Anda di halaman 1dari 16

NASKAH PUBLIKASI

UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR

MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK PONTIANAK (Citrus nobilis

Lour. Var. microcarpa) TERHADAP Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli

Oleh:

Risky Rosdiyawati

I 211 10 027

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014
NASKAH PUBLIKASI

UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK

ATSIRI KULIT BUAH JERUK PONTIANAK (Citrus nobilis Lour. Var. microcarpa)

TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

(S. Farm) padaProgram Studi Farmasi Fakultas Kedokteran

UniversitasTanjungpura Pontianak

Oleh:

Risky Rosdiyawati

I 211 10 027

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014
UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK
ATSIRI KULIT BUAH JERUK PONTIANAK (Citrus nobilis Lour. Var.
microcarpa) TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

Risky Rosdiyawati, Wintari Taurina, Rafika Sari


Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak

Abstrak

Infeksi dapat disebabakan oleh bakteri patogen diantaranya


Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penggunaan antibakteri dari bahan
sintetik dapat mencegah terjadinya infeksi, namun tidak sedikit yang memberikan
efek samping seperti iritasi. Hal ini mendorong beralihnya penggunaan sediaan
yang berasal dari alam. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai
antibakteri adalah minyak atsiri kulit buah jeruk Pontianak (Citrus nobilis Lour.
var. microcarpa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antibakteri
sediaan sabun mandi cair minyak atsiri kulit buah jeruk Pontianak terhadap
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan metode disc diffusion.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan variasi konsentrasi
minyak atsiri F1 (0,05%), F2 (0,15%), dan F3 (0,25%). Sabun yang dihasilkan
dianalisis secara fisika dan kimia meliputi organoleptis, banyaknya busa, bobot
jenis, viskositas, pH, dan jumlah asam lemak bebas serta uji iritasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ketiga formula sabun mandi cair minyak atsiri
kulit buah jeruk Pontianak memiliki sifat fisika dan kimia yang memenuhi standar
SNI dan tidak menyebabkan iritasi serta memberikan efektivitas paling baik pada
formula 1 (0,05%) dengan zona hambat untuk Staphylococcus aureus sebesar 7,17
mm dan Escherichia coli sebesar 18,59 mm.

Kata kunci: antibakteri, minyak atsiri kulit buah jeruk Pontianak, sabun mandi
cair

1
EFFECTIVENESS TEST OF ANTIBACTERIAL LIQUID SOAP FROM
ESSENTIAL OIL OF PONTIANAK ORANGE PEEL (Citrus nobilis
Lour. Var. microcarpa) AGAINTS Staphylococcus aureus
and Escherichia coli

Abstract

Infection can caused by the pathogenic bacteria like Staphylococcus


aureus and Escherichia coli. Synthetic antibacterial compounds could prevent
infection but also had side effect,for example irritation. This became a trigger to
produced another product based on nature. Essential oil from Pontianak orange
peel (Citrus nobilis Lour. var. microcarpa) that contain antibacterial activity could
be used to formulate the product. The purpose of this research was to know the
effectiveness of antibacterial activity of liquid soap from essential oil of Pontianak
orange peel againts Staphylococcus aureus and Escherichia coli using disc
diffusion method. This research was conducted with experimental method and
used variation of essential oil concentration such as FI (0,05%); F2 (0,15%);
F3(0,25%). The liquid soap then got physical and chemistry analysis such as
organoleptic, foaming power, density, viscosity, pH, and total fatty acids and also
irritation test. The results of the research showed that the three formulas of liquid
soaps fulfill SNI’s standard of liquid soaps, not cause irritation and also showed
best effectiveness at F1 (0,05%) with 7,17 mm zone of inhibition of
Staphylococcus aureus and 18,59 mm zone of inhibition of Escherichia coli.

