Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

UJI EFEKTIFITAS ANTIDIABETES KOMBINASI JAMUR KOMBUCHA


DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis) TERHADAP KADAR GULA
DARAH MENCIT (Mus musculus ) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Diusulkan oleh:
KETUA : Mochamad Firman Alamsyah (184074)
ANGGOTA : Emilia Mahmudah (184061)
Indra Meilina Yusefa (184067)
Ita Indana Zulfa (184069)
Jales Veva Jaya Bagas Tara (184070)
Ketut Sudiana (184081)
Yoga Hadi Pamungkas (184092)

POLTEKKES RS dr. SOEPRAOEN


MALANG
2019
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN
1 Judul Kegiatan : UJI EFEKTIFITAS ANTIDIABETES
KOMBINASI JAMUR KOMBUCHA
DAUN GAHARU (Aquilaria
malaccensis) TERHADAP KADAR
GULA DARAH MENCIT (Mus
musculus ) YANG DIINDUKSI
ALOKSAN
2 Bidang Kegiatan : PKM-P
3 Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Mochamad Firman Alamsyah
b. NIM : 184074
c. Jurusan : Farmasi
d. Universitas : Politeknik Kesehatan dr. Soepraoen
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Untung Suropati Selatan
No.1/089692243244
f. Email : fial143@gmail.com
4 Anggota Pelaksana Kegiatan : 6 orang
5 Dosen Pendamping
Nama Lengkap dan Gelar : Rakhmadani Gadis A. M.Farm, Apt
NIDN : 0703049104
Alamat Rumah dan No Tel./HP : <<Alamat Dosen & Telp HP>>
6 Biaya Kegiatan Total:
a. Kemristekdikti : Rp. <<Total Biaya>>
b. Sumber lain : -
7 Jangka Waktu Pelaksanaan : 2 bulan
Malang, 11 Oktober 2019

Menyetujui,
Ketua Jurusan Ketua Pelaksana Kegiatan

Rudy Mardianto, S.Si, Apt Mochamad Firman Alamsyah


PNS III/b NIP. 197 11111201410101003 NIM. 184074

Wakil Direktur III Dosen Pendamping

Bagus Dadang Prasetyo, S.T, M.T Rakhmadani Gadis A. M.Farm, Apt


Letkol Ckm NIP/NRP 11970026271173 NIDN. 0703049104
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gaharu adalah sejenis kayu dengan warna yang khas (coklat-kehitaman)
dan memiliki kandungan kadar damar wangi (Badan Standarisasi Nasional, 1999
dalam Triadiati dkk., 2016). Gaharu bukan nama tumbuhan, tetapi merupakan
hasil dari pohon atau kayu tertentu di hutan. Hasil tersebut didapatkan dari proses
infeksi yang terjadi pada pohon gaharu yang menyebabkan sumbatan pada
pengaturan makanan, sehingga menghasilkan zat phytalyosin yang dinamakan
gaharu atau gubal gaharu. Pohon penghasil gaharu pada umumnya berasal dari
famili Thymelaeaceae, Leguminoceae dan Euforbiaceae. Di Indonesia terdapat 8
genus tanaman penghasil gaharu yaitu Aquilaria, Aetoxylon, Enkleia, Gonystylus,
Wikstroemia, Grynops, Delbergia dan Excoccaria (Tarigan, 2004 dalam Triadiati
dkk., 2016). Semua tanaman penghasil gaharu disebut dengan tanaman gaharu.
Salah satu spesies penghasil gaharu adalah Aquilaria malaccensis.
Di Kalimantan Tengah, Aquilaria malaccensis merupakan spesies
penghasil gaharu yang penyebarannya paling banyak dibandingkan jenis yang
lain. Sejauh ini, petani gaharu di Kalimantan Tengah hanya menjual bagian kayu
karena merupakan komoditas ekspor yang bisa dimanfaatkan untuk kerajinan
tangan sehingga memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Sedangkan bagian lain
seperti daun kurang dimanfaatkan. Informasi manfaat daun Aquilaria atau daun
gaharu masih terbatas pada beberapa kelompok masyarakat saja yang
memanfaatkan daun gaharu dengan cara merebus nya sebanyak tujuh lembar.
Beberapa kelompok masyarakat percaya bahwa rebusan daun gaharu dapat
digunakan untuk obat penyakit degeneratif, salah satunya adalah penyakit
hiperglikemia. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Yunus et al. (2015) yang
membuktikan khasiat daun gaharu sebagai antidiabetes.
Khasiat daun gaharu sebagai antidiabetes berhubungan dengan kandungan
metabolit sekunder. Hasil penelitian Silaban (2013), dari skrining fitokimia pada
serbuk simplisia, ekstrak etanol daun gaharu segar dan ekstrak etanol simplisia
diperoleh adanya senyawa flavonoid, glikosida, tanin dan steroid/triterpenoid
yang merupakan senyawa aktif antioksidan serta berpotensi sebagai antioksidan
dengan nilai konsentrasi penghambatan (IC50) 50 ppm. Antioksidan merupakan
substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dengan cara
mendonorkan satu atom protonnya sehingga radikal bebas tersebut menjadi stabil
dan tidak reaktif. Radikal bebas tersebut dapat mengoksidasi asam nukleat,
protein, lemak, bahkan DNA sel dan menginisiasi timbulnya penyakit degeneratif
(Leong dan Shui, 2001 dalam Rohmatussolihat, 2009).
Senyawa flavonoid yang ditemukan di dalam daun gaharu secara umum
bertindak sebagai antioksidan yaitu bersifat reduktor sehingga dapat bertindak
sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas (Silalahi, 2006). Menurut Winarsi
(2007) dalam Suhatri (2014), flavonoid merupakan golongan senyawa dari fenolik
atau polifenolik yang merupakan senyawa antioksidan alami. Senyawa flavonoid
dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan merangsang pelepasan insulin dari
sel β pankreas yang tidak mengalami kerusakan, sehingga mampu mengembalikan
fungsi sel β pankreas dan meningkatkan sekresi (Tandi et al., 2016 dalam Anwar,
2017) dan sensitivitas insulin di dalam tubuh (Panjuantiningrum, 2009).
Flavonoid juga meregenerasi sel β pankreas serta mengurangi penyerapan
glukosa, mengatur aktivitas enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat,
dan menghambat penguraian polisakarida menjadi monosakarida (Dheer &
Bhatnagar, 2010).
Kandungan daun gaharu mendukung penggunaannya sebagai obat
tradisional, namun air rebusan daun gaharu memiliki kelemahan yakni rasanya
yang pahit. Rasa yang pahit menjadi salah satu penyebab dari kurangnya
pemanfaaatan daun gaharu meskipun jumlahnya melimpah. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengolahan untuk memperbaiki rasa agar dapat dikonsumsi dengan baik
dan nyaman, salah satunya adalah dengan fermentasi. Selain memperbaiki rasa
dengan menghilangkan rasa pahit, fermentasi diketahui dapat meningkatkan
aktivitas antioksidan melalui peningkatan kadar fenolik. Hal tersebut didukung
oleh hasil penelitian Wijayanti et al. (2017) yang membuktikan bahwa fermentasi
dapat meningkatkan senyawa fenolik pada buah tin. Menurut Bhanja et al. (2009)
dalam Suhardini dkk. (2016), meningkatnya aktivitas antioksidan disebabkan
karena adanya fenolik bebas yang dihasilkan selama proses fermentasi, sehingga
semakin tinggi kadar fenolik yang dihasilkan maka semakin tinggi aktivitas
antioksidannya. Fermentasi juga dapat menguraikan senyawa komplek menjadi
senyawa sederhana sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh. Pada fermentasi,
terjadi proses oksidasi terhadap campuran flavonoid yang membentuk senyawa
baru yaitu theaflavin, theaflavingalat, bisflavanol dan thearubigin (Sanderson et
al., 1972 dalam Winardi, 2010). Hal tersebut dapat meningkatkan aktivitas
senyawa untuk menyembuhkan penyakit.
Salah satu proses fermentasi yang dapat digunakan untuk mengolah daun
gaharu adalah kombucha daun gaharu yang dilakukan dengan bantuan kombucha.
Kultur kombucha terdiri dari Acetobacter yaitu Acetobacter xylinum, dan
beberapa jenis khamir yaitu Brettanomyces, Zygosaccharomyces, dan
Saccharomyces (Mayser dkk, 1995 dalam Suhardini, 2016). Kombucha
mengandung senyawa-senyawa organik yang bermanfaat bagi tubuh yaitu vitamin
B kompleks, asam organik, dan senyawa lain yang berfungsi sebagai antibiotik
(Naland, 2008).
Proses fermentasi pada seduhan daun gaharu menggunakan kultur
kombucha diharapkan dapat meningkatkan efektifitas senyawa-senyawa yang
berkhasiat bagi tubuh, terutama sebagai penurun gula darah. Berdasarkan uraian
di atas penulis tertarik untuk mengetahui kandungan dan senyawa kimia toksik
yang terdapat pada kombinasi daun gaharu dan kombucha.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gejala toksisitas pemberian ekstrak kombinasi kombucha daun
gaharu terhadap mencit?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gejala toksisitas pemberian ekstrak kombinasi kombucha
daun gaharu terhadap mencit
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi akademisi : untuk meningkatkan khasanah ilmu
pengetahuan tentang pengaruh toksisitas ekstrak kombinasi kombucha
daun gaharu.
2. Bagi masyarakat : untuk memberikan informasi tentang kadar
toksisitas kombinasi kombucha daun gaharu.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Fermentasi Kombucha


