(SKRIPSI)
Oleh
Ratna Huzaupah
Oleh
RATNA HUZAUPAH
Ekstrak kulit semangka sebagai inhibitor SS-304 dalam media korosi HCl 3%.
Perendaman sampel dilakukan selama 168 jam dengan variasi konsentrasi
inhibitor 0%, 2%, 4%, 6% dan 8%. Diperoleh laju korosi terendah dengan metode
kehilangan berat, pada sampel SS-304 dengan penambahan inhibitor 8% dengan
nilai laju korosi 2,7948 x10-3 mm/tahun. Data menunjukkan semakin besar
konsentrasi inhibitor maka laju korosi semakin berkurang. Efisiensi terbesar
terdapat pada sampel SS-304 dengan inhibitor 8% dengan nilai efisiensi
49,6060%. Karakterisasi dengan XRD terlihat bahwa fasa yang terbentuk adalah
fasa Fe- (ferit) dan Fe- (austenit), dengan bidang 110, 200, 220 dan 211 yang
menunjukkan struktur kristal BCC.
i
ABSTRACT
By
RATNA HUZAUPAH
Watermelon rind extract as an inhibitor of the SS-304 in corrosion media HCl 3%.
Submersion the sample was carried out for 168 hours with variations in the
inhibitor concentration of 0%, 2%, 4%, 6% and 8%. The lowest corrosion rate
obtained by the method of weight loss, in the SS-304 sample with the addition of
8% inhibitor with a corrosion rate of 2,7948 x10-3 mm / year. The data shows that
the greater the inhibitor concentration, the less the corrosion rate. The greatest
efficiency was found in SS-304 samples with 8% inhibitors with an efficiency
value of 49.6060%. Characterization with XRD shows that the phase formed is
Fe- (ferrite) and Fe- (austenite) with 110, 200, 220 and 211 fields which show
the BCC crystal structure.
ii
EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT SEMANGKA
SEBAGAI INHIBITOR KOROSI STAINLESS STEEL 304
DALAM MEDIA KOROSI HCl 3%
Oleh
RATNA HUZAUPAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Bandar Lampung pada tanggal 31 Juli April 1994. Penulis merupakan anak
pertama dari pasangan Bapak Rasid Sarbini dan Ibu Hartini. Penulis
Bandar Lampung pada tahun 2008 dan SMKN 3 Bandar Lampung Jurusan
Selanjutnya pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Fisika
Sumber Daya Manusia (PPSDM) pada tahun 2012-2013. Penulis juga aktif di
kegiatan Himpunan Mahasiswa Fisika sebagai Anggota Muda Fisika pada tahun
Kepala Bidang Dana Usaha (DANUS) pada tahun 2013-2014. Penulis melakukan
dengan judul “Pembuatan Bata Komposit Tanpa Bakar”. Penulis juga pernah
vii
menjadi asisten praktikum Fisika Dasar I, Fisika Dasar II, Sol Gel, dan Fisika
Semangka Sebagai Inhibitor Korosi Stainless Steel 304 dalam Media Korosif HCl
3%” sebagai tugas akhir di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
viii
MOTTO
Be Your Self
-Albert Einstein-
-TOP BigBang-
ix
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT,
Aku persembahkan karya ini untuk orang-orang yang
aku cintai dan aku sayangi karena Allah SWT
Bapak-Ibu dosen
Terima kasih atas bekal ilmu pengetahuan dan budi pekerti yang telah
membuka hati dan wawasanku
dan
Almamaterku tercinta
Universitas Lampung
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
namun berkat rahmat dari Allah SWT serta bimbingan dan kerjasama dari
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan,
Penulis,
Ratna Huzaupah
xi
SANWACANA
baik berkat dorongan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu
1. Bapak Drs. Ediman Ginting Suka, M.Si. selaku pembimbing I atas segala
atas semua kebaikan, kesabaran, bimbingan dan ilmu sehingga penelitian dan
3. Bapak Drs. Pulung Karo Karo, M.Si., selaku pembahas atas bimbingan,
4. Dengan segenap ketulusan hati, terima kasih untuk Bapakku Rasid Sarbini
dan Ibuku Hartini atas seluruh cinta, kasih sayang, kesabaran, keikhlasan,
5. Bapak Prof. Warsito, D.E.A selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
6. Bapak Arif Surtono, S.Si., M.Si., M.Eng. selaku Ketua jurusan Fisika FMIPA
Unila.
xii
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika FMIPA Unila atas segala dedikasi, ilmu
kampus.