Keywords: antibacterial, essential oil of Pontianak orange peel, liquid soap

2
PENDAHULUAN Kulit melindungi bagian dalam
Infeksi merupakan penyakit yang tubuh dari gangguan fisik maupun
sering terjadi karena adanya mekanik, gangguan panas atau
mikroorganisme yang masuk dingin, gangguan sinar radiasi atau
kedalam tubuh sehingga sinar ultraviolet, gangguan kuman,
menyebabkan gangguan fisiologi bakteri, jamur, atau virus. Secara
normal tubuh. Staphylococcus aureus alamiah kulit mempunyai mekanisme
dan Escherichia coli merupakan untuk menjaga struktur dan
bakteri penyebab infeksi tersering fungsinya, akan tetapi pengaruh
dan umum. Penggunaan antibakteri negatif yang ditimbulkan terkadang
dari bahan sintetik dapat mencegah tidak dapat ditanggulangi4. Hal
terjadinya infeksi, namun tidak tersebut memicu kebutuhan akan
sedikit yang memberikan efek perlindungan nonalamiah yaitu
samping seperti iritasi. Hal ini perlindungan dengan menggunakan
mendorong beralihnya penggunaan kosmetika pelembab seperti sabun.
sediaan yang berasal dari alam. Salah
satu bahan alam yang dapat Sabun adalah garam natrium atau
dimanfaatkan sebagai antibakteri kalium dari asam lemak yang berasal
adalah tanaman jeruk Pontianak. dari minyak nabati atau lemak
hewani. Ada 2 jenis sabun yang
Jeruk Pontianak (Citrus nobilis dikenal, yaitu sabun padat dan sabun
Lour. var. microcarpa) merupakan cair 5. Sabun cair memiliki banyak
tanaman dari famili Rutaceae dan keuntungan dari pada sabun padat,
genus Citrus1. Minyak atsiri adalah keuntungannya yaitu sabun cair
suatu substansi alami yang telah mudah digunakan, lebih higienis,
dikenal memiliki aktivitas sebagai mudah dibawa dan disimpan serta
antibakteri. Kulit jeruk mengandung tidak mudah rusak atau kotor. Sabun
minyak atsiri yang terdiri dari cair efektif untuk mengangkat
berbagai komponen seperti terpen, kotoran yang menempel pada
sesquiterpen, aldehida, ester dan permukaan kulit baik yang larut air
sterol. Bakteri merugikan seperti maupun larut lemak 6. Suatu sediaan
Escherichia coli, Salmonella sp, dibuat untuk mempermudah dalam
Staphylococcus aureus, Klebsiella, pemanfaatan minyak atsiri kulit
dan Pasteurella dengan adanya buah jeruk Pontianak, berdasarkan
kandungan minyak atsiri bakteri- penelitian yang telah dilakukan
bakteri tersebut dapat dihambat2. tentang aktivitasnya sebagai
Minyak atsiri kulit buah jeruk antibakteri. Sediaan dalam bentuk
Pontianak berdasarkan penelitian sabun mandi cair lebih banyak di
yang pernah dilakukan, memiliki gunakan, sehingga peneliti ingin
aktivitas antibakteri terhadap membuat suatu sediaan sabun mandi
Staphylococcus aureus dan cair kulit buah jeruk Pontianak dan
Escherichia coli3. Staphylococcus menguji sifat fisik, kimia, uji iritasi
aureus dan Escherichia coli serta efektivitasnya terhadap bakteri
merupakan bakteri patogen penyebab Escherichia coli dan Staphylococcus
infeksi tersering dan umum yang aureus.
dapat menginfeksi melalui kulit.