Kombucha berasal dari kata “kombu” dan “cha” (Whitehead, 2006 dalam
Setiawan, 2009). Menurut Naland (2003) dalam Setiawan (2009) “kombu” berasal
dari nama seorang tabib dari Korea dan “cha” berarti teh. Pada sekitar tahun 414
SM, tabib Kombu pernah menyembuhkan seorang kaisar Jepang yang bernama
Inkyo dari gangguan pencernaan kronis. Setelah mengonsumsi ramuan tabib
Kombu, ternyata sang kaisar sembuh dari penyakit yang dideritanya (Whitehead,
2006 dalam Setiawan, 2009). Kombucha sebenarnya sudah populer sebagai
minuman kesehatan sejak 3.000 tahun yang lalu, minuman ini diduga berasal dari
Cina (Naland, 2003 dalam Setiawan, 2009).

Gambar 2.1 Jamur Kombucha (Setiawan, 2009)


Menurut Gunther (1995) dalam Setiawan (2009) sejak tahun 221 SM,
orang-orang Cina sudah menganggap kombucha sebagai minuman berbahan teh
yang bisa membuat kehidupan kekal. Orang Cina memberi nama minuman ini tea
of immortality, dari negeri Cina penyebaran kombucha mengikuti jalur
perdagangan dan akhirnya tersebar ke berbagai penjuru dunia. Kombucha dikenal
di negara bagian timur dan ditemukan di Rusia pada tahun 1800-an, dikenal luas
sebagai obat yang efektif untuk berbagai macam penyakit (Pauline et al, 2001
dalam Setiawan, 2009).
Proses fermentasi kombucha dimulai ketika kultur mengubah glukosa
menjadi alkohol dan karbon dioksida, kemudian bereaksi dengan air membentuk
asam karbonat. Glukosa berasal dari inversi sukrosa oleh khamir menghasilkan
glukosa dan fruktosa. Acetobacter sebagai bakteri utama dalam kultur kombucha
mengoksidasi etanol menjadi asetaldehid kemudian menjadi asam asetat (Chu and
Chen, 2006 dalam Setiawan, 2009).
Menurut Ardheniati (2008), Khamir bersifat fakultatif anaerob artinya ada
atau tidak adanya oksigen dapat tumbuh, sedangkan bakteri asam asetat bersifat
aerob. Reaksi yang terjadi selama fermentasi kombucha adalah sebagai berikut

Gambar 2.2 Reaksi Fermentasi Kombucha (Ardheniati, 2008)


Menurut Dufresne et al (2000) dalam setiawan (2009) aktifitas biokimia
yang kedua dari bakteri Acetobacter adalah pembentukan asam glukonat yang
berasal dari oksidasi glukosa. Sukrosa dipecah menjadi glukosa dan fruktosa oleh
khamir. Pada pembuatan etanol oleh khamir dan selulosa oleh Acetobacter
xylinum, glukosa dikonversi menjadi asam glukonat melalui jalur fosfat pentosa
oleh bakteri asam asetat, sebagian besar fruktosa dimetabolisme menjadi asam
asetat dan sejumlah kecil asam glukonat. Bakteri asam laktat juga menggunakan
glukosa untuk mensintesis selulosa mikrobia. Fruktosa yang masih tertinggal
sebagian dalam media fermentasi diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana
oleh mikroorganisme sehingga dapat digunakan sebagai substrat fermentasi.
Kultur dalam waktu bersamaan juga menghasilkan asam-asam organik lainnya
(Chu and Chen, 2006 dalam Setiawan, 2009).
Bakteri Acetobacter xylinum mengubah gula menjadi selulosa yang
disebut nata/partikel dan melayang di permukaan medium. Jika nutrisi dalam
medium telah habis dikonsumsi, kultur akan berhenti tumbuh tetapi tidak mati.
Kultur akan aktif lagi jika memperoleh nutrisi kembali. Bakteri asam asetat
memanfaatkan etanol untuk tumbuh dan memproduksi asam asetat. Adanya asam
asetat akanmenstimulasi khamir untuk memproduksi etanol kembali. Interaksi
simbiosis ini ditemukan pada Glukonobacter dan Saccharomyces cerevisiae.
Konsentrasi asam asetat dalam kombucha hanya meningkat sampai batas tertentu
lalu mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena pemanfaatan asam asetat lebih
lanjut oleh Acetobacter xylinum ketika jumlah gula dalam media teh mulai habis.
Penurunan kadar asam ini juga dikarenakan fermentasi etanol oleh khamir juga
mengalami penurunan dikarenakan pH yang sangat rendah serta mulai habisnya
gula dalam larutan (Chu and Chen, 2006 dalam Setiawan, 2009).
2.2 Tinjauan tentang Gaharu
Klasifikasi daun gaharu adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Myrtales
Keluarga : Thymelaeaceae
Marga : Aquilaria
Jenis : Aquilaria malaccensis Lam.
Sinonim : Aquilaria agallocha Roxb.

Gambar 2.3 Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis)