8. Terima kasih kepada embah, adikku Abi, Tiwi, Karlon dan keluarga atas
10. Teman-teman seperjuangan Edward Jannert Ch. S., Heri Prasetiyo, Nika
Khumaidah, Umi Latifah, Sunarsih dan Ali Akbar Hasibuan serta adik-adik
11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan saran serta kritik dalam
penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas segala ketulusan dan bantuannya.
Penulis,
Ratna Huzaupah
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. v
PERYATAAN......................................................................................................vi
MOTTO ...............................................................................................................ix
PERSEMBAHAN................................................................................................ x
KATA PENGANTAR………………………………………………………….xi
SANWACANA ....................................................................................................xii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................ 4
1.4. Batasan Masalah................................................................................. 4
1.5. Manfaat Penelitian.............................................................................. 5
xiv
2.3. Korosi .................................................................................................10
2.3.1. Faktor Korosi..........................................................................10
2.3.2. Jenis-Jenis Korosi...................................................................12
2.3.3. Mekanisme Terbentuknya Sel Korosi ....................................16
2.3.4. Laju Korosi.............................................................................18
2.3.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Korosi ..................19
2.4. Inhibitor..............................................................................................21
2.4.1. Mekanisme Kerja Inhibitor ....................................................21
2.4.2. Jenis Inhibitor .........................................................................22
2.5. Semangka (Citrullus Lanatus) ...........................................................23
2.5.1. Gambaran Umum Tumbuhan Semangka ...............................23
2.5.2. Taksonotomi Tumbuhan Semangka .......................................25
2.5.3. Kadungan Kulit Semangka.....................................................25
2.5.4. Ekstrak Kulit Semangka Sebagai Inhibitor ............................26
2.6. XRD (X-Ray Diffraction) ...................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xvi
4.1. Laju korosi SS-304 dengan konsentrasi inhibitor dalam
medium korosif HCl ......................................................................42
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Komposisi unsur kimia baja tahan karat tipe 304 ..............................10
2.2. Perbandingan satuan laju korosi mils per year (mpy) dengan
satuan laju korosi yang lain................................................................19
xviii
1
I. PENDAHULUAN
dan subtropis yang buahnya cukup digemari masyarakat Indonesia. Seperti buah
lainnya, buah semangka hanya dikonsumsi bagian dagingnya dan lapisan putih
hingga kulit umumnya dibuang dan menjadi limbah. Limbah yang dihasilkan dari
semangka ini cukup banyak, yaitu sekitar 30% dari berat buah (Kementrian
Kulit semangka mengandung beberapa atom berikatan kovalen dan nitrogen serta
dan dapat berfungsi sebagai inhibitor korosi (Odewunmi et all a., 2015). Kulit
dapat menghambat proses korosi (Odewunmi et all b., 2015) Beberapa penelitian
ekonomis dan telah diujikan pada larutan yang mengandung nikel (Ni), kobalt
(Co) (Lakshmipathy and Sarada, 2013), kromium (Cr) (Reddy et all., 2014),
kadmium (Cd) (Lakshmipathy et all., 2013) dan logam lainnya. Hal ini karena
2
adanya kandungan gugus fungsi dalam kulit semangka, yaitu hidroksil (selulosa)
dan karboksil (pektin) yang dapat dengan mudah berikatan dengan ion-ion logam
(Lakshmipathy et all., 2014). Salah satu contoh logam yang dapat digunakan
Stainless steel merupakan jenis baja yang tahan korosi karena memiliki unsur
kromium minimal 10% (Cobb, 1999). Berdasarkan struktur kristalnya, baja tahan
karat dikelompokkan menjadi lima yaitu baja tahan karat austenitik, baja tahan
karat martensitik, baja tahan karat feritik, baja tahan karat pengerasan
pengendapan dan baja tahan karat dupleks (Cobb, 1999). Baja tahan karat
dan 8% Ni dengan kadar karbon rendah (Dewangan et all., 2015). Baja tahan
karat austenitik yang mengandung kromium dan nikel diberi nomor seri 300 dan
untuk baja yang menganung kromium, nikel dan mangan diberi nomor seri 200
(Cobb, 1999).