3
BAHAN DAN METODE disortasi kering dan ditimbang serta
Bahan disimpan dalam wadah kedap,
Bahan yang digunakan pada kering, dijauhkan dari sinar matahari
penelitian ini adalah kulit buah jeruk langsung dan bersih.
Pontianak (Citrus nobilis Lour. var. Penyulingan Minyak dengan
microcarpa), media Mueller-Hinton Metode Destilasi Uap-Air
Agar (MHA) (Oxoid®), asam asetat Sampel didestilasi ± 3-4 jam.
(CH3COOH) glasial (Merck®), Destilat dipisahkan dalam corong
pereaksi besi (III) klorida 1 % pemisah, minyak akan memisah dari
(Merck®), asam sulfat (H2SO4) pekat. air membentuk lapisan pada
(Merck®), gelatin, natrium sulfat permukaan. Air pada bagian bawah
(Na2SO4) anhidrat (Merck®), minyak dipisahkan dengan membuka kran
Jarak, KOH, HPMC, asam stearat, corong pemisah. Kemudian minyak
gliserin, dan BHT. yang diperoleh disentrifuge dan
Alat ditambahkan Na2SO4 anhidrat.
Alat yang digunakan pada Minyak kemudian ditampung dan
penelitian ini adalah alat destilasi disimpan dalam wadah yang tertutup
uap-air, sentrifuge (Tenaco®), gelas rapat serta terlindung dari cahaya.
Beker 100 mL (Iwaki Pyrex®), Selanjutnya dilakukan perhitungan
Laminar Air Flow (LAF) cabinet rendemen dan pengujian mutu
(Airtech®), inkubator (Memert®), minyak atsiri dengan mengukur
jarum Ose, pembakar Bunsen, jangka indeks bias dan bobot jenis minyak
sorong, pH meter (Hanna®), atsiri.
autoclave (HL-36Ae®), piknometer, Skrining Fitokimia
refraktometer, termometer dan Identifikasi yang dilakukan pada
®
mikropipet (socorex ). penelitian ini adalah identifikasi
Bakteri Uji minyak atsiri, alkaloid, flavonoid,
Bakteri patogen uji yang tanin, saponin, fenol, steroid dan
digunakan pada penelitian ini adalah terpenoid.
kultur murni bakteri Staphylococcus Analisis Kromatografi Lapis Tipis
aureus ATCC 25923 dan Eschericia (KLT) Terpenoid
coli ATCC 25922, yang merupakan KLT dilakukan dengan
koleksi dari Unit Laboratorium menotolkan minyak atsiri pada
Kesehatan (ULK) Pontianak. lempeng KLT Silikagel Gel 60 F254.
METODE Fase gerak yang digunakan yaitu etil
Pengambilan dan Pengolahan asetat dan n-heksan (1 : 9). Diamati
Sampel dibawah sinar UV 254 um dan 366
Bahan baku jeruk yang telah um. Kemudian disemprot dengan
dikumpulkan disortasi basah vanilin dan H2SO4 sehingga
kemudian dicuci dengan air membentuk warna ungu 7.
mengalir. Kulit dari buah tersebut Sterilisasi Alat dan Bahan
dikupas dan dipotong beberapa Sterilisasi alat dan bahan dengan
bagian. Sampel kulit buah jeruk autoklaf pada suhu 121oC dengan
Pontianak dikeringanginkan di udara tekanan 15 psi (per square inchi) ±
terbuka dan tidak terkena cahaya 15 menit. Alat-alat gelas disterilkan
matahari langsung. Selanjutnya dioven pada suhu 160-180°C selama