(MPBD, 2016 dalam Mufida, 2016)
Aquilaria malaccensis Lam. adalah salah satu dari 15 jenis pohon gaharu
yang ada di Indonesia, yang termasuk keluarga Thymelaeaceae. A. malaccensis
tergolong pohon yang umumnya dapat tumbuh dengan tinggi hingga 40 m dan
diameter batang 1,5-2,5 m. Tumbuhan gaharu mempunyai daun sederhana,
dengan panjang tangkai daun 4-6 mm; bentuk daun bulat telur, hingga lonjong
sampai lanset 7,5-12 cm x 2,5-5,5 cm, berwarna hijau mengkilap pada permukaan
atas, dasar daun menipis atau tumpul, ujung meruncing, panjang ketajaman hingga
2 cm; vena daun di 12-16 pasang, tidak teratur, dan sering bercabang, pinggir
daun tergolong rata. Batang A. malaccensis biasanya lurus, kadang-kadang
bergalur; kulit batang halus, berwarna keputihan, dan percabangan yang ramping.
Bunga berada di ujung ranting atau ketiak atas dan bawah daun. A. malaccensis
mulai berbunga dan menghasilkan buah pada umur 7-9 tahun dan pohon
berukuran sedang dilaporkan dapat menghasilkan sekitar 1,5 kg benih pertahun
saat musim normal. Buah berbentuk bulat telur atau lonjong, berukuran panjang
sekitar 3-4 cm dan lebar 2,5 cm. Biji bulat telur yang ditutupi bulu halus berwarna
kemerahan (CITES, 2009 dalam Mufida, 2016).
Umumnya jenis ini tumbuh di wilayah barat Indonesia. Biasanya tumbuh
di daratan rendah dan lereng gunung dengan ketinggian 200-750 m, iklim
Koeppen tipe A-B dengan temperatur 14-320C dan curah hujan tahunan 2000-
4000 mm. Tumbuhan ini tumbuh di tanah lempung berpasir (Adelina dkk., 2004
dalam Mufida, 2016).
Berdasarkan kemotaksonomi, daun gaharu yang termasuk jenis Aquilaria
dan keluarga Thymelaeaceae mengandung senyawa-senyawa Diterpenoid dan
triterpenoid Seskuiterpen dan minyak atsiri Senyawa fenolik, flavonoid, tanin.
Terdapat pula senyawa lain seperti sterin, lilin, asam sinamat, asam kelidonat,
serta senyawa toksin seperti forbol, dafnetoksin, mezerein, huratoksin (Hegnauer,
1973; Sheng-zhuo dkk., 2013 dalam Mufida, 2016). Menurut Aity (2014),
Flavonoid yang terkandung pada daun gaharu merupakan flavonoid golongan
flavon. Ekstrak metanol dan air daun gaharu mengandung alkaloid, flavonoid,
tritepenoid, steroid, saponin, dan tanin. Ekstrak metanol daun gaharu kering yang
diperoleh dengan metode maserasi memiliki kadar fenolik total sebesar 176,17 ±
1,16 mg/g Ekuivalen asam galat (EAG) dan ekstrak airnya sebesar 181,11 ± 0,61
mg/g EAG (Wil et al., 2014). Senyawa-senyawa folatil yang terkandung dalam
daun gaharu antara lain berupa senyawa alkil (31,64%), ester (5,81%), keton
(5,4%), asam (4,79%), aldehid (2,63%), alkohol (1,51%), kinolin (1,23%), fenol
(0,62%), naftalen (0,51%), alkena (0,48%), philippines (0,36%), furan (0,33%),
1,8-sineol (0,23%), dan indol (0,16%) (Zheng dkk., 2015 dalam Mufida, 2016).
Pada penelitian sebelumnya daun gaharu berpotensi sebagai antioksidan
(Moosa, 2010 dalam Mufida, 2016), antidiabetika (Yunus et al., 2015), antikanker
terhadap sel kanker serviks HeLa (Fatmawati dan Hidayat, 2016). Ekstrak
metanol daun gaharu memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 1938 μg/mL,
sedangkan ekstrak air daun gaharu memiliki IC50 1091 μg/mL (Wil et al., 2014).
2.3 Tinjauan tentang Fenolik

Gambar 2.4 Gugus Fenol (Andarwulan, 2012)


Senyawa fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
hidroksil yang menempel di cincin aromatik. Dengan kata lain, senyawa fenolik
adalah senyawa yang sekurang-kurangnya memiliki satu gugus fenol (Vermerris
dan Nicholson 2006 dalam Andarwulan 2012). Terkait dengan senyawa fenolik,
sering kali terjadi kerancuan pada pengertian istilah polifenol. Istilah polifenol
kadang disalahartikan sebagai bentuk polimerisasi senyawa fenolik, padahal
polifenol hanya merupakan satu senyawa yang memeiliki lebih dari satu gugus
fenol (Andarwulan, 2012).
Banyaknya variasi gugus yang tersubtitusi pada kerangka utama fenol
menyebabkan kelompok fenolik memiliki banyak sekali anggota. Terdapat 8.000
jenis senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa fenolik mulai dari yang
paling sederhana hingga kompleks (Andarwulan 2012). Oleh karena senyawa
kimia yang tergolong sebagai senyawa fenolik sangat banyak macamnya, berbagai
cara klasifikasi dilakukan oleh banyak ilmuan.
Tabel 2.1 Klasifikasi Senyawa Fenolik Berdasarkan Jumlah Atom Karbon

(Harborne dan Simmond, 1964 dalam Andarwulan, 2012)


2.3.1 Fenolik sederhana
Secara umum senyawa fenolik sederhana memiliki sifat
bakterisidal, antiseptik, dan antihelmintik (Pengelly, 2004 dalam
Andarwulan, 2012). Senyawa dari kelompok ini merupakan hasil subtitusi
gugus fenol. Subtitusi tersebut bisa berupa subtitusi dua gugus atau satu
gugus dalam posisi orto, meta, atau para. Contoh senyawa fenolik
sederhana yang tersubtitusi oleh dua dan satu gugus hidroksil berturut-
turut adalah floroglukinol (1,3,5-trihidroksibenzen) dan resorkinol (1,3,=-
dihidroksibenzen).
Gambar 2.5 (a) Floroglukinol dan (b) Resorkinol
(Vermerris dan Nicholson, 2006 dalam Andarwulan, 2012).
2.3.2 Asam Sinamat, Sinamil Aldehid, dan Sinamil Alkohol
Keberadaan senyawa fenolik dengan struktur C6-C3 berlimpah
ditanaman. Fungsi dari senyawa ini di tanaman adalah sebagai sistem
pertahanan. Di tumbuhan, senyawa ini berada dalam bentuk bebas atau
sebagai polimer di dinding sel. Asam sinamat dicirikan dengan rangka
cincin benzen yang berikatan dengan dua atom karbon yang memiliki
gugus karboksil. Contoh senyawa dari golongan ini adalah asam p-
koumarat. Sunamil aldehid dan sinamil alkohol memiliki kerangka yang
mirip dengan asam sinamat namun dengan gugus karboksil yang diganti
dengan gugus karboksil yang diganti dengan gugus aldehid dan hidroksil.
Contoh sinamil aldehid dan sinamil alkohol berturut-turut adalah p-
koumaril aldehid dan p-koumaril alkohol (Vermerris dan Nicholson, 2006
dalam Andarwulan, 2012).
Asam sinamat di tanaman biasanya ditemukan dalam bentuk ester
bersama asam kuinat, asam sikimat, dan asam tartarat. Asam sinamat
merupakan senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan alami
tumbuhan (Suranto, 2011 dalam Suhardini dkk., 2016). Asam ferulat
adalah turunan dari golongan asam hidroksi sinamat, yang memiliki
kelimpahan yang tinggi dalam dinding sel tanaman yang merupakan
senyawa aktif bersifat antioksidan (Hasan dkk., 2013 dalam Suhardini
dkk., 2016).
Asam sinamat di tanaman biasanya ditemukan dalam bentuk ester
bersama asam kuinat, asam sikimat, dan asam tartarat. Asam sinamat
merupakan senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan alami
tumbuhan (Suranto, 2011 dalam Suhardini dkk., 2016). Asam ferulat
adalah turunan dari golongan asam hidroksi sinamat, yang memiliki
kelimpahan yang tinggi dalam dinding sel tanaman yang merupakan
senyawa aktif bersifat antioksidan (Hasan dkk., 2013 dalam Suhardini
dkk., 2016).
2.3.3 Flavonoid

Gambar 2.6 Struktur Flavonoid (Redha, 2010)


Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit
sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman.
Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur
kimia C6-C3-C6. Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A,
satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang
mengandung oksigen (Redha, 2010).
Berbagai jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif
flavonoid sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat
pada sereal, sayur-sayuran dan buah, telah banyak dipublikasikan.
Flavonoid meliputi flavan, flavon, flavonol, isoflavon, flavonon, dan
khalkon berada pada berbagai tipe jaringan tanaman tingkat tinggi
(Pokorny dkk., 2001 dalam Mufida, 2016). Flavonoid berperan sebagai
antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui
kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida
(mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang
disebut aglikon (Redha, 2010).
Flavonoid dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan
kemampuannya sebagai zat antioksidan. Flavonoid bersifat protektif
terhadap kerusakan sel β sebagai penghasil insulin serta dapat
meningkatkan sensitivitas insulin (Panjuantiningrum, 2009). Antioksidan
dapat menekan apoptosis sel beta tanpa mengubah proliferasi dari sel beta
pankreas ( Kaneto et al., 1999 dalam Ajie, 2015). Antioksidan dapat
menurunkan Reactive Oxygen Spesies (ROS). Dalam pembentukan ROS,
oksigen akan berikatan dengan elektron bebas yang keluar karena
bocornya rantai elektron. Reaksi antara oksigen dan elektron bebas inilah
yang menghasilkan ROS dalam mitokondria (Annisa dkk., 2014).
Antioksidan pada flavonoid dapat menyumbangkan atom hidrogennya.
Flavonoid akan teroksidasi dan berikatan dengan radikal bebas sehingga
radikal bebas menjadi senyawa yang lebih stabil (Panjuantiningrum,
2009). Senyawa flavonoid dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan
merangsang pelepasan insulin dari sel β pankreas yang tidak mengalami
kerusakan, sehingga mampu mengembalikan fungsi sel β pankreas dan
meningkatkan sekresi insulin di dalam tubuh (Tandi et al., 2016 dalam
Anwar, 2017). Flavonoid juga mengurangi penyerapan glukosa, mengatur
aktivitas enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat, dan
menghambat penguraian polisakarida menjadi monosakarida (Dheer &
Bhatnagar, 2010). Flavon merupakan salah satu jenis senyawa flavonoid
aktif yang memiliki efek sebagai inhibitor α-glukosidase (Hasibuan, 2011).
2.4 Tinjauan tentang Hewan Uji
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang termasuk dalam famili
Murideae. Mus musculus liar atau Mus musculus rumah adalah hewan satu
spesies dengan Mus musculus laboratorium. Semua galur Mus musculus
laboratorium sekarang ini merupakan keturunan dari Mus musculus liar sesudah
melalui peternakan selektif (Smith & Mangkoewidjojo, 1988 dalam Muliani,
2011). Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan
model penelitian dengan kisaran penggunaan antara 40-80% (Jayanti, 2017).
Mencit digunakan sebagai hewan penelitian karena memiliki beberapa
keunggulan seperti siklus hidup yang pendek, jumlah anak per-kelahiran banyak,
variasi sifat-sifatnya tinggi, dan mudah ditangani (Malole dan Pramono, 1989
dalam Jayanti, 2017).
Table 2.2 Data Biologi Mencit

(Andri, 2007 dalam Wardani dkk., 2016)


Adapun klasifikasi mencit menurut Mangkoewidjojo dan Smith (1988)
dalam Jayanti (2017) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Clasis : Mamalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus L.
2.5 Tinjauan tentang Aloksan

Gambar 2.7 Struktur Kimia Aloksan (Lenzen, 2008)


Aloksan (2, 4, 5, 6-tetraoksipirimidin; 5, 6-dioksiurasil) merupakan
senyawa hidrofilik dan tidak stabil (Endro, 2006). Aloksan diperkenalkan sebagai
hidrasi aloksan pada larutan encer. Nama aloksan diperoleh dari penggabungan
kata allantoin dan oksalurea (asam oksalurik) (Rohilla dan Shahjad, 2012).
Aloksan adalah suatu senyawa yang sering digunakan untuk penelitian dibetes
menggunakan hewan coba. Aloksan dapat menghasilkan radikal hidroksil yang
sangat reaktif dan dapat menyebabkan diabetes pada hewan coba (Herra dan Hadi,
2005).
Sebagai diabetogenik, aloksan dapat digunakan secara intravena,
intraperitoneal, dan subkutan. Dosis intravena yang digunakan biasanya 65mg/kg
BB, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kalinya (Endro, 2006).
Salah satu metode yang paling potensial untuk menginduksi hewan eksperimental
diabetes melitus adalah dengan cara induksi aloksan. Pemberian aloksan adalah
cara yang cepat untuk menghasilkan kondisi dibetik eksperimental pada binatang
percobaan. Aloksan dapat menyebabkan diabetes melitus tergantung insulin pada
binatang tersebut dengan karakteristik mirip dengan diabetes melitus tipe 1 pada
manusia (Rohilla dan Shahjad, 2012).
Aloksan bersifat toksik selektif terhadap sel beta pankreas yang
memproduksi insulin. Dalam waktu 24-48 jam setelah pemberian aloksan,
integritas sel-sel beta menghilang dan terjadi degranulasi yang menyebabkan
terjadinya kondisi hiperglikemia yang permanen. Secara morfologi terjadi
destruksi dan nekrosis pada sel beta pankreas yang irreversible (Rohilla dan
Shahjad, 2012). Aksi sitotoksik aloksan pada sel beta pankreas dimediasi oleh
radikal bebas melalui reaksi redoks, homeostasis kalsium intraseluler yang
terganggu, dan inhibisi enzim glukokinase (Endro, 2006; Rohilla dan Shahjad,
2012).
2.6 Tinjauan tentang Toksisitas
2.6.1 Definisi
Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu
zat pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang
khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi
informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi
pemaparan pada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya
demi keamanan manusia. Uji toksisitas menggunakan hewan uji sebagai
model berguna untuk melihat adanya reaksi biokimia, fisiologik dan
patologik pada manusia terhadap suatu sediaan uji. Hasil uji toksisitas
tidak dapat digunakan secaramutlak untuk membuktikan keamanan suatu
bahan/sediaan pada manusia, namun dapat memberikan petunjuk adanya
toksisitas relatif dan membantu identifikasi efek toksik bila terjadi
pemaparan pada manusia (Ditjen, POM., 2014).
2.6.2 Klasifikasi
1. Uji toksisitas akut oral
Uji toksisitas akut oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek
toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan uji
yang diberikan secara oral dalam dosis tunggal atau dosis berulang yang
diberikan dalam waktu 24 jam. Prinsip uji toksisitas akut oral yaitu,
sediaan uji
dalam beberapa tingkatdosis diberikan pada beberapa kelompok hewan uji
dengan satu dosis perkelompok, kemudian dilakukan pengamatan terhadap
adanya efektoksik dankematian. Hewan yang mati selama percobaan dan
yang hidup.
2. Uji toksisitas subkronis oral
Uji toksisitas subkronis oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek
toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang
yang diberikan secara oral pada hewan uji selama sebagian umur hewan,
tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan. Prinsip dari uji toksisitas
subkronis oral adalah sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan
setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis per
kelompok selama 28 atau 90 hari, bila diperlukan ditambahkan kelompok
satelit untuk melihat adanya efek tertunda atau efek yang bersifat
reversibel.
Selama waktu pemberian sediaan uji, hewan harusdiamati setiap hari
untuk
menentukan adanya toksisitas. Hewan yang mati selama periode
pemberian
sediaan uji, bila belum melewati periode rigor mortis(kaku) segera
diotopsi,dan organ serta jaringan diamati secara makropatologidan
histopatologi. Pada akhir periode pemberian sediaan uji, semua hewan
yang masih hidup. diotopsi selanjutnya dilakukan pengamatan secara
makro patologi pada setiap organ dan jaringan,pemeriksaan hematologi,
biokimia klinis dan histopatologi. Tujuan uji toksisitas subkronis oral
adalah untuk memperoleh informasi adanya efek toksik zat yang tidak
terdeteksi pada uji toksisitas akut, informasi kemungkinan adanya efek
toksik setelah pemaparan sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu
tertentu; informasi dosis yang
tidak menimbulkan efek toksik (No Observed Adverse Effect Level /
NOAEL); dan mempelajari adanya efek kumulatif dan efek reversibilitas
zat tersebut (Ditjen, POM., 2014).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian


Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
efektifitas daun gaharu sebegai penurun gula darah yang dilakukan pada hewan uji
mencit yang terbagi menjadi 4 kelompok dengan replikasi sebanyak 6 kali. Tahap
yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pembuatan kombucha daun gaharu,
persiapan hewan uji mencit, perhitungan dosis induksi aloksan, dosis kombucha
daun gaharu, dosis daun gaharu, dosis jamur kombucha, aklimatisasi hewan uji
mencit, pemberian induksi aloksan pada mencit, pemeriksaan kadar glukosa pada
mencit sebelum perlakuan, perlakuan pada mencit dengan pemberian daun gaharu,
jamur kombucha dan kombucha daun gaharu, pemeriksaan kadar glukosa pada
mencit sesudah perlakuan, dan analisa data.
Tabel 3.1 Metode Penelitian
Perlakuan Kontrol Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan
Negatif I II III IV
Pakan Standar √ √ √ √ √
Induksi √ √ √ √ √
Aloksan 125
mg/kg BB
Daun Gaharu - - √ - -
Kombucha - - - √ -
Kombucha - - - - √
Daun Gaharu
2.2 Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah dan gaharu dan kombucha
daun gaharu.
2.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poltekkes dr Soepraoen pada bulan Oktober
2019 sampai dengan bulan Desember 2019.
2.4 Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu, variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah kombucha daun gaharu.
Sedangkan variabel terikatnya adalah penurunan kadar gula dalam darah pada
mencit jantan.
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Alat Hasil Ukur Skala
Ukur Ukur
Dosis Daun
Gaharu

