Anda di halaman 1dari 7

Ekuilibrium Vol. II. No.3.

22 Januari 2012 Departemen Farmasi, FMIPA-UI, Kampus UHO 16424

NUR AFIDAH ANAS FMIPA FARMASI UHO ABSTRACT Senyawa antioksidan memiliki peran yang sangat penting dalam dunia kesehatan. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa antioksidan mengurangi risiko berbagai penyakit degeneratif seperti kanker dan penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh radikal bebas. Antioksidan yang digunakan selama ini seperti BHT, BHA, dan TBHQ bersumber dari bahan minyak bumi atau sintesis. Penggunaan antioksidan sintetis pada saat ini tidak direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan karena diduga dapat menyebabkan penyakit kanker (Carcinogenic Agent. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar yang bersifat alami.Jambu mete merupakan tanaman yang cukup berlimpah di Sulawesi Tenggara. Buah mete semu dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti manisan, selai, dll. Kulit kayu batang mete mengandung cairan berwarna coklat yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami. Akar jambu mete dapat digunakan sebagai pencahar atau pencuci perut. Dan daunnya dapat digunakan sebagai obat anti fungi. Kandungan kimia dari buah semu mete dapat di uji aktivitas antioksidannya, maka panyusun akan mencoba juga menguji aktivitas antioksidan pada biji metenya, dalam hal ini kulit biji metenya. Uji aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metoda DPPH. Metode DPPH menggunakan 2,2difenil-1- pikrilhidrazil sebagai sumber radikal bebas. Prinsipnya adalah reaksi penangkapan hidrogen oleh DPPH dari zat antioksidan. PENDAHULUAN Senyawa antioksidan menunjang kegunaan tanaman memiliki peran yang sangat penting tersebut, khususnya sebagai tanaman dalam dunia kesehatan. Berbagai obat (Nurmuhaimina et al, 2009). bukti ilmiah menunjukkan bahwa Buah semu jambu mete senyawa antioksidan mengurangi memiliki kandungan karbohidrat dan risiko berbagai penyakit (Kuntorini unsur gizi lainnya yang cukup tinggi, dan Astuti, 2010). kandungan vitamin C pada buah semu Seiring dengan jambu mete tiga kali lipat kandungan perkembangan zaman dan teknologi, vitamin C pada jeruk (Jumari et all, tumbuh-tumbuhan dapat digunakan 2009). Pada buah mete kandungan untuk bahan-bahan sintesis senyawa taninnya sangat tinggi, Tanin kimia, obat-obatan tradisional, bahan merupakan bentuk komplek dari dasar obat-obatan modern, insektisida protein, pati, selulosa dan mineral. dan kosmetik. Senyawa kimia yang Tanin mempunyai struktur dengan terkandung dalam suatu tanaman formula empiris C72H52O46 (Artati & memegang peranan penting dalam Fadillah, 2007).

Ekuilibrium Vol. II. No.3. 22 Januari 2012 Departemen Farmasi, FMIPA-UI, Kampus UHO 16424

Senyawa kimia yang berkaitan dengan metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid, golongan fenol, flavonoid, kuinon, tanin, saponin banyak terdapat di dalam tumbuhan dan sangat potensial untuk diteliti dan dikembangkan oleh para peneliti Indonesia dalam rangka pencarian obat atau bahan baku obat (Lolaen et all, 2013). Hasil tinjauan di atas memperlihatkan bahwa jambu mete (Anacardium occidentale L.) berpotensi sebagai antioksidan yang cukup baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan potensi tanaman ini sebagai bahan pengobatan, misalnya dengan meneliti kulit bijinya. Dengan demikian kami akan melakukan uji aktivitas oksidan dari kulit bijinya dan membandingkan efektivitasnya dalam fraksi yang berbeda. Selain itu juga, kita dapat memanfaatkan limbah dari biji mete tersebut yaitu berupa kulit bijinya. Dan tempat domisili kami adalah daerah Sulawesi Tenggara yang merupakan penghasil mete yang cukup besar. METODOLOGI 1. Penyiapan Sampel Kulit kacang mete (Anacardium occidentale L.) berasal dari Kebun Masyarakat Desa Lapoa Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Preparasi Sampel Tanaman diambil bagian kulit buahnya dan dikeringkan dengan sinar matahari atau dikeringkan diudara terbuka, dihaluskan kemudian dimaserasi dengan metanol selama 324 jam. Setelah itu dilakukan ekstraksi cair-cair dengan etil asetat, metanol, dan n-heksan sehingga diperoleh fraksi etil asetat, fraksi metnol, dan fraksi n-heksan. 3. Uji Aktivitas Antioksidan Uji aktivitas antioksidan dilakukanmenggunakan metoda DPPH menurut Chow et all (2003). Metode DPPH menggunakan 2,2difenil-1- pikrilhidrazil sebagai sumber radikal bebas. a. Pembuatan Larutan 1 mM DPPH 19,716 mg DPPH (BM = 394,32) ditimbang seksama, kemudian dilarutkan dalam 50,0 ml metanol. b. Pembuatan Larutan Blangko 1 ml larutan DPPH 1 mMdipipet ke dalam labu ukur 5 ml,dilarutkan dalam metanolhingga tanda tera, kocok hingga homogen. c. Pembuatan Larutan Uji Pengujian dilakukan empat tahap, yaitu dalam bentuk maserat, ekstrak etil asetat, ekstrak metanol, dan ekstrak n-heksan sehingga kami membuat empat larutan uji. 10 mg maserat, ekstrak etil asetat, ekstrak metanol,

