERHADAP
BAKTERI Escherichia coli

Mindawarnis 1), Nova Rizky Indrawati 2)


1.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
2.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang

E-mail: nova.rizky28@gmail.com

ABSTRAK
Infeksi bakteri E.coli dapat mengakibatkan diare berdarah dan infeksi saluran kemih. Ekstrak dari
bunga Moringa oleifera L. dapat menghambat beberapa bakteri salah satunya E.coli. Hal ini
dikarenakan ekstrak bunga Moringa positif flavonoid. Penelitian ini bersifat deskriptif. Isolasi
senyawa flavonoid bunga Moringa dilakukan dengan metode kromatografi kolom yang kemudian
dimonitor menggunakan kromatografi lapis tipis. Senyawa murni flavonoid kemudian di uji
aktivitasnya terhadap bakteri E.coli menggunakan metode difusi agar dengan media Mueller
Hinton Agar. Hasil penelitian didapatkan rendemen hasil maserasi sebanyak 13,23592%. Hasil
fraksinasi menunjukkan fraksi etil asetat dan air positif mengandung flavonoid golongan flavonon
karena menunjukkan perubahan warna jingga kemerahan saat diuji dg HCl-Mg. Selanjutnya
dilakukan proses kromatografi kolom menggunakan eluen B:A:A (3:1:1), kemudian hasilnya
dimonitor dengan KLT dan didapatkan harga Rf (0,808; 0,812; 0,8; 0,792) untuk hasil kolom
fraksi etil asetat dan Rf (0,589; 0,586; 0,517; 0,467) untuk hasil kolom fraksi aquadest. Uji
aktivitas senyawa flavonoid semua bahan uji menunjukkan positif menghambat pertumbuhan
bakteri E.coli dengan daya hambat paling besar vial 13A sebesar 13,2 mm dan daya hambat paling
kecil vial 15E sebesar 7,9mm.
Kata kunci : Moringa oleifera L.; Flavonoid; Escherichia coli

ABSTRACT
Bacterial infections of E.coli can cause bloody diarrhea and urinary tract infections. Moringa
oleifera flower l. extract may inhibit some bacteria including E.coli. This is because the flower
extract positive flavonoids. This research is descriptive. Flavonoid compounds from Moringa
flower were isolated by column chromatography and then monitored using thin layer
chromatography. Flavonoid pure compounds then tested for activity against E.coli bacteria using
agar diffusion method with Mueller Hinton Agar media. The results obtained by maceration results
yield as much as 13.23592%. The results of the fraction of ethyl acetate and water were positive for
flavonon because it shows a reddish orange discoloration when tested with HCl-Mg. Next, do
process chromatography column using eluen B:A: A (3:1:1) , then the result is monitored with
TLC and the price obtained by the Rf (0.808; 0.8; 0.792 0.812;) for ethyl acetate fraction column
results and Rf (0.589; 0.586; 0.517; 0.467) to aquadest fraction column results. Activity tests of all
flavonoids compounds show positive inhibits the growth of bacteria E.coli with the largest
inhibition of vial 13A of 13.2 mm and the smallest inhibition of vial 15E of 7.9mm.

Keywords: Moringa oleifera L.; Flavonoids; Escherichia coli

30
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Flavonoid merupakan zat antibakteri


PENDAHULUAN
yang bekerja dengan cara membentuk senyawa
Infeksi adalah masuk dan berkembangnya agen kompleks terhadap protein extraseluler yang
infeksi ke dalamtubuh seseorang atau hewan. mengganggu keutuhan membran sel bakteri.
Kondisi infeksi disebabkan oleh adanya Mekanisme kerjanya dengan cara
serangan dan perkembangbiakan mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak
mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi
parasit yang pada dasarnya tidak berasal dari (Juliantina,2008).
dalam tubuh. Infeksi bisa terjadi pada satu area Dari hasil penelitian Suteja, Rita, dan
saja pada tubuh atau bisa menyebar melalui Gunawan (2016) senyawa flavonoid yang
darahsehingga menjadi bersifat menyeluruh terkandung di dalam ekstrak n-butanol daun
(Zulmiyusrini, 2015). trembesi (Albizia saman (Jacq.) Merr) dapat
Salah satu bakteri penyebab infeksi menghambat pertumbuhan bakteri E.coli
adalah Escherichia coli. Bakteri E.coli dengan daya hambat antara 5-10 mm. Selain itu
merupakan bakteri yang pertumbuhan dan isolat flavonoid yang terkandung dalam daun
penyebarannya sangat cepat. Kebanyakan E.coli mangga terbukti lebih kuat dalam menghambat
tidak berbahaya dan menjadi flora normal di bakteri Gram negatif (E.coli) dibandingkan
usus manusia, tetapi beberapa, seperti E.coli dengan bakteri Gram positif (S.aureus)
tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan (Suteja,2016).
makanan yang serius hingga diare berdarah Penelitian mengenai tanaman kelor
pada manusia. Penyakit yang paling sering (Moringa oleifera L.) memang telah banyak
disebabkan E. coli yaitu infeksi saluran kemih dilakukan, namun sejauh ini belum ditemukan
yaitu sebesar 90%, peritonitis akut yang uji aktivitas antibakteri dari senyawa flavonoid
disebabkan E. coli sebesar 50% , traveler’s yang telah diisolasi pada ekstrak bunga kelor
diarrhea yang merupakan diare pada orang (Moringa oleifera L.) terhadap bakteri
yang bepergian memiliki angka kejadian Escherechia coli, maka dari itu peneliti ingin
sebesar 11-15%, selanjutnya meningitis yang melakukanpemisah
sebesar 28,5%, selain itu ada pula pneumonia senyawa flavonoid, dan uji aktivitas antibakteri
dan sepsis neonatus (Fitriana,2013). senyawa flavonoid ekstrak bunga kelor
Tanaman kelor (Moringa oleifera L.) terhadap bakteri Escherichia coli.
dikenal sebagai The Miracle Tree atau pohon
ajaib karena terbukti secara alamiah merupakan METODE PENELITIAN
sumber gizi berkhasiat obat. Menurut
penelitian Napolean, dkk. (2009) ekstrak dari Rancangan Penelitian
bunga tanaman dengan nama ilmiah Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian deskriptif dengan mengisolasi dan
Moringa oleifera L. ini dapat menghambat mengukur diameter hambat senyawa flavonoid
beberapa bakteri seperti Escherichia ekstrakbunga tumbuhan kelor (Moringa
coli, Klebsiella pneumoniae, dan oleifera L.) terhadap bakteri Escherichiacoli.
Proteus mirabilis. Selain itu ekstrak bunga
kelor juga memiliki aktivitas positif sebagai
antijamur pada Candida albicans. Hal ini
dikarenakan ekstrak bunga kelor positif
mengandung tannin,
phlobatannin, saponin, flavonoid, steroid, dan
glikosida.

31
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat danBahan Ekstraksi, Uji Fitokimia, dan Isolasi


Gunting, seperangkat alat destilasi, Senyawa Flavonoid Ekstrak Bunga Kelor
mortir dan stamper, botol maserasi, neraca Ekstraksi 1 kg simplisia kering bunga kelor
analitik, seperangkat alat rotary evaporator, menggunakan 15 liter metanol menghasilkan
pinset, corong pisah, seperangkat alat ekstrak kental sebanyak 132,3592 gram
kromatografi kolom, vial, seperangkat alat berwarna hijau tua kecoklatan dengan
kromatografi lapis tipis, gelas ukur, autoclave, rendemen 13,23592%. Hasil partisi krtiga
dry heat oven, corong kaca, lampu UV, kertas fraksi
cakram, erlenmeyer, cawan petri, lampu
spiritus , jarum ose, kapas, penggaris mm, didapatkan ekstak kental fraksi n- Heksan
kertas saring, tabung reaksi, pengaduk kaca, 4,2695 gram yang berwarna hijau tua, fraksi
ektrak bunga Moringa oleifera L., asam asetat Etil Asetat 29,0446 gram yang berwarna hijau
glasial Pro Analisis, netanol Pro Analisis, plat tua kecoklatan, dan fraksi aquadest 31,8727
KLT, N- Heksan Pro Analisis, silica gel for gram yang berwarna coklat kemerahan. Lalu
coloumn chromatography, etil Asetat Pro dilakukan uji kandungan kimia flavonoid pada
Analisis, media Muller Hinton Agar (MHA), tiap hasil
aquadest, HCl Pekat, biakan murni bakteri fra
E.coli, logam Mg, N-butanol Pro Analisis, ksi.
NaCl, cakram Cefttriaxone, larutanamonia.
Tabel 1. Uji Kandungan Senyawa Flavonoid \Hasil
Prosedur Kerja Fraksinasi
Satu kilogram simplisia kering Bunga
Kelor (Moringa oleifera L.)
Senya Keteran
diekstraksi menggunakan pelarut metanol N wa gan
dengan perbandingan 1:7,5 setiap kali maserasi, Fraksi Warna
o. Flavo Golonga
kemudian disaring dan diuapakan n oid n
menggunakan rotary evaporator hingga n- Hijau
1 -
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kemudian Heksan Tua
difraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, etil Jingga
Etil
asetat, dan aquadest sama banyak sebanyak tiga 2 + Kemera flavonon
Aseta
kali. Hasil partisi tiap pelarut diuji han
t
flavonoidnya menggunakan HCl- Merah
Mg, setelahnya dilakukan uji eluen terbaik jingga
3 + Flavonon
menggunakan campuran butanol: asam asetat : Aquad Kecoklat
e st/ an
aquadest (BAA) dengan perbandingan 3:1:1,
Air
4:1:5, dan (9:2:6). Hasil uji eluen dilihat
mengunakan sinar UV254 dan larutan Sukadana (2009) dalam penelitiaanya
penyemprot noda (amonia) untuk melihat menunjukkan bahwa fraksi air paling kuat
pemisahan noda yang terbaik. Ekstrak yang mengandung flavonoid ditandai dengan warna
positif mengandung flavonoid dilanjutkan ke merah magenta. Hal ini sesuai dengan hasil
proses pemisahan menggunakan kromatografi fraksinasi aquadest bunga kelor yang juga
kolom. Hasil kromatografi kolom kemudian mengandung flavonoid, ditandai dengan
dimonitor menggunakan KLT serta dihitung perubahan warna menjadi merah jingga
harga Rf nya. Vial hasil kromatografi kolom kecoklatan. Sedangkan dalam penelitian
yang positif flavonoid dilanjutkan dengan Ritna,dkk (2016) didapatkan hasil fraksi etil
pengujian aktivitas daya hambat terhadap asetat positif mengandung flavonoid
bakteri Escherichia coli dengan kontrol positif ditandaidengan
berupa Ceftriaxone dan kontrol negatif
eluanB:A:A.

32
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

perubahan warna menjadi merah,


sedangkan fraksi n-heksan negatif
flavonoid, warnanya berubah menjadi hijau
kehitaman. Hal ini sesuai dengan hasil uji
perubahan reaksi warna fraksi n-heksan dan
fraksi etil asetat ekstrak bunga kelor seperti
yang tertera pada tabel 1.
Berdasarkan hasil uji KLT, eluen
perbandingan 3:1:1 dinyatakan paling baik
karena memberikan pemisahan noda yang
jelas. Fraksi Etil Asetat dan Aquadest
selanjutnya dipisahkan dengan
kromatografi
kolom menggunakan
eluen B:A:A (3:1:1) sebagai fase gerak dan
fase diam Silica Gel F254 for column yang
ditimbang sebanyak 20 kali berat ekstrak.
Hasil kromatografi kolom fraksi etil asetat
didapatkan 19 vial masing-masing 10 ml,
sedangkan fraksi aquadest didapatkan hasil
21 vial masing-masing 10 ml.
Seluruh vial dari hasil kromatografi
kolom selanjutnya dimonitor menggunakan
KLT untuk melihat pola pengembangan
noda yang dilihat menggunakan sinar
UV254 nm seperti pada tabel 2. Ternyata
pada vial pertama hingga ketujuh belum
terdapat noda yang naik pada kedua fraksi.
Noda baru terlihat naik pada vial ke-8
hingga 15 pada fraksi etil asetat dan vial
ke-8 hingga 14 pada fraksi aquadest.

33
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Tabel 2. Harga Rf KLT hasil Kromatografi Kolom Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Aquadest

Fraksi Etil Asetat Frasksi Aquadest


No. Harga Rf Warna Jumlah No. Harga Warnna Jumlah
Vial Noda Vial Rf Noda
8 0,808 Kuning 1 8 0,589 Kuning 1
kecoklatan terang
9 0,808 Kuning 1 9 0,586 Kuning 1
kecoklatan muda
10 0,8 Kuning 1 10 0,586 Kuning 1
Muda muda
11 0,812 Kuning 1 11 0,517 Kuning 1
keemasan keemasan
12 Kuning 1 12 0,517 Kuning 1
0,812
keemasan keemasan
13 0,8 Kuning 1 13 0,467 Kuning 1
Muda terang
14 0,8 Kuning 1 14 0,467 Kuning 1
Muda terang
15 0,792 Kuning 1 - - - -
Muda

Berdasarkan harga Rf hasilkromatografi kolom kromatografi kolom relatif murni. Vial- vial
pada tabel 2 menunjukkan bahwa vial fraksi etil yang memiliki pola pengembangan yang sama
asetat dan fraksi aquadest memiliki noda Rf selanjutnya digabungkan menjadi satu fraksi
yang berbeda-beda dan menunjukkan noda lalu dilakukan identifikasi kimia senyawa
tunggal yang menyatakan bahwa senyawa hasil flavonoid menggunakan HCl-Mg dengan hasil
seperti yang terdapat di tabel 3.

Tabel 3. Hasil Identifikasi Flavonoid dengan Pereaksi Warna


No. Vial Kode Warna No. Vial Gabungan Kode Warna
Gabungan Gabungan Fraksi Aquadest Gabungan
Fraksi Etil
Asetat

E1 Jingga E1 Jingga
8 dan 9 8
kemerahan kekuningan
10,13, dan E2 Jingga E2 Jingga
9 dan 10
14 kekuningan kekuningan
11 dan 12 E3 Jingga terang 11 dan 12 E3 Jingga terang
15 E4 Kuning 13 dan 14 E4 Jingga terang

34
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Uji aktivitas Antibakteri Ekstrak Bunga positif berupa Ceftriaxone dan kontrol negatif
Kelor eluan B:A:A. Zona bening yang terbentuk
Vial yang dinyatakan postif flavonoid disekitar cakram merupakan daya hambat yang
selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas daya kemudian diukur menggunakan penggaris.
hambat terhadap bakteri E.coli dengan kontrol

Tabel 4. Hasil Pengukuran Diameter Hambat Senyawa Flavonoid Bunga Kelor (Moringa oleifera .)
terhadap bakteri Escherichia coli.

Diameter Zona Hambat (mm)


No. Bahan Uji Rata- mm B.U – mm
P1 P2
rata Eluen
1 Vial 8 E (E1) 22 22,8 22,4 10,4
2 Vial 12 (E2) 20,5 22,6 21,5 9,5
3 Vial 13 (E3) 21,1 20,6 20,8 8,8
4 Vial 15 E (E4) 20 19,8 19,9 7,9
5 Vial 8 A (A1) 22,6 20 21,3 9,3
6 Vial 9 (A2) 20,6 21,3 20,9 8,9
7 Vial 12 A (A3) 25,3 25 25,1 13,1
8 Vial 13 A (A4) 24,6 25,8 25,2 13,2
KontrolPositif : Ceftriaxone : 28,5 mm

KontrolNegatif : Eluen B:A:A : 12mm

Keterangan : E : Hasil kromatografi kolom fraksi etilasetat

: A : Hasil kromatografi kolom fraksi aquadest

: B.U : Bahan Uji

Dari tabel terlihat bahwa eluen yang Menurut Davis dan Stout dalam Jannata
menjadi kontrol negatif memiliki diameter (2014), klasifikasi respon hambatan
hambat terhadap pertumbuhan bakteri E.coli. pertumbuhan bakteri yang dilihat berdasarkan
Untuk mengetahui diameter hambat dari zona bening terdiri atas 4 kelompok yaitu
masing-masing bahan uji maka diameter respon lemah (diameter ≤ 5 mm), sedang
hambat pada perlakuan dikurangkan diameter (diameter 5-10 mm), kuat (diameter 10-20
zona hambat pada kontrol (Sherley, 1998 dalam mm), sangat kuat (diameter ≥20 mm). Uji
Abdullah,S. (2011) sehingga zona hambat yang aktivitas antibakteri dari 8 bahan uji hasil
disebabkan oleh isolat bunga kelor dikurangkan kromatografi kolom menunjukkan aktivitas
dengan zona hambateluen. antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli
kategori kuat (bahan uji 1E, 3A, dan 4A) dan
kategori

35
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

sedang (bahan uji 2E, 3E, 4E, 1A, dan2A). KESIMPULAN


Dapat disimpulkan bahwa isolat senyawa
flavonoid fraksi air memiliki aktivitas Fraksi etil asetat dan fraksi aquadest
antibakteri yang lebih kuat dibandingkan ekstrak bunga tumbuhan kelor (Moringa
dengan senyawa flavonoid fraksi etil asetat. oleifera L.) menghasilkan isolat yang berwarna
Kontrol positif ceftriaxone memiliki diameter kuning kecoklatan dan mengandung flavonoid
hambat 28,5 mm. Eluen BAA sebagai kontrol golongan flavonon yang memberikan noda
negatif memuliki zona hambatdan 12 mm. tunggal saat diuji dengan KLT, dengan Rf
Flavonoid memiliki mekanisme kerja 0,476 – 0,812. Senyawa flavonoid ekstrak
sebagai antibakteri dengan cara membentuk bunga tumbuhan kelor (Moringa oleifera L.)
senyawa kompleks terhadap protein extraseluler memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
yang mengganggu keutuhan membran sel Escherichia coli kategori kuat (bahan uji 1E,
bakteri. Mekanisme kerjanya dengan cara 3A, dan 4A) dan kategori sedang (bahan uji 2E,
mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak 3E, 4E, 1A, dan 2A).
membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi
(Juliantina, 2008). Pelczar san Chan dalam SARAN
Nofitasari (2016) menyatakan semakin tinggi
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
konsentrasi suatu bahan antibakteri maka
untuk mengidentifikasi jenis senyawa
aktivitas antibakterinya semakin kuat. Pada
flavonoid yang terkandung di dalam isolat
tabel 4 menunjukkan bahanuji 4E mempunyai
bunga tumbuhan kelor (Moringa oleifera L.)
daya hambat paling kecil. Hal ini diduga karena
menggunakan spektrofotometri serta uji
rendahnya senyawa flavonoid aktif pada vial
aktivitas antibakteri kandungan metabolit
tersebut.
sekunder lain.
Senyawa flavonoid bunga tumbuhan
kelor (Moringa oleifera L.) memiliki aktivitas DAFTAR PUSTAKA
antibakteri terhadap bakteri E.coli dengan
diameter terkecil 7,9 mm dan terbesar 13,2 mm Abdullah, S.H., 2011. Uji Daya Hambat
dan yang memiliki daya hambat terbesar adalah Ekstrak Makro Alga Sargassum
bahan uji 4A. Hal ini sesuai dengan penelitian polycystum
Napolean,P. dkk (2009) bahwa bunga kelor Terhadap Pertumbuhan
(Moringa oleifera L.) mengandung senyawa Bacillus subtilis Secara In Vitro,
flavonoid dan dapat menghambat pertumbuhan Program Studi Pendidikan Biologi
bakteriE.coli. Jurusan MIPA FKIP Universitas
Khairudin,Ternate.
Fitriana, I.N. 2013. Aktivitas Daya Hambat
Ekstrak Etanol Daun

36
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Adas (Foeniculum Vulgare Mill.) Sukadana, I.M., 2009. Senyawa Antibakteri


Terhadap Pertumbuhan Bakteri Golongan
Gram Positif Dan Gram Negatif Flavonoid dari Buah Belimbing
Secara In Vitro. Jurnal Eprinst UMS. Manis (Averrhoa carambola
(http://eprints.ums.ac.id/22645 Linn.L). Jurusan Kimia MIPA
/3/BAB_I.pdf, Diakses 4 Universitas Udayana, Bukit
Februari 2018) Jimbaran. Jurnal Kimia 3 (2),
Juliantina F., Dewa A.C.M., Bunga N., Titis N Juli2009
dan Endrawati T. B., 2008. : 109-116
Manfaat Sirih Merah (Piper Suteja, I.K.P., Rita, W.S., Gunawan,I.
crocatum) Sebagai Agen Anti W. G. 2016. Identifikasi dan Uji
Bakterial Terhadap Bakteri Gram Aktivitas Senyawa Flavonoid dari
Positif dan Gram Negatif. Jurnal ekstrak Daun Trembesi (Albiza
Kedokteran dan saman (Jacq.) Merr) Sebagai
KesehatanIndonesia. Antibakteri Escherichia coli. Jurnal
Napolean, P., J. Anitha, R.E. Renita, 2009. Kimia 10(1), ISSN 1907-9850.
Isolation, Analysis and Hal.141-148
Identification of Zulmiyusrini, Putri. 2015. Infeksi.
Phytochemicals of (http://www.kerjanya.net/faq/12111-
Antimicrobial Activity of Moringa infeksi.html, Diakses 23
oleifera Lam. Current Biotica. Vol Januari 2018)
3 , Issue 1. Hal. 34 – 39

37
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK DAUN MELINJO


(Gnetum gnemon L.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI
GELATIN SEBAGAI PENGIKAT SERTA
UJI KESTABILAN FISIKNYA

Dewi Marlina 1), Mona Rachmi Rulianti 2) Altiana 3)

1.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
2.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
3.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang

E-mail : altiana.pga@gmail.com

Abstrak

Latar belakang :Daun Melinjo (Gnetum gnemon L.) digunakan masyarakat untuk
pengobatan karena terkena gigitan anjing, penyakit mata, dan anemia. Daun melinjo juga
berkhasiat sebagai analgetik. Penelitian ini bertujuan untuk membuat tablet ekstrak daun
melinjo dengan bahan gelatin yang memenuhi persyaratan mutu fisik tablet.