Dosis daun 0,5 ml/20 g BB


Jumlah takaran daun
gaharu,
gaharu, kombucha, dan Dosis
kombucha, Spuit Kombucha
1. kombucha daun gaharu Nominal
dan oral 0,5 ml/20 g BB
yang diberikan pada
kombucha
mencit Dosis
daun gaharu Kombucha
Daun Gaharu
0,7 ml/20 g BB

Kadar gula darah Penurunan


sebelum perlakuan kadar gula
dibandingkan dengan darah
Penurunan kadar gula darah Tes kit sebelum
2. kadar gula setelah perlakuan gula dan sesudah Nominal
dalam darah dengan pemberian darah perlakuan
daun gaharu, dinyatakan
kombucha, dan dalam
kombucha daun gaharu presentase
2.5 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah strip gula darah, alat cek
gula darah digital, botol minum mencit, kandang mencit, sonde (spuit oral dan
injeksi IP), beaker glass, gelas ukur, labu ukur.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun gaharu, jamur
kombucha, kombucha daun gaharu, aloksan, aquadest, sekam, pakan mencit,
mencit jantan.
2.6 Prosedur Penelitian
2.6.1 Pembuatan Kombucha Daun Gaharu
Prosedur pembuatan kombucha daun gaharu berdasarkan pada
Suhardini dkk. (2016) dan Hidayanti dkk. (2014) yang dimodifikasi.
Pembuatan kombucha daun gaharu adalah rajangan daun gaharu sebanyak
4 gram diseduh dengan air 1000 mL pada suhu 800C selama 15 menit.
Hasil seduhan disaring untuk memisahkan ampas daun gaharu dengan air
hasil seduhan. Kemudian ditambahkan gula dan dilarutkan. Penambahan
gula berfungsi sebagai substrat yang digunakan oleh mikrobia untuk
tumbuh dan melakukan metabolisme (Marwati dkk. 2013). Seduhan teh
kemudian disaring agar air teh bersih. Kemudian air teh dimasukkan toples
yang terbuat dari kaca. Setelah itu didiamkan hingga mencapai suhu ruang.
Waktu mendinginkan tidak boleh lebih dari 4 jam. Kemudian sebelum 4
jam dan air teh sudah dingin ditambahkan kultur kombucha. Ditutup
dengan kain katun putih dan diikat dengan rapat menggunakan karet.
Kemudian difermentasi selama 14 hari dengan suhu ruang.
2.6.2 Persiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan
dengan berat rata-rata 20 g yang dibagi menjadi 4 kelompok, dimana
pengelompokkan hewan uji dilakukan secara acak lengkap dengan jumlah
minimal per kelompok. Mencit yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 3 ekor mencit tiap kelompok, sehingga total mencit yang
digunakan sebanyak 12 ekor mencit.
2.6.3 Perhitungan Dosis
a. Dosis Aloksan
Berdasarkan penelitian Dina (2018), aloksan monohidrat
diinjeksikan secara intraperitonial dengan dosis 125 mg/kgBB Dosis
tersebut dikonversi untuk setiap 20 g/BB mencit setara dengan 0,0026 kali
dosis manusia menurut konversi Paget dan Barnes. Berdasarkan
perhitungan dosis aloksan yang digunakan adalah 0,0025 g/ 20 g BB
mencit dengan penyuntikan Intraperitorial sebanyak 0,5 ml tiap mencit.
b. Dosis Daun Gaharu
Dosis daun gaharu yang digunakan secara empiris menurut
masyarakat Kalimantan Tengah adalah 7 lembar daun dalam satu gelas
200 ml. Dosis tersebut dikonversi untuk setiap 20 g/BB mencit setara
dengan 0,0026 kali dosis manusia menurut konversi Paget dan Barnes.
Berdasarkan perhitungan diberikan dosis 0,5 ml tiap 20 g BB mencit
jantan.
c. Dosis Kombucha
Menurut Naland (2004), dosis pemberian “Kombucha” untuk
dewasa atau 18 tahun ke atas dengan berat badan 50 kg adalah satu gelas
(200 ml) dan dosis aman kombucha yang dikonsumsi oleh manusia yaitu 3
kali sehari 1 gelas (100-200 ml). Dosis tersebut dikonversi untuk setiap 20
g/BB mencit setara dengan 0,0026 kali dosis manusia menurut konversi
Paget dan Barnes. Berdasarkan perhitungan diberikan dosis 0,5 ml tiap 20
g BB mencit jantan.
d. Dosis Kombucha Daun Gaharu
Dosis daun gaharu yang digunakan secara empiris menurut
masyarakat Kalimantan Tengah adalah 7 lembar daun dalam satu gelas.
Menurut Naland (2004) dalam Hidayanti (2014) dan Lukitawati (2013),
dosis pemberian kombucha untuk dewasa atau 18 tahun ke atas dengan
berat badan 50 kg adalah satu gelas (200 ml) dan dosis aman teh
kombucha yang dikonsumsi oleh manusia yaitu 3 kali sehari 1 gelas (100-
200 ml). Pada penelitian kali ini dosis pemberian kombucha yang
digunakan berpatokan pada dosis tersebut, yang dikonversikan terlebih
dahulu ke berat badan manusia 70 kg. Dosis tersebut dikonversi untuk
setiap 20 g/BB mencit setara dengan 0,0026 kali dosis manusia menurut
konversi Paget dan Barnes. Berdasarkan hasil perhitungan diberikan dosis
0,7 ml tiap 20 g BB mencit jantan.
2.7 Pengujian Aktivitas Penurunan Gula Darah
Pengujian aktivitas penurun gula darah dalam penelitian ini berdasarkan
pada Studiawan dkk. (2005) dan Yusni dkk. (2017) yang dimodifikasi. Prosedur
kerja dalam penelitian ini yaitu pemilihan 15 ekor mencit jantan dengan berat 20 g
- 30 g dan sehat. Mencit sebanyak 12 ekor dikelompokkan menjadi 4 kelompok
yang terdiri dari kontrol negative, daun gaharu, jamur kombucha dan kombucha
daun gaharu (perlakuan I, II dan III). Setelah itu hari ke 1, dilakukan aklimatisasi
mencit selama 7 hari dengan pemberian makanan standar dan minum secukupnya.
Pada hari ke 8, semua kelompok mencit jantan dipuasakan selama 12 jam, setelah
itu dilakukan pemeriksaan kadar gula darah awal sebelum induksi. Pada hari ke 12
juga, semua mencit diberikan induksi aloksan dengan dosis 0,0025 g/ 20 g BB
mencit sebanyak 0,5 ml secara intraperitorial. Pada hari ke 12, semua mencit
dipuasakan selama 12 jam. Setelah dipuasakan, dilakukan pemeriksaan kadar gula
darah setelah induksi dari sampel darah mencit. Pada hari ke 12 sampai dengan
hari ke 18, mencit diberi perlakuan sesuai dengan kelompok hewan uji yaitu
kelompok kontrol negatif tidak diberi perlakuan apa-apa, kelompok perlakuan I
diberikan daun gaharu dengan dosis 0,5 ml/20 g BB secara per oral sebanyak 0,5
ml, kelompok perlakuan II diberikan jamur kombucha dengan dosis 0,5 ml/ 20 g
BB secara per oral sebanyak 0,5 ml, dan kelompok perlakuan III diberikan
kombucha daun gaharu dengan dosis 0,7 ml/20 g BB secara per oral sebanyak 0,7
ml. Kemudian, mencit dipuasakan selama 12 jam, setelah itu dilakukan
pemeriksaan kadar gula dalam darah setelah perlakuan dari sampel darah mencit.
2.8 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengujian pada penelitian kali ini berupa
data presentase penurunan kadar gula darah sebelum dan sesudah perlakuan. Data
selanjutnya diuji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Apabila data
normal maka selanjutnya dianalisis menggunakan SPSS metode uji ANOVA yang
kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Test. Apabila data tidak normal maka
menggunakan Kruskal-Wallis. Sehingga diperoleh data dari hipotesis yaitu tidak
ada pengaruh atau ada pengaruh antara kombucha daun gaharu dengan penurunan
gula darah pada mencit jantan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Tabel 4.1 Kadar Gula Darah
Pengukuran Kadar Gula Darah
(mg/dl) Penurunan Presentase
Presentase Rata-rata
No Setelah Kadar Gula Rata-rata
Kelompok Sebelum Setelah Penurunan Penurunan
Mencit Perlakua Darah Penurunan
Induksi Induksi (%) (mg/dl)
n (mg/dl) (%)
(mg/dl) (mg/dl)
(mg/dl)
Kontrol 1 72 159 150 9 5,66%
Negatif 2 69 160 155 5 3,125% 7 4,325%
(Aquadest) 3 78 167 160 7 4,19%
Daun 4 63 169 40 129 76,33%
Gaharu
5 70 172 86 86 50% 110,3 64,20%
6 75 175 59 116 66,28%
Jamur 7 73 160 59 101 63,125%
Kombucha 8 89 158 86 72 45,56% 86,67 49,59%
9 90 217 130 87 40,09%
Kombinasi 10 80 168 40 128 76,19%
Kombucha
Daun 11 68 170 49 121 74,23% 105,67 64,04%
Gaharu 12 65 163 95 68 41,71%
Tabel 4.2 Berat Badan Mencit
Kelompok No Berat badan mencit per minggu (g)
Perlakuan Mencit Awal
pembelian I II III IV V
mencit
Aquadest 1 20 21 22 23 23 24
(negatif) 2 19 25 26 26 27 27
3 20 20 22 24 24 23
Daun 4 21 21 21 22 22 21
Gaharu 5 18 21 20 20 21 24
6 19 21 22 22 21 23
Kombucha 7 20 24 24 23 22 21
8 17 23 22 22 23 23
9 18 27 28 28 26 27
Kombinasi 10 18 20 20 21 21 20
11 19 22 21 20 20 21
12 21 20 22 22 21 21
4.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas kombucha daun gaharu
(Aquilaria malaccensis) sebagai penurun gula darah terhadap mencit putih (Mus
musculus) jantan. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah ekstrak daun daharu,
fermentasi komcuchaz serta kombinasi keduanya. Kombucha daun gaharu dihasilkan dengan
bantuan kultur kombucha. Kultur kombucha terdiri dari Acetobacter yaitu Acetobacter