Ekuilibrium Vol. II. No.3. 22 Januari 2012 Departemen Farmasi, FMIPA-UI, Kampus UHO 16424

dan ekstrak n-heksan ditimbang seksama, laludimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, dilarutkan dalam metanol hingga tanda tera (larutan induk 1000 g/ml). Dibuat berbagai konsentrasi yaitu 5,10, 25, 50, 100 g/ml dalam masing-masing tabung reaksi dan ditambahkan 1,0 ml larutan DPPH 1mM dan dilarutkan dalam metanol hingga tanda tera. d. Pembuatan Kontrol Positif 10 mg vitamin Cditimbang seksama, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10ml, dilarutkan dalam metanol hingga tanda tera (larutan induk 1000 g/ml). Dibuat berbagai konsentrasi yaitu 3, 6, 9, 12, 15 g/ml dalam masing-masing tabung reaksi dan ditambahkan 1,0 ml larutan DPPH 1 mM dan dilarutkan dalam metanol hingga tanda tera. e. Uji Aktivitas Uji aktivitas antioksidan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, sampel ditotolkan pada plat KLT lalu ditetesi dengan larutan DPPH 1mM dan didiamkan selama 30 menit. Terbentuknya warna kuning dengan latar belakang ungu menunjukkan

ekstrak memiliki aktivitas antioksidan. Uji kuantitatif dilakukan dengan menambahkan 1,0 ml larutan DPPH 1 mmol kedalam setiap tabung larutan uji dan kontrol positif, kemudian ditambahkan metanol hingga 5 ml dan dihomogenkan. Larutan blangko, larutan uji dan larutan kontrol positif segera diinkubasi selama 30 menit pada suhu370C. Uji serapan dilakukan pada panjang gelombang 515 nm. Persentase hambatan (%I) dihitung berdasarkan: 100% A blanko = serapan radikal DPPH 1mM A sampel = serapan radikal DPPH 1mM setelah diberi perlakuan sampel(Simanjuntak et al, 2011). Nilai hambatan dan konsentrasi sampel diplot masingmasing pada sumbu x dan y, dan persamaan garis yang diperoleh digunakan untuk menghitung Inhibition Concentration 50% (IC50). IC50, yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH (Andayani et al, 2008).

Ekuilibrium Vol. II. No.3. 22 Januari 2012 Departemen Farmasi, FMIPA-UI, Kampus UHO 16424

HASIL DAN PEBAHASAN Isolasi Sebanyak x gr ekstrak metanol dari hasil ekstraksi x kg sampel, dipartisi menggunakan etil asetat dan n-heksan. Fraksi etil asetat di KLT menggunakan sistem pelarut n-Heksan:etil asetat perbadingan 10:0, 9:1, 8:2, berturut-turut hingga 0:10. Dengan memperhatikan banyaknya spot senyawa dan selisih yang besar pada perbandingan 8:2, hal ini menunjukkan kemampuan yang baik untuk memisahkan senyawa metabolit sekunder sehingga sistem pelarut 8:2 digunakan sebagai acuan dalam pemisahan menggunakan KKV dan KR.

Pemisahan menggunakan sistem pelarut metanol Uji Aktiivtas Antioksidan Pengujian dilakukan dalam dua tahap yaitu dalam bentuk ekstrak etil asetat dan senyawa murni. Hasil menunjukkan bahwa keduanya aktif sebagai antioksidan.

Ekstrak n-Heksan
200 100 0 0 200 y = 0.25x R = 1 400 600 800

Pemisahan menggunakan sistem pelarut etilasetat

Ekstrak Metanol
500 0 0 y = 0.1925x + 164 R = 0.9875 200 400 600 800

Pemisahan menggunakan sistem pelarut n-heksan

Berdasarkan kurva tersebut diperoleh nilai IC50 yang merupakan kemampuan menghambat 50% konsentrasi radikal bebas DPPH adalah 128,19 g/ml untuk ekstrak etil asetat. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian kali ini yaitu aktivitas antioksidan terbaik diperoleh nilai IC50 yang merupakan kemampuan menghambat 50% konsentrasi radikal bebas DPPH adalah 128,19 g/ml untuk ekstrak etil asetat.