Baja SS-304 merupakan baja tahan karat jenis austenitik dengan kemampuan las,
kekuatan mekanik dan ketahanan korosi yang baik (Sumarji, 2011). Baja jenis ini
memiliki ketahanan korosi yang baik terdapat lapisan kromium oksida pada
permukaanya (Riszki dan Harmami, 2015). Tetapi, jenis baja tahan karat ini jika
Korosi yang terjadi dapat berupa korosi batas butir (intergranular corrosion),
korosi lubang (crevice corrosion), korosi sumuran (pitting corrosion) dan korosi
Terjadinya korosi tidak bisa dihindari, tetapi lajunya dapat dikurangi. Laju proses
inhibitor anorganik dan inhibitor organik. Inhibitor anorganik antara lain kromat,
arsenat, fosfat dan silikat yang merupakan jenis bahan kimia yang tidak ramah
lingkungan, mahal, serta tidak biokompatibel atau dapat berefek buruk bila
berinteraksi langsung dengan tubuh manusia. Oleh sebab itu, saat ini banyak
Pada penelitian kali ini, baja yang digunakan adalah baja SS-304 yang merupakan
baja tahan karat jenis austenitik, yang diaplikasikan dalam pembuatan peralatan
makanan. Baja SS-304 direndam dalam medium korosi HCl dengan penambahan
inhibitor 0%, 2%, 4%, 6% dan 8%, dengan lama perendaman selama 144 jam.
Sampel baja SS-304 hasil korosi akan dikarakterisasi dengan XRD (X-Ray
Diffraction) untuk melihat fasa pada baja dan menentukan laju korosi
semangka dalam medium korosif HCl terhadap laju korosi pada baja SS-304.
2. Bagaimana struktur mikro dari produk-produk korosi yang terjadi pada baja
2. Mengetahui struktur mikro dari produk-produk korosi yang terjadi pada baja
inhibitor ekstrak kulit semangka (Citrullus Lanatus) pada baja SS-304 pada
medium korosif.
Baja tahan karat merupakan baja paduan tinggi dengan kandungan unsur kromium
minimal 10%, sehingga mempunyai sifat tahan korosi. Selain unsur kromium
terdapat unsur tambahan lain yaitu Ni, Mo, Mn, Al, Cu, Ti, C dan Nb (Cobb,
1999). Setiap unsur memiliki pengaruh dalam proses oksidasi suhu tinggi. Proses
oksidasi akan menghasilkan senyawa FeO, Fe3O4, Fe2O3, Cr2O3 dan CrO
1. Kromium (Cr)
kromium oksida.
2. Nikel (Ni)
Nikel (Ni) adalah unsur yang sangat penting dalam pembuatan baja tahan
terhadap korosi.
7
3. Molibdenum (Mo)
4. Mangan (Mn)
5. Aluminium (Al)
6. Tembaga (Cu)
7. Titanium (Ti)
Titanium (Ti) digunakan sebagai penstabil unsur dalam baja tahan karat.
8. Karbon (C)
(Outokumpu, 2013).