xylinum, dan beberapa jenis khamir yaitu Brettanomyces, Zygosaccharomyces, dan
Saccharomyces (Mayser dkk, 1995 dalam Suhardini, 2016). Fermentasi menggunakan kultur
kombucha dilakukan selama 14 hari. Hasil fermentasi yang didapatkan memiliki warna coklat
jernih, rasa manis asam, dan beraroma khas kombucha. Rasa manis yang terdapat pada
minuman kombucha dan gaharu dikarenakan masih ada gula yang belum dirombak oleh
khamir menjadi etanol. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhardini
(2016), bahwa glukosa digunakan untuk membentuk alkohol dan asam-asam organik
sehingga konsentrasi asam-asam organik meningkat dan total asam juga meningkat. Asam-
asam organik yang dihasilkan menyebabkan penurunan pH pada kombucha daun gaharu.
Dalam penelitian ini kombucha daun gaharu diuji secara farmakologi untuk
mengetahui efektifitas sebagai penurun gula darah menggunakan hewan uji mencit. Mencit
digunakan sebagai hewan penelitian karena memiliki beberapa keunggulan seperti siklus
hidup yang pendek, jumlah anak per-kelahiran banyak, variasi sifatsifatnya tinggi, dan mudah
ditangani (Malole dan Pramono, 1989 dalam Jayanti, 2017). Kriteria mencit yang digunakan
adalah galur Balb/C, berumur ±8 minggu dengan berat ±20 gram, berkelamin jantan dan
dalam keadaan sehat. Mencit yang digunakan berkelamin jantan karena untuk menghindari
pengaruh hormonal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu meliputi pembuatan ekstrak
daun gaharu, pembuatan kombucha, pembuatan kombucha daun gaharu, aklimatisasi hewan
uji mencit, pemberian induksi aloksan pada mencit, pemeriksaan kadar glukosa pada mencit
sebelum perlakuan, pemberian perlakuan pada mencit, dan pemeriksaan kadar glukosa pada
mencit sesudah perlakuan. Pada tahap awal dilakukan pengelompokkan hewan uji mencit ke
dalam 4 kelompok yaitu kelompok kontrol negative, kelompok daun gaharu, kelompok
Kombucha, dan kelompok Kombucha daun gaharu. Setiap kelompok berisi 3 ekor mencit.
Setelah pembagian kelompok, dilakukan aklimatisasi hewan uji selama 7 hari yang bertujuan
untuk mengadaptasikan mencit pada lingkungan baru agar tidak mengalami stres.
Pada hari ke 8, dilakukan pemeriksaan kadar gula darah mencit. Sebelum dilakukan
pemeriksaan, mencit harus dipuasakan selama 12 jam agar gula darah stabil. Setelah
dilakukan pemeriksaan awal kadar gula darah mencit, masing-masing kelompok diberikan
induksi aloksan secara intraperitonial dengan dosis 125 mg/kg BB (Amani dan Mustarichie,
2018). Aloksan digunakan sebagai penginduksi karena dapat menghasilkan radikal hidroksil
yang sangat reaktif dan dapat menyebabkan diabetes pada hewan coba (Herra dan Hadi,
2005). Aloksan bersifat toksik pada sel beta pankreas sehingga menyebabkan menurunnya
produksi insulin. Pemeriksaan gula darah setelah induksi dilakukan 4 hari setelah induksi.
Pada hari ke 12, dilakukan pemeriksaan kadar gula darah untuk melihat peningkatan
kadar gula darah dari keadaan normal. Apabila terjadi peningkatan kadar gula darah, mencit
kemudian diberikan perlakuan berdasarkan kelompok uji. Pada kelompok kontrol negatif
tidak diberikan perlakuan apapun karena bertujuan sebagai acuan kadar gula darah mencit
tanpa pengobatan, sehingga dapat dijadikan acuan. Pada kelompok perlakuan dibagi menjadi
3 yaitu: ekstrak daun gaharu, komcuha, dan kombucha daun gaharu. Pemberian perlakuan
dilakukan secara oral selama 7 hari. Pada hari ke 19, dilakukan pemeriksaan kadar gula darah
untuk melihat penurunan kadar gula darah setelah diberi perlakuan.
Penurunan kadar gula darah pada kelompok perlakuan II, III, dan IV lebih tinggi
dibandingkan kontrol negatif dikarenakan pada kelompok ini tidak diberikan perlakuan
apapun untuk menurunkan kadar gula darah mencit. Hasil pada kelompok perlakuan II dan III
menunjukkan hasil yang sedikit berbeda. Hal ini dikarenakan ekstrak daun gaharu dan
kombucha daun gaharu mengandung senyawa fenolik. Fenolik merupakan senyawa
antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas penyebab diabetes. Salah satu proses yang
dapat meningkatkan aktivitas antioksidan adalah fermentasi kombucha. Kombucha diketahui
memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seduhan tanpa
fermentasi karena pada kombucha dihasilkan komponen dengan berat molekul yang rendah
dan modifikasi struktur polifenol oleh enzim yang dihasilkan oleh yeast dan bakteri selama
proses fermentasi (Jayabalan et al, 2014). Meningkatnya aktivitas antioksidan disebabkan
karena adanya fenolik bebas yang dihasilkan selama proses fermentasi, sehingga semakin
tinggi kadar fenolik yang dihasilkan maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya
(Suhardini, dkk., 2016). Peningkatan kadar fenolik total disebabkan karena selama
fermentasi, enzim yang dibebaskan oleh bakteri dan khamir yang terdapat pada minuman
kombucha akan mendegradasi kompleks polifenol menjadi suatu senyawa sederhana
(Bhattacharya et al., 2011 dalam Ayuratri, dkk., 2017). Selama proses fermentasi, khamir
menghasilkan enzim vinyl phenol reductase, dimana menurut enzim tersebut dengan enzim
ferulic acid reductase akan membentuk fenol akibat dekarboksilasi asam sinamat dan asam
ferulat (Shahidi dan Nazck, tanpa tahun; Kunaepah, 2008 dalam Suhardini dkk., 2016). Asam
sinamat merupakan senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan alami tumbuhan
(Suranto, 2011 dalam Suhardini dkk., 2016). Asam ferulat adalah turunan dari golongan asam
hidroksi sinamat, yang memiliki kelimpahan yang tinggi dalam dinding sel tanaman yang
merupakan senyawa aktif bersifat antioksidan (Hasan dkk., 2013 dalam Suhardini dkk.,
2016). Asan sinamat memiliki efek yaitu dapat meningkatkan sekresi insulin, meningkatkan
aktivitas glukokinase dan level glikogen, sehingga menekan terjadinya glukoneogenesis dan
glikogenolisis yang terjadi di hati pada fase postprandial melalui penurunan aktivitas dari
glukosa-fosfat dan fosfoenolpiruvat karboksilase berikut dengan peningkatan pada kontrol
glikemik. Asam ferulat memiliki efek hampir sama dengan metformin dan 2,4-
thiozolodinedione, yang bekerja dengan cara penempelan pada reseptor sulfonilurea pada
permukaan sel β pankreas yang kemudian dapat meningkatkan sekresi insulin (Arini dkk.,
2016). Meningkatnya kadar insulin berfungsi mengimbangi kadar gula yang ada pada
kombucha.
Selain terjadi peningkatan fenolik, daun gaharu diketahui mengandung senyawa
flavonoid yang merupakan senyawa fenolik sebagai antioksidan. Flavonoid diketahui juga
dapat meregenerasi sel β pankreas, merangsang dan meningkatkan sekresi insulin dari sel β
pankreas yang tidak rusak, dan meningkatkan sensitivitas insulin. Kandungan flavonoid pada
daun gaharu merupakan jenis flavon. Flavon merupakan salah satu jenis senyawa flavonoid
aktif yang memiliki efek sebagai inhibitor α-glukosidase (Hasibuan, 2011). Inhibitor α-
glukosidase merupakan senyawa yang menghambat enzim α-glukosidase. Terhambatnya
enzim tersebut menyebabkan glukosa yang diserap oleh usus menjadi berkurang sehingga
kadar gula dalam darah juga berkurang. Hal ini yang menyebabkan penurunan gula darah.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terbukti bawah daun gaharu dan juga kombucha
daun gaharu efektif menurunkan gula darah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan terhadap efektifitas kombucha daun
gaharu sebagai obat penyakit hiperglikemia adalah efektif jika dilihat dari hasil rata-rata
presentasenya. Dapat disimpulkan bahwa kombucha daun gaharu memang efektif dalam
menurunkan gula darah. Walaupun pada hasil akhir rata-rata presentase ekstrak daun gaharu
lebih unggul 0,16%. Namun, jika dilihat dengan kontrol negative dan juga kelompok
perlakuan kombucha presentase ekstrak daun gaharu dan kombucha daun gaharu terlihat
menonjol dengan selisih yang berbeda sedikit.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengujian aktivitas kombucha daun
gaharu sebagai antidiabetes menggunakan pembanding obat diabetes. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui dosis kombucha daun gaharu yang memiliki presentase penurunan sama dengan
obat antidiabetes. Dan juga perlu dilakukan penelitian tentang total gula pada kombucha daun
gaharu.
DAFTAR PUSTAKA