Metode : Daun melinjo sebanyak 1,4 kg dimaserasi dengan pelarut etanol 70%, kemudian
didestilasi vakum hingga didapat ekstrak kental. Pembuatan tablet ekstrak daun melinjo
dibuat dengan tiga formula, menggunakan konsentrasi bahan pengikat yang berbeda antara
lain formula I mengandung gelatin sebanyak 1%, formula II sebanyak 2%, dan formula III
sebanyak 3%. Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ekstrak daun melinjo
adalah dengan metode granulasi basah. Granul yang diperoleh diuji sifat fisiknya meliputi
kecepatan alir, sudut diam, dan kompresibilitas. Tablet yang diperoleh dilakukan uji mutu
fisik yang meliputi uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji keseragaman ukuran, uji
kerapuhan, dan uji waktu hancur.

Hasil : Ekstrak kental daun melinjo yang didapat 142,6 gram dan didapatkan rendemen
10,18 %. Ditinjau dari uji mutu fisik granul dan uji mutu fisik tablet menunjukkan bahwa
kadar gelatin 1% tidak memenuhi syarat keseragaman ukuran, kekerasan dan kerapuhan.
Pada kadar 2% dan 3% tidak memenuhi uji mutu fisik tablet meliputi kekerasan dan
keseragaman ukuran.

Kesimpulan : Dari penelitian ini tablet ekstrak daun melinjo pada formula I, II dan III
tidak dapat dibuat tablet yang memenuhi syarat secara fisik. Tetapi Formula II dan III
memiliki evaluasi fisik tablet yang paling sedikit tidak memenuhi syarat.

Kata Kunci : Melinjo, Gnetum gnemon L., Pengikat gelatin, Analgesik

38
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

PENDAHULUAN

Tablet merupakan sediaan kelor didapatkan hasil bahwa dengan


solid yang mengandung satu atau menggunakan pengikat gelatin
lebih zat aktif yang pemakaiannya menghasilkan tablet yang paling baik.
secara oral (Siregar dan Wikarsa, Selain itu penelitian Salome, et al
2010). Di Indonesia tablet merupakan (2012) yang juga membandingkan
salah satu obat yang banyak pengikat akasia dan gelatin,
digunakan. Menurut Kemenkes didapatkan hasil bahwa gelatin baik
(2017) item ketersediaan obat sebagai pengikat dalam tablet biasa
tertinggi dipuskesmas pada tahun dan akasia baik sebagai pengikat pada
2015 adalah Paracetamol 500 mg tablet sustained release. Pada sediaan
tablet. Tablet memiliki keuntungan tablet dapat pula digunakan zat aktif
yaitu mudah untuk dibawa kemana- alami yang mengandung tanaman
mana. Selain itu sediaan tablet obat berkhasiat.
dikemas sedemikian rupa sehingga Salah satu tanaman obat yang dapat
dapat menutupi rasa obat yang pahit, diformulasikan menjadi sediaan tablet
tepat dosis, dan mudah dikonsumsi adalah daun melinjo (Gnetum gnemon
(Siregar dan Wikarsa, 2010). Dalam L.). Menurut Hariana (2008) daun
memformulasi sediaan tablet sering melinjo digunakan masyarakat untuk
terjadi berbagai masalah yang pengobatan karena terkena gigitan
mengakibatkan tablet tidak terkempa anjing, penyakit mata, dan anemia.
dengan baik, sehingga dibutuhkan Daun melinjo juga berkhasiat sebagai
pemilihan zat penolong yang cocok analgetik karena mengandung
untuk menghasilkan sediaan tablet flavonoid yang berperan menghambat
yang stabil. kerja enzim siklooksigenase sehingga
Formulasi tablet selain zat terhambatnya produksi prostaglandin
aktif terdapat beberapa zat penolong oleh asam arakidonat sehingga
yang digunakan yaitu pengikat, mengurangi nyeri (Patel, 2008).
penghancur, pengisi dan pelincir. Pemberian ekstrak etanol 70% daun
Pengikat merupakan eksipien yang melinjo dengan dosis 51,84mg/kgBB
sangat penting dalam formulasi tablet
(Agoes, 2013). Karena pengikat dapat
menambah kohesivitas untuk
mengikat partikel-partikel padat
sehingga membentuk massa yang
kompak (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Pengikat yang umum digunakan
adalah avicel, povidon, gom alam,
amilum, sukrosa dan gelatin (Agoes,
2013).

Gelatin merupakan pengikat alami


yang memiliki daya ikat yang baik
dibuktikan pada penelitian Mauzu dan
Suleiman (2014) yang membandinkan
pengikat amilum jagung,
mikrokristalin selulosa dan gelatin
dalam formulasi tablet esktrak daun

39
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

pada mencit memiliki efek ekstrak daun melinjo yang mengacu


analgetik yang tidak berbeda pada penelitian Mauzu dan Suleiman
signifikan dengan asam mefenamat (2014) serta Salome, et al (2012)
1,3 mg/kgBB (Safwan, Ananda dan yang memformulasikan tablet dari
Adikusuma, 2016). Selain itu, fraksi ekstrak daun kelor dan daun serai
n-heksana, etil asetat, dan air ekstrak dengan menggunakan pengikat
daun melinjo (Gnetum gnemon L.) gelatin yang memiliki kesamaan
juga memiliki efek analgetik kandungan kimia dengan daun
(Puspitayani, 2017). melinjo, sehingga diramalkan akan
Menurut penelitian menghasilkan tablet yang memenuhi
sebelumnya yang menyatakan daun persyaratan. Peneliti menggunakan
melinjo (Gnetum gnemon L.) variasi gelatin sebagai zat pengikat
memiliki khasiat sebagai analgetik sebesar 1%, 2% dan 3 %, diharapkan
dan belum adanya penelitian tentang dengan menggunakan gelatin sebagai
pembuatan tablet dari ekstrak daun pengikat bisa menghasilkan sediaan
melinjo (Gnetum gnemon L.), tablet yang memenuhi persyaratan
sehingga melatarbelakangi peneliti fisik tablet.
untuk membuat sediaan tablet dari

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah ekstraksi maserasi. Daun melinjo
eksperimental yang dilakukan yang digunakan adalah daun melinjo
dengan tiga formula tablet yang yang segar dan bewarna hijau tua,
mengandung ekstrak daun melinjo dengan ciri-ciri daun berhadapan
(Gnetum gnemon L.) dengan variasi berbentuk jorong, yang diperoleh
konsentrasi kadar gelatin sebagai dipekarangan rumah di Sekip tengah
pengikat sebesar 1%, 2% dan 3% Kecamatan Kemuning Palembang.
dengan granulasi basah untuk Penelitian ini mengacu pada
menghasilkan tablet yang sesuai penelitian Mauzu dan Suleiman
dengan uji mutu kestabilan fisik (2014). Peneliti akan
tablet.
Pembuatan tablet ekstrak membandingkan ketiga formula
etanol daun melinjo (Gnetum tablet ekstrak etanol daun melinjo
gnemon L.) serta uji sifat fisik granul (Gnetum gnemon L.) dengan variasi
dan uji kestabilan fisik tablet konsentrasi kadar gelatin sebagai
dilakukan di laboratorium pengikat sebesar 1%, 2% dan 3%
Farmakognosi, laboratorium secara granulasi basah untuk
Farmasetika dan laboratorium Fisika menghasilkan tablet yang sesuai
jurusan Farmasi Politeknik dengan uji mutu kestabilan fisik
Kesehatan Kemenkes Palembang tablet. Rencana pembuatan tablet
pada bulan Mei-Juni 2018. pada penelitian ini adalah sebanyak
Objek penelitian ini adalah ekstrak 200 tablet.
etanol daun melinjo (Gnetum
gnemon L.) yang didapat dari proses
Bahan FI FII FIII Keterangan
Ekstrak + Aerosil (2:1) 300 mg 300 mg 300 mg Zat Aktif
Gelatin 5 mg 10 mg 15 mg Pengikat
Amilum Jagung 37,5 mg 37,5 mg 37,5 mg Penghancur

40
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Laktosa Monohidrat 146,6 mg 141,6 mg 136,6 mg Pengisi


Mg Stearat 0,9 mg 0,9 mg 0,9 mg Pelincir
Talcum 10 mg 10 mg 10 mg Pelincir
Tabel 1. Formula Tablet Ekstrak Daun Melinjo (Gnetum gnemon L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Evaluasi Sifat Fisik Berdasarkan table hubungan sudut


Granul Ekstrak Daun Melinjo diam dan sifat alir granul, semua
(Gnetum gnemon L.) granul pada ketiga formula tablet
ekstrak daun melinjo memenuhi
a. Kecepatan Alir syarat dan menghasilkan sudut diam
yang sangat baik karena sudut diam
Hasil penelitian pada tabel , yang dihasilkan <250. Variasi
menunjukkan granul pada formula I konsentrasi gelatin sebagai bahan
(3,06 g/s), II (2,24 g/s), III (2,12 g/s) pengikat akan mempengaruhi sudut
menghasilkan sifat alir granul baik. diam yang dihasilkan. Data diatas
Menurut standar ketetapan Aulton menunjukan semakin tinggi
(2002) dalam tabel hubungan waktu konsentrasi gelatin maka sudut diam
alir dengan sifat alir granul, semua yang terbentuk akan semakin kecil
formula ekstrak daun melinjo dengan waktu alir yang singkat ,hasil
memiliki sifat alir baik dengan ini juga dibuktikan dari penelitian
rentang 1,6–4 detik. Perbedaan Salome, et al (2012).
waktu alir granul dipengaruhi oleh
konsentrasi pengikat yang c. Kompresibilitas
digunakan. Semakin tinggi
konsentrasi pengikat maka semakin Data yang diperoleh dari hasil
besar massa granul yang terikat pengamatan kompresibilitas pada
sehingga mudah untuk mengalir. Hal table 13, menunjukkan pada formula
ini sejalan dengan penelitian Salome, I (9,5%), formula II (10%), dan
et al (2012) semakin besar formula III (10%), ketiga formula
konsentrasi gelatin semakin singkat termasuk dalam kategori istimewa.
waktu kecepatan alirnya. Selain itu Dari pengujian ini menunjukkan
waktu alir granul dipengaruhi semakin kecil konsentrasi pengikat
yang ditambahkan, maka semakin
b. Sudut Diam kecil pula indeks kompresibilitas
yang dihasilkan. Hal ini sejalan
Dari data tabel hasil sudut diam, dengan penelitian Salome, et al
menunjukkan bahwa sudut diam dari (2012) dihasilkan bahwa semakin
ketiga formula berkisar <250 yaitu kecil kadar gelatin yang digunakan
formula I (18,26o), formula II maka semakin kecil pula indeks
(18,26o) dan formula III (15,64o). kompresibilitas yang didapatkan.

41
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

2. Hasil Evaluasi sifat Fisik pemeriksaan kekerasan pada tabel 17


Tabletekstrak daun melinjo Formula I (1,05 kg), formula II (2,15
(Gnetum gnemon L.) kg) dan formula III (3,5 kg) terlihat
bahwa formula I, II dan III terjadinya
a. Keseragaman Bobot peningkatan kekerasan tablet tetapi
ketiga formula tidak memenuhi
Keseragaman bobot merupakan syarat, karena kekerasan minimal
parameter yang sangat penting dalam pada tablet adalah 4 kg (Ansel,
kualitas tablet karena menentukan 1985). Hal ini disebabkan oleh kadar
kandungan zat aktif dan dosis obat kelembaban pada granul karena
dalam tubuh, sehingga akan waktu pengeringan granul yang
berpengaruh pula terhadap keamanan singkat dan kurangnya penggunaan
terapi dari sediaan tablet tersebut. aerosil yang tidak mampu
Pada penelitian ini hasil perhitungan mengeringkan ekstrak kental secara
pada tabel 15 keseragaman bobot maksimal sehingga menghasilkan
formula I memperoleh granul yang masih mengandung
penyimpangan terbesarnya 2,52%, lembab yang tinggi. Waktu dan suhu
formula II memperoleh pengeringan granul sangat
penyimpangan terbesarnya 2,60% berpengaruh terhadap kekerasan
dan formula III memperoleh tablet yang dihasilkan, karena
penyimpangan terbesarnya 2,64%. kandungan lembab yang terkandung
Hasil ini menunjukkan bahwa didalam granul akan menyebabkan
formula tablet ekstrak daun melinjo kekerasan tablet berkurang (Hadi
masih memenuhi syarat menurut dkk, 2014). Selain itu karena waktu
Farmakope Indonesia Edisi IV pengembangan gelatin yang kurang
(1995) yaitu tidak ada 2 tablet yang lama menjadikan gelatin tidak
menyimpang dari kolom A (5%) dan mengembang sempurna dan pada
tidak ada satupun bobot yang saat pencampuran dengan bahan lain
menyimpang dari kolom B (10%). larutan gelatin tidak terlalu panas
Keseragaman bobot sangat sehingga berubah menjadi gel dan
dipengaruhi oleh keseragaman tidak tercampur secara merata dan
pengisian tempat dikempanya granul homogen. Menurut Siregar dan
menjadi tablet (die) dan alat pencetak Wikarsa (2010) larutan gelatin dibuat
tablet, karena jumlah bahan yang dengan membiarkan gelatin
dimasukkan kedalam die yang akan terhidrasi dalam air dingin selama 1
ditekan menentukan berat tablet yang jam, kemudian campuran dipanaskan
dihasilkan (Ansel, 2008) sampai mendidih. Gelatin juga
bereaksi jika terdapat zat yang
b. Kekerasan Tablet bersifat asam, basa dan mengendap
dengan adanya alcohol, kloroform,
Tablet harus memiliki kekuatan eter, garam merkuri dan asam tanat
tertentu agar dapat bertahan terhadap (Rowe et al, 2009). Lama
berbagai guncangan mekanik pada pencampuran antara granul dan
saat pembuatan, pengepakan dan antiadheren juga mempengaruhi
pengiriman (Lachman, lieberman kekerasan tablet, menurut
dan kanig, 1994). Berdasarkan data Triwantoro (2006) semakin lama
yang didapatkan dari hasil pencampuran magnesium stearat

42
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

kekerasan tablet cenderung turun dan Anderson, 1994). Pencampuran fase


kerapuhan tablet meningkat. luar yang terlalu lama juga
mempengaruhi kerapuhan tablet,
c. Keseragaman Ukuran menurut Triwantoro (2006) lama
Data yang diperoleh dari hasil waktu pencampuran magnesuim
pengukuran pada Tabel 16, rata-rata stearat berpengaruh terhadap
keseragaman ukuran tablet pada kerapuhan tablet yaitu semakin lama
masing-masing adalah formula I pencampuran maka tablet yang
(d=3,77t), formula II (d=3,64t) dan dihasilkan akan semakin rapuh.
formula III (d=3,76t). Ketiga formula
tersebut tidak memenuhi syarat yang e. Waktu Hancur
ditentukan, yaitu jika diameter tidak Data yang diperoleh dari hasil
lebih 3 kali dan tidak kurang dari 11 uji waktu hancur pada tabel 19,
3
menunjukkan waktu hancur dari
kali tebal tablet (Depkes, 1979).
formula I (1:22 menit), formula II
Terdapat factor yang mempengaruhi
(9:22 menit) dan formula III (12:39
keseragaman ukuran dari tablet salah
menit) ketiga formula memenuhi
satunya adalah pada saat
syarat waktu hancur yaitu tidak lebih
pengempaan. Jika tekanan pada saat
dari 15 menit (Depkes RI, 1979).
mengempa tidak konstan maka
Faktor yang mempengaruhi waktu
menyebabkan tablet memiliki
hancur tablet yaitu kekerasan dan
ketebalan yang bervariasi (Banker
banyaknya bahan pengikat yang
dan Anderson, 1994).
ditambahkan. Semakin tinggi
d. Kerapuhan Tablet
konsentrasi gelatin sebagai pengikat
Data yang diperoleh dari hasil uji
menghasilkan kekerasan yang tinggi
kerapuhan pada tabel 18,
dan waktu hancur yang lebih lama
menunjukkan bahwa formula I
(Salome, et al 2012). Pada formula I
(2,2148%), formula II (0,9602%) dan
dihasilkan waktu hancur yang cepat
formula III (0,6496%). Formula I
dikarenakan karena kadar gelatin
tidak memenuhi syarat karena
yang sedikit dengan pengisi yang
kerapuhan tablet lebih dari 1 %
lebih banyak dari formula II dan III.
(Lachman, Lieberman dan Kanig,
Selain itu karena pengeringan granul
1994). Kerapuhan tablet dipengaruhi
pada formula I lebih singkat
oleh kekerasan, dimana sifat
sehingga membuat tablet sedikit
kekerasan ini berbanding terbalik,
lembab dan menghasilkan waktu
jika kekerasan tinggi, artinya ikatan
hancur yang lebih singkat.
partikel antar granul juga tinggi dan
Penggunaan alat cetak yang manual
nilai kerapuhan semakin rendah
juga mempengaruhi karena ketukan
begitu juga sebaliknya. Hal ini
yang dihasilkan pada saat mencetak
menunjukkan semakin besar
tidak sama sehingga menghasilkan
konsentrasi gelatin akan membuat
tablet yang kekerasannya tidak sama.
tablet semakin tidak rapuh karena
tablet semakin keras (Banker dan

Formula
Uji Evaluasi
FI F II F III
Waktu Alir (detik) 3,06 MS 2,24 MS 2,12 MS

43
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Sudut Diam (˚) 18,26 MS 18,26 MS 15,64 MS


Kompresibilitas (%) 9,5 MS 10 MS 10 MS
Keseragaman Bobot
0,4903 MS 0,4919 MS 0,4930 MS
(gram)
Keseragaman Ukuran 3,77 TMS 3,64 TMS 3,76 TMS
Kekerasan (Kg) 1,05 TMS 2,15 TMS 3,5 TMS
Kerapuhan (%) 2,2148 TMS 0,9602 MS 0,6496 MS
Waktu Hancur 1,22 MS 9,22 MS 11,39 MS
MS 5 MS 6 MS 6
Jumlah
TMS 3 TMS 2 TMS 2
MS : Memenuhi syarat
TMS : Tidak memenuhi syarat

Tabel II. Rekapitulasi Hasil uji Kerakteristik Fisik Tablet Ekstak Daun Melinjo
(Gnetum gnemon L.)

KESIMPULAN
Variasi konsentrasi bahan pengikat Ibrahim, Asmanizar, Lis
gelatin sangat berpengaruh terhadap Aisyah, Universitas Indonesia
sifat fisik tablet semakin tinggi Press, Jakarta. Hal. 212
konsetrasinya maka akan
menghasilkan tablet yang semakin Aulton, M.E. 2002. Pharmaceutical
keras. The Science of Dosage Form
Design Second Edition.
DAFTAR PUSTAKA
Abdel, R., Afrizal dan M. London: Churchili
Efendi.2016. Evaluasi Aktivitas Livingstone. Halaman 200 –
Antioksidan, Toksisitas dan 210
Fenolik Total Ekstrak Daun Bustanussalam.2016.Pemanfaatan
Melinjo (Gnetum gnemon Obat Tradisional (Herbal)
Linn). Jurnal Kimia Unand. sebagai Obat
Hal 30-35 Alternatif.J.Biotrends vol
Agoes, G.2013. Pengembangan 7.hal.20
Sediaan Farmasi Edisi Revisi Depkes RI.1995. Farmakope
dan Perluasan. ITB hal. 32 Indonesia Ed IV. Direktorat
Anief, M. 2010. Ilmu Meracik Obat pengawasan obat dan makanan,
Teori dan Praktek. Gadjah Jakarta Indonesia
Mada University Press. Hal. Depkes RI.1979. Farmakope
214 Indonesia Ed III. Direktorat
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk pengawasan obat dan makanan,
Sediaan Farmasi Ed IV. Jakarta Indonesia. Hal. 6-7
Terjemahan Oleh Farida

44
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Fauzana, D.L.2010. Perbandingan Lethbridge Undergraduate


Metode Maserasi, Remaserasi, Research Journal, India
Perkolasi dan Repekolasi
Puspitasari, I. 2010. Jadi Dokter
Terhadap Rendemen Ekstrak
untuk Diri Sendiri. B First:
Temulawak (Curcuma Yogyakata hal. 24-25
Xanthrrhiza Roxb.). Skripsi
Fakultas Teknologi Pertanian. Puspitayani, A.2017. Uji Aktivitas
Institut Pertanian Bogor. Bogor Analgetik Fraksi N-Heksana,
Etil Asetat, dan Air Ekstrak
Hariana, A.2008. Tumbuhan Obat Etanol Daun Melinjo (Gnetum
dan Khasiatnya Seri 2. Penebar Gnemon L.) pada Mencit Putih
swadaya, Jakarta. Hal. 117 Jantan yang di Induksi Asam
Asetat.(Skripsi). Unggaran:
Hidayat,S dan R. Napitupulu.2015. Fakultas Ilmu Kesehatan
Kitab Tumbuhan Obat 269 Universitas Ngudi Waluyo.
Tumbuhan Berkhasiat untuk
Rowe, R.C, Sheskey, P.J, dan Quinn,
Mengobati Berbagai Penyakit
M.E. 2009. Handbook of
Kelas Ringan sampai Penyakit Pharmaceutical Excepient,
Kelas Berat. Agiflo: Jakarta. Washington DC: America
Hal. 271 Pharmaceutical Assosiations.
Hal.200, 359
Kemenkes RI.2017.Laporan Kinerja
2016. Direktorat Jendral Salome,A.,C.U.Gemeka.,V.O.Ikechu
Kefarmasian dan Alat kwu.,A.B,Sinye.,E.U.Calister
Kesehatan .,C.O,Godswill.2012.
Formulation and Evaluation
Lachman, L., Lieberman, H.A., of Cymbopogn Citratus Dried
Kanig, J.L. (1994). Teori dan Leaf Powder Tablets. African
Praktek Farmasi Journal of Pharmacy and
Industri. Edisi III. Jakarta: UI Pharmacology vol.6

Press. Hal. 684, 699 Siregar, C. dan S. Wikarsa. 2010.