8
Berdasarkan struktur kristalnya, baja tahan karat dibagi menjadi lima yaitu:
Ni dengan kadar karbon rendah. Baja jenis ini diaplikasikan dalam pembuatan
dibentuk dan dilas serta tahan korosi. Tetapi, jika bereaksi dengan klorida
akan menimbulkan korosi retak tegang (SCC). Jenis baja austenitik misalnya
AISI 201, 202, 304, 302 dan 316 (Dewangan et all., 2015).
dan sedikit nikel atau tidak ada sama sekali. Tidak dapat dikeraskan dengan
magnetik, ulet, tahan terhadap korosi dan oksidasi. Jenis baja tahan karat
18% dan karbon sekitar 1,2% tanpa tambahan nikel. Dikeraskan melalui
antara austenitik dan feritik, mempunyai kekuatan tarik dan luluh lebih tinggi
9
digunakan dalam peralatan atau mesin yang memiliki tegangan dinamis. Tipe
dari baja ini antara lain AISI 2205 dan 2304 (Yunaidi, 2016).
Stainless Steel)
dikeraskan dengan perlakuan panas. Jenis baja ini misalnya S17400 dan
Baja tahan karat austenitik tipe 304 merupakan baja paduan dengan kandungan Cr
18 – 20% dan Ni 8 – 10,5% (Roberge, 2000). Baja jenis ini biasa digunakan
sebagai bahan konstruksi utama dalam beberapa industri seperti industri nuklir,
kimia dan makanan. Baja ini memiliki ketahanan korosi yang baik karena terdapat
Ketahanan korosi SS-304 akan menurun jika direndam secara terus menerus
dalam larutan asam maupun air laut. Semakin lama baja tersebut direndam dalam
medium korosif, laju korosinya akan semakin menurun (Iliyasu et all., 2012). SS-
304 merupakan baja yang memiliki tingkat kekerasan rendah sekitar 123 HB dan
kekuatan tarik sebesar 505 N/mm2 (Nasir, 2014). Tabel 2.1 menunjukkan
Tabel 2.1. Komposisi unsur kimia baja tahan karat tipe 304
Unsur Fe C Si Mn Cr Mo Ni S P
Kadar
72,07 0,0423 0,57 1,1973 17,289 0,024 8,4 0,0008 0,04
(%)
2.3. Korosi
Korosi atau yang lebih dikenal dengan pengkaratan, secara umum didefinisikan
sering menyebabkan terjadinya korosi pada logam adalah udara dan air (Fontana
dan Greene, 1986). Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan
elektrokimia, yaitu proses (perubahan atau reaksi kimia) yang melibatkan adanya
aliran listrik. Bagian tertentu dari logam berlaku sebagai kutub negatif (elektroda
negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya korosi antara lain adalah udara, air,
1. Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan bumi dan
2. Air
Air dapat dibedakan atas air laut dan air tawar. Air laut merupakan larutan
yang terlarut dalam satu kilogram air laut. Karena banyaknya bahan-bahan
padat yang terdapat dalam air laut maka akan mempengaruhi laju korosi suatu
bahan logam. Air laut sangat mempengaruhi laju korosi dari logam yang
dilalui atau yang kontak langsung dengannya. Hal ini dikarenakan air laut
mempunyai konduktivitas yang tinggi dan memiliki ion klorida yang dapat
Air tawar seperti air sungai, air danau atau air tanah dapat mengandung
berbagai macam garam alami, asam, oksigen dan zat-zat kimia lain yang
berasal dari susunan geologi dan mineral dari daerah yang bersangkutan.
3. Zat-zat kimia
Zat kimia yang dapat menyebabkan korosi antara lain asam, basa dan garam,
baik dalam bentuk cair, padat maupun gas. Pada umumnya, korosi oleh zat
kimia pada suatu material dapat terjadi bila material mengalami kontak
Korosi merata yaitu korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat
Korosi ini terjadi ketika luas permukaan logam terkorosi sepenuhnya dalam
lingkungan seperti cairan elektrolit (larutan kimia, logam cair), gas elektrolit
stainless steel yang direndam dalam lingkungan natrium klorida (NaCl), tangki
baja yang berkarat karena terkena udara, korosi pada pipa dekat rel kereta api dan
Korosi galvanis merupakan proses pengkaratan elektro kimiawi. Korosi ini dapat
terjadi apabila dua jenis logam yang berbeda potensial dimasukkan ke dalam satu
13
elektrolit (Widharto, 1999). Contoh korosi galvanis dapat dilihat pada Gambar
2.2.