Aity. 2014. Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolaso Senyawa
Flavonoid Dari Fraksi Etilasetat Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.). Skripsi.
Medan: Universitas Sumatera Utara.

Ajie, Rizky Bayu. 2015. White Dragon Fruit (Hylocereus undatus) Potential As
Diabetes Mellitus Treatment. Jurnal Majority, Vol. 4 (1): 69-72.

Andarwulan, N. dan R. H. F. Faradilla. 2012. Senyawa Fenolik pada Beberapa


Sayuran Indigenous dari Indonesia. Bogor: Seafast Center Universitas Pertanian Bogor.

Annisa F., Cynthia Viryawan, Fabianto Santoso. 2014. Hipoksia berpeluang


mencegah kerusakan sel β pankreas pada pasien diabetes melitus tipe 2: Tinjauan biologi
molekuler. CDK-214, Vol. 41 (3): 198-9.

Anwar, Khoerul. 2017. Analisis Kandungan Flavonoid Total Ekstrak Etanol Daun
Binjau (Mangifera caesia Jack.) dan Pengaruhnya Terhadap Kadar Glukosa Tikus Yang
Diinduksi Fruktosa Lemak Tinggi. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, Vol. 2 (1): 20-30.

Ardheniati, Minang. 2008. Kinetika Fermentasi Pada Teh Kombucha Dengan Variasi
Jenis Teh Berdasarkan Pengolahannya. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Arini, P. J dan Martha Ardiaria. 2016. Pengaruh Pemberian Seduhan Kayu Manis
(Cinnammomum zeylanicum) Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa 2 Jam Post Prandial
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Journal of Nutrition College, Vol. 5 (3): 198-206

Ayuratri, M. K dan Kusnadi, J. 2017. Aktivitas Antibakteri Kombucha Jahe (Zingiber


officinale) (Kajian Varietas Jahe Dan Konsentrasi Madu). Jurnal Pangan dan Agroindustri,
Vol. 5 (3): 95-107.

Azma Amani Z., Mustarichie R. 2018. REVIEW ARTIKEL : AKTIVITAS


ANTIHIPERGLIKEMIA BEBERAPA TANAMAN DI INDONESIA. Farmaka : Suplemen Vol.
16 (1): 127-132.

Dheer R. & Bhatnagar, P. 2010. A study of the Antidiabetic Activity of Barleria


prionitis Linn. Indian Journal of Pharmacology, Vol. 42 (2): 70-73.
Dina M. N., I Made O. A. P., I Wayan S., Kresna M. W., 2018. Efektifitas Ekstrak Air
Daun Gaharu (Gyrinop versteegii) DalamMenurunkan Kadar Glukosa Darah Pada Tikus
Wistar Hiperglikemia. JURNAL MEDIA SAINS 2 (2): 83 – 89.

Endro, A. N. 2006. Hewan Percobaan Diabetes Melitus: Patologi dan Mekanisme


Aksi Diabetogenik. Biodiversitas, Vol. 7 (4): 378-382.

Fatmawati & R. Hidayat. 2016. Anticancer Activity of Aquilaria malaccensis Leaves


on Human Cervical Cancer Cells. European Journal of Pharmaceutical and Medical
Research Vol. 3 (1): 46-49.

Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Harahap, A. S. 2014. Gambaran Glukosa Darah Setelah Latihan Fisik Pada Tikus
Wistar Diabetes Melitus Yang Diinduksi Aloksan. Skripsi. Padang: Universitas Andalas.

Hasibuan, Yusridah. 2011. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Inhibitor α-Glukosidase


Dari Ekstrak Daun Takokak (Solanum torvum). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Herra, S. dan Haidi, M. S. 2005. Uji Aktivitas Penurunan Glukosa Darah Ekstrak
Daun Eugenia Polyantha pada Mencit yang Diinduksi Aloksan. Media Kedokteran Hewan,
Vol. 21 (2): 62-65.

Hidayanti M. D., Sussi A., Maria A. K. 2014. Pengaruh Pemberian Kombucha Teh
Rosella Terhadap Profil Darah Mencit (Mus musculus L.). Jurnal AGRITECH Vol. 34 (4):
382-389.

Jayabalan, R., V. M. Radomir, S. L. Eva, S. V. Jasmina, & S. Muthuswamy. 2014. A


Review on Kombucha Tea- Microbiology, Composition, Fermentation, Beneficial Effects,
Toxicity, and Tea Fungus. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety, 13,
538-550.