Teknologi Farmasi Sediaan
Mauzu, J dan Z.A, Suleiman.2014. Tablet Dasar-Dasar Praktis.
Design, Formulation and Penerbit buku kedokteran
Tableting Properties of EGC, Jakarta.
Aqueous Leaf Extract of
Moringa oleifera. British Siregar, T.M., M. Cornelia.,
Journal of Pharmaceutical Ermiziar., Raskita.2009.
Research, Nigeria Studi Kandungan Katotenoid,
Vitamin C dan Aktivitas
Antioksidan Kulit Melinjo
Patel, J.M.2008. A Review of (Gnetum gnemon L.).
Potential Health Benefits of Seminar Nasional Patpi.
Flavonoids. Institute of Jakarta
Mumbai Technology.

45
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Syamsuni, H.A.2007. Ilmu Resep.


Penerbit buku kedokteran
EGC, Jakarta Indonesia. Hal.
172

Safwan., Adikusuma, W., dan


Ananda, D.R. 2016. Aktivitas
45 A
nalgetik Ekstrak Etanol Daun
Melinjo (Gnetum gnemon L.,)
Pada Mencit Putih (Mus
musculus L.,) Jantan. Jurnal
Ilmiah Ibnu Sina. 1(1),71-78.

Tjay, T.H, Rahardja, K. 2015.Obat-


Obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek
sampingnya.Ed.7. Elex Media
Komputindo: Jakarta.
Indonesia, hal.317

Voight, R.1995. Buku Teknologi


Sediaan Farmasi Ed IV.
Terjemahan Oleh : Noerono,s.
Gadjah mada university press:
Yogyakarta, Indonesia. Hal.
170, 564-577

Wiarto, G.2017. Nyeri Tulang dan


Sendi. Gosyen Publishing:
Yogyakarta. Indonesia, hal.8

46
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

HUBUNGAN EDUKASI GEMA CERMAT TERHADAP


PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG
PENGGUNAAN OBAT-OBAT DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS ARIODILLAH

Sarmalina Simamora1) , Verawati Suzalin 2) ,Adhitya Purwanto 3)

1)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
2)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes

Palembang E-mail :

ix122adhityapurwanto@gmail.com

ABSTRAK
Pemahaman masyarakat yang kurang tentang penggunaan obat secara rasional berupa penggunaan
berlebihan, penggunaan yang kurang dari seharusnya, kesalahan dalam penggunaan resep atau tanpa resep,
polifarmasi dan swamedikasi yang tidak tepat. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat hubungan edukasi Gema
Cermat terhadap pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat-obat di wiliyah kerja puskesmas
Ariodillah. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat hubungan edukasi Gema Cermat terhadap pengetahuan
masyarakat tentang penggunaan obat-obat di wiliyah kerja puskesmas Ariodillah. Penelitian ini adalah survey
analitik dengan pendekatan cross sectional, penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ariodillah pada bulan Maret
sampai Juni 2019. Data di uji menggunakan metode Chi Square dengan analisi cross tab menggunakan aplikasi
analisa statistik. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai Assymp sig pearson’s chi square sebesar 0,013 yang
menunjukkan bahwa Ho < 0,05 berarti Ho di tolak yang artinya ada hubungan antara edukasi Gema Cermat
terhadap pengetahuan tentangg penggunaan obat-obat di wilayah kerja puskesmas Ariodillah secara signifikan.

ABSTRACT
Lack of public understanding about the rational use of medicines in the form of excessive use, less usage than
supposed to, errors in prescription use or without prescription use, polypharmacy, and improper self-
medication. The purpose of this research is to look The correlation between Gema Cermat Education and the
Society’ Knowledge about the Usage of Medications in working area of ariodillah health center. This research
is an analytical survey with cross sectional approaches, this research is done at Ariodillah health center in
March to June 2019. Data is tested using Chi square method with cross tab analysis using statistical analysis
applications. The test results show that Assymp sig pearson’s chi square value is 0,013 which indicates Ho <
0,05 means Ho is rejected therefore there is a significant correlation between Gema Cermat Education and the
Knowledge about the Usage of Medications in working area of ariodillah health center.

PENDAHULUAN
Gema Cermat merupakan upaya bersama antara Masalah penggunaan obat pada masyarakat di
pemerintah dan masyarakat melalui rangkaian antaranya adalah ketidakseimbangan informasi antara
kegiatan dalam rangka mewujudkan kepedulian, tenaga kesehatan dan pasien sehingga pasien
kesadaran, pemahaman dan keterampilan masyarakat cenderung pasrah dan tidak tahu tentang obat yang
dalam menggunakan obat secara tepat dan benar. diresepkan oleh dokter. Hal ini dapat memicu
(Menkes RI , 2017). Apabila obat digunakan secara ketidakpatuhan terhadap aturan pakai obat sehingga
benar, dapat sangat membantu masyarakat dalam tujuan pengobatan tidak tercapai.(Sunaryo dalam
pengobatan secara aman dan efektif. Namun buletin infarkes, 2016). Menurut data World Health
kenyataannya seringkali pengobatan menjadi Organization, sekitar 50% dari seluruh penggunaan
merugikan masyarakat karena tidak disertai obat tidak tepat dalam peresepan dan sekitar 50%
pemahaman mengenai teknik penggunaan yang tepat lainnya tidak digunakan secara tepat oleh pasien.
dan waktu penggunaan yang tepat (Tjay, 2002). 47 Ketidakpahaman masyarakat dalam penggunaan obat
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

merupakan salah satu penyebab kegagalan digunakan rumus Slovin untuk derajat kepercayaan
pengobatan (Aurelia, 2013). Hasil data menunjukkan yang di pilih sebesar 10%, jadi jumlah minimal
bahwa 35,2% rumah tangga menyimpan obat untuk sampel yang di ambil sebanyak 100 orang dari
swamedikasi. Dari 35,2% rumah tangga yang seluruh posyandu.
menyimpan obat, 35,7% di antaranya menyimpan
obat keras, dan 27,8% diantaranya 86,1% antibiotik Cara Pengumpulan Data
tersebut diperoleh tanpa resep.Persepsi yang salah 1. Penulis mendata masyarakat yang dijadikan
pada masyarakat dan banyaknya masyarakat yang sampel kemudian mendatangi masyarakat yang
membeli antibiotik secara bebas tanpa resep dokter terdata sesuai kriteria.
memicu terjadinya masalah resistensi antibiotik 2. Penulis meminta ketersediaan masyarakat untuk
(Riskesdas, 2013). Dalam hal ini salah satu kegiatan menjadi responden penelitian dengan
pemerintah untuk mengurangi dampak penggunaan memberikan penjelasan mengenai tujuan
obat secara berlebihan yaitu dengan di canangkannya penelitian.
program Gema Cermat yaitu penyebaran informasi 3. Penulis memberikan penjelasan mengenai cara
tentang penggunaan obat secara benar dan rasional. pengisian kuesioner.
Pemerintah telah memilih Agent of Change (AoC) 4. Penulis menunggu responden selesai mengisi
Gema Cermat yang berperan memberikan edukasi lembar kuesioner dan apabila responden
mengenai Gema Cermat kepada masyarakat yang mengalami kesulitan dalam memahami
tersebar di Puskesmas, Dinas Kesehatan dan instansi pertanyaan maka dijelaskan kembali oleh
kesehatan lainnya. Puskesmas merupakan sarana penulis.
kesehatan pertama bagi masyarakat. Salah satu 5. Setelah selesai maka kuesioner dikumpulkan
Puskesmas yang mempunyai Agent of Change (AoC) kembali kepada peneliti dan diperiksa
Gema Cermat yang aktif ialah Puskesmas Ariodillah kelengkapannya.
yang sudah banyak melakukan kegiatan penyuluhan
Gema Cermat. Oleh karena itu, penulis ingin Alat Pengumpulan Data
mengidentifikasi seberapa besar peningkatan Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
pengetahuan masyarakat tentang obat setelah edukasi dalam penelitian ini adalah kuesioner, alat tulis, alat
Gema Cermat di Wilayah Kerja Puskesmas perekam.
Ariodillah.
Variabel Penelitian
METODE PENELITIAN Variabel Independent : Edukasi Gema Cermat
Variabel Dependent : Pengetahuan Masyarakat
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasi Cara Pengolahan dan Analisis Data
dengan pendekatan analitik cross sectional, yaitu Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk
penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu tabel kemudian di analisis dengan menggunakan
kali untuk melihat hubungan edukasi program gema cross tab yang berfungsi untuk mengetahui ada
cermat terhadap pengetahuan masyarakat tentang tidaknya hubungan antara kedua variabel. Analisa
penggunaan obat-obat di wilayah kerja Puskesmas data menggunakan program SPSS versi 24 for
Ariodillah. windows.
Pengambilan keputusan
Waktu dan Tempat Penelitian Jika nilai sig > 0,05, Ho diterima
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei Jika nilai sig < 0,05, Ho ditolak
2019 di Posyandu wilayah kerja Ariodillah

Populasi dan Sampel


HASIL PENELITIAN
Hasil
Populasi Program Gema Cermat telah di edukasi di
Belum diketahui jumlah ibu rumah tangga yang wilayah kerja Puskesmas Ariodillah.
terdaftar di posyandu puskesmas ariodillah, sehingga Tabel 4. Distribusi responden yang telah/belum
untuk menghitung populasi digunakan perkiraan mendapatkan/mengetahui edukasi program Gema
jumlah Kartu Keluarga (KK) yaitu ± 4639 KK. Dan Cermat di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah.
belum tentu seluruh KK menjadi peserta di posyandu.

Sampel
Berdasarkan perkiraan KK pada populasi maka Program Gema Cermat Jumlah %

48
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Peng etahuan Odd


Edukasi Gema Tota Assym CI
Bai Kuran Rati
Cermat l p Sig 95%
Telah k g Baik o
Mengetahui/mendapat
mendapatkan/mengetahui 69 69% kan 52 17 69
1,236
edukasi Tidak
Mengetahui/mendapat 9 22 31
0,013
2,97
5
-
7,158
Belum kan
Total 61 39 100
mendapatkan/mengetahui 31 31%
Berdasarkan tabel hasil analisis yang dilakukan
edukasi
dengan uji Chi Square didapatkan hasil Assymp Sig =
Total 100 100% 0,013 (Sig < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak dan Ada Hubungan Edukasi Gema Cermat
Terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang
Berdasarkan tabel 4, terdapat 69 (69%) responden Penggunaan Obat-Obat di Wilayah Kerja Puskesmas
yang telah mendapatkan/mengetahui edukasi tentang Ariodillah. Dengan Odd Ratio 2,975 atau program
program Gema Cermat yang di lakukan oleh Gema Cermat 2,975 kali mempengaruhi
Puskesmas di posyandu-posyandu baik secara lisan, pengetahuan, tingkat kepercayaan yang di pakai
tulisan ataupun tindakan sebesar 95%.
Tabel 5. Distribusi frekuensi pengetahuan responden
tentang penggunaan obat setelah edukasi Gema
Cermat
PEMBAHASAN
Identitas Responden
No Nilai Pengetahuan N
Pada umumnya masyarakat peserta Gema Cermat
yang hadir di posyandu itu adalah kaum ibu dengan
1. < 60 39 persentasi mencapai 83 %. Dari semua responden
sebanyak 75% pendidikan terakhirnya tamatan
SMA/sederajat yang merupakan responden terbanyak
2. ≥60 61 , walaupun masih ada yang pendidikan terakhirnya
itu dibawah tamatan SMA/sederajat sebanyak 11%
Sesuai dengan hasil ukur, bahwa bila ≥ 60 tetapi tidak mendominasi pada peserta Gema Cermat.
responden mencapai nilai benar pada jawaban Begitu juga dengan pendidikan terakhirnya di atas
kuisioner, maka edukasi Gema Cermat yang tamatan SMA/sederajat sebanyak 14% yang juga
dilakukan dianggap efektif.Terdapat 21 responden tidak terlalu mendominasi pada peserta Gema
yang menjawab seluruh pertanyaan dengan benar Cermat. Selain itu, terdapat kelompok umur
dalam kuisioner dan terdapat 5 orang responden yang terbanyak yang menjadi responden yaitu dengan
hanya dapat menjawab 2 soal dengan benar, hasil range 41-50 tahun sebanyak
selengkapnya dapat d lihat pada lampiran 4. 40%.
Tabel 6. Distribusi responden yang memiliki Edukasi Gema Cermat
pengetahuan baik dan kurang baik di wilayah kerja
Edukasi Gema Cermat menjadi salah satu tugas
Puskesmas Ariodillah.
AOC (Agent Of Change) sebagai salah satu fasilitas
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, bertujuan
untuk memberikan sosialisasi ataupun memberikan
Pengetahuan Jumlah % edukasi baik secara lisan, tulisan ataupun tindakan
kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat
Baik 61 61% kesehatan. Dari 100 responden terdapat 69 (69%)
39 39% responden yang telah mengetahui/mendapatkan
Kurang Baik
edukasi tentang program Gema Cermat dan
Total 100 100% sebanyak 31 (31%) responden yang belum
Berdasarkan tabel 6, terdapat 61 (61%) mengetahui/mendapatkan edukasi tentang program
responden yang pengetahuan tentang Gema Cermat Gema Cermat.
di nilai baik.
Pengetahuan
Tabel 7. Hasil uji Chi Square kelompok pengetahuan Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 61 (61%)
masyarakat yang mengikuti dan belum mengikuti responden posyandu di wilayah kerja Puskesmas
edukasi Gema Cermat Ariodillah yang memiliki pengetahuan dengan
kategori baik. Sebanyak 39(39%) responden

49
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Ardiyani, 2016. Tantangan dalam Pelayanan
yang memiliki pengetahuan dengan kategori kurang Kefarmasian. Buletin Infarkes (Informasi
baik. Kefarmasian dan Alat Kesehatan). Edisi
IV.
Hubungan Edukasi Gema Cermat Terhadap
Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Aurelia, 2013. Harapan dan Kepercayaan Konsumen
Obat-obat Apotek Terhadap Peran Apoteker Yang
Berdasarkan hasil penelitian dengan uji Chi Berada di Wilayah Surabaya Barat, Jurnal
Square dengan menggunakan analisis crosstab Caliptra, Vol.2. No.1.
dengan kepercayaan 95% didapatkan nilai Assymp
sig pearson’s chi square 0,013. Dari hasil tersebut Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007. Pedoman
disimpulkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat di Penggunaan Obat Bebas dan Bebas
tarik kesimpulan ada hubungan antara edukasi Gema Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan
Cermat terhadap pengetahuan masyarakat tentang RI.
penggunaan obat-obat di wilayah kerja puskesmas
Ariodillah secara signifikan. Nilai Odd Ratio (OR) = Budiarti, I. 2016. Perbandingan Efektivitas Metode
2,975 menunjukkan bahwa program Gema Cermat Edukasi Dalam Upaya Meningkatkan
memiliki pengaruh 2,975 kali terhadap pengetahuan Pengetahuan Ibu Tentang Dagusibu.
masyarakat di wilayah kerja puskesmas Ariodillah. Fakultas Farmasi. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Jawa
KESIMPULAN Tengah.

1. Penyuluhan program Gema Cermat telah Budiman dan Agus, R. 2013. Kapita Selekta
didapatkan oleh masyarakat di wilayah kerja Kuisioner Pengetahuan dan Sikap Dalam
Puskesmas Ariodillah sebanyak 69 %, walaupun Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba
belum seluruhnya mengetahui. Medika.

2. Pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Depkes, 2008. Modul 1 Materi Pelatihan


Puskesmas Ariodillah sangat baik dalam Peningkatan Pengetahuan dan
memahami materi yang di berikan, dilihat lebih Keterampilan Memilih Obat bagi Tenaga
dari setengah masyarakat yang menjawab Kesehata. Direktorat Bina Penggunaan
pertanyaan di kategori baik. Obat Rasional. Jakarta.

3. Ada hubungan antara edukasi Gema Cermat Dinkes, 2017. Strategi Pelaksanaan Gema Cermat.
terhadap pengetahuan masyarakat tentang Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
penggunaan obat-obat di wilayah kerja Jawa Barat.
Puskesmas Ariodillah secara signifikan.
Hening, P., Nur, A.C. dan Warsinah, 2017. Pengaruh
SARAN Edukasi Apoteker Terhadap Pengetahuan
- Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan dan Sikap Masyarakat Terkait Teknik
penelitian berkaitan dengan program Gema Cermat Penggunaan Obat. Universitas Jenderal
diharapkan dapat mencari beberapa Agent Of Soedirman. Purwokerto.
Change yang melakukan edukasi di wilayah kerja
lainnya, agar dapat menilai tingkat efektivitas dari Ihsan, Sunandar, dkk. 2016. Evaluasi Rasionalitas
Program Gema Cermat yang di canangkan oleh Penggunaan Obat Ditinjau dari Indikator
Pemerintah. Peresepan Menurut World Health
- Saran kepada AOC (Agent Of Change) untuk Organization (WHO) di Seluruh Puskesmas
melakukan edukasi terhadap responden yang belum Kota Kendari. Fakultas Farmasi. Universitas
mendapatedukasi terkait Gema Cermat. Halu Oleo. Kendari.

DAFTAR PUSTAKA Kemenkes RI, 2011. Buku Panduan Promosi


Kesehatan di Puskesmas, Kementrian
Agusyanto. 2007. Jaringan Sosial dalam Organisasi. Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

50
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Kemenkes RI, 2011. Modul Penggunaan Obat


Rasional, Bina Pelayanan Kefarmasian.
Jakarta.

Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar


2013. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta

Kemenkes RI, 2017. Buku Panduan Agent Of


Change (AoC) GeMa CerMat.
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 2007. Keputusan Menteri


Kesehatan Nomor 58 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Pelaksaan Promosi Kesehatan
di Puskesmas. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 2007. Keputusan Menteri


Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 2015. Keputusan Menteri


Kesehatan Nomor 427 Tahun 2015
Tentang Gema Cermat. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Mubarak, W. I., & Chayatin, N. 2009. Ilmu


Kesehatan Masyarakat: Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.

Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan


Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.

Prihartanta, Widayat. 2015. Teori-Teori Motivasi.


Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
Banda Aceh.

Suliha, Uha. 2002. Pendidikan Kesehatan Dalam


Keperawatan. Jakarta: EGC

Tjay, H. T. dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat


Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
efek Sampingnya, Edisi Kelima, Cetakan
Kedua, 125-141, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992. Tentang


Kesehatan, Penerbit Ariloka, Surabaya : 2000

51
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN FREKUENSI


PENGGUNAAN JARUM INSULIN PEN PADA PASIEN
DIABETES MELITUS RAWAT JALAN RS. BHAYANGKARA
PALEMBANG TAHUN 2019

Tedi 1), Siti 2)


1)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
2)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes

Palembang E - Mail :

tedibantong@yahoo.co.id

ABSTRAK

Insulin pen adalah salah satu alat suntik yang cukup populer di kalangan penderita
diabetes melitus. Jarum suntik insulin pen ini di gunakan hanya boleh sekali pakai jika
digunakan berulang jarum akan menjadi tumpul dan menimbulkan rasa sakit saat di
suntikkan, serta menyebabkan kadar gula darah sulit dikontrol. Status ekonomi
biasanya di ukur dalam konteks penghasilan atau pendapatan. Jumlah pendapatan
akan menggambarkan besarnya daya beli seseoarang, dan daya beli akan
mempengaruhi banyak nya produk yang bisa dibeli. Tujuan dari penelitian ini untuk
untuk melihat hubungan status ekonomi dengan frekuensi penggunaan jarum suntik
insulin pen.Penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan pendekatan
survey analitik serta menggunakan desain penelitian crossectional, penelitian ini
dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Palembang yang dilakukan pada bulan Maret
sampai Mei 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 84 responden
berpendapat keberatan menggunakan jarum suntik insulin pen sekali pakai, sebanyak
78 responden merasa terbebani dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli
jarum suntik insulin pen, sebanyak 56 responden berpendapat bahwa harga jarum
suntik insulin pen itu mahal, sebanyak 81 responden berpendapat bahwa biaya untuk
membeli jarum insulin pen secara terus menerus itu besar dan sebanyak 91 responden
tidak pernah mendapat informasi mengenai penggunaan jarum insulin pen yang hanya
boleh sekali. Tidak ada satu pun responden yang menggunakan jarum suntik insulin
pen sekali pakai oleh karena itu hubungan antara status ekonomi dengan frekuensi
penggunaan jarum insulin pen pada pasien Diabetes Melitus rawat jalan Rumah Sakit
Bhayangkara Palembang tahun 2019 tidak dapat di analisis.