karena hancurnya film dari proteksi logam disebabkan oleh laju korosi yang
berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya pada permukaan logam
sebagai rongga atau lubang dengan diameter lubang kira-kira sama bahkan
lebih kecil dari kedalamannya. Bentuk sumuran atau pit yang terjadi akibat
Korosi celah terjadi ketika permukaan logam terkena medium korosif yang
menyebabkan korosi terlokalisasi (Sidiq, 2013). Bentuk korosi celah dapat dilihat
Korosi celah biasanya terjadi pada logam pasif akibat dari kerusakan lapisan
oksida pelindung dari logam. Korosi terjadi akibat dari adanya konsentrasi
senyawa korosif pada bagian permukaan logam. Untuk kasus ini, konsentrasi
terjadi akibat dari adanya celah yang sangat kecil antara dua permukaan
Korosi batas butir merupakan korosi yang secara lokal menyerang batas butir-
butir logam sehingga butir-butir logam akan hilang atau kekuatan mekanik
Korosi ini disebabkan adanya kotoran (impurity) batas butir, adanya unsur
yang berlebih pada sistem perpaduan atau penghilangan salah satu unsur pada
Korosi retak tegang merupakan korosi yang terjadi akibat adanya tegangan
tarik atau geser, tegangan sisa dan media korosif yang menyebabkan terjadi
korosi retak-tegangan.
Jenis korosi ini terjadi pada industri yang mengalirkan minyak memakai pipa.
Korosi erosi disebabkan oleh kombinasi fluida korosif dan kecepatan aliran
yang tinggi. Bagian fluida yang kecepatan alirannya rendah akan mengalami
Secara umum mekanisme korosi yang terjadi di dalam suatu larutan berawal dari
logam yang teroksidasi dan melepaskan elektron untuk membentuk ion logam
yang bermuatan positif. Larutan akan bertindak sebagai katoda dengan reaksi
yang umum terjadi adalah pelepasan H2 dan reduksi O2, akibat ion H+ dan H2O
yang tereduksi. Reaksi ini terjadi di permukaan logam yang akan menyebabkan
17
Di dalam logam atau bahan itu sendiri terdapat dua komponen penting dalam
a. Anoda
terkorosi. Pada anoda ini logam terlarut dalam larutan dan melepaskan elektron
untuk membentuk ion logam yang bermuatan positif. Reaksi korosi suatu
b. Katoda
yang dilepaskan oleh anoda. Pada lingkungan air alam, proses yang sering
Laju korosi didefinisikan sebagai banyaknya logam yang dilepas tiap satuan
waktu pada permukaan tertentu. Laju korosi umumnya dinyatakan dengan satuan
mils per year (mpy). Satu mils adalah setara dengan 0,001 inchi (Fontana,1986).
= (2.7)
sederhana. Massa sampel sebelum dan setelah dilakukan uji ditimbang untuk
Tabel 2.2 menunjukkan perbandingan nilai laju korosi dalam mpy dengan unit
satuan yang lain. Laju korosi dalam mm/tahun menampilkan nilai bentuk pecahan,
µm/tahun memberikan hasil dalam bilangan bulat besar dan nm/jam serta pm/jam
menunjukkan nilai laju korosi dengan bilangan bulat kecil. Nilai laju korosi
Tabel 2.2. Perbandingan satuan laju korosi mils per year (mpy) dengan satuan laju
korosi yang lain
Laju korosi relatif mil/tahun mm/tahun μm/tahun nm/jam pm/detik
Amat sangat baik < 1 < 0,025 < 25 < 2,89 < 0,8
Sangat baik 1–5 0,025 – 0,1 25 – 100 2,89 – 10 0,8– 4
Baik 5 -20 0,1 – 0,5 100 – 500 10 – 50 4 – 16
Sedang 20 – 50 0,5 – 1 500 – 1000 50 – 150 16 – 40
Buruk 50 - 200 1–5 1000 – 5000 150 – 500 40 – 161
Sangat buruk 200+ 5+ 5000+ 500+ 161+
Sumber: (Jones, 1996).