Jayanti, Meri. 2017. Pengarub Pemberian Ekstrak Tanaman Purwoceng (Pimpinella


alpina Molk.) Pada Mencit Jantan (Mus Musculus L) Terhadap Jumlah dan Morfologi Anak.
Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Karau, G.M., E.N.M. Njagi, A.K. Machocho, L.N. Wangai, P.N. Kamau. 2012.
Hypoglycemic Activity of Aqueous and Ethylacetate Leaf and Stem Bark Extracts of Pappea
capensis in Alloxan-induced Diabetic BALB/c Mice. British Journal of Pharmacology and
Toxicology Vol. 3 (5): 251-258.

Lanzen, S. 2008. The Mechanisms of Alloxan- and Streptozotocin-Induced Diabetes.


Diabetologia, 51: 216–226.

Lukitawati, Windy. 2013. Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kadar Glukosa Darah
Rattus norvegicus. Journal of Chemistry Vol. 2 (1): 119-124.

Maritim, A. C., R. A. Sanders, J. B. Watkins III. 2003. Diabetes, Oxidative Stress,


and Antioxidants: A Review. Jurnal Biochem Molecular Toxicology Vol. 17 (1): 24-38.

Marwati., Hudaida Syahrumsyah, Ratri Handria. 2013. Pengaruh Konsentrasi Gula


Dan Starter Terhadap Mutu Teh Kombucha. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 8 (2): 49-53.

Mufida, F. N. 2016. Perbandingan Metode Ekstraksi Daun Gaharu (Aquilaria


malaccensis Lam.) Secara Maserasi dan Infundasi Terhadap Kadar Flavonoid Total dan
Aktivitas Antioksidan. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Muliani, Hirawati. 2011. Pertumbuhan Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian
Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. 19 (1): 44-54.

Naland, H. 2008. Kombucha Teh dengan Seribu Khasiat. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Panjuatiningrum, F. 2009. Pengaruh Pemberian Buah Naga Merah (Hylocereus


polyrhizus) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Yang Diinduksi Aloksan. Skripsi.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Prameswari, Okky Meidiana., Simon Bambang W. 2014. Uji Efek Ekstrak Air Daun
Pandan Wangi Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Histopatologi Tikus
Diabetes Mellitus. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 (2): 16-27.

Redha, Abdi. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif Dan Peranannya Dalam
Sistem Biologis. Jurnal Belian, Vol 9 (2): 196-202.
Rohilla, A. dan Shahjad A. 2012. Alloxan Induced Diabetes: Mechanisms and Effects.
International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences, Vol 3 (2): 819-
823.

Rohmatussolihat. 2009. Antioksidan, Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia. Biotrends


Vol 4 (1): 5-9.

Setiawan, Cahya. 2009. Efek Tetarogenik Kombucha Pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus L.) Galur Wistar. Skripsi. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.

Silaban, S. 2013. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk). Skripsi. USU Press. Medan.

Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hal 40, 47-
48.

Steffi L., Yuliet, Akhmad K. 2015. Uji Aktivitas Antidiabetes Kombinasi


Glibenklamid Dan Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight.) Terhadap Mencit
(Mus Musculus) Yang Diinduksi Aloksan. GALENIKA Journal of Pharmacy, Vol. 1 (1) : 42-
47
Studiawan, H., Mulja Hadi S. 2005. Uji Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah
Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencit yang Diinduksi Aloksan. Media Kedokteran
Hewan, Vol. 21 (2): 62-65.

Suhardini, P. N dan E. Zubaidah. 2016. Studi Aktivitas Antioksidan Kombucha Dari


Berbagai Jenis Daun Selama Fermentasi. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 (1): 221-
229.
Suhatri., Dian Zaini P., Elisma. 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Gaharu
(Aquilaria malaccensis Lam) Terhadap Aterosklerosis Pada Burung Puyuh Jantan
(Coturnix-coturnix japonica). Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6 (2).

Tjay, T. H. dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media


Komputindo.

Triadiati., Diana Agustin C., Miftahudin 2016. Induksi Pembentukan Gaharu


Menggunakan Berbagai Media Tanam dan Cendawan Acremonium sp. dan Fusarium sp.
Pada Aquilaria crassna. Jurnal Sumberdaya Hayati Vol. 2 (1): 1-6.
Wardani, GDA Novia Pegin. 2016. Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Kering Biji
Mahoni Terstandart (Swietenia mahagoni Jacg) Pada Mencit Yang Diinduksi Aloksan.
Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.

Wijayanti, Ernanin Dyah., Nur Candra Eka Setiawan, Jean Patricia C. 2016. Effect of
Lactic Acid Fermentation on Total Phenolic Content and Antioxidant Activity of Fig Fruit
Juice (Ficus carica). Advances in Health Sciences Research (AHSR), Volume 2 : 282-289.

Wil, Nik Noor Asma Nik., N. A. Mhd Omar., N. A. Ibrahim., Saiful Nizam Tajuddin.
2014. In Vitro Antioxidant Activity and Phytochemical Screening of Aquilaria malaccensis
Leaf Extracts. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research Vol. 6 (12): 688-693.

Winardi, Rafael R. 2010. Perubahan Kadar Flavonoid Selama Fermentasi Seduhan


Teh Hijau dan Potensi Khasiatnya. Jurnal Saintech, Vol. 2 (3): 63-68.

Yunus S., N. A. M. Zaki, K. H. K. Hamid. 2015. Microwave Drying Characteristics


and Antidiabetic of Aquilaria subintegra and Aquilaria malaccensis Leaves. Advanced
Material Research Vol. 113: 352-357.

Yusni., Leva Baniasih A., Rezania., Raipati F., 2017. Penurunan Kadar Gula Darah
Akibat Pemberian Ekstrak Manggis (Garcinia mangostana) dan Tomat (Lycopersicum
esculentum Mill) pada Tikus Diabetes. Global Medical and Health Communication, Vol. 5
(1): 57-63.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Dosis Aloksan


Perhitungan Dosis Aloksan
Dosis Aloksan = 125 mg/kg BB
20 𝑔
Dosis mencit 20 g = 1000 𝑔 × 125 𝑚𝑔

= 2,5 mg/20 g mencit


= 0,0025 g/20 g mencit  1 x penyondean = 0,5 ml

Perhitungan Larutan Stok


2,5 𝑚𝑔
Larutan stok = × 20 𝑚𝑙
0,5 𝑚𝑙

= 100 mg
= 0,1 g

Larutan stok aloksan dibuat dengan menimbang sebanyak 0,1 g, kemudian


dicampurkan dengan Water For Injection (WFI) sampai 20 ml
Lampiran 2. Perhitungan Dosis Kombucha Daun Gaharu
Perhitungan Dosis Kombucha Daun Gaharu
70 𝑘𝑔
Dosis manusia 70 kg = 50 𝑚𝑙 × 200 𝑚𝑙

= 280 ml
Dosis konversi 20 g = 280 ml x 0,0026
= 0,7 ml
20 𝑔
Konversi mencit 20 g = 20 𝑔 × 0,7 𝑚𝑙

= 0,7 ml
Sediaan dibuat = 0,7 ml x 5
= 3,5 ml
Perhitungan Dosis Daun Gaharu
 Dalam 7 lembar daun gaharu setara dengan 10 gr / 10.000 mg
Dosis lazim daun gaharu = 3 mg/200 ml

Konferensi untuk mencit dengan BB 20 g = dosis lazim × faktor konferensi

=3 mg×0,0026 = 0,0078
20 g
Untuk mencit dengan berat 20 gr = × 0,0078
20 g

= 0,0078 mg

Dosis ini diberikan dalam volume = 0,5ml

Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 ml


100 ml
Jumlah yang digunakan daun gaharu = 0,5 ml
× 0,0078mg

= 1,56 mg

= 0,00156g
0,00156g
% kadar daun gaharu = × 100%
100 ml

= 0,00156%
Perhitungan Dosis Kombucha
Dosis kombucha = 200 ml
Dosis konversi 20 g = 200 ml x 0,0026
= 0,52 ml
Sediaan yang dibuat = 0,52 ml x 5
= 2,6 ml
LAMPIRAN

PROSES PEMBUATAN SIMPLISIA

PROSES MASERASI
INDUKSI HEWAN UJI

PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN UJI

Anda mungkin juga menyukai