Yuni Utami
05031181520020
1.2.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji aktivitas antimikroba dari
bahan-bahan antimikrobia yang diujikan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Antimikrobia
Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang
merugikan manusia. Antimikroba atau antiinfeksi, termasuk antiparasit, adalah
obat yang digunakan untuk terapi kondisi patologi yang disebabkan oleh karena
infeksi mikroba atau invasi parasit. Penggunaan antimikroba sebagai terapi
penyakit infeksi berkembang sangat pesat sejak abad ke-19 hingga saat ini.
Terdapat banyak jenis antimikroba yang banyak beredar di masyarakat yang dapat
dibedakan dalam beberapa golongan seperti berdasarkan mekanisme kerjanya,
spektrum, struktur kimia, aksi utamanya, dan tempat kerjanyaPenggunaan
antimikroba yang sembarangan atau tidak tepat sesuai dengan indikasi, dapat
mengakibatkan gagalnya terapi dan dapat menimbulkan resiko seperti resistensi
atau terjadinya efek samping (Hidayat, 2014 ).
2.2. Kemangi
Berdasarkan penelitian Hussain dkk. (2012), minyak esensial (essential
oils) kemangi mempunyai manfaat sebagai antimikroba dan antioksidan. Nama
ilmiah atau nama latin kemangi adalah Ocimum basilicum. Aktivitas antimikroba
pada kemangi ini lebih lanjut bisa dimanfaatkan sebagai bahan pengawet makanan
yang tentunya secara umum akan lebih aman jika dibandingkan dengan bahan
pengawet sintetis (buatan) non alami yang lain. Hal ini karena kemangi merupakan
bahan alam yang secara sehari-hari memang digunakan sebagai bahan makanan
yang keamanannya tidak diragukan lagi (Ariyati, 2014).
2.3. Jahe
Tanaman jahe memiliki aktivitas hepatoprotektif, antiinflamasi, analgetik
dan efek hipoglikemik. ekstrak air memiliki efek antibakteri ditunjukkan dengan
zona hambatan E. coli sebesar 12,63 mm dan S. aureus sebesar 12,33 mm,
oleoresin tanaman jahe memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.aureus dengan
KHM 60 ppm dan zona hambat 19 mm. Berdasarkan uji fitokimia jahe memiliki
kandungan minyak atsiri, fenol yang larut dalam pelarut etanol, berdasarkan uraian
ini dapat diharapkan bahwa ekstrak dari tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc)
dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri Eschercia coli dan Staphylococcus
aureus (Khoerunisa, 2010).
2.4. Ketumbar
Ketumbar selain untuk bumbu masak juga mempunyai nilai medis.
Komponen aktif pada ketumbar adalah sabinene, myrcene, alfa-terpinene,
ocimene, linalool, geraniol, dekanal, desilaldehida, trantridecen, asam petroselinat,
asam oktadasenat, d-mannite, skopoletin, p-simena, kamfena, dan felandren.
Komponen-komponen tersebutlah yang menyebabkan ketumbar memiliki reputasi
yang bagus sebagai komponen obat. Aktivitas biologis didalamnya dapat efek
merangsang enzim pencernaan dan peningkatan fungsi hati. Minyak atsiri pada biji
ketumbar memiliki sifat antimikroba terhadap spesies patogen seperti Salmonella.
Kandungan flavonoidnya berperan menurunkan kolesterol dan sebagai
antioksidan. Biji ketumbar (Coriandrum sativum L.) juga bermanfaat sebagai
antidiabetes dan efek stimulasi dalam proses pencernaan (Astawan, 2014).
4.1. Hasil
Hasil dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Uji Aktivitas Antimikrobia
Kelompok Sampel Diameter Clear Zone
I Kemangi -
Alkohol 0,2 cm
II Jahe 0,35 cm
Alkohol 0,15 cm
III Ketumbar 0,8 cm
Alkohol -
IV Seledri -
Alkohol -
4.2. Pembahasan
Bahan antimikroba berfungsi untuk mematikan, merusak, menghambat
pertumbuhan dari mikroba. Antimikroba bekerja dengan cara merusak dinding sel
atau merusak protein dari mikroba sehingga mikroba tersebut mati. Bahan
antimikroba bekerja dengan beberapa mekanisme yaitu membunuh dirinya sendiri,
mempertahankan hidupnya, dan melawan bakteri lain. Bahan antimikroba yang
diujikan pada percobaan ini yakni kemangi, jahe, ketumbar dan daun seledri.
Penggunaan larutan larfis 0,85 % yang berisi larutan garam NaCl 0,85 % hanya
berfungsi sebagai pembanding dengan bahan antimikroba lainnya. Bakteri yang
digunakan yaitu bakteri Staphylococcus Aureus yang terdapat didalam Erlenmeyer
dipipet sebanyak 0,2 ml dan kemudian disebarkan di atas cawan petri yang berisi
media NA yang bertujuan untuk menumbuhkan bakteri pada media NA tersebut
dan dapat digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba. Spreader digunakan
untuk meratakan bakteri sehingga menyeluruh di dalam media, satu cawan petri
terdapat dua bahan anti mikroba yakni bahan yang diujikan dan alkohol.
Kertas cakram yang berbentuk seperti kertas saring yang berukuran
lingkatan kecil dicelupkan ke dalam bahan antimikroba, lalu dipindahkan dengan
menggunakan pinset ke dalam cawan petri. Pinset digunakan utnuk menghindari
adanya lemak apabila tangan menyentuh kertas cakram secara langsung, yang akan
mempengaruhi perkembangan diameter. Zona bening adalah area perkembangan
aktivitas bahan antimikroba terhadap bakteri yang ada di sekitarnya. Apabila
larutan fisiologis yang diujikan, maka bakteri tersebut akan tumbuh subur didalam
larfis dan tidak ada diameter yang terbentuk karena larfis hanya sebagai
pembanding bukan bahan antibiotik. Setelah di inkubasi selama 2x24 jam, akan
muncul zona antimikrobia (diameter) lalu diameter tersebut akan diukur. Data dan
hasil pengamatan menunjukkan bahwa bahan jahe dan ketumbar yang diujikan
pada bakteri Staphylococcus Aureus menghasilkan diameter 0,35 cm dan 0,8 cm.
alkohol yang digunakan pada bahan ketumbar dan seledri tidak menghasilkan zona
bening, seharusnya alkohol dapat menghasilkan zona bening karena bertindak
sebagai control. Bahan uji senyawa antimikrobia kemangi dan daun seledri
menunjukan hasil tidak terdapat zona bening, hal ini berarti bahan tersebut tidak
dapat menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus Aureus.
BAB 5
KESIMPULAN
\
DAFTAR PUSTAKA