4
2 jam. Jarum ose dibakar dengan api phenolphtalein. Panaskan diatas
bunsen sampai merah. penangas air memakai pendingin
Formulasi Sabun Mandi Cair tegak selama 30 menit, kemudian
Tabel 1. Komposisi Bahan Sediaan dititar dengan larutan KOH 0,1 N
Sabun Mandi Cair dalam alkohol sampai timbul
Formula warna merah 11.
Bahan (gram) 3. Uji organoleptik
I II III Uji organoleptik yang dilakukan
Minyak atsiri 0.05 0.15 0.25 merupakan uji fisik dari sabun
Minyak mandi cair meliputi warna, bau,
Jarak
28.8 28.8 28.8 dan bentuk 11
4. Tinggi busa
KOH 5.15 5.15 5.15
Sabun dimasukkan ke dalam
HPMC 3 3 3 tabung reaksi, kemudian
Asam stearat 2 2 2 masukkan aquades, dikocok
Gliserin 18.75 18.75 18.75 dengan membolak-balikkan
BHT 0.02 0.02 0.02 tabung reaksi, lalu ukur tinggi
busa yang dihasilkan dan diamkan
Aquadest ad 100 100 100 5 menit, kemudian amati tinggi
Cara pembuatan sabun mandi cair busa yang dihasilkan setelah 5
: Masukan minyak Jarak kedalam menit 12.
gelas kimia, kemudian tambahkan
KOH sedikit demi sedikit sambil 5. Viskositas
terus dipanaskan pada suhu 60-700C Sampel diukur dengan
hingga terbentuk pasta, lalu menggunakan viskometer
dimasukkan asam stearat yang telah Brookfield menggunakan spindel
dilelehkan diatas penangas air diaduk nomor 3.
hingga homogen, kemudian 6. Bobot Jenis
masukkan BHT, masukkan HPMC Pengujian bobot jenis
yang telah dikembangkan dalam menggunakan piknometer.
aquadest panas, diaduk hingga Uji iritasi terhadap kulit
homogen, tambahkan gliserin aduk sukarelawan
hingga homogen, masukan minyak Uji iritasi dilakukan dengan cara
atsiri dan aduk hingga homogen. uji tempel terbuka (patch test). Uji
Tambahkan aquadest hingga 100 mL dilakukan selama 3 hari berturut-
lalu diaduk hingga homogen dan turut sebanyak 2 kali (pagi dan sore
masukan kedalam wadah bersih yang hari) 13.
telah disiapkan 8,9 Uji Efektivitas Antibakteri
Pengujian sifat Fisikokimia sabun Uji efektivitas antibakteri
1. Uji pH menggunakan metode disc diffusion
Pengujian pH dilakukan dengan (tes Kirby-Bauer). Bakteri uji
menggunakan pH meter 10. masing-masing diinokulasikan pada
2. Kadar asam lemak bebas media Mueller-Hinton Agar (MHA).
Sampel dimasukkan ke dalam Cakram kertas ditempatkan diatas
erlenmeyer. Tambahkan alkohol permukaan media, kemudian sampel
netral , batu didih dan 10 tetes sabun mandi cair minyak atsiri kulit

5
buah jeruk Pontianak dengan variasi mengukur bobot jenis dan indeks
konsentrasi yaitu F1 (0,05%), F2 bias minyak atsiri. Minyak atsiri
(0,15%), dan F3 (0,25%) diteteskan yang diperoleh memilki bau yang
masing-masing sebanyak 20 μL . khas dari tanaman asalnya yaitu
Kontrol positif (dettol) dan kontrol aroma jeruk dan warna yang
negatif diteteskan sebanyak 20 μL di dihasilkan yaitu tampak jernih
atas cakram kertas. Cawan petri kekuningan. Bobot jenis yang
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 dihasilkan sebesar 0,8406 g/mL.
jam kemudian diamati zona hambat Indeks bias yang dihasilkan sebesar
yang terbentuk yang 1,47.
diinterpretasikan dengan melihat Skrining Fitokimia
daerah bening disekitar cakram yang Hasil pemeriksaan skrining
menunjukkan bahwa tidak adanya fitokimia menunjukkan bahwa di
pertumbuhan bakteri 14. dalam sampel kulit buah jeruk
Analisis Data Pontianak positif mengandung
Analisis data dilakukan dengan minyak atsiri, saponin, dan
menggunakan program R- terpenoid.
Commander seri 2.14.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Bahan baku buah jeruk pada Kromatografi Lapis Tipis
penelitian ini diperoleh dari merupakan salah satu analisis secara
perkebunan jeruk Pontianak di kualitatif. Hasil pengujian KLT
daerah Tebas, Sambas, Kalimantan positif mengandung terpenoid karena
Barat. Pengolahan sampel dilakukan adanya bercak bewarna ungu ketika
dengan tujuan untuk mempermudah disemprotkan pereaksi asam sulfat
pada proses penyulingan sehingga pekat dan vanillin 7.
minyak yang dihasilkan lebih Uji Pengujian sifat fisikokimia
banyak. Proses penyulingan minyak Sabun Mandi Cair
atsiri dilakukan menggunakan Uji fisik yang dilakukan
metode destilasi uap-air. Rendemen meliputi pengamatan organoleptis,
minyak yang diperoleh sebesar tinggi busa, bobot jenis, dan
0,4245%. Minyak kemudian viskositas. Uji kimia yang digunakan
disimpan dalam botol kaca yang meliputi pengukuran nilai pH sabun
berwarna gelap dan kering serta dan asam lemak bebas, kemudian
ditutup rapat. Selanjutnya dilakukan dilakukan uji iritasi Hasil pengujian
uji mutu minyak atsiri yaitu dengan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
penilaian warna dan bau serta