Ekuilibrium Vol. II. No.3. 22 Januari 2012 Departemen Farmasi, FMIPA-UI, Kampus UHO 16424

DAFTAR PUSTAKA Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenol Total dan Likopen pada Buah Tomat (Solanum lycupersicum L). JurnalSains dan Teknologi Farmasi, Vol.(13) No.(1). Artati, E.K & Fadilah. 2007. Pengaruh Kecepatan Putar Pengadukan Dan Suhu Operasi PadaEkstraksi Tanin Dari Jambu Mete Dengan Pelarut Aseton. Ekuilibrium. Vol. (6). No. (1). Hal 33-38. Chen HM, Koji M, Fumio Y, Kiyoshi N. 1996. Antioxidant activity of designed peptides based on the antioxidative peptide isolated from digests of a soybean protein. J. Agric. Food Chem. Vol. (44) No.(26). Hal. 19-23. Chow ST, WW Chaw and YC Chung. 2003. Antioxidant activity and safety of 50 % ethanolic red bean extract (Phaseolus raditus L, Var Aurea). Journal of Food Science. Vol. 6(8) No. (1). Hal 5-21. Daras, usman. 2007. Strategi Dan Inovasi Teknologi Peningkatan Produktivitas Jambu Mete Di Nusa Tenggara. Jurnal Litbang Pertanian.Vol (26). No. (1). Deiana M, A Rosa, V Casu, Cotiglia L. 2003.Chemical Composition and Antioxidant Activity

ofExtract from Dephegnidium L. JAOCS. 80(1): 65-70. Halliwell B dan Gutteridge JMC. 2000.Free Radical in Biology and Medicine. New York: Oxford UniversityPress. Hernani dan Rahardjo M. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penerbit Swadaya. Jumari et all. 2009. Pembuatan Etanol Dari Jambu Mete Dengan Metode Fermentasi. Ekuilibrium. Vol (7). No. (2). Hal 48-54. Kuntorini EM dan Astuti MD. 2010. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine americana Merr.). Sains dan Terapan Kimia. Vol (4) No. (1). Hal. 1522. Kusrini, D., dan Mahendra, I. 2003. Asam Anakardat Dari Kulit Biji Jambu Mete (Anacardium Occidentale L) Yang Mempunyai Aktivitas Sitotoksik. JSKA. Vol (4). No (1). Laloen et all. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Kandungan Fitokimia Jus Buah Gandaria (Bouea Macrophylla Griffith). Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. (2). N0. (2). Prakash A. 2001. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories: Analytical Progress Vol (19). No (2). Hal. 1-4 Risfaheri, et al. 2004. Pemisahan Kardanol Dari Minyak Kulit

Ekuilibrium Vol. II. No.3. 22 Januari 2012 Departemen Farmasi, FMIPA-UI, Kampus UHO 16424

Biji Mete Dengan Metode Destilasi Vakum. J. Pasca Panen. Vol (1). No. (1). Hal 1-11. Rukmiasih, Hardjosworo PS, Ketaren PP, dan Matitaputty PR. 2011. Penggunaan Beluntas, Vitamin C dan E sebagai Antioksidan untuk Menurunkan Off-Odor Daging Itik Alabio dan Cihateup. JTTV. Vol.(16) No. (1). Hal. 9-16. Simpen, I.N. 2008. Isolasi Cashew Nut Shell Liquid Dari Kulit Biji Jambu Mete (Anacardium Occidentale L) Dan Kajian Beberapa Sifat Fisiko-Kimianya. Jurnal Kimia. Vol (2). No (2). Hal 71-76. Soeksmanto A, Hapsari Y, Simanjuntak P. 2007. Kandungan Antioksidan pada Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. (Thymelaceae). Sulistyawati, D & Sri, M. 2009. Aktivitas Infusa Daun Jambu Mete (Anacardium Occidentale L) terhadap Candica albians. Biomedika. Vol (1). No. (1). Tamat SR, Wikanta T, Maulina LS.2007. Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Senyawa Bioaktif dari Ekstrak Rumput Laut Hijau Ulva reticulata Forsskal. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol. (5) No.(1). Hal. 31-36 Widyastuti N. 2010. Pengukuran Aktivitas Antioksidan

dengan Metode Cuprac, Dpph, dan Frap serta Korelasinya dengan Fenol dan Flavonoid Pada Enam Tanaman. Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor.

Ekuilibrium Vol. II. No.3. 22 Januari 2012 Departemen Farmasi, FMIPA-UI, Kampus UHO 16424

Anda mungkin juga menyukai