52
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

PENDAHULUAN
Diabetes melitus merupakan suatu Insulin pen adalah salah satu alat suntik
kelompok penyakit metabolik dengan yang cukup populer di kalangan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi penderita diabetes melitus. Insulin pen
karena kelainan sekresi insulin, kerja ini berisi insulin yang Terdiri dari
insulin atau keduanya (PERKENI, tabung seperti pena dan digunakan
2015). Diabetes melitus berdasarkan dengan jarum khusus sekali pakai. Pena
penyebabnya diklasifikasikan menjadi jarum dan
empat macam yaitu diabetes melitus
tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes suntikan sekali pakai di rancang
melitus tipe spesifik dan diabetes untuk sekali pakai, tetapi ada beberapa
melitus kehamilan (Irianto, 2013). orang yang
menggunakannya kembali. akan menggambarkan besarnya daya
Padahal setelah dipakai jarum menjadi beli dari seseorang, karena daya beli
tumpul dan dapat tertekuk dengan akan menggambarkan banyaknya
sangat mudah. Bagian kecil yang produk dan jasa yang bisa di beli dan di
terdapat di ujung jarum bisa patah dan konsumsi oleh seseorang (Widodo,
tertanam didalam daging. Selain itu 2015).
jarum suntik insulin pen di lapisi
dengan minyak yang memudahkannya METODE PENELITIAN
masuk ke kulit. Bila digunakan
Jenis Penelitian
berulang – ulang minyak yang melapisi
Jenis penelitian ini adalah
jarum akan hilang dan akan
penelitian non eksperimental dengan
menyebabkan rasa sakit saat di
pendekatan survey analitik, serta
suntikkan. Jadi ada banyak alasan untuk
menggunakan desain penelitian
menggunakan jarum suntik sekali pakai
crossectional. Yaitu metode yang
(Fox, Kilvert, 2010) . Selain itu intruksi
digunakan untuk memberikan gambaran
pada kemasan atau kotak jarum suntik
atau keadaan objek yang diteliti
insulin pen menjelaskan bahwa jarum
berdasarkan data yang dikumpulkan
suntik insulin pen itu tidak boleh di
kemudian di analisa oleh peneliti
gunakan kembali setelah sekali pakai,
sehingga dapat diambil keputusan dan
penggunaan kembali dapat
kesimpulan yang tepat.
menumpulkan jarum dan di kaitkan
dengan pengerasan lemak dibawah kulit
Waktu dan Tempat Penelitian
yang dapat mengubah penyerapan
Penelitian ini dilakukan pada bulan
insulin serta membuat kadar gula darah
Maret –Mei 2019 di Rs. Bhayangkara
menjadi sulit di kontrol.
kota palembang
Status sosial ekonomi digunakan Populasi dan Sampel
dalam penelitian epidemiologi dan
biasanya diukur dalam konteks Populasi
penghasilan atau pekerjaan (White, Populasi
2012). Pendapatan merupakan imbalan Populasi pada penelitian ini
yag diterima oleh seorang konsumen adalah semua pasien diabetes melitus
dari pekerjaan yang dilakukan untuk rawat jalan yang berobat dan menebus
mencari nafkah. Jumlah pendapatan insulin pen di instalasi farmasi Rs.

53
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Bhayangkara kota Palembang. Cara Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh disajikan
Sampel dalam bentuk tabel kemudian di analisis
Untuk menghitung sampel yang dengan menggunakan analisi univariat
di jadikan responden, di gunakan teknik
pengambilan sampel secara Isac dan HASIL PENELITIAN
michael. Berdasarkan data yang didapat 1. Hasil dan Pembahasan
dari Rs. Bhayangkara setiap pasien Distribusi frekuensi karakteristik
mendapatkan tujuh insulin setiap responden berdasarkan jenis kelamin.
penebusan resep. Dalam rata – rata Jenis
N %
perbulan jumlah pengeluaran insulin kelamin
untuk pasien diabetes melitus rawat 7 37 7
jalan adalah 972 lalu dibagi tujuh, maka Laki – laki 37
rata – rata jumlah pasien dalam satu %
bulan adalah 139 orang. 3 63 3%
Perempua
63
n
Cara Pengumpulan Data %
a) Peneliti datang ke Rs. Bhayangkara kota otal Total 00 100 00
Palembang dan meminta data sekunder 10
ke pihak Rs. Bhayangkara 0
b) Menentukan responden yang telah di %
tentukan berdasarkan kriteria inklusi.
c) Selanjutnya menanyakan Berdasarkan data diatas
ketersediaan responden untuk menjadi didapat bahwa jumlah responden yang
sampling. Dan memberikan penjelasan paling mendominasi adalah perempuan
mengenai cara pengisian kuisioner. yakni sebanyak 63 orang (63%)
d) Penulis akan menunggu sampai sedangkan jumlah responden laki – laki
responden selesai mengisi lembar sebanyak 37 orang (37%).
kuesioner dan apabila responden Tabel 2. Distribusi frekuensi
mengalami kesulitan dalam memahami karakteristik responden berdasarkan
pertanyaan maka akan dijelaskan umur
kembali oleh penulis. Umur N %
45– 54 36
e) Kuesioner yang telah diisi, kemudian 36
tahun %
dikumpulkan dan diperiksa > 55 tahun 64 64%
kelengkapannya oleh peneliti kemudian 100
dilakukan analisis. Total 100
%
Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk Berdasarkan data diatas dapat
memgumpulkan data dalam penelitian dilihat bahwa jumlah responden
ini adalah kuesioner, alat tulis, kamera. berdasarkan usia yang paling
Variabel Penelitian mendominasi yakni berusia lebih dari
Variabel Independent : Status ekonomi 55 tahun berjumlah 64 orang (64%) ,
Variabel Dependent : Frekuensi sedangkan yang berusia 45 – 22 tahun
penggunaan jarum insulin pen berjumlah 36 orang (36%).

54
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Tabel 3. Distribusi frekuensi Petani 3 3%


karakteristik responden berdasarkan Pegawaiswasta 6 6%
tipe diabetes Pedagang 3 3%
Tipe POLRI 1 1%
N %
diabetes PNS 12 12%
Tipe 1 24 24 Total 100 100
% %
Tipe 2 76 76%
Total 100 100 Berdasarkan data diatas dari 100
% responden, kelompok pekerjaan yang
paling mendominasi adalah pensiunan
Berdasarkan data diatas bahwa sebanyak 37 orang (37%).
responden dengan frekuensi tertinggi Tabel 6. Distribusi frekuensi
adalah responden yang menderita karakteristik responden berdasarkan
diabetes tipe 2 yakni berjumlah 76 status ekonomi
orang (76%). Sedangkan yang
Status
menderita diabetes tipe 1 berjumlah 24 N %
ekonomi
orang (24 %).
Rendah 43 43 %
Tabel 4. Distribusi frekuensi Tinggi 57 57 %
karakteristik responden berdasarkan Total 100 100 %
pendidikan terakhir
Pendidikan Berdasarkan data diatas di dapat
N %
terakhir bahwa dari 100 responden sebanyak 57
SD 15 15 orang (57%) berstatus ekonomi tinggi
% dan 43 orang (43%) berstatus ekonomi
SMP 21 21 rendah.
% Tabel 7. Distribusi frekuensi
SMA 37 37 karakteristik responden berdasarkan
% frekuensi penggunaan jarum suntik
SARJANA 27 27% insulin pen
Total 100 100 Frekuensi %
% penggunaan jarum N
suntik insulin pen
Berdasarkan data diatas kelompok Sekali pakai 0 0%
pendidikan terakhir yang paling banyak Lebih dari sekali 100 100
adalah SMA yaitu berjumlah 37 orang pakai %
(37%). Total 100 100%
Tabel 5. Distribusi frekuensi
karakteristik responden berdasarkan Berdasarkan data diatas didapat
pekerjaan kan bahwa tidak responden yang
Pekerjaan N % menggunakan jarum suntik insulin pen
IRT 36 36 sekali. Artinya semua responden
% menggunakan jarum suntik insulin pen
Pensiunan 37 37% lebih dari sekali pakai.
Buruh 2 2%

55
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Tabel 8. Distribusi frekuensi Keberatan


pengalaman responden menggunak
8 1
terkait informasi penggunaan jarum an jarum 8 1
4 6
suntik insulin pen sekali pakai suntik 4 6
% %
Pengetahuan insulinpen
Soal Ya Tidak sekali pakai
N % N % Terbebani
Mendapat dengan
informasi biaya untuk 7 2
7 2
mengenai membeli 8 2
8 2
penggunaa 9 jarum % %
9 9 suntik
n jarum 9 1
% 1 insulinpen
suntik %
insulinpen Harga
sekali jarum 5 4
5 4
pakai suntik 6 4
6 4
insulin pen % %
Pertanyaan pertama yang di mahal
ajukan peneliti mengenai informasi Biaya untuk
tentang penggunaan jarum suntik membeli
insulin pen yang hanya boleh sekali jarum
8 1
pakai. Sebanyak 9 responden (9%) yang suntik 8 1
1 9
menjawab “Ya” pernah mendapat insulinpen 1
%
9
%
informasi mengenai penggunaan jarum secara terus
suntik insulin pen yang hanya boleh menerus
sekali pakai. Sebanyak 91 responden besar
(91%) yang menjawab “Tidak” pernah
mendapat informasi mengenai jarum Pertanyaan kedua yang diajukan
suntik insulin pen yang hanya boleh peneliti mengenai keberatan kah
sekali pakai. Dilihat dari perbandingan responden jika harus menggunakan
tersebut hampir semua pasien Diabetes jarum suntik insulin pen sekali pakai.
Melitus rawat jalan Rumah Sakit Sebanyak 84 responden (84%)
Bhayangkara Palembang tidak pernah menjawab “Ya” merasa keberatan jika
mendapat informasi mengenai harus menggunakan jarum suntik suntik
penggunaan jarum suntik insulin pen insulin pen sekali pakai, dan sebanyak
yang hanya boleh sekali pakai. Hal ini 16 orang (16%) responden menjawab
membuktikan bahwa masih kurang nya “Tidak” merasa keberatan
informasi mengenai penggunaan jarum menggunakan jarum suntik insulin pen
suntik insulin pen sekali pakai. sekali pakai. Dari perbandingan tersebut
dapat diketahui bahwa hampir semua
Tabel 9. Distribusi frekuensi pendapat responden merasa keberatan jika harus
responden terkait penggunaan jarum menggunakan jarum suntik insulinpen
suntik insulin pen sekali pakai. Hal ini membuktikan
Pendapat Responden bahwa kurang nya informasi mengenai
Soal Ya Tidak penggunaan jarum suntik insulin pen
N % N % yang sekali pakai dan dampak nya

56
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

terhadap pasien jika menggunakan bahwa hampir semua pasien Diabetes


jarum suntik insulinpen berulang. Melitus rawat jalan Rumah Sakit
Pertanyaan ketiga yang diajaukan Bhayangkara Palembang berpendapat
peneliti mengenai merasa terbebanikah bahwa biaya yang harus dikelurkan
responden atas biaya yang harus untuk membeli jarum suntik insulin pen
dikeluarkan untuk membeli jarum selama menggunakan insulin pen itu
suntik insulin pen selama terus besar.
menerus. Sebanyak 78 responden(78%)
menjawab “Ya” merasa terbebani atas 1. Hubungan Status Ekonomi dengan
biaya yang harus responden keluarkan Frekuensi Penggunaan Jarum Suntik
untuk membeli jarum suntik insulin pen Insulin Pen pada Pasien Diabetes
secara terus menerus. Dan sebanyak 22 Melitus Rawat Jalan Rumah Sakit
responden (22%) menjawab “Tidak” Bhayangkara Palembang
merasa terbebani atas biaya yang harus Hubungan status ekonomi dengan
responden keluarkan untuk membeli frekuensi penggunaan jarum suntik
jarum suntik insulin pen secara terus insulin pen di tampilkan pada data
menerus. Dilihat dari perbandingan berikut:
diatas lebih dari setengah responden Tabel 9. Hubungan status ekonomi
merasa terbebani atas biaya yang harus dengan frekuensi penggunaan jarum
ia keluarkan untuk membeli jarum suntik insulin pen pada pasien diabetes
suntik insulin pen. melitus rawat jalan Rumah Sakit
Pertanyaan keempat yang Bhayangkara palembang.
diajukan peneliti mengenai harga jarum Frekuensi penggunaan
suntik insulin pen. Sebanyak 56 jarum suntik insulin
responden (56%) menjawab “ Ya” pen
Status
harga jarum suntik insulin pen itu Lebih
Ekonomi
mahal. Sebanyak 44 responden (44%) Sekali dari
menjawab “Tidak” mahal. Dari hasil pakai sekali
perbandingan ini dapat diketahui bahwa pakai
lebih dari sebagian responden Rendah 0 43
berpendapat bahwa harga jarum suntik Tinggi 0 57
insulinpen itu mahal. Total 0 100
Pertanyaan kelima yang diajukan
peneliti mengenai besar kah biaya yang Berdasarkan data diatas didapat
harus di kelurkan untuk membeli jarum responden yang memiliki status
suntik insulin pen selama anda ekonomi rendah dan frekuensi
memakai insulin pen. Sebanyak 81 penggunaan jarum suntik insulin pen
responden (81%) menjawab “Ya” biaya lebih dari sekali pakai sebanyak 43
yang harus dikeluarkan untuk membeli responden. Sedangkan responden yang
jarum suntik insulin pen selama memilki status ekonomi tinggi dan
memakai insulin pen itu besar. Dan penggunaan jarum suntik insulin pen
sebanyak 19 responden (19%) lebih dari sekali pakai sebanyak 23
menjawab “Tidak” besar biaya yang responden. Data hasil penelitian ini
harus dikeluarkan untuk membeli jarum tidak bisa dianalisa karena baik
suntik insulin pen selama menggunakan responden yang memilki ekonomi
insulin pen. Dari perbandingan tersebut tinggi maupun ekonomi rendah tidak

57
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

ada satu pun responden yang Penggunaan Insulin Pada Pasien


menggunakan jarum suntik insulin pen Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit
sekali pakai. Bhayangkara(http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/4875/1/Adi%20Ariant
KESIMPULAN o.pdf, diakses 12 januari 2019)
1. Tidak ada satu pun responden
yang menggunakan jarum suntik insulin Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2017.
pen sekali pakai oleh karena itu Lapora Bulanan Januari.
hubungan antara status ekonomi dengan Palembang,
frekuensi penggunaan jarum insulin pen (http://dinkes.palembang.go.id/tamp
pada pasien Diabetes Melitus rawat ung/dokumen/dokumen-150-
jalan Rumah Sakit Bhayangkara 274.pdf, diakses 20 januari 2019)
Palembang tahun 2019 tidak dapat di Fox, C., Kilvert, A., 2010. Bersahabat
analisis. dengan diabetes tipe 1. Penebar plus,
2. Sebagian bebagian besar pasien Jakarta, Indonesia.
Diabetes Melitus rawat Jalan Rumah
Fox, C., Kilvert, A., 2010. Bersahabat
Sakit Bhayangkara Palembang yang
dengan diabetes tipe 2. Penebar plus,
menggunakan insulin tidak pernah
Jakarta, Indonesia.Irianto, K., 2013.
mendapat informasi mengenai jarum
Epidemiologi Penyakit Menular dan
suntik insulin pen yang hanya boleh
Tidak Menular.Bandung Alfabeta,
sekali pakai.
Surakarta, Indonesia.
3. Sebagaian besar pasien Diabetes
Padila, 2012. Buku Ajar Keperawatan
Melitus rawat Jalan Rumah Sakit
Medikal Bedah. Nuha Medika,
Bhayangkara Palembang yang
Jakarta, Indonesia
menggunakan insulin pen berpendapat
tidak setuju dengan penggunaan jarum Rendy, M., Clevo., dan Margareth, T, H.,
suntik insulin pen sekali pakai. 2012. Asuhan Keperawatan Medical
SARAN Bedah dan Penyakit Dalam,
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin Yogyakarta, Indonesia.
melakukan penelitian yang berkaitan
dengan penggunaan jarum suntik Riskesdas. 2013. Badan Penelitian dan
insulin pen sebaiknya ditambahkan Pengembangan Kesehatan
variabel lain seperti pengetahuan, Kementerian Kesehatan Republik
kadar gula darah dan lain – lain sebagai Indonesia. Laporan Nasional
pembanding prilaku. Riskesdas,
(http://www.depkes.go.id/resources/
DAFTAR PUSTAKA download/general/Hasil%20Riskesd
as%202013.pdf, diakses 16 Januari
American Diabetes Association., 2011. 2019).
Standards of Medical Care in
Diabetes 2011.Diabetes Soelistijo, A. S., dkk., 2015. Pengelolaan
Care,Vol.34(1):511-561. dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia
Arianto, A., 2012. Analisis Data (https://pbperkeni.or.id/unduhan/,
Pengelolaan Insulin Berdasarkan diakses 12 Januari 2019).
Kesesuaian Pengadaan Dan

58
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Tandra, H., 2013. Life Healthy with 2kz63gAhWLWisKHfYPBPgQ_AU


Diabetes : Diabetes Mengapa dan oAnoECAwQAg&biw=360&bih=61
Bagaimana. Rapha Publishing, 6#imgrc=yox7C2NcCDPb6M,
Yogyakarta, Indonesia. diakes 30 Januari 2019).
Tandra. H., 2017. Segala sesuatu yang Wahyuni, N K.E., Larasanthy, L.P.F., dan
harus anda ketahui tentang diabetes. Udayani, N.N.W., 2012. Analisis
Gramedia Pustaka Utama, Efektivitas Biaya Penggunaan
Yogyakarta, Indonesia. Terapi Kombinasi Insulin dan Oho
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
UMP., 2018. Keputusan Gubernur Rawat Jalan di Rsud Wangaya.
Sumatera Selatan Tentang Upah Karya Tulis Ilmiah, Jurusan Farmasi
Minimum Provinsi SumateraSelatan. UDY (tidak dipublikasikan), hal. 34
(https://www.google.com/search?q=s
k+gubernur+sumsel+2018+tentang+ White,K., 2012. Pengantar Sosiologi
umk&safe=strict&client=ms-android Kesehatan dan Penyakit Edisi Ketiga
xiaomi&prmd=niv&source=lnms&tb . PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
m=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiR69 Indonesia.
WHO. 2015. Diabetes World Health
Organization,
(http://www.who.int/mediacentre/fac
tsheets/fs312/en/, diakses 12 Januari
2019)

59
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH MANGGA ARUMANIS


(Mangifera indica L. var. arumanis) DENGAN METODE
DPPH

Ummul Toyibah 1), M. Taswin 2)


1)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
2)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang

E-mail : ummultoyibah98@gmail.com

ABSTRAK

Radikal bebas merupakan suatu elektron dalam tubuh yang tidak berpasangan yang akan terus berusaha
menyerang dan merusak sel-sel tubuh agar tidak stabil, sehingga dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat radikal bebas. Senyawa antioksidan alami
adalah senyawa fenolik dan polifenol. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kulit buah mangga arumanis
memiliki senyawa polifenol berupa flavonoid. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menguji besar
aktivitas antioksidan yang terdapat pada kulit buah mangga arumanis dengan radikal DPPH. Penelitian ini
merupakan penelitian non eksperimen. Yang pertama dilakukan ekstraksi menggunakan metode maserasi
dengan pelarut etanol. Yang kedua, sampel dibuat infusa dengan pelarut aquades. Kemudian dibuat larutan uji
DPPH untuk mengukur kurva puncak. Lalu dilarutkan vitamin C sebagai kontrol positif. Selanjutnya dibuat
sampel dengan deret konsentrasi untuk mengukur persen peredaman. Setelah didapatkan persen peredaman,
maka dihitung IC50 untuk menyatakan besar aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Hasil penelitian
menunjukkan nilai IC50 ekstrak etanol kulit buah mangga arumanis yaitu 12,46 ppm dan infusa kulit buah
mangga arumanis yaitu 46,92 ppm yang menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan ekstrak infusa kulit buah
mangga arumanis memiliki aktivitas antioksidan.