Suatu baja dapat dikatakan memiliki ketahanan korosi baik jika laju korosinya < 1
a. Oksigen (O2)
20
Gas oksigen yang terlarut akan menyebabkan laju korosi pada material
b. Karbondioksida (CO2)
c. Klorida (Cl-)
paduan.
d. Sulfat (SO4)
Ion sulfat dalam air dapat berubah menjadi sulfida yang bersifat korosif.
2. Temperatur
Suatu lingkungan akan bersifat asam jika pH < 7 dan basa jika pH > 7. Laju
meningkat.
4. Bakteri Pereduksi
Bakteri pereduksi sulfat (SRB) akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S.
2.4. Inhibitor
Inhibitor korosi adalah suatu senyawa organik atau anorganik yang apabila
ditambahkan dalam jumlah relatif sedikit ke dalam sistem logam akan efektif
menurunkan laju korosi logam. Syarat umum suatu senyawa yang dapat
tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini tidak dapat
terhadap logamnya.
3. Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya dan menghasilkan suatu zat kimia
(Dalimuthe, 2004).
1. Inhibitor anorganik
katodik karena memiliki gugus aktif (Wiston, 2000). Inhibitor ini terdiri dari
3. Inhibitor organik
Inhibitor organik berperan sebagai inhibitor anodik dan katodik karena dapat
menginhibisi reaksi anodik dan katodik, sehingga akan terjadi penurunan laju
korosi yang ditandai dengan melambatnya reaksi anodik, reaksi katodik atau
23
sintetik dan alami. Inhibitor sintetik dapat menghambat laju korosi logam,
alami bersifat non-toksik dan ramah lingkungan karena berasal dari senyawa
mencapai kepanjangan 3-5 meter. Batang tanaman ini lunak, berambut, bersegi
helaian daunnya lebar dan unjungnya runcing, tepian daun bergelombang dan
tulang daunnya berbentuk menjari. Panjang daun sekitar 3-25 cm dan lebar daun
1,5-5 cm (Sobir, 2010). Bentuk dari daun semangka dapat dilihat pada Gambar
2.9.
24
Bunga tanaman semangka berwarna kuning cerah dan terdiri dari tiga jenis, yaitu
pada tanaman semangka yaitu 7:1 (Sobir, 2010). Gambar 2.10 menunjukkan
Buah semangka memiliki bentuk bervariasi dengan diameter 15-20 cm, panjang
20-40 cm dan berat 4-20 kg. Bentuk buahnya secara umum dibedakan menjadi
tiga, yaitu bulat, oval dan lonjong. Semangka memiliki kulit buah yang tebal, licin
dan berdaging. Warna kulit luar semangka beragam, seperti hijau tua, hijau muda
bergaris putih, atau kuning agak putih. Daging kulit semangka berwarna putih dan
air, manis dan umumnya berwarna merah, tetapi ada juga yang berwarna kuning
25
dan jingga. Bentuk biji semangka pipih, memanjang dan warnanya hitam, putih,
kuning atau coklat kemerahan, serta ada juga semangka yang tidak memiliki biji
(seedless) (Sobir, 2010). Buah umum buah semangka dapat dilihat pada Gambar
2.11.