6
Tabel 2. Hasil Pengujian Sabun Mandi Cair

Hasil Pengujian Formula

1 (0,05%) 2 (0,15%) 3 (0,25%)

Organoleptis:
Bentuk Cair dan Cair dan Cair dan
Bau Homogen Khas Homogen Khas Homogen Khas
Warna Jeruk Kuning Jeruk Kuning Jeruk Kuning

Tinggi Busa 45,23 cm 46,50 cm 50,23 cm

Bobot Jenis 1,07 g/mL 1,08 g/mL 1,08 g/mL

Viskositas 5,17 poise 5,33 poise 5,67 poise

pH 8,91 8,40 8,24

Jumlah Asam Lemak 1,94% 2,13% 2,24%


Bebas

1. Pengujian organoleptis Hasil pengukuran rata-rata bobot


Bentuk dari sabun yang dihasilkan jenis sabun cair yang dihasilkan
pada penelitian ini yaitu cair dan memiliki kisaran 1.07 – 1.08 g/ml.
homogen, bau yang dihasilkan Hasil bobot jenis sabun cair pada
merupakan bau khas jeruk dan penelitian ini dibandingkan dengan
berwarna kuning karena berasal dari standar yang telah ditetapkan SNI
warna basis minyak yang digunakan 1996. Menurut SNI 1996 rentang
yaitu minyak jarak. bobot jenis sabun cair yang baik
2. Daya busa yaitu 1.01 – 1.1 g/ml, maka terlihat
Tinggi busa sabun mandi cair bahwa bobot jenis sabun mandi cair
pada penelitian ini jika dibandingkan pada penelitian ini memenuhi
dengan kontrol positif (dettol) standar.
menghasilkan tinggi busa yang
berbeda jauh, hal ini dikarenakan 4. Viskositas
komposisi pada sabun dettol terdapat Hasil pengujian rata-rata
surfaktan yaitu Sodium Lauryl viskositas sabun cair pada penelitian
Sulfate (SLS) yang berfungsi sebagai ini untuk formula 1, 2, dan 3 secara
peningkat busa. SLS adalah beturut-turut yaitu 5,17 poise; 5,33
surfaktan yang sering digunakan poise; dan 5,67 poise, sedangkan
pada pembuatan sabun dan dalam untuk kontrol positif yaitu sebesar
dosis yang besar dapat mengiritasi 14,67 poise.
kulit 15. Sehingga pembuatan sabun 5. pH
pada penelitian ini tidak Hasil pengukuran pH sabun
menggunakan Sodium Lauryl Sulfate mandi cair pada penelitian ini
(SLS). berkisar antara 8,18 – 8,97. Hasil
3. Bobot Jenis pengukuran pH sabun mandi cair

7
pada penelitian ini dibandingkan Hasil pengukuran asam lemak
dengan standar yang telah ditetapkan bebas sabun mandi cair pada
SNI 1996, yaitu 8-11, maka terlihat penelitian ini berkisar antara 1,84% –
bahwa Ph sabun mandi cair pada 2,46%. Hasil pengukuran asam
penelitian ini memenuhi standar. lemak bebas dibandingkan dengan
Secara umum, produk sabun cair standar yang telah ditetapkan SNI
memiliki pH yang cenderung basa, 1994. Maksimal kadar asam lemak
hal ini dikarenakan bahan dasar bebas yang terdapat dalam sabun
penyusun sabun cair teresebut yaitu yaitu <2,5%, maka terlihat bahwa
KOH yang bersifat basa kuat kadar asam lemak bebas sabun
6. Kadar Asam Lemak Bebas mandi cair pada penelitian ini
memenuhi standar 11.