ABSTRACT

A free radical is an electron in the body unpaired will continue to try to attack and damage the body's cells so
unstable that can cause various diseases. Antioxidants are compounds that can inhibit free radicals. Natural
antioxidant compounds are phenolic compounds and polyphenols. Based on previous research, mango fruit skin
arumanis have polyphenolic compounds such as flavonoids. Therefore, a large research to test the antioxidant
activity in the skin of mangoes arumanis with DPPH radical. This research is non-experimental. The first
extraction using maceration method with ethanol. Second, the sample is made infuse with distilled water solvent.
Then made DPPH test solution for measuring the peak curve. Then dissolved vitamin C as a positive control.
Then made samples with a concentration series to measure the percent reduction. Having obtained percent
reduction, the calculated IC50 for the big states antioxidant activity is generated. The results showed the IC50
value bark ethanol extract of mango arumanis ie 12.46 ppm and infuse skin arumanis mango fruit that is 46.92
ppm which indicates that the ethanol extract and extract of mango fruit peel infuse arumanis have antioxidant
activity.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang banyak untuk pengobatan sesuai dengan norma yang berlaku
memiliki flora yang bisa dimanfaatkan sebagai obat di masyarakat (Permenkes, 2012). Di Indonesia
tradisional. Obat tradisional adalah bahan atau sendiri untuk pelayanan pengobatan tradisional
ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, proporsinya sedikit meningkat, dari tahun 2013
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari sebesar 30,4% dan di tahun 2018 menjadi 31,4%
60
bahan tersebut yang secara turun temurun digunakan (Riskesdas, 2018).
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Salah satu tanaman yang digunakan untuk aktivitas antioksidan dari kulit buah mangga
pengobatan tradisional adalah kulit buah mangga arumanis ini dengan menggunakan ekstrak etanol dan
arumanis (Mangifera indica L. var. arum manis). ekstrak infusa dari kulit buah mangga arumanis
Secara empiris sebagian masyarakat Ogan Ilir dengan vitamin C sebagai kelompok kontrol.
khususnya Tanjung Raja, Rantau Alai dan Ketiau
melakukan pengobatan secara tradisional dari kulit
buah mangga yang dijadikan sebagai obat cacing METODE PENELITIAN
yaitu dengan cara merebus kulitnya selama 15 menit Jenis Penelitian
setelah itu air rebusan kulit mangga diminum dan Jenis penelitian ini adalah non eksperimen
dapat juga digunakan sebagai obat pereda rasa nyeri dengan melakukan uji aktivitas antioksidan yang
dan menghentikan pendarahan yang berlebihan pada terdapat pada ekstrak etanol dan ekstrak infusa kulit
saat haid yaitu dengan cara mengkonsumsi kulit buah buah mangga arumanis (Mangifera indica L. var.
mangga yang sudah digoreng. arum manis) terhadap peredaman radikal bebas
DPPH secara spektrofotometri UV-Vis, dilanjutkan
Menurut penelitian Wulandari dan
dengan penentuan IC50. Dilakukan juga uji kualitatif
sulistyarini (2018), kulit buah mangga arumanis
pada senyawa tanaman.
mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, tannin,
steroid, terpenoid, alkaloid dan saponin. Flavonoid
mempunyai kemampuan sebagai penangkap radikal Objek Penelitian
bebas (Banjarnahor & Artanti, 2014). Radikal bebas Objek penelitian dalam penelitian ini adalah
adalah atom yang memiliki satu atau lebih elektron kulit buah mangga arumanis (Mangifera indica L.
yang tidak berpasangan sehingga menjadi tidak stabil var. arum manis) yang diambil dari halaman rumah
dan sangat reaktif merusak jaringan yang bisa Bapak “X” yang berada di daerah Ogan Ilir. Kulit
menyebabkan terjadinya berbagai macam penyakit buah mangga bisa diambil dari mangga yang masih
(Agung, 2016). Namun, tubuh kita mempunyai mentah atau sudah matang.
mekanisme untuk menetralisir kerusakan, mekanisme
tersebut ialah antioksidan.
Cara Pengumpulan Data
Antioksidan merupakan senyawa yang
1. Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah
mampu menghambat reaksi oksidasi dengan cara
Mangga Arumanis (Mangifera indica L. var.
mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat
arum manis).
reaktif sehingga kerusakan sel dapat dicegah (Sayuti
dan Yenrina, 2015). Aktivitas antioksidan dapat Jenis ekstraksi yang digunakan adalah maserasi
diukur dengan menggunakan 3 metode yaitu dengan langkah-langkahnya sebagai berikut:
CUPRAC (cupric ion reducing antioxidant capacity),
DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dan FRAP (ferric a) Kulit buah mangga dibersihkan dengan air
reducing antioxidant power) (Widyastuti, 2010). mengalir.
Diantara ketiga metode tersebut, maka metode DPPH
adalah yang paling cepat, tepat, sederhana dan tidak b) Kemudian kulit buah mangga dirajang halus
membutuhkan banyak reagen. Radikal DPPH adalah dengan pisau dan dikeringanginkan tanpa terkena
suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen sinar matahari langsung. Setelah itu kulit buah
tidak stabil dengan absorbansi kuat pada panjang mangga ditimbang sebanyak ±100 gram dan
gelombang maksimal 517 nm dan berwarna ungu dimasukkan ke dalam botol maserasi yang berwarna
gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, gelap.
DPPH tersebut akan tereduksi dan warnanya akan
berubah menjadi kuning (Sayuti dan Yenrina, 2015). c) Kemudian ditambahkan pelarut etanol sampai
Seperti kebanyakan uji antioksidan yang lainnya, seluruh sampel terendam dan terdapat selapis etanol
metode ini memerlukan spektrofotometer UV-Vis di atasnya.
(Akar, Kucuk dan Dogan, 2017).
d) Botol ditutup dan dibiarkan selama 3 hari di
Mengacu pada penelitian Anggraini tahun tempat gelap atau terlindung dari cahaya sambil
2016 yang meneliti kulit buah mangga arumanis sering dikocok, pengocokan akan dilakukan sebanyak
sebagai anti inflamasi dalam bentuk ekstrak dan 3 kali dalam 1 hari.
penelitian Afanti tahun 2017 yang menliti kulit buah
mangga indramayu sebagai anti inflamasi dalam
bentuk infusa maka peneliti tertarik untuk meneliti

61
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

e) Setelah 3 hari sampel disaring, kemudian dibiarkan Ditimbang DPPH 4 mg, kemudian
selama beberapa jam dan dienaptuangkan ke wadah dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan
lain. dicukupkan dengan etanol 96% hingga tanda,
sehingga didapatkan larutan DPPH dengan
f) Proses maserasi diulang sampai penyarian konsentrasi 0,004% atau 40 ppm (Ukkas, 2017).
sempurna. Ekstrak cair yang didapatkan kemudian
diuapkaan pada suhu dan tekanan yang rendah Uji Aktivitas Antioksidan
sehingga didapatkan ekstrak kental. 1. Penentuan panjang gelombang maksimum
larutan baku DPPH
g) Setelah itu ekstrak kental diencerkan untuk
mendapatkan larutan uji dengan berbagai konsentrasi Larutan baku DPPH 40 ppm dipipet sebanyak 4
b/v, kemudian larutan uji tersebut disaring untuk ml dimasukkan kedalam kuvet dan diukur dengan
mendapatkan larutan uji yang sesuai untuk pengujian spektrofotometer UV-Vis, kemudian dicatat
pada spektrofotometri Uv-Vis. absorbansinya pada panjang gelombang 400-800 nm.
Dari kurva serapan, ditentukan panjang gelombang
2. Pembuatan Ekstrak Infusa Kulit Buah Mangga maksimum (Adrianta, Udayani dan Meriyani, 2017).
Arumanis (Mangifera indica L. var. arum
manis). 2. Larutan Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah
Mangga Arumanis
a) Kulit buah mangga arumanis segar diambil
kemudian dibersihkan terlebih dahulu dan diiris Pengukuran antiradikal bebas dengan ekstrak
kecil-kecil lalu ditimbang sebanyak ±10 gram. etanol kulit buah mangga arumanis yaitu
dilarutkannya 50 mg ekstrak kedalam etanol sehingga
b) Kemudian irisan kulit buah mangga dicampur didapatkan konsentrasi 1000 ppm, diencerkan lagi
dengan 100 ml air Aquades, dimasukkan kedalam menjadi 100 ppm. Kemudian dari larutan tersebut
bejana non logam seperti kaca ataupun keramik. akan dibuat deret larutan dengan konsentrasi 10 ppm,
8 ppm, 6 ppm, 4 ppm, dan 2 ppm. Masing-masing
c) Kemudian ditutup dan dipanaskan pada suhu 90 oC dipipet sebanyak 2 ml, kemudian dimasukkan
selama 15 menit. kedalam tabung reaksi selanjutnya larutan baku kerja
DPPH 40 ppm dipipet sebanyak 2 ml, kemudian
d) Cairan infus diserkai (peras dan saring) selagi semua larutan dalam tabung reaksi didiamkan selama
panas menggunakan kain flannel dan corong gelas, 30 menit. Lalu diukur dengan spektrofotometri Uv-
kemudian ditambahkan air panas hingga 100 ml. Vis, baca absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum.
Identifikasi Senyawa Kimia
3. Larutan Uji Infusa Kulit Buah Mangga
1. Uji Flavonoid
Arumanis
Ekstrak etanol kulit buah mangga arumanis
dimasukkan dalam tabung reaksi diencerkan dengan Pengukuran antiradikal bebas dengan infusa
etanol. Kemudian ditambahkan asam klorida (HCL) kulit buah mangga yaitu larutkan 0,1 ml larutan
pekat dan logam Mg, Jika terjadi perubahan warna infusa kedalam pelarut etanol sehingga didapat
merah, jingga atau kuning maka positif mengandung konsentrasi 100 ppm. Kemudian dari larutan tersebut
flavonoid. dibuat deret larutan dengan konsentrasi 10 ppm, 8
ppm, 6 ppm, 4 ppm, dan 2 ppm. Masing-masing
2. Uji Vitamin C dipipet sebanyak 2 ml, kemudian dimasukkan
Ekstrak kulit buah mangga arumanis dimasukkan kedalam tabung reaksi selanjutnya larutan baku kerja
dalam tabung reaksi, diencerkan dengan etanol. DPPH 40 ppm dipipet 2 ml, kemudian semua larutan
Kemudian tambahkan larutan Natrium bikarbonat dalam tabung reaksi didiamkan selama 30 menit.
(NaHCO3), setelah itu tambahkan tiga tetes larutan Lalu diukur dengan spektrofotometri Uv-Vis, baca
FeSO4. Jika terbentuk warna ungu berarti positif absorbansinya pada panjang gelombang maksimum.
mengandung vitamin C.
4. Larutan Uji Baku Pembanding Vitamin C
Pembuatan Larutan Uji
Vitamin C ditimbang sebanyak 100 mg,
1. Pembuatan larutan DPPH kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml.
Setelah itu, tambahkan pelarut aquades sampai batas

62
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

hingga didapatkan konsentrasi 1000 ppm, dan ukur (pyrex), erlenmeyer (pyrex), dan gelas ukur
diencerkan lagi menjadi 100 ppm dengan cara pipet (pyrex) dan plat tetes, batang pengaduk, penangas air,
10 ml larutan induk vit C larutkan dengan aquadest termometer dan kain flanel.
ad 100 ml dalam labu takar. Kemudian dari larutan
tersebut dibuat deret larutan dengan konsentrasi 10 2. Bahan
ppm, 8 ppm, 6 ppm, 4 ppm dan 2 ppm. Masing-
masing dipipet sebanyak 2 ml, kemudian dimasukkan Bahan-bahan yang digunakan adalah kulit
kedalam tabung reaksi selanjutnya larutan baku kerja buah mangga arumanis (Mangifera indica L. var.
DPPH 40 ppm dipipet 2 ml, kemudian semua larutan arum manis), pereaksi DPPH, larutan etanol 96%,
dalam tabung reaksi didiamkan selama 30 menit. larutan etanol 80%, aquadest, dan Vitamin C Merk,
Lalu diukur dengan spektrofotometri Uv-Vis, baca Logam Mg, H2SO4 2 N, NaHCO3, FeSO4.
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum.

Penentuan persen peredaman radikal bebas HASIL PENELITIAN


DPPH pada Sampel Uji 1. Hasil
a) Ekstraksi Kulit Buah Mangga Arumanis
Penentuan aktivitas penangkapan radikal (Mangifera indica L. var arumanis)
bebas dari sampel uji menggunakan metode Dari ekstraksi 124,72 gram sampel
penangkapan radikal bebas DPPH. Hasil aktivitas didapatkan ekstrak kental kulit buah mangga
penangkap radikal ekstrak dan infusa kulit buah arumanis sebanyak 37,85 gram. Sedangkan untuk
mangga arumanis tersebut akan dibandingkan dengan infusa diperoleh kadar infusa sebesar 10% dengan
Vitamin C sebagai kontrol positif. Besar aktivitas sampel yang ditimbang 10 gram kemudian
penangkap radikal bebas dapat dihitung dengan dipanaskan dan disaring dengan ditambahkan
rumus: aquadest ad 100 ml.

b) Hasil identifikasi senyawa ekstrak etanol dan


ekstrak infusa Kulit Buah Mangga Arumanis
Dari nilai presentase peredaman pada
(Mangifera indica L. var. arumanis)
masing-masing konsentrasi, selanjutnya dibuat
Hasil identifikasi senyawa Kimia dalam Ekstrak
regresi linear dan akan diperoleh nilai IC50 dengan
etanol dan ekstrak infua Kulit Buah Mangga
menggunakan rumus y = bx + a dimana konsentrasi
Arumanis (Mangifera indica L. var. arumanis) dapat
sampel dengan % sebagai absis (sumbu x) dan nilai
dilihat pada tabel 1
presentase peredaman sebagai ordinatnya (sumbu y)
dengan memasukkan angka 50 ke sumbu y pada
c) Pengukuran Aktivitas Antioksidan Ekstrak
persamaan yang telah diperoleh. Nilai IC50
Etanol dan Ekstrak Infusa Kulit Buah Mangga
(inhibitory concentration) yaitu konsentrasi sampel
Arumanis (Mangifera indica L. var. arumais)
yang memiliki penghabatan absorbansi DPPH
dengan Metode DPPH
sebesar 50%. Semakin rendah nilai IC50 menunjukan
Hasil pengujian aktivitas antioksidan ekstrak
aktivitas antioksidan yang semakin tinggi (Adrianta,
etanol dan ekstrak infusa kulit buah mangga arumanis
Udayani dan Meriyani, 2017).
(Mangifera indica L. var. arumanis) dapat dilihat
pada tabel 2-5
Dari tabel, untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara konsentrasi ekstrak dan aktivitas
Alat dan Bahan
peredaman radikal bebas DPPH, maka data tersebut
1. Alat di analisis dengan menggunakan regresi linier
melalui program SPSS dengan taraf kepercayaan
Alat-alat yang digunakan yaitu pipet volume 95%. IC50 dihitung berdasarkan persamaan regresi
1,0 ml (pyrex), spektrofotometri Uv-Vis linier yang didapatkan dengan cara memplot
(SHIMADZU), tabung reaksi kimia (pyrex), vial, konsentrasi larutan uji dengan persen (%) peredaman
kuvet, pisau, timbangan kasar, anak timbangan, puncak DPPH. Dilihat pada tabel 2-5
destilasi vakum, botol maserasi warna coklat, neraca
analytic balance (santorius), corong (pyrex), labu

63
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Tabel 1. Hasil Identifikasi senyawa Kimia dalam Ekstrak Etanol dan Ekstrak Infusa Kulit Buah Mangga Arumanis
(Mangifera indica L. var. arumanis)

Flavonoid Vitamin C
Positif Positif
Kesimpulan Kesimpulan
warna warna
Ekstrak
kulit buah Mengandung Mengandung
Merah Ungu
mangga flavonoid vitamin C
arumanis
Infusa kulit
buah Mengandung Mengandung
Merah Ungu
mangga flavonoid vitamin C
arumanis

Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Mangga Arumanis dengan Metode DPPH.

t (menit) Larutan Uji % Peredaman


10 ppm 39,17 %
Ekstrak Kulit Buah 8 ppm 37,08 %
Mangga Arumanis 30 6 ppm 32,60 %
4 ppm 21,44 %
2 ppm 14,39 %

Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Infusa Kulit Buah Mangga Arumanis dengan Metode DPPH

T (menit) Larutan Uji % Peredaman


10 ppm 13,53 %
Infusa Kulit Buah 8 ppm 12,24 %
Mangga Arumanis 30 6 ppm 11,14 %
4 ppm 8,95 %
2 ppm 5,46 %

Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Kontrol (+) Vitamin C

t (menit) Larutan Uji % Peredaman


10 ppm 65,37 %
Vitamin C 8 ppm 64,60 %
30
6 ppm 55,52 %
4 ppm 50,69 %

64
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

2 ppm 40,48 %

Tabel 5. Nilai IC50 Ekstrak Kulit Buah Mangga Arumanis, Infusa Kulit Buah Mangga Arumanis dan Kontrol positif
Vitamin C

Sampel Waktu Persamaan grafik IC50


Ekstrak Kulit Buah Mangga
30 y = 3,260x + 9,376 12,46
Arumanis
Infusa Kulit Buah Mangga
30 y = 0,971x + 4,435 46,92
Arumanis
Baku pembanding Vitamin
30 y = 3,096x + 36,656 4,31
C

y = 0,971x + 4,435

Grafik 1. Panjang Gelombang Maksimum DPPH


Dari grafik diatas panjang gelombang maksimum Grafik 3. Ekstrak Infusa Kulit Buah Mangga
DPPH terjadi pada gelombang 519 nm yang besar Arumanis
absorbannya 0,796.

y = 3,096x + 36,656

y = 3,260x + 9,376

Grafik 4. Kontrol Positif Vitamin C

PEMBAHASAN
Grafik 2. Ekstrak Etanol Kulit Buah Mangga
Arumanis Antioksidan merupakan senyawa yang mampu
menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat
radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif
sehingga kerusakan sel dapat dicegah (Sayuti dan
Yenrina, 2015). Kulit buah mangga arumanis
mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, tannin,
steroid, terpenoid, alkaloid dan saponin. Flavonoid
mempunyai kemampuan sebagai penangkap radikal
bebas (Banjarnahor & Artanti, 2014).

65
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Pada penelitian ini peneliti menguji aktivitas buah mangga arumanis memiliki persen peredaman
antioksidan dari Kulit buah mangga arumanis. lebih tinggi bila dibandingkan dengan persen
Penggunaan kulit buah mangga arumanis ini peredaman ekstrak infusa kulit buah mangga
didasarkan pada empiris yang berkembang di arumanis. Hal ini dikarenakan bentuk metode
sebagian masyarakat ogan ilir khususnya daerah ekstraksi secara maserasi dinilai lebih baik dalam
Tanjung Raja, Rantau Alai dan Ketiau dengan khasiat penyarian senyawa flavonoid yang tidak tahan
kulit buah sebagai obat cacing, pereda rasa nyeri dan pemanasan dan mudah teroksidasi dalam suhu tinggi
bisa menghentikan pendarahan pada saat haid. (Ritna, Anam, dan Khumaidi, 2016). Dalam proses
Namun dengan berkembangnya teknologi dan penyarian ekstrak kental dilakukan pula pengulangan
pengetahuan mendorong semakin banyak penelitian sebanyak 3 kali dengan menggunakan pelarut yang
mengenai kulit buah mangga arumanis. berbeda sehingga menyebabkan penyarian lebih
sempurna jika dibandingkan dengan infusa.
Pada table 2 dan 3. Uji aktivitas antioksidan
ekstrak etanol dan ekstrak infusa kulit buah mangga Perbedaan hasil antara ekstrak etanol dan
arumanis. Hasil dari ekstrak etanol kulit buah ekstrak infusa didasari pula pada zat aktif yang tersari
mangga arumanis menunjukkan bahwa persen dari masing-masing pelarut yang digunakan, dimana
peredaman terbesar ekstrak ada pada konsentrasi terdapat senyawa-senyawa metabolit sekunder
tertinggi yaitu 10 ppm sebesar 39,17% dan persen tanaman yang tidak larut atau sukar larut dalam air
peredaman infusa kulit buah mangga arumanis pada salah satunya aglikon flavonoid (Sjahid, 2008).
konsentrasi 10 ppm yaitu 13,53%. Serta % Senyawa aglikon flavonoid yang terkandung dalam
peredaman terendah terdapat pada konsentrasi kulit buah mangga arumanis sendiri berupa golongan
terkecil yaitu 2 ppm sebesar 14,39% dan untuk katekin yang diketahui mempunyai sifat kelarutan
persen peredaman ekstrak infusa pada konsentrasi 2 baik dalam etanol dan sukar larut dalam air
ppm yaitu 5,46%. Penurunan daya peredaman (Rahmawati, dan Erdiana, 2013). Hal ini dapat
dikarenakan, semakin banyak kandungan senyawa mengakibatkan tidak tersarinya senyawa antioksidan
antioksidan dalam suatu ekstrak maka akan secara tersebut dalam proses penyarian infusa. Dari hasil ini
visual warna kuning terbentuk. semakin pekat warna membuktikan bahwa kulit buah mangga arumanis
yang ditujukan maka persen peredaman semakin memiliki aktivitas antioksidan baik ekstrak kental
tinggi (Molyneux, 2004). maupun infusa.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengujian aktivitas antioksidan dengan


besar aktivitas antioksidan yang terdapat pada kulit kontrol (+) larutan vitamin C dapat dilihat pada tabel
buah mangga arumanis ekstrak serta infusa dengan 8. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dengan
menggunakan metode DPPH. Sebelum dilakukan konsentrasi 10 ppm dapat memberikan % peredaman
pengujian aktivitas antioksidan, ekstrak maupun terbesar dibandingkan dengan konsentrasi lainnya
infusa hasil dari ekstraksi dibuat menjadi larutan uji yaitu sebesar 65,37 %. Dan konsentrasi 2 ppm
dalam variasi konsentrasi larutan dengan konsentrasi memberikan % peredaman terendah yaitu sebesar
10 ppm, 8 ppm, 6 ppm, 4 ppm dan 2 ppm. Larutan 40,48 %. Demikian pula pada vitamin C, sebagai
diuji berdasarkan panjang gelombang DPPH dengan kontrol positif antioksidan vitamin C menunjukkan
panjang gelombang 519 nm dan absorban maksimum hal yang sama dengan ekstrak dan infusa. Semakin
sebesar 0,796. tinggi konsentrasi maka semakin besar persen
peredaman yang dihasilkan.
Dalam penelitian ini konsentrasi ekstrak dapat
mempengaruhi nilai absorbansi, semakin meningkat Dari hasil uji regresi linier dapat diketahui
konsentrasi ekstrak maka semakin kecil absorbansi bahwa nilai Sig. Hampir mendekati 1, yang artinya
yang dihasilkan, karena semakin tinggi konsentrasi bahwa konsentrasi dengan % peredaman memiliki
maka semakin banyak dari ektrask yang mampu hubungan yang kuat. Hal ini dikarenakan konsentrasi
mengikat DPPH, sehingga DPPH yang terbaca pada ekstrak sangat mempengaruhi dari besarnya %
spektrofotometri absorban semakin rendah karena peredaman radikal bebas yang didapat. Adapun
absorban yang lain sudah terikat dengan ekstrak penentuan nilai IC50 ekstrak maupun infusa kulit
absorban yang kecil itulah yang menghasilkan daya buah mangga arumanis tersebut bertujuan agar dapat
peredaman yang besar. mengetahui berapa besar konsentrasi ekstrak untuk
meredam radikal bebas DPPH sebanyak 50%. Zat
Dari hasil penelitian uji aktivitas antioksidan yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi, akan
ekstrak dan infusa kulit buah mangga arumanis yang mempunyai harga IC50 yang rendah
dapat terlihat pada tabel 2 dan 3, ekstrak etanol kulit