beberapa senyawa fitokimia seperti alkaloid, tanin, fenol, saponin, oksalat dan
mengandung 13% pektin, 20% selulosa, 23% hemiselilosa, 10% lignin, 12% silika
dan protein (Lakshmipathy dan Sarada, 2013). Penelitian oleh Odewunmi et all
Kulit semangka mengandung 20% selulosa dan 10% lignin yang merupakan
lebih kuat menyerap zat yang bersifat polar daripada zat yang kurang polar
Pektin merupakan salah satu senyawa yang terdapat pada dinding sel tumbuhan
oleh ikatan α-1,4 glikosidik dan banyak terdapat pada lamella tengah dinding sel
tumbuhan (Wong et all., 2008). Proses biosorpsi logam oleh pektin dapat terjadi
karena adanya gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron bebas seperti gugus
karboksilat dan hidroksil yang terdapat pada senyawa tersebut, sehingga kation
logam dapat tertarik dan berikatan membentuk kompleks pektin dan logam
(Mandav dan Pusphalatha, 2002). Hasil karakterisasi dengan FT-IR pada ekstrak
kulit semangka menunjukkan adanya gugus –OH, –C=O, –COO dan –C–O yang
all., 2013).
27
Kandungan lain yang terdapat pada semangka yaitu L-citrulline yang mengandung
heteroatom (nitrogen dan oksigen) dan cincin aromatik dalam struktur kimianya
Suatu material dapat dipelajari kisi-kisi ruang dari intensitasnya secara cepat dan
akurat menggunakan difraksi sinar-X (Brindley dan Brown, 1980). Sinar-X pertama
kali ditemukan oleh Wilhelm Rontgen pada tahun 1895. Difraksi sinar-X (XRD)
difraksi sekitar 0,5 – 2,5 Å. Bila seberkas sinar-X dengan panjang gelombang
diarahkan pada permukaan kristal dengan sudut datang , maka sinar tersebut akan
Difraksi sinar-X atau yang dikenal dengan XRD adalah alat yang digunakan untuk
kristalin dalam material dengan cara menentukan parameter struktur kisi untuk
Komponen dasar XRD terdiri dari sumber sinar-X (X-Ray source), material uji
(spesimen) dan detektor sinar-X (X-Ray detector) (Sartono, 2006). Dalam teknik
pengujian dengan metode difraksi sinar-X, sampel yang digunakan dapat berupa
28
serbuk atau padatan kristalin yang diletakkan pada plat kaca. Skema metode
Sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X dalam keadaan vakum pada tegangan
tinggi dan dengan kecepatan tinggi menumbuk permukaan logam (Cu) atau
mendeteksi pola difraksi sinar-X tersebut. Pola difraksi yang dihasilkan berupa
2θ tertentu. Besarnya intensitas relatif bergantung pada jumlah atom atau ion yang
ada dan distribusinya di dalam sel satuan material tersebut. Selain itu, pola
difraksi setiap padatan kristalin sangat khas berdasarkan kisi kristal, unit
Difraksi sinar-X oleh atom-atom pada bidang dapat dilihat pada Gambar 2.13.
2006).
Gambar 2.13. difraksi sinar-X oleh atom-atom pada bidang atom paralel a dan a1
yang terpisah oleh jarak d. Dua berkas sinar-X yaitu a dan a1 dianggap bersifat
bidang dengan sudut θ. Jika kedua berkas tersebut terdifraksi berturut-turut oleh
M dan N menjadi i1’ dan i2’ yang masing-masing akan membentuk sudut θ
Sinar-X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron suatu atom dari
tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah. Adanya
spektrum sinar-X dari suatu atom (Gambar 2.14). Sinar-X yang terbentuk melalui
proses ini mempunyai energi yang sama dengan selisih energi antara kedua
tingkat energi elektron tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki tingkat-tingkat
30
energi elektron yang berbeda-beda maka sinar-X yang terbentuk dari proses ini
Karakteristik Sinar-X terjadi karena elektron yang berada pada kulit K terionisasi
sehingga terpental keluar. Kekosongan kulit K ini segera diisi oleh elektron dari
kulit diluarnya. Jika kekosongan pada kulit K diisi oleh elektron dari kulit L,
maka akan dipancarkan karakteristik sinar-X Kα Jika kekosongan itu diisi oleh
seterusnya.
31
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2018 sampai Agustus 2018 di
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: penguap putar vakum
(rotary evaporator), neraca digital, alat pemotong baja, gergaji mesin, jangka
sorong digital, gelas ukur, decicator, plastik kecil, botol film, beaker glass,
blender, spatula, pipet tetes, benang, kayu kecil, kertas saring, aluminium foil,
Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kulit semangka,
baja SS 304, asam klorida (HCl), etanol 70%, aseton, aquades dan aquabides.