Rerata Hasil Sifat Fisikokimia Sabun


80
Tinggi Busa (cm)
60
Bobot Jenis (g/ml)

40 Viskositas (poise)

20 Ph

0 Jumlah Asam
F1 F2 F3 Kontrol Positif Lemak Bebas (%)
Formula

Gambar 1. Diagram Rerata Hasil Sifat Fisikokimia Sabun


sabun mandi cair minyak atsiri kulit
Hasil Uji iritasi terhadap kulit buah jeruk Pontianak dapat diamati
sukarelawan dari terbentuknya zona hambat yang
diukur. Hasil diameter zona hambat
Uji iritasi dilakukan terhadap 12 dapat dilihat pada tabel 4. Hasil uji
sukarelawan. Hasil uji iritasi efektivitas menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa semua semakin tinggi konsentrasi uji, maka
sukarelawan memberikan hasil diameter zona hambat yang
negatif terhadap parameter reaksi dihasilkan juga semakin besar.
iritasi yaitu tidak adanya kemerahan, Berdasarkan acuan ketentuan
gatal-gatal atau bengkak pada kulit kekuatan aktivitas antibakteri
selama tiga hari pemakaian. diameter zona hambat pada
penelitian ini termasuk ke dalam
Hasil Uji Efetivitas Antibakteri
kelompok aktivitas antibakteri yang
Metode disc diffusion (tes Kirby-
kuat dan sedang.
Bauer)
Berdasarkan uji yang telah
dilakukan, efektivitas antibakteri

8
Tabel 4. Hasil Diameter Zona Hambat
Zona Hambat (mm)
Bakteri Uji Formula ( ̅ ± SD)
Ke- I Ke-2 Ke-3
I 7,10 7,23 7,18 7,17 ± 0.06
II 7,25 8,43 7,83 7,84 ± 0,59
Staphylococcus III 8,41 9,85 8,74 9,00 ± 0,75
aureus
Kontrol (+) 13,10 9,74 11,21 11,35 ± 1,68
Kontrol (-) - - - -
I 18,63 18,34 18,81 18,59 ± 0,19
II 19,24 19,00 19,15 19,13 ± 0,10

Escherichia coli III 20,12 20,17 21,10 20,46 ± 0,45

Kontrol (+) 12,71 11,61 15,62 13,31 ± 1,69

Kontrol (-) - - - -
Ket : - = tidak terdapat zona hambat

Gambar hasil pengujian efektivitas sabun mandi cair minyak atsiri kulit buah
jeruk Pontianak terhadap bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat pada gambar
1 dan bakteri Escherichia coli pada gambar 2.

A D
B
D

C
E

Gambar 2. Uji Efektivitas sediaan sabun mandi cair Minyak atsiri (A) F1
(0,05%) ; (B) F2 (0,15%) ; (C) F3 (0.25%) ; (D) Kontrol positif; (E) Kontrol
Negatif