66
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Dari persamaan yang didapatkan dari uji Aak. 1991. Budi Daya Tanaman Mangga. Kanisius.
regresi linier diketahui bahwa nilai IC50 ekstrak lebih Yogyakarta
tinggi dibandingkan dengan nilai IC50 infusa. Dengan Adrianta, K.A., N.W. Udayani, H. Meriyani, 2017.
nilai IC50 ekstrak maupun infusa kulit buah mangga Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
arumanis masing-masing yaitu 12,46 ppm dan 46,92 Keladi Tikus (Typhonium flagelliforme)
ppm. Untuk nilai IC50 larutan vitamin C sebagai baku Dengan Metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-
pembanding sebesar 4,31 ppm. Hal ini berarti bahwa Picryhidrazyl). Jurnal Medicamento. 3 (1)
nilai aktivitas antioksidan terbesar terletak pada nilai Afanti, M.R., 2017. Aktivitas Antiinflamasi Infusa
IC50 larutan vitamin C sebagai baku pembanding Kulit Buah Mangga (Mangifera indica L.)
dengan nilai IC50 terendah sebesar 4,31 ppm. Indramayu Pada Mencit Jantan Galur Swiss
Sehingga dapat diartikan bahwa semakin kecil nilai Terinduksi Karagenin 1%. Skripsi, Fakultas
IC50 maka semakin besar aktivitas antioksidan maka Farmasi Universitas Sanata Dharma
semakin kecil nilai IC50 yang dihasilkan. Fery, dkk Agung, K.R.I.G, 2016. Podriatri (Atlas “Suku
(2019) melaporkan bahwa ekstrak etanol krokot Awon”). Bhuana Ilmu Populer, Jakarta,
memiliki aktivitas antioksidan lebih besar jika Indonesia
dibandingkan dengan ekstrak infusa dengan nilai IC50 Akar, Z., M, Kucuk, H, Dogan. 2017. A new
132,26 µg/mL (ppm) dan ekstrak infusa sebesar colorimetric DPPH : scavengingactivity
192,28 µg/mL (ppm). method with no need for a spectrophotometer
applied on synthetic and natural antioxidants
and medicinal herbs. Journal of enzym
inhibiton and medicinal chemistry. 32 (1).
KESIMPULAN Anggraini, O.D., 2016. Efek Ekstrak Kulit Mangga
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Arumanis Terhadap Penurunan Edema Kaki
yang telah diuraikan mengenai “Aktivitas Mencit Putih Jantan Yang Diinduksi
Antioksidan Ekstrak Etanol dan Ekstrak Infusa Kulit Karagenin. Skripsi, Fakultas Kedokteran
Buah Mangga Arumanis (Mangifera indica L. var. Univeritas Jember
arumanis) dengan metode DPPH dapat disimpulkan: Arief, S. 2006. Radikal Bebas. Surabaya: Bagian
1. Ekstrak Etanol daun dan infusa Kulit buah Ilmu Kesehatan Anak FK Unair / RS. Dr.
mangga arumanis (Mangifera indica L. var. Sutomo.
arumanis) memiliki daya aktivitas Banjarnahor SDS, Artanti N., 2014. Antioxidant
antioksidan properties of flavonoid. Med J Indonesia. 23
2. Nilai IC50 dari ekstrak dan infusa kulit buah (4).
mangga arumanis masing-masing sebesar Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope
12,46 ppm dan 46,92 ppm. Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan
3. Nilai IC50 sebagai kontrol positif sebesari Republik Indonesia.
4,31 ppm. Hal ini berarti aktivitas Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope
antioksidan vitamin C lebih besar Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan
dibandingkan dengan kedua ekstrak dan Republik Indonesia.
infusa sampel. Departemen Kesehatan RI, 2000. Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat
SARAN Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
1. Dapat dilakukan pengujian aktivitas Jakarta.
antioksidan kulit buah mangga lain selain Fauziah, F. F., 2013. Pengaruh Buah Manggis Buah
mangga arumanis dengan spektrofotometri Sirsak Dan Kunyit Terhadap Kandungan
Uv-Vis Radikal Bebas Pada Daging Sapi Yang
2. Dapat dilakukan pengujian aktivitas Diradiasi Dengan Sinar Gamma. Skripsi,
antioksidan kulit buah mangga arumanis Universitas Brawijaya Malang.
dengan metode lain seperti metode Hanani, E.M.S., 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta :
CUPRAC, dan FRAP, serta menggunakan Penerbit Buku Kedokteran EGC.
pelarut lain selain etanol dan aquadest. Hassan, M. N. dan A. N. Laily, 2014. Uji Kandungan
Flavonoid dan Perbandinngan Aktivitas
Antioksidan Pada Ekstrak Etanol Simplisia
Bunga Pepaya Gantung Saat Kuncup dan
DAFTAR PUSTAKA Mekar. Jurnal Skrinning Bioaktif. 1 (1).
Karim, K., M. R. Jura, dan S. M. Sabang, 2015. UJi
Aktivitas Antioksidan Daun Patikan Kebo

67
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

(Eurharbia birta L.). Jurnal Akademika 2-picrylhydrazil). Karya Tulis Ilmiah,


Kimia,4(2). Jurusan Farmasi Poltekkes Makassar.
Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar; Voight, R., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi
RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Edisi V, University Press, Yogyakarta,
RI. Indonesia.
Kim, H., dkk., 2010. Antioxidant and Warsi dan A. Guntari. 2016. Aktivitas Penangkapan
antiproliferative activities of mango Radikal 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH)
(Mangifera indica L.) flesh and peel. Food oleh Ekstrak Metanol Paprika Merah
chemistry. 121. (Capsicum annuum, L.). Media Farmasi. 13
Leba, M.A.U., 2017. Buku Ajar Ekstraksi Dan Real (1).
Kromatografi. Deepublish CV Budi Utama, Widyastuti, N., 2010. Pengukuran Aktivitas
Yogyakarta, Indonesia. Antioksidan Dengan Metode CUPRAC,
Masibo, Martin., dan Qian He., 2008. Major Mango DPPH, DAN FRAP Serta Korelasinya
Polyphenols and Their Potential Significance Dengan Fenol Dan Flavonoid Pada Enam
to Human Health. Comprehensive Reviews Tanaman. Skripsi, Departemen Kimia IPB.
in Food Science And Food Safety. Vol. 7. Winarsi, H., 2007. Antioksidan Alami dan Radikal
Menkes RI. 2012. Peraturan Mentri Kesehatan Bebas. Cetakan ke-5 Kanisius. Yogyakarta,
Republik Indonesia No 007 Tahun 2012 Indonesia.
tentang Registrasi Obat Tradisional. Wulandari dan I. Sulistyarini, 2018. Antibacterial
Mulangsri, D. A. K., A. Budiarti, E. N. Saputri, 2017. Activity Test Of Extract Ethanol Mango Arum
Aktivitas Antioksidan Fraksi Dietileter Buah Manis Skin (Mangifera indica L.) On
Mangga Arumanis (Mangifera indica L.) Methicillin Resistant Staphylococcus aureus
dengan Metode DPPH. Jurnal (MRSA). Jurnal Media Farmasi Indonesia. 13
Pharmascience. 4 (1). (2).
Nishizawa, M., dkk., 2005. Non-reductive Yuslianti, E.R., 2018. Pengantar Radikal Bebas dan
Scavenging of 1,1-Diphenyl 1-2- Antioksidan. Deepublish (Grup Penerbitan
Picrylhydrazyl (DPPH) by Peroxyradical: a CV BUDI UTAMA). Yogyakarta.
Useful Method for Quantitive Analysis of
Peroxyradical. Chemical & Pharmaceutical
Bulletin. 53 (6).
Parvez, G. M., 2016. Pharmalogical activities of
mango (Mangifera indica L.). Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry JPP. 5
(3).
Pazil, S. N. BT., 2009. Perbandingan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daging Pisang Raja
(Musa AAB ‘Pisang Raja’) dengan Vitamin
A, Vitamin C, dan Katekin Melalui
Penghitungan Bilangan Peroksida. Skripsi,
Program Studi Pendidikan Dokter Umum FK
UI Jakarta.
Pracaya, 2011. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sayuti, K. dan R. Yenrina, 2015. Antioksidan Alami
dan Sintetik. Andalas University Press,
Padang, Indonesia.
Setyowati, W.A.E., Ariani, S.R.D., Ashadi., Mulyani,
B., dan Rahmawati, C., P., 2014. Skrining
Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama
Ekstrak Metanol Kulit Durian (Durio
zibethinus Murr.) Varietas Petruk. Seminar
Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia.
Ukkas, E.P., 2017. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanol Daun Pandan (Pandanus amaryllifous
Roxb.) Dengan Metode DPPH (1,1-diphenyl-

68
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

EFEK LAKSATIF EKSTRAK ETANOL DAUN KEJI BELING


(Strobilanthes crispus BI.) DENGAN METODE TRANSIT
INTESTINAL TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN
(Rattus norvegicus) YANG
DIINDUKSI DENGAN GAMBIR

Resi Sukma Melati 1), Sonlimar Mangunsong 2)


1)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
2)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes

Palembang E-mail :

resism.rsm@gmail.com

ABSTRAK
Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evaluasi tinja secara sempurna. Penyebab konstipasi sering
terjadi karena faktor risiko asupan serat yang rendah. Secara empiris tanaman keji beling dapat digunakan
sebagai laksatif. Tanaman keji beling mengandung senyawa alkaloid dan saponin yang berkhasiat sebagai
diuretik, emoliens dan laksatif. Menyadari fakta tersebut, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian
mengenai efek laksatif terhadap ekstrak daun keji beling. Penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan
hewan percobaan tikus putih jantan sebanyak 30 ekor yang dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok I
(kontrol normal), kelompok II (kontrol negatif), kelompok III (perlakuan suspensi ekstrak dosis I 20 mg/200
grBB), kelompok IV (perlakuan suspensi ekstrak dosis II 40 mg/200 grBB), kelompok V (perlakuan suspensi
ekstrak dosis III 80 mg/200 grBB), dan kelompok VI (kontrol positif, diberi suspensi bisacodyl 0,09 mg/200
kgBB). Efek laksatif dibuktikan dengan metode transit instestinal yaitu mengukur rasio panjang lintasan marker
norit pada usus terhadap panjang keseluruhan usus tikus. Penelitian ini menunjukkan perbedaan yang
siginifikan antara kontrol positif dengan kontrol negatif, normal, dosis I dan dosis II, namun tidak pada dosis
III (p>0,05) yang berarti dosis III memiliki efek laksatif. Ekstrak etanol daun keji beling (Strobilanthes crispus
BI.) yang memiliki efek laksatif secara signifikan (p>0,05) dengan positif yaitu dosis III 80 mg.

ABSTRACT
Constipation is the inability to carry out a perfect stool evaluation. The cause of constipation often occurs due
to risk factors for low fiber intake. Empirically the vile plant can be used as a laxative. Vile plants contain
alkaloid and saponin compounds which are efficacious as diuretics, emollients and laxatives. Realizing this fact,
the researchers felt the need to conduct research on the effect of laxatives on extracts of vile leaves. This
research was experimental using 30 male white rats which were divided into six groups. Group I (normal
control), group II (negative control), group III (treatment of suspension of extract dose I 20 mg / 200 grBB),
group IV (treatment of suspension of extract dose II 40 mg / 200 grBB), group V (suspension treatment of
extract dose III 80 mg / 200 grBB), and group VI (positive control, given bisacodyl suspension 0.09 mg / 200
kgBB). The laxative effect evidenced by the intestinal transit method is to measure the ratio of the trajectory
length of the norit marker in the intestine to the overall length of the rat intestine. This study showed significant
differences between positive controls with negative controls, normal, dose I and dose II, but not at dose III (p>
0.05), which meant that dose III had a laxative effect. Ethanol extract of keji beling leaves (Strobilanthes crispus
BI.) Which has a significant laxative effect (p> 0.05), ie dose III (80 mg / 200 grBB).

69
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

PENDAHULUAN
Menurut Ketua Pengurus Besar Perkumpulan B2) juga tinggi mineral termasukpotasium (51%),
Gastroenterologi Indonesia (PGI), dr. Chundahman kalsium (24%), sodium (13%), besi (1%) dan
Manan, SpPD-KGEH, konstipasi adalah fosfor (1%) yang memiliki manfaat untuk
ketidakmampuan melakukan evaluasi tinja secara kesehatan(Nurraihana, 2013). Kandungan alkaloid
sempurna, yaitu berkurangnya frekuensi buang air dan saponin berkhasiat sebagai diuretik, laksatif
besar dari biasanya yaitu kurang dari tiga kali dan emoliens (Dalimartha, 2008). Namun hingga
dalam seminggu dan konsistensi tinja yang lebih saat ini belum ada penelitian secara in vivo
keras (Susilawati, 2010). Prevalensi konstipasi di mengenai uji efek ekstrak daun keji beling sebagai
Amerika Serikat berkisar antara 2–20 %. laksatif. Menyadari fakta tersebut, peneliti merasa
Berdasarkan International Database US perlu untuk melakukan penelitian “Efek Laksatif
CensusBureau pada tahun 2003 prevalensi Ekstrak Etanol Daun Keji Beling (Strobilanthes
konstipasi di Indonesia sebesar 3.857.327 Crispus BI.) dengan Metode Transit Intestinal
jiwa(Friedman dan Grendell, 2003). Menurut data terhadap Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)
dari RSCM dalam Susilawati (2010) selama kurun yang Diinduksi dengan Gambir”. Dengan metode
waktu 1998-2005, dari 2.397 pemeriksaan transit intestinal digunakan untuk mengevaluasi
kolonoskopi, 216 diantaranya atau sekitar 9% rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker
terindikasi mengalami konstipasi dan wanita lebih dalam waktu tertentu, terhadap panjang usus
beresiko mengalami konstipasi daripada pria keseluruhan pada hewan coba. Dan diinduksi
dengan angka perbandingan 4:1. Penyebab dengan gambir yang akan menyebabkan
konstipasi sering terjadi karena faktor risiko asupan terabsorbsinya cairan dalam lumen usus sehingga
serat yang rendah. Selain itu, gerak tubuh yang dapat menyebabkansembelit (Sundari, 2010).
kurang, baik disengaja maupun tidak disengaja
menyebabkan penurunan peristaltik usus sebagai BAHAN DAN HEWAN UJI
pemicu terjadinya konstipasi (Harrington dan
Haskvitz, 2006). Bahan : Bahan yang digunakan dalam
Menurut Susilawati (2010), terdapat dua cara penelitian ini antara lain: Pelarut Etanol 96%,
untuk mengobati konstipasi yaitu terapi Kloroform, Daun Keji Beling (Strobilanthes
nonfarmakologi dan terapi farmakologi. Terapi crispus BI.), Tablet Bisacodyl, Na CMC 1%,
nonfarmakologi dilakukan melalui meningkatkan Gambir, Norit, Aquadest dan Pellet tikus.
aktivitas fisik, menghindari obat-obatan yang dapat Hewan Uji : Hewan percobaan yang digunakan
menyebabkan konstipasi, meningkatkan konsumsi adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
serat dan minuman yang cukup, serta mengatur dengan bobot rata-rata 200 gr/BB yang diperoleh
kebiasaan BAB, seperti menghindari mengejan dan dari Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa
membiasakan BAB setelah makan atau waktu yang Harapan Fakultas Perternakan IPB.
dianggap sesuai. Terapi farmakologis dilakukan
dengan menkonsumsi pencahar osmotik (laktulosa) METODE PENELITIAN
dan pencahar stimulant (bisacodyl dan
sodiumpicosuphate) untuk melunakkan feses dan Jenis Penelitian
meningkatkan peristaltik atau gerakan usus. Penelitian ini bersifat eksperimental
Namun efek samping dari obat laksatif ini adalah menggunakan tikus putih jantan (Rattus
perut kram, ketergantungan dan bisa sampai terjadi norvegicus) sebagai hewan percobaan dengan
hipokalemia jika digunakan dalam jangka waktu metode transit intestinal.
lama (Sholekhudin, 2014). Oleh karena itu,
diperlukan penanganan alternatif yang aman dan Waktu dan Tempat Penelitian
efektif dengan efek samping yang lebih rendah Penelitian mengenai pengaruh efek antidiare
serta lebih ekonomis, yaitu dengan menggunakan ekstrak daun keji beling (Strobilanthes crispus BI.)
tanaman tradisional seperti keji beling. terhadap tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
Tanaman keji beling banyak digunakan sebagai dengan metode transit intestinal dilaksanakan pada
tanaman obat yang berkhasiat. Menurut Preethi bulan Maret – Mei 2019 di laboratorium
(2014), manfaat daun keji beling antara lain Farmakologi, Farmakognosi, dan Farmasetika
sebagai antidiabetes, diuretik, penyembuhan luka, Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang.
antimikroba, pencahar, dan anticancer. Kandungan
senyawa keji beling yaitu polifenol, katekin, Pembuatan Ekstrak Daun Keji Beling
alkaloid, saponin, kafein, tanin, vitamin (C, B1 dan (Strobilanthes crispus BI.)

70
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Simplisia diekstraksi menggunakan etanol 96% dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator
dengan cara maserasi. Ekstrak ynag diperoleh sehingga didapat ekstrak kental sebanyak 8,23
dipekatkan dengan rotary evaporator dan gram dengan persentase rendemen sebesar 4,115%.
didapatkan ekstrak kental. Rendemen ekstrak daun Ekstraksi ini bertujuan untuk mendapatkan zat
keji beling yang dihasilkan sebesar 4,115%. berkhasiat dari daun keji beling (Strobilanthes
crispus BI.)
Pengujian Efek Antidiare Ekstrak Daun Keji Pengujian efek laksatif ini menggunakan
Beling (Strobilanthes crispus BI.) metode transit intestinal. Metode ini bekerja
Pengujian efek laksatif ekstrak daun keji beling dengan mengamati lintasan norit terhadap
(Strobilanthes crispus BI.) diuji dengan metode keseluruhan usus tikus menggunakan norit sebagai
transit intestinal.Hewan uji dibagi menjadi 6 marker. Norit merupakan senyawa yang yang
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor, Yaitu bersifat adsorbensia dan tidak dapat dicerna.
: Semakin besar rasio norit pada usus maka
• Kelompok I (Normal), diberi aquadest dinyatakan memberikan efek laksatif lebih baik.
• Kelompok II (Negatif), diberi suspensi Na. Pada tabel 1. Rata-rata rasio usus yang didapatkan
CMC 1% dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa
• Kelompok III (Dosis I), diberi ekstrak daun kelompok normal dan kelompok negatif memiliki
keji beling 20 mg/grBB persen rasio yang lebih besar dibandingkan dengan
• Kelompok IV (Dosis II), diberi ekstrak daun kelompok ekstrak dan positif.
keji beling 40 mg/grBB Pada tabel 2. dapat diketahui bahwa hasil
• Kelompok V(Dosis III), diberi ekstrak daun statistik kelompok positif (Bisacodyl) dengan
keji beling 80 mg/grBB kelompok negatif (Na CMC 1%) menunjukkan
• Kelompok VI (Positif), diberi suspensi nilai signifikan 0,000 (<0,05) yang dimaknai
Bisacodyl bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok positif dengan kelompok negatif.
Metode Transit Intestinal Kelompok negatif yang diberi Na CMC 1% tidak
1. Semua tikus diinduksi gambir 3g/kgBB mengandung zat yang berefek laksatif sedangkan
selama dua hari lalu dipuasakan selama 18 kelompok positif yang diberi Bisacodyl bekerja
jam. Tetapi air tetap diberikan memperkuat peristaltik usus (Tjay dan Rahardja,
2. Setelah sembelit, pemberian Ekstrak uji, 2015).
Pembawa atau pembanding diberikan pada Hasil Analisis kelompok positif (Bisacodyl)
t=0 dengan kelompok dosis I (ekstrak 20 mg/200 grBB
3. Setelah t = 45 menit, tikus diberi suspensi menunjukkan nilai signifikan nilai 0,000 (p<0,05)
norit 1 ml secara oral sebagai parameter uji. yang dimaknai bahwa terdapat perbedaan yang
4. Pada t = 65 menit, tikus dikorbakan secara bermakna antara kelompok positif dengan
dislokasi tulang leher. kelompok dosis I. Pada kelompok positif
5. Usus tikus dikeluarkan secara hati-hati (Bisacodyl) dengan kelompok dosis II (ekstrak 40
jangan sampai terenggang mg/200 grBB menunjukkan nilai signifikan nilai
6. Panjang seluruh usus dan bagian usus yang 0,011 (p<0,05) yang dimaknai bahwa terdapat
dilalui lintasan norit mulai dari pilorus perbedaan yang bermakna antara kelompok positif
sampai ujung akhir (berwarna hitam) diukur dengan kelompok dosis II. Sedangkan Pada hasil
dari masing-masing hewan. analisis pada kelompok positif (Bisacodyl) dengan
7. Dihitung rasio jarak yang ditempuh norit kelompok dosis III (ekstrak 80 mg/200 grBB)
terhadap panjang usus keseluruhan. menunjukkan nilai signifikan nilai 0,579 (p>0,05)
8. Data dianalisis secara statistika dengan yang dimaknai bahwa tidak terdapat perbedaan
menggunakan Analisa of Varian (ANOVA) yang bermakna antara kelompok positif dengan
dilanjutkan dengan Post Hoc Tukey. kelompok dosis III.