32
Pada penelitian ini terdapat beberapa tahapan dalam preparasi bahan diantaranya
dan karakterisasi. Untuk lebih terperinci preparasi bahan pada penelitian ini
seperti berikut.
a. Prosedur pembuatan larutan inhibitor ekstrak buah semangka dapat dilihat pada
Hasil ekstrak
c. Prosedur penelitian untuk melihat laju korosi pada baja yang telah dipreparasi
dengan inhibitor ekstrak kulit buah semangka apat diliat pada Gambar 3.4.
35
Pembersihan sampel
Uji XRD
yang telah halus ke dalam wadah botol yang berisi etanol 70% selama
5 hari.
memperoleh filtrat.
sebagai berikut:
mm.
korosi. Medium korosif pada penelitian ini adalah HCl dengan konsentrasi
3%. Cara pembuatan larutan HCl yaitu mengencerkan HCl yang memiliki
V1 x M1 = V2 x M2 (3.1)
sebanyak 459,46 ml. Karena volume medium korosi dibuat dalam 500 ml.
sebesar 0%, 2%, 4%, 6% dan 8%. Menurut ASTM G31-72 (2004) waktu
sampel tiap satuan luas dan waktu menggunakan persamaan (3.2) dengan
= (3.2)
5.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
maka laju korosi akan semakin berkurang dan inhibisi akan semakin
menigkat.
fasa Fe- (ferit) dan Fe- (austenit) dengan struktur kristal BCC.
inhibitor ekstrak kulit semangka efektif dalam menginhibisi laju korosi pada
logam SS-304.
51
5.2. SARAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, saran untuk penelitian selanjutnya adalah
penambahan konsentrasi HCl di atas 3% dan perlakuan panas untuk logam SS-
Argrawal, Y. K., Talati, J. D., Desai, M. N., dan Shah, N. K. 2004. Scihiff
Basesof Ethylenediamine as Corrosion Inhibitors of Zinc in Sulphuric
Acid.Corrosion Science. Vol 46 pp 633-651.
Bandriyana, B., Udhi, N dan Bagus, J. 2004.Ketahanan Korosi Baja Anti Karat
pada Operasi Suhu Tinggi. Inasea. Vol 5 hal 117–126.
Baldenebro, F. J., Gomez, C. D., Ramon, C., Susana, P. A., Manuel, J. P., Jose, E.
L., Roberto, M and Jose, M. H. 2015. Influence of Size on the
Microstructure and Mechanical Properties of an AISI 304L Stainless Steel –
A Comparison between Bulk and Fiber. Materials. 8: 451 – 461.
Berlian, M. T. I. 2011. Pengaruh Kekerasan Baja AISI 1045 Hasil Proses Sekrap
terhadap Laju Korosi dilingkungan Industri, Pantai, dan Pegunungan
diProvinsi Lampung (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
hal 42.
Budianto, A., Purwantini, K dan BA. Tjipto, S. 2009. Pengamatan Struktur Mikro
pada Korosi Antar Butir dari Material Baja Tahan Karat Austenitik setelah
Mengalami Proses Pemanasan. Jurnal Forum Nuklir. Vol 3(2) hal 107–
130.
Dewangan, A. K., Patel, A. D and Bhadania, A. G. 2015. Stainless Steel for Dairy
and Food Industry: A Review. Journal of Material Science and
Engineering. Vol (4) pp 1-4.
Khatak, H. S and Raj, B. 2002. Corrosion of Austenitic Stainless Steel. Alpha Science
International Ltd. India. pp 1 – 163.
Kirk dan Othmer. 1965. Enclyclopedia of Chemical Technology, Second Edition.
Vol 6 pp 320.
Kumar, N., Singh, A. K., Ajit, K and Sushi, PP. 2014. Corrosion Behaviour of