9
D
B
A
D
D

C
E

Gambar 3. Uji Efektivitas sediaan sabun mandi cair Minyak atsiri (A) F1
(0,05%) ; (B) F2 (0,15%); (C) F3 (0.25%) ; (D) Kontrol positif ; (E) Kontrol
Negatif
Hasil zona hambat yang diperoleh karakteristik dari bakteri Gram
menunjukkan bahwa minyak atsiri negatif. Berdasarkan hal tersebut
dari kulit buah jeruk Pontianak lebih memungkinkan minyak atsiri yang
sensitif terhadap bakteri E. coli umumnya tidak larut dalam air akan
dibandingkan dengan S. aureus. sulit masuk ke dinding sel bakteri
Perbedaan aktivitas tersebut karena Gram positif dibandingkan dengan
adanya perbedaan dari struktur bakteri Gram negatif. Penelitian
dinding sel bakteri. Dinding sel sebelumnya menyatakan bahwa
bakteri Gram negatif lebih tipis minyak atsiri dari kulit buah jeruk
dibandingkan dengan bakteri Gram Pontianak lebih sensitif terhadap
positif. Pada dinding sel bakteri bakteri Gram negatif dibandingkan
Gram positif tersusun dari Gram positif 3. Pada penelitian
peptidoglikan. Komponen ini tersebut menyatakan bahwa adanya
memberikan kekuatan yang kandungan terpen hidrokarbon dari
diperlukan untuk mempertahankan minyak atsiri menyebabkan minyak
keutuhan sel. Peptidoglikan pada atsiri kulit buah jeruk lebih lipofilik.
bakteri Gram positif lebih tebal Minyak atsiri berperan sebagai
dibandingkan bakteri Gram negatif. antibakteri dengan cara mengganggu
Peptidoglikan terdiri dari polimer proses terbentuknya membran atau
yang dapat larut dalam air. dinding sel, sehingga dinding sel
Sedangkan dinding sel bakteri Gram tidak terbentuk atau terbentuk tidak
negatif mengandung lipid, lemak sempurna. Umumnya, kandungan
atau substansi seperti lemak dalam yang paling dominan pada kulit jeruk
persentasi lebih tinggi daripada adalah terpenoid. Terpenoid
bakteri Gram positif. Struktur bakteri memiliki aktivitas antibakteri dengan
Gram negatif memiliki membran cara merusak membran sel bakteri
bagian luar yang menyelimuti lapisan melalui gugus lipofiliknya 16.
tipis peptidoglikan, struktur luar
peptidoglikan ini adalah lapisan Hasil perbandingan zona hambat
berganda yang mengandung bakteri S.aureus antar formula 1, 2
fosfolipid, protein dan dan 3 menunjukkan bahwa F3
lipopolisakarida (LPS). dengan konsentrasi minyak atsiri
Lipopolisakarida terletak pada 0,25% memiliki zona hambat yang
lapisan luar dan merupakan ciri atau lebih besar dibandingkan dengan

10
F1(0,05%) dan F2(0,15%), tetapi jika positif lebih kecil dari F1,F2 dan F3.
dibandingkan dengan kontrol positif, Sehingga dapat disimpulkan bahwa
zona hambat kontrol positif lebih zona hambat F1,F2, dan F3 lebih
besar dari pada F3. Hasil zona kecil dibandingkan dengan kontrol
hambat terhadap bakteri E.coli positif pada bakteri S. aureus,
menunjukkan hasil yang sama sedangkan pada bakteri E. coli zona
dengan bakteri S. aureus, yaitu zona hambat formula 1, 2 dan 3 lebih
hambat F3 lebih besar dari pada F1 besar dari pada kontrol positif.
dan F2, tetapi zona hambat kontrol
Rerata Hasil Zona Hambat
Diameter Zona Hambat (mm)

25

20

15
Staphylococcus
10 aureus
Escherichia coli
5

0
F1 F2 F3 Kontrol Kontrol
Formula Positif Negatif

Gambar 4. Diagram Rerata Hasil Zona Hambat


Analisis Data formula dengan kontrol positif
menunjukkan tidak ada perbedaan
Hasil analisis data menunjukkan yang signifikan (p>0.05), sedangkan
diameter zona hambat S.aureus dan analisis zona hambat antar formula
E.coli pada uji normalitas Shapiro- dengan kontrol negatif menunjukkan
Wilk dan Varians Levene diameter adanya perbedaan yang signifikan
zona hambat tidak terdistribusi (p<0.05).
normal dan tidak homogen dimana
nilai p<0,05. Hasil analisis diameter SIMPULAN
zona hambat dilanjutkan dengan uji
Kruskal-Wallis untuk uji non a. Hasil efektivitas antibakteri ketiga
parametrik. Hasil analisis statistik formula sabun mandi cair minyak
Kruskal-Wallis menunjukkan adanya atsiri kulit buah jeruk Pontianak
perbedaan yang signifikan terhadap memberikan zona hambat yang
zona hambat kedua bakteri dengan lebih kecil dari pada kontrol
nilai p<0,05. Analisis dilanjutkan positif (Dettol) pada bakteri
dengan menggunakan uji Wilcoxon S.aureus, sedangkan pada bakteri
untuk mengetahui perbedaan nilai E. coli zona hambat yang
zona hambat antara formula dengan diperoleh lebih besar
kontrol positif dan kontrol negatif. dibandingkan dengan kontrol
Berdasarkan hasil analisis uji positif
Wilcoxon analisis zona hambat antar b. Formula sediaan sabun mandi cair
minyak atsiri kulit buah jeruk

11
Pontianak yang memberikan Aktivitas Antibakteri Minyak
efektivitas yang paling baik Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus
terhadap S.aureus dan E.coli hystrix) terhadap S.aureus dan
adalah Formula 1 dengan E.coli. Fakultas Farmasi
konsentrasi minyak atsiri sebesar Universitas Muhammadiyah
0,05%. Surakarta ; 2011. Pharmacon
c. Hasil uji sifat fisika dan kimia vol. 12 No. 2
ketiga formula sabun mandi cair 8. Hernani, Tatit K. Bunasor, dan
minyak atsiri kulit buah jeruk Fitriati. Formulasi Sabun
Pontianak memenuhi Standar Transparan Antijamur dengan
Nasional Indonesia (SNI), Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas
sedangkan hasil uji iritasi ketiga (Alpinia galangal L.Swartz).
formula terhadap 12 sukarelawan Jurnal. Bogor: Fakultas
menunjukkan tidak adanya iritasi Teknologi Institut Pertanian
pada kulit. Bogor; 2010.
9. Soebagio, Boesro. Formulasi
DAFTAR PUSTAKA Mandi Cair Dengan Lendir
1. Prihatman., Kemal. Jeruk Siam Daun Lidah Buaya (Aloe Vera
(Citrus nobilis Lour var Linn). Jurnal Farmasi.
microcarpa). Jakarta: Sistem Sumedang : UNPAD; 2009
Informasi Manajemen 10. Standar Nasional Indonesia. SNI
Pembangunan di Perdesaan, 06-4085-1996. Jakarta ; Dewan
BAPPENAS; 2000. Standarisasi Nasional; 1996
2. Agusta, A. Cara Sehat dengan 11. Standar Nasional Indonesia
Wewangian Alami. Jakarta : 06-3532-1994. Sabun Mandi.
Penebar Swadaya; 2000 Jakarta: Dewan Standarisasi
3. Mustari, Fitri Nour Aulia. Nasional; 1994. Hal 1-10
Aktivitas Antibakteri Minyak 12. Handayani, Hika Citra.
Atsiri Kulit Jeruk Pontianak Pengaruh Peningkatan
Terhadap Staphylococcus Konsentrasi Ekstrak Etanol 96%
aureus dan Escherichia coli. Biji Alpukat (Perseae
Traditional Medicine Journal; americana Mill) Terhadap
2012. 18(2) Formulasi Sabun Padat
4. Wasitaatmadja. Penuntun Ilmu Transparan. Jakarta : Fakultas
Kosmetik Medik. Jakarta: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Penerbit Universitas Indonesia; Universitas Islam Negeri Syarif
1997 Hidayatullah ;2009
5. Hambali, E.,Ani S., Mira R. 13. Wasitaatmadja, S. M. Penuntun
Membuat Sabun Transparan Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:
Untuk Gift dan Kecantikan. Penerbit Universitas Indonesia;
Jakarta : Penebar Plus; 2005. 1997
6. Watkinson C. Liquid soap 14. ICMR. Detection of
cleaning up in market share. Antimicrobial Resistance in
Champaign: AOAC Press; 2000 Common Gram Negative and
7. Yuliani, ratna; Peni Indrayuda Gram Positive Bacteria
dan Septi Sriandita Rahmi. Encountered in Infectious

12
deseases- An Update. ICMR
Bulletin; 2009. Vol. 39 Hal : 1-
3. ISSN 0377-4910.
15. Aisyah, Siti. Produksi Surfaktan
Alkil Poliglikosida (Apg) dan
Aplikasinya Pada Sabun Cuci
Tangan Cair. Jawa Barat : Tesis
Institut Pertanian Bogor; 2011.
16. Cowan, M. Plant Products as
Antimicrobial Agents. Clinical
Microbiology Reviews Vol. 12,
hal : 564–582; 1999.

13

Anda mungkin juga menyukai