HASIL DAN PEMABAHASAN Tabel 1. Persentase rata-rata lintasan norit


setelah diberi perlakuan
Daun keji beling kering dirajang kemudian
dihaluskan menggunakan blender sehingga didapat
bentuk daun yang lebih halus lagi berupa serbuk
dan ditimbang sebanyak 200 gram. Kemudian
serbuk dimaserasi dengan pelarut etanol 96%
selama 5 hari. Maserat yang diperoleh kemudian

71
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Pemberian Dosis Rata-rata T%


Tabel 2. Data Hasil Analisa Statistik ANNOVA Normal 2 ml 47,51 % ± 2,94
one-way Dengan SPSS-22 (Aquadest)

Kelompok Sig Keterangan Negatif (Na 2 ml 59,25 % ± 3,47


CMC 1%)
Normal Negatif ,000 Berbeda bermakna
Dosis I ,000 Berbeda bermakna Dosis I 20 mg/200grBB 82,62 % ± 1,76
Dosis II ,000 Berbeda bermakna Dosis II 40 mg/200grBB 85,08 % ± 2,09
Dosis III ,000 Berbeda bermakna
Dosis III 80 mg/200grBB 88,52 % ± 2,26
Positif ,000 Berbeda bermakna
Positif 0,09 mg/200 91,18 % ± 2,46
Negatif Normal ,000 Berbeda bermakna
(Bisacodyl) kgBB
Dosis I ,000 Berbeda bermakna
bermakna
Dosis II ,000 Berbeda bermakna
Dosis III ,000 Berbeda bermakna KESIMPULAN
Positif ,000 Berbeda bermakna 1. Ekstrak Etanol Daun Keji Beling (Strobilanthes
Dosis I Normal ,000 Berbeda bermakna crispus BI.) memiliki efek laksatif terhadap
tikus putih jantan (Rattus norvegicus) dengan
Negatif ,000 Berbeda bermakna
metode transit intestinal.
Tidak berbeda
Dosis II ,656 2. Dari ketiga dosis Ekstrak Etanol Daun Keji
bermakna
Beling (Strobilanthes crispus BI.) yang
Dosis III ,014 Berbeda bermakna memiliki efek laksatif secara signifikan
Positif Berbeda bermakna (p>0,05) dengan positif yaitu Dosis
,000 80 mg/200grBB.
Dosis II Normal ,000 Berbeda bermakna
Negatif ,000 Berbeda bermakna SARAN
Dosis I ,656 Tidak berbeda 1. Daun keji beling (Strobilanthes crispus BI.)
bermakna dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan obat
tradisional bagi penderita konstipasi.
Dosis III ,309 Tidak berbeda
bermakna 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
Positif ,011 Berbeda bermakna sebagai bahan studi perbandingan untuk
penelitian selanjutnya dan untuk referensi
Dosis III Normal ,000 Berbeda bermakna
pengetahuan pembaca mengenai efek laksatif
Negatif ,000 Berbeda bermakna ekstrak etanol daun keji beling (Strobilanthes
Dosis I ,014 Berbeda bermakna crispus BI.) dengan metode transit intestinal
terhadap tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
Dosis II ,309 Tidak berbeda yang diinduksi dengan gambir.
bermakna
Positif ,579 Tidak berbeda
DAFTAR PUSTAKA
bermakna
Positif Normal ,000 Berbeda bermakna Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam.
Universitas Terbuka: Jakarta.
Negatif ,000 Berbeda bermakna
Dosis I ,000 Berbeda bermakna Afrizal, 2008. Analytical, Bioactivity and Stability
Studies on Strobilanthes crispus L.
Dosis II ,010 Berbeda bermakna
Bremek and Sonchus Arvensis L. Extracts.
Dosis III ,579 Tidak berbeda Thesis submitted in fulfillment of the

72
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

requirements for the Degree of Doctor of Harmita, dan Radji, M. 2008. Buku Ajar
Philosophy, hal. 5. Analisis Hayati. Edisi III. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta Halaman 66.
Selatan: Salemba Medika.
Harrington, KL. Dan Haskvitz, EM. 2006.
Catto-Smith, A. G., 2012, Constipation - Causes, Managing a Patient’s Constipation with
Diagnosis and Treatment, InTech, physical therapy. Physical Therapy. 86,
Croatia, pp. 4-8, 103, 119. 11.

Cristy, I. 2011. Asosiasi Genotip Apolipoprotein E Irianto, Kus. 2007. Struktur dan Fungsi Tubuh
dengan Fungsi Kognitif pada Pasien Manusia untuk Paramedis. Yrama
Pasca Stroke Iskemik . Program Widya, Bandung, Indonesia, Hal. 185-
Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik 192.
dan Program Pendidikan Dokter
Spesialis Ilmu Penyakit Saraf, Jasin, M. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata
Universitas Diponegoro: Semarang, Dan Vertebrata). Surabaya: Sinar
Indonesia. Wijaya.
Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 5.
Jakarta: PT Pustaka Bunda. Jastra, Y. dan Atman. 2016. Produksi Gambir:
Strategi Meningkatkan Produksi
Departemen Kesehatan R.I., 2000, Parameter Gambir, Plantaxia. Yogyakarta.
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Tradisional, Direktorat Jendral Koeman, JH. 1987. Pengantar Umum Toksikologi.
Pengawasan Obat dan Makanan; Jakarta. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta, Indonesia. Hal.64-65.
Dharma, S. Aria, M. dan Syukri, E.F. 2014.
Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Keji Kusumawati, D. 2004. Bersahabat Dengan Hewan
Beling (Strobilanthes crispus) Terhadap Coba. Yogyakarta: UGM press.
Kelarutan Kalsium dan Oksalat Sebagai
Komponen Batu Ginjal Pada Urin Tikus Laurance, D. R abd Bacharach A. L., 1964.
Putih Jantan. Scientia. 4 (1): 36 Evaluation of Drugs Activities
Pharmacometrics, Academic Press,
Friedman, S. L., Grendell, J. H., 2003. CURRENT London, pp 33-37.
Diagnosis & Treatment in
Gastroenterology. Singapore: McGraw Mailandri, M. Uji aktivitas antioksidan ekstrak
– Hill, 21 – 26. daun (Garcinia kydia Roxb) dengan
metode DPPH dan identifikasi senyawa
Fortin, Francious dkk. 2009. The Human Body. kimia fraksi yang aktif. Universitas
Terjemahan Oleh: Wibowo, D. S. Buana indonesia; 2012.
Ilmu Populer Untuk Gramedia Direct
Selling, Jakarta, Indonesia, Hal. 104- Midian, S. 1991. Penapisan Farmakologi,
109. Pengujian Fitokimia dan Pengujian
Klinik. Yayasan Pengembangan Obat
Ganong, W.F. 1995, Review Of Medical Bahan Phyto Medica. Jakarta, Hal. 23-26.
Physiology, diterjemahkan oleh Petrus
Andrianto, EGC, Jakarta, hal. 477-485. Mills, S. and Bone, K. 2000. Principles and
practice of phytotherapymodern herbal
Harborne, J.B., 1996. Metode Fitokimia: medicine. Toronto: Churchill Livingstone.
“Penuntun Cara Modern
MenganalisisTumbuhan”. Terjemahan Nofianti, T dan Nurlaili, D. 2014. Aktivitas
Oleh : Padmawinata, K dan F. Laksatif Infusa Daun Ceremai
Soedito, InstitutTeknologi Bandung, (Phyllanthus acidus L) Pada Mencit.
Bandung. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada.
11(1) : 89-93.

73
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Nurraihana, Hdan Norfarizan-Hanoon, A. 2013. Silverthorn, D. U., 2013, Human Physiology: An


Phytochemistry, pharmacology and Integrated Approach, 6th Edition,
toxicology properties of Strobilanthes diterjemahkan oleh Staf Pengajar
crispus. International Food Research Departemen Fakultas Kedokteran FKUI,
Journal. 20 (5) : 2045-2056. EGC, Jakarta, hal. 723-764.

Parker, J. N. and Parker P. M., 2002, The 2002 Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Official Patient’s Sourebook on Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Constipation: A Revised and Updated Jilid II edisi V. Jakarta: Interna
Directory for the Internet Age, ICON Publishing; 2009.
Group International, Inc., USA, pp. 11-
21. Sulaksana, J. dan Dadang I. J., 2005. Keji Beling
(Mencegah dan Menggempur Batu
Pearce, E. C., 2013, Anatomy and Physiology for Ginjal). Jakarta: Penebar Swadaya.
Nurses, diterjemahkan oleh Sri Yuliani
Handoyo, PT Gramedia Pustaka Utama, Sundari, D dan Winarno M. 2010. Efek Lakstif Jus
Jakarta, hal. 234-242. Daun Asam Jawa (Tamarindus indica
Linn.) pada Tikus Putih yang Diinduksi
Preethi, F. 2014. A Comprehensive Study on a Dengan Gambir. Media Litbang
Endemic Indian Genus - Strobilanthes. Kesehatan Volume XX Nomor 3.
International Journal of Pharmacognosy
and Phytochemical Research, 6 (3) : Susilawati, D., 2010. “Cara Tepat Atasi
459-466. Sembelit”.http://ftp.unpad.ac.id/,
diunduh tanggal 28 Januari 2019.
Price, S. A. dan Wilson, L. M., 2006.
Pathophysiology: “Clinical Concepts of Syamsuhidayat, S.S., dan Hutapea, J.R. 1991.
Disease Processes” Vo. 1 6/E. Inventaris Tanaman Obat Indonesia.
Terjemahan Oleh: Pendit, B. U dkk, Edisi I. Badan Penelitian dan
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Pengembangan Kesehatan Departemen
Indonesia, Hal. 456-459. Kesehatan RI. Jakarta.

Ritschel, W.A. 1974. Laboratory Manual of Tjay, T. H dan K. Rahardja. 2015. Obat-obat
Biopharmaceutics and penting. Edisi 7. Kelompok Gramedia.
Pharmacokinetics. Drug Intelligence Jakarta. Hal: 305.
Publications, Inc.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik (Terjemahan Ulang). Gadjah Mada
Tumbuhan Tinggi. Diterjemahkan oleh: University Press: Yogyakarta,
Padmawinata, K. ITB. Bandung, Indonesia. Halaman 564-570.
Indonesia Vogel, G. 2002. Drugs discovery and Evaluation
Pharmacologycal Assay Second Edition.
Rochsitasari, N., 2011, “Neurotransmiter dan Heidelberg, Germany, Hal. 884-885.
hormon yang berperan pada motilitas
saluran cerna”, Wexner, S. D. and Duthie G. S., 2006,
http://eprints.undip.ac.id/31168/2/Bab_1 Constipation: Etiology, Evaluation, and
.pdf,diunduh tanggal 29 januari 2019. Management, Springer-Verlag, London,
pp. 4-5, 15-16, 26-27, 36, 44, 135, 137.
Sastrohamidjojo, H., 1996. Sintesis Bahan
Alam. Gadjah Mada University Wijayakusuma, H. 2000. Ensiklopedia Millennium
Press, Yogyakarta, Indonesia, hal Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia
140-158. Jilid 1. Jakarta: Prestasi Insan Indonesia.

Sholekhudin, M. 2014. Buku Obat Sehari - Hari .


Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Hal 86-97.

74
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

FORMULASI DAN EVALUASI EMULSI KOMBINASI


EKSTRAK TOMAT (Lycopersicum esculentum) DAN MINYAK ZAITUN
(Olea europaea) DENGAN VARIASI SPAN 80 DAN TWEEN 80 SEBAGAI
EMULGATOR

Vera Astuti 1) , Ratnaningsih Dewi Astuti 2) , Cik Ayu 3)


1)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
2)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
3)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang

E-mail: cikayu@student.poltekkespalembang.ac.id

ABSTRACT
Emulsion is a pharmaceutical preparation in the form of a liquid that combines two substances that are not
mixed, usually aqueous and oil. Olive oil and tomatoes are efficacious as antihypertensive.The purpose of this
research is formulate tomatoes (Lycopersicum esculentum ) extract and olive oil (Olea europaea) becomes O/W
emulsion. O/W emulsion more stable using a combination emulgator as span 80 and tween 80, because it has
balance between hydrophilic and lipophilic substances so that it can unite all types of solutions. This study was
a experimental.Variation of span 80 and tween 80 concentrations is 3%:5% formula I, 3,36%:5,64% formula II,
3,74%:6,26% formula III. After that, it is evaluated at room temperature storage for 28 days, that are pH,
viscosity, specific gravity, homogenity, phase separation, emulsion type, color, odor and taste.Based on the
results obtained, both pH, viscosity and specific gravity are decrease. For evaluasion of phase separation, only
formula I does meet the requirements. Based on evaluation homogenity, emulsion type, color, odorl and taste all
formulas meet the requirements during storage28 days. Tomatoes (Lycopersicum esculentum ) extract and olive
oil (Olea europaea) can formulate becomes stable and eligible emulsion. The most optimal formula is formula
III with concentration 3,74% of span 80 and 6,26% of tween 80.

Keywords: Antihypertensive, Emulsion O/W, Tomatoes Extracts, Span 80, Tween 80.

ABSTRAK
Emulsi merupakan sediaan farmasi berupa cairan yang menyatukan dua zat yang tidak tercampur, biasanya air
dan minyak. Minyak zaitun dan buah tomat memiliki khasiat sebagai antihipertensi. Tujuan penelitian ini
adalah memformulasikan ekstrak buah tomat (Lycopersicum esculentum) dan minyak zaitun (Olea europaea)
menjadi sediaan emulsi tipe M/A. Emulsi tipe M/A lebih mudah stabil dengan menggunakan emulgator
kombinasi seperti span 80 dan tween 80 karena memiliki keseimbangan antar zat hidrofilik dan lipofilik
sehingga dapat menyatukan semua jenis larutan. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental. Variasi
konsentrasi span 80 dan tween 80 yang digunakan adalah 3%:5% pada formula I, 3,36%:5,64% pada formula
II, 3,74%:6,26% pada formula III. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan pada penyimpanan suhu kamar
selama 28 hari meliputi pH, viskositas, bobot jenis, homogenitas, pemisahan fase, tipe emulsi, warna, bau dan
rasa. Berdasarkan hasil yang didapat, baik pH, viskositas maupun bobot jenis setiap formula mengalami
penurunan. Hasil evaluasi pemisahan fase, hanya formula II dan formula III yang memenuhi syarat. Ditinjau
dari uji homogenitas, tipe emulsi, warna, bau, dan rasa seluruh formula memenuhi syarat selama penyimpanan
28 hari. Ekstrak tomat dan minyak zaitun dapat diformulasikan menjadi sediaan emulsi yang stabil dan
memenuhi syarat. Formula yang paling optimal adalah formula III dengan konsentrasi span 80 sebesar 3,74%
dan tween 80 sebesar 6,26%.

Kata kunci: Antihipertensi, Emulsi M/A, EkstrakTomat, Span 80, Tween 80.

75
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

PENDAHULUAN hipertensi terus mengalami peningkatan. Prevalensi


penderita hipertensi di Indonesia dari 25,8% pada
Emulsi merupakan sediaan farmasi berupa cairan tahun 2013 meningkat menjadi 34,1% pada tahun
yang menyatukan dua zat yang tidak tercampur, 2018 (Riskesdas, 2018). Penyakit ini dapat
biasanya air dan minyak. Terdiri atas tipe minyak disebabkan oleh kebiasaan merokok, obesitas, gaya
dalam air (M/A) dan air dalam minyak (A/M). Tidak hidup malas (kurang gerak), kafein, penggunaan
tercampurnya zat tersebut menyebabkan emulsi alkohol, stres berkepanjangan, konsumsi garam
cenderung tidak stabil, pecah atau terpisah (Agoes, berlebih, dan lain sebagainya.
2013). Untuk membuat emulsi yang stabil perlu Berpedoman dari penelitian Rinaldy (2018) yang
ditambahkan zat emulgator (Ansel, 2008). Emulgator berhasil memformulasikan emulsi M/A yang stabil
adalah zat penstabil emulsi yang dapat mencegah menggunakan emulgator span 80 dan tween 80 dan
saling tidak bercampurnya antar partikel sejenis atau mengingat belum adanya penelitian yang dilakukan
menahan pecah emulsi menjadi partikel yang lebih dalam memformulasikan kombinasi dari ekstrak buah
kecil serta menurunkan tegangan antar muka (Anief, tomat (Lycopersicum esculentum) dan minyak zaitun
2010). Emulgator campuran sering kali lebih efektif (Olea europaea), maka peneliti bermaksud untuk
daripada emulgator tunggal. Terutama dalam hal membuat sediaan emulsi tipe M/A dari kombinasi
emulsi tipe M/A yang akan lebih mudah stabil ekstrak buah tomat (Lycopersicum esculentum) dan
dengan menggunakan kombinasi surfaktan lipofilik minyak zaitun (Olea europaea) dengan menggunakan
dan hidrofilik, seperti span 80 dan tween 80 variasi konsentrasi emulgator span 80 dan tween 80
(Lachman et al., 1994). yang stabil serta uji kestabilan fisiknya.
Span 80 dan tween 80 merupakan emulgator
nonionik yang memiliki keseimbangan antar zat
hidrofilik dan lipofilik sehingga dapat menyatukan METODE PENELITIAN
semua jenis larutan (Agoes, 2013). Hal ini dibuktikan
dengan penelitian Rinaldy (2018) yang berhasil Jenis Penelitian
memformulasikan sediaan emulsi oral tipe minyak Jenis penelitian ini adalah penelitian
dalam air pada pengobatan kolesterol yang stabil eksperimental yang dilakukan dengan beberapa
dengan menggunakan variasi emulgator span 80 dan formula emulsi yang mengandung kombinasi ekstrak
tween 80. Sediaan tersebut dibuat dengan tujuan agar buah tomat (Lycopersicum esculentum) dan minyak
zat aktif lebih mudah diserap langsung oleh tubuh. zaitun (Olea europaea) dengan menggunakan span
Sejalan dengan itu Nabiela (2013) juga 80 dan tween 80 sebagai emulgator dengan
memformulasikan emulsi dari minyak biji jinten konsentrasi 3%:5% ; 3,36%:5,64% ; 3,74%:6,26%.
hitam dengan tujuan untuk pengobatan antihipertensi.
Dalam pengobatan antihipertensi, masyarakat juga Waktu dan Tempat Penelitian
sering menggunakan minyak zaitun dan tomat. Maret-Mei 2019, di laboratorium farmakognosi,
Pemanfaatan minyak zaitun dan tomat dalam laboratorium farmasetika dan laboratorium
pengobatan hipertensi pada umumnya dalam bentuk instrument Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan
jus (Kowalski, 2010), salad (Orey, 2008) atau dengan Palembang.
menambahkan minyak zaitun pada tomat yang sudah
direbus hingga lunak (Lingga, 2012). Hal ini sejalan
dengan penelitian Daniati dan Kartasurya (2015), Objek Penelitian
yang berhasil membuktikan bahwa perpaduan jus Objek penelitian yang akan digunakan adalah
tomat dan minyak zaitun secara signifikan mampu tomat biasa yang sudah matang, berwarna merah, dan
menurunkan tekanan darah pada manusia yang berukuran seragam dengan berat ±70 gr dan
menderita hipertensi. Hal ini dikarenakan, dalam berdiameter ±5 cm. Tomat diperoleh dari Sentra
tomat terdapat kandungan likopen yang berfungsi Sayur Desa Tegur Wangi Baru, Kelurahan Pagar
mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah Wangi, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagar Alam,
(Kowalski, 2010) dan minyak zaitun yang mampu Sumatera Selatan, 31581.
memfasilitasi likopen pada tomat agar lebih mudah Minyak zaitun yang digunakan adalah minyak
diabsorpsi dalam tubuh sehingga lebih efektif dalam zaitun murni atau virgin olive oil yang diperoleh dari
mengobati penyakit hipertensi (Dalimartha dan supplier dengan toko bernama “Al-Ahsan” di Jl.
Adrian, 2013). Letkol Iskandar No.634 17 Ilir Kecamatan Ilir Timur
Hipertensi merupakan penyakit darah tinggi yang 1, Palembang.
sering dijumpai di kalangan masyarakat yang
ditandai dengan meningkatnya tekanan darah
melebihi batas normal. Setiap tahun penderita

76
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Alat dan Bahan 2. Minyak 33,3 33,3 33,3 Zat Aktif


1. Alat zaitun
a. Pembuatan ekstrak : botol kaca berwarna 3. Tween 80 5 5,64 6,26 Emulgator
coklat dan seperangkat alat destilasi vakum 4. Span 80 3 3,36 3,74 Emulgator
b. Pembuatan emulsi : gelas ukur, beacker 5. Sirup 4 4 4 Pemanis
glass, timbangan gram kasar, timbangan simplex
analitik, anak timbangan, mortir, stamper, 6. Aquadest Ad 120 Ad 120 Ad 120 Pembawa
cawan, batang pengaduk, penjepit kayu,
sudip, kertas perkamen, gelas arloji, botol 4. Pembuatan Emulsi
obat 125 ml. a. Span 80 dan minyak zaitun dilebur
c. Evaluasi emulsi: Viskometer Brookfield, menggunakan penangas air pada suhu 70˚C
piknometer, pH meter Hanna, mikroskop, sebagai fase minyak (massa 1). Kemudian
objek gelas, kuesioner, pena, centrifuge dimasukkan ke dalam mortir.
2. Bahan b. Tween 80 dilarutkan dengan sebagian
a. Ekstrak: tomat dan etanol 80% aquadest (fase air), kemudian dimasukkan
b. Formula emulsi: ekstrak tomat, minyak kedalam erlenmeyer yang berisi sirup
zaitun, span 80, tween 80, sirup simplex, simplex yang sudah dilarutkan dengan sisa
aquadest. aquadest (fase air), kocok hingga homogen.
c. Sedikit demi sedikit fase air dimasukkan ke
Cara Pengumpulan Data dalam mortir yang berisi fase minyak sambil
1. Persiapan sampel digerus kuat dengan stamper hingga
Tomat dibersihkan dari kotoran yang melekat, homogen dan terbentuk cairan emulsi.
kemudian dicuci dengan air mengalir hingga Tambahkan ekstrak kental tomat, gerus
bersih, ditiriskan, disortasi, ditimbang, dan homogen.
dicatat sebagai berat basah. Kemudian dilakukan d. Emulsi dimasukkan dalam gelas beker dan
penghancuran tomat dengan menggunakan diaduk sampai dingin. Setelah dingin
blender. dimasukkan ke dalam botol.
5. Evaluasi Emulsi
2. Ekstraksi Buah Tomat a. Identifikasi minyak zaitun
a. Bubur tomat ditimbang, kemudian Identifikasi minyak zaitun (Olea europaea)
dimasukkan kedalam botol maserasi. dilakukan untuk memastikan minyak yang dipakai
b. Isi botol maserasi dengan etanol 80% dalam penelitian ini adalah minyak zaitun (Olea
sampai semua simplisia terendam dan ada europaea). Pengujian dilakukan berdasarkan standar
selapis etanol diatasnya. Setelah itu yang tertera dalam Depkes RI (1979).
dilakukan ekstraksi maserasi (3 hari, suhu b. Uji Stabilitas Penyimpanan Suhu Kamar
ruang [~25°C]) (28±2oC)
c. Hasil maserat disaring dengan kertas saring Ketiga formula emulsi disimpan selama 28 hari
Whatman no.1, lalu dienaptuangkan selama pada temperatur kamar (28±2oC). Kemudian
24 jam, kemudian disaring kembali. dievaluasi pada hari ke 0, 7, 14, 21, dan 28 meliputi
d. Setelah disaring, ekstrak dipekatkan pengukuran terhadap pH, viskositas, bobot jenis,
menggunakan rotary evaporator dengan 175 pemisahan fase, homogenitas, tipe emulsi, dan
mbar, 40°C. organoleptik sediaan (bau, warna dan rasa).
e. Timbang bobot ekstrak kental dan hitung 1) Uji pH
rendemen. Pengujian pH dilakukan dengan menyiapkan
masing-masing sampel sediaan emulsi.
Menggunakan pH meter Hanna yang sudah
3. Formulasi Emulsi dikalibrasi dengan pH dapar 7 dan 4, lalu
Tabel 1. Formula Emulsi Kombinasi Ekstrak Buah elektroda dicelupkan sampai pH meter
Tomat (Lycopersicum esculentum) Dan Minyak menunjukkan pembacaan yang tetap. Kemudian
Zaitun (Olea europaea). dicatat hasil pembacaan skala.
JUMLAH YANG 2) Uji Viskositas
NO. BAHAN DIGUNAKAN (%) KET Menggunakan Viscometer Brookfield
Formula Formula Formula dengan spindle nomor 2 dan kecepatan 30 rpm.
I II III Spindle ditempatkan ditengah-tengah sediaan.
1. Ekstrak 11,13 11,13 11,13 Zat Aktif Catat viskositas yang tertera dilayar.
tomat 3) Uji Bobot Jenis

77
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

a) Timbang piknometer kosong (a) penanamannya dengan mengidentifikasi kadar air,


menggunakan timbangan analitik, catat lemak, protein, abu, karbohidrat dan mineral-mineral
hasilnya. yang terkandung didalam tomat untuk mengetahui
b) Lalu timbang piknometer berisi air (b), catat kualitas dari tomat tersebut sebelum dilakukan proses
hasilnya. ekstraksi dan kemungkinan adanya perbedaan
c) Setelah itu, buang air, piknometer varietas dari tomat yang digunakan, dikarenakan pada
dikeringkan, isi dengan sediaan emulsi yang penelitian Eveline, Siregar, dan Sanny (2014) tidak
akan diuji. Timbang (c) dan catat hasilnya. disebutkan varietas dari tomat yang digunakan.
d) Hitung bobot jenis sediaan menggunakan Sedangkan menurut Basito (2010), varietas tanaman
rumus: yang digunakan mempengaruhi jumlah rendemen
yang dihasilkan.
BJ = c – a
2. Hasil Uji Identifikasi Minyak Zaitun (Olea
b – a
europaea).
Keterangan: Tabel 2. Hasil uji identifikasi minyak zaitun (Olea
BJ : Bobot jenis sediaan europaea).
a : berat piknometer kosong (gram) Uji Identi- Standar (Depkes Hasil
b : berat piknometer berisi air (gram) fikasi RI, 1979) Uji Ket
c : berat piknometer berisi emulsi (gram) Identifikasi
4) Uji Pemisahan Fase Warna Cairan kuning Kuning MS
Diambil sampel emulsi masukkan ke dalam pucat atau kuning kehijauan
kehijauan
tabung sentrifugasi kemudian dimasukkan ke Bau Bau lemah, tidak Bau lemah, MS
dalam sentrifugator dengan kecepatan 3000 tengik tidak tengik
selama 10 menit. Rasa Rasa khas Rasa khas MS
5) Uji Homogenitas
Indeks Bias 1,468-1,471 1,468 MS
Sampel diambil dari 3 tempat berbeda (atas,
tengah, dan bawah) secukupnya kemudian Bobot per ml 0,910-0,913 0,911 MS
diletakkan pada kaca objek, tutup dengan deck Ket: MS=Memenuhi Syarat, TMS=Memenuhi Syarat
glass dan dilihat di bawah mikroskop dengan Berdasarkan pada tabel diatas, hasil identifikasi
pembesaran 100 kali. Amati homogenitas antar minyak zaitun yang didapatkan bahwa kelimanya
partikelnya. memenuhi standar dari minyak zaitun. Maka dapat
6) Uji Tipe Emulsi disimpulkan bahwa minyak yang digunakan dalam
Penentuan tipe emulsi ditetapkan dengan penelitian ini adalah minyak zaitun (Olea europaea).
cara menambahkan reagen methylen blue secara
mikroskopik (Anief, 2007). Formula emulsi
dipreparasi di objek glass, kemudian tipe emulsi 3. Hasil Uji Kestabilan Fisik Emulsi
diamati dibawah mikroskop. Methylen blue akan a. Evaluasi pH.
terlarut ke dalam fase air. Jika medium dispersi
berwarna biru merata maka emulsi krim bertipe
minyak dalam air (M/A).
7) Uji Bau, Warna dan Rasa
Pengujian terhadap perubahan bau, warna
dan rasa dengan cara melibatkan 30 responden
untuk mengevaluasi sediaan dengan mengamati
perubahan terhadap bau, warna dan rasa emulsi
selama 28 hari penyimpanan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Ekstrak Buah Tomat (Lycopersicum
esculentum) Gambar 1. Grafik Uji pH selama Penyimpanan
Didapat ekstrak kental buah tomat sebanyak Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sediaan
817,6 gram dengan rendemen 1,63%. Sedangkan, mengalami penurunan pH selama evaluasi. Hal ini
penelitian Eveline et al., (2014) diperoleh rendemen disebabkan oleh adanya kandungan air pada emulsi
yang lebih tinggi yaitu 3,34%. Perbedaan ini sehingga terjadi reaksi antara CO2 dan H2O
disebabkan karena pada Eveline et al., (2014) menghasilkan asam. Asam yang terbentuk
dilakukan analisis proksimat terlebih dahulu terhadap menyebabkan penurunan pH (Mu’awanah et al.,
jenis tomat yang akan digunakan berdasarkan metode 2014). Selain itu, perbedaan konsentrasi span 80 dan

78
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

tween 80 pada setiap formula menyebabkan pH viskositas yang didapat maka semakin kecil pula
setiap formula juga berbeda. Menurut Pambudi bobot jenis yang dihasilkan.
(2013), semakin tinggi konsentrasi span 80 dan tween d. Evaluasi Homogenitas
80 dalam sediaan menyebabkan sediaan semakin Hasil pengamatan homogenitas yang dilakukan
basa. Oleh sebab itu, perlu ditambahkan zat menggunakan mikroskop menunjukkan bahwa
pendapar dalam formula agar pH yang dihasilkan partikel terdistribusi dengan baik dalam basis emulsi
lebih stabil selama penyimpanan. ditandai dengan tidak adanya partikel yang
b. Evaluasi Viskositas menggumpal atau tidak rata baik pada formula I,
formula II maupun formula III selama 28 hari
penyimpanan pada suhu kamar.
Viskositas e. Evaluasi Tipe Emulsi
Emulsi
400
350
Pengujian tipe emulsi ditetapkan dengan cara
menambahkan methylen blue secara mikroskopik
300 I
250 (Syamsuni, 2006). Penggunaan methylen blue ini
200
Viskositas

150 karena zat tersebut larut dalam air, dan tipe emulsi
100 II
0 7 14 21 28 dalam penelitian ini adalah minyak dalam air.
III
(cp)

Artinya apabila tipe emulsi adalah benar M/A maka


Hari Ke- methylen blue akan larut dan tersebar merata pada
fase terdispersi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
seluruh formula sediaan emulsi tidak mengalami
Gambar 2. Grafik Uji Viskositas selama Penyimpanan perubahan tipe emulsi selama penyimpanan 28 hari.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa seluruh f. Evaluasi Pemisahan Fase
formula mengalami penurunan viskositas selama Hasil evaluasi pemisahan fase sediaan emulsi
penyimpanan. Menurut Kailaku et al. (2013), formula II dan III tidak mengalami pemisahan fase
penyimpanan yang semakin lama menyebabkan
selama 28 hari penyimpanan. Sedangkan, formula I
penurunan viskositas diikuti dengan penurunan
stabilitas emulsi. Hal ini karenakan adanya mengalami pemisahan fase pada minggu ke-4. Hal
penurunan kemampuan emulgator dalam tersebut terjadi dikarenakan adanya penurunan
menstabilkan sistem emulsi. Selain itu, berdasarkan kemampuan emulgator sehingga menyebabkan
hasil pengamatan viskositas sediaan emulsi terjadinya pemisahan antara fase minyak dan fase air.
Menurut Pambudi (2013), semakin lama waktu
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi zat
emulgator menyebabkan semakin tinggi pula penyimpanan maka derajat pemisahan fasenya juga
viskositas yang dihasilkan sehingga meningkatkan semakin meningkat.
stabilitas emulsi (Martin et al., 1993). Selain itu, Syukri et al. (2009) menyatakan bahwa
c. Evaluasi Bobot Jenis semakin tinggi konsentrasi emulgator maka derajat
pemisahan fase akan semakin kecil sehingga
kemampuan untuk membentuk lapisan film
pelindung juga akan semakin besar dan dapat
memperkecil terjadinya pemisahan fase. Hal tersebut
sesuai dengan hasil uji pemisahan fase emulsi selama
28 hari penyimpanan, dimana formula I memiliki
konsentrasi emulgator yang lebih rendah
dibandingkan dengan formula II dan III. Sehingga
peluang terjadinya pemisahan fase lebih besar.

Gambar 3. Grafik Uji Bobot Jenis selama Penyimpanan


Berdasarkan hasil evaluasi bobot jenis, seluruh
formula mengalami penurunan. Hal ini terjadi
dikarenakan viskositas sediaan yang juga mengalami
penurunan, dimana salah satu faktor yang
mempengaruhi penurunan bobot jenis sediaan yaitu
viskositas. Menurut Januarti (2007), viskositas
berbanding lurus dengan bobot jenis. Semakin kecil

79
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

g. Evaluasi Bau penyimpanan yang kurang terkontrol suhu dan


cahayanya sehingga mempengaruhi kestabilan warna
emulsi. Menurut Vadas (2000), faktor yang dapat
mempengaruhi stabilitas warna sediaan farmasi
antara lain dari proses pembuatan, proses
pengemasan, dan kondisi lingkungan selama
penyimpanan, dan penanganan, serta jangka waktu
produk antara pembuatan hingga pemakaian.
j. Evaluasi Rasa

Gambar 4. Grafik Pengamatan Bau selama


Penyimpanan

Dari uji tanggapan yang dilakukan tidak lebih


dari 30% responden menyatakan perubahan bau.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas bau sediaan
antara lain dari proses pembuatan, pengemasan,
kondisi lingkungan selama penyimpanan,
penanganan, dan jangka waktu produk antara Gambar 6. Grafik Pengamatan Rasa selama
pembuatan hingga pemakaian (Vadas, 2000). Dalam Penyimpanan
proses penyimpanan dimana kondisi tutup yang Dari uji tanggapan yang dilakukan tidak lebih dari
kurang rapat, terlalu sering membuka tutup botol dan 20% responden menyatakan perubahan rasa.
mengocok botol secara berlebihan sehingga Perubahan rasa pada sediaan, dapat disebabkan oleh
menungkinkan terpaparnya udara dan cahaya yang adanya kandungan peroksida pada minyak zaitun
menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi sehingga yang terkandung dalam emulsi, yang dapat
timbulnya bau pada sediaan. menyebabkan timbulnya rasa tidak enak dan
Menurut Budiman (2008), perubahan bau dapat membuat bau tengik pada sediaan apabila minyak
disebabkan oleh oksigen dari udara terhadap minyak zaitun teroksidasi ketika berkontak langsung dengan
atau lemak. Selain itu, efek dari cahaya juga oksigen (Budiman, 2008). Oleh karena itu,
merupakan katalisator timbulnya bau tengik pada penyimpanan emulsi sangat mempengaruhi stabilitas
sediaan. Adanya kombinasi dari dua faktor tersebut sediaan, seperti menyimpan emulsi pada botol
dapat menyebabkan oksidasi lemak dipercepat berwarna gelap agar terlindung dari cahaya karena
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan bau minyak dapat teroksidasi apabila terkontak dengan
pada sediaan. cahaya, kebiasaan membuka tutup botol emulsi,
tidak rapat saat menutup tutup botol dan mengocok
h. Evaluasi Warna sediaan secara berlebihan juga dapat mempercepat
terjadinya proses oksidasi dikarenakan adanya udara
30.0% 23.3%
yang masuk kedalam botol.
20.0%
20.0%

10.0%
3.3%
0.0%
Formula I Formula II Formula III

i
.
Gambar 5. Grafik Pengamatan Warna selama
Penyimpanan
Dari uji tanggapan yang dilakukan tidak lebih
dari 20% responden menyatakan perubahan
warna. Hal yang mempengaruhi perubahan warna
pada sediaan tersebut dikarenakan saat
proses
80
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.


KESIMPULAN Indonesia.
1. Ekstrak buah tomat (Lycopersicum esculentum)
dan minyak zaitun (Olea europaea) dapat Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1995.
diformulasikan menjadi sediaan emulsi yang stabil Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jendral
dan memenuhi syarat. Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
2. Dalam uji penyimpanan suhu kamar selama 28 Indonesia.
hari, formula II dan formula III memenuhi syarat
ditinjau dari pH, viskositas, bobot jenis, homogenitas, Eveline, Siregar, T.M., Sanny., 2014. Studi Aktivitas
pemisahan fase, tipe emulsi, bau, warna dan rasa. Antioksidan pada Tomat (Lycopersicon
3. Formula I tidak memenuhi syarat ditinjau dari Esculentum) Konvensional dan Organik selama
evaluasi pemisahan fase. Penyimpanan. Universitas Pelita Harapan,
Lampung, Indonesia..

Januarti, N., 2007. Penetapan Bobot Jenis dan Rapat


SARAN Jenis. Universitas Hasanuddin, Makassar,
1. Dilakukan uji mikrobiologi terhadap sediaan Indonesia.
ekstrak tomat (Lycopersicum esculentum) dan
minyak zaitun (Olea europaea). Kailaku, S.I., Dewantari, K.T., Sunarmani., 2007.
2. Ditambahkan pendapar pH dalam formula emulsi Potensi Likopen dalam Tomat untuk Kesehatan.
untuk menjaga kestabilan pH sediaan emulsi selama Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian.
penyimpanan.
Kailaku, S.I., Hidayat, T., Setiabudy D.A., 2012.
Pengaruh Kondisi homogenisasi terhadap
DAFTAR PUSTAKA karakteristik Fisik dan Mutu Santan selama
Agoes, G., 2013. Pengembangan Sediaan Farmasi Penyimpanan. J Littri.
Edisi Revisi dan Perluasan. Penerbit ITB,
Bandung, Indonesia. Kowalski, R. E., 2010. Terapi Hipertensi. Penerbit
Qanita, Bandung, Indonesia.
Anief, M., 2010. Ilmu Meracik Obat Teori dan
Praktik Cetakan XV. Gadjah Mada University Lachman, L., H.A. Lieberman, dan J.L. Kanig., 1994.
Press, Yogyakarta, Indonesia. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi Ketiga.
Terjemahan Oleh: Siti Suyatmi, J. Kawira, Iis
Ansel, H.C, 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Aisyah. UI Press. Jakarta.
Edisi IV. Terjemahan Oleh: Ibrahim, F.,
Asmanizar dan Aisyah I. Universitas Indonesia Lingga, L., 2012. Bebas Hipertensi Tanpa Obat.
Press. Jakarta, Indonesia AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Basito, 2010. Pengaruh Varietas dan Perbandingan Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata., 1993.
Pelarut pada Ekstraksi Minyak Atsiri Jahe Farmasi Fisik : Dasar-dasar Farmasi Fisik dalam
(Zingiber officinale Roscoe). Universitas Sebelas Ilmu Farmasetika Edisi Ketiga. Terjemahan Oleh:
Maret, Surakarta, Indonesia. Yoshita. UI-Press. Jakarta, Indonesia,

Dalimartha, D. S., & Adrian, D. F., 2013. Fakta Mu’awanah IAU, Setiaji B, Syoufian A. 2014.
Ilmiah Buah Sayur. Penebar Plus, Jakarta, Pengaruh Konsentrasi Virgin Coconut Oil (VCO)
Indonesia. terhadap Stabilitas Emulsi Kosmetik dan Nilai
Sun Protection Factor (SPF). Berkala MIPA.
Daniati A.R., Kartasurya M.I., 2015. Pengaruh
Penambahan Minyak Zaitun terhadap Tekanan Nabiela, W., 2013. Formulasi Emulsi Tipe M/A
Darah Sistolik Penderita Hipertensi yang diberi Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.).
Jus Tomat. Journal of Nutrition College:4(1), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Semarang, Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1979. Orey, C., 2008. Khasiat Minyak Zaitun. Penerbit
Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat Jendral Hikmah PT. Mizan Publika, Jakarta, Indonesia.

81
Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm) Vol.2 No.1 Juli 2020

Pambudi, K., 2013. Formulasi dan Uji Stabilitas


Fisik Sediaan Emulsi Minyak Biji Jinten
Hitam. Universitas Indonesia, Depok.

Rinaldy, R., 2018. Optimasi Formula Emulsi


Kombinasi Minyak Zaitun Dan Ekstrak Buah
Alpukat Menggunakan Metode Factorial
Design. Universitas Muhammadiah,
Surakarta.

Syamsuni, A., 2007. Ilmu Resep. Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia.

Syukri, Y., Freftin, S., Zahliyatul, S., 2009.


Stabilitas Emulsi Fisik Ganda Virgin Coconut
Oil (VCO) menggunakan Emulgator Span 80
dan Tween 40. Universitas Islam Indonesia,
Jakarta, Indonesia.

Vadas, E.B. (2000). Stability of Pharmaceutical


products, in: Gennero, A.R., Ed., Remington
The Science and Practice of Pharmacy, 20th
ed., Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia, Chap. 52.

82

Anda mungkin juga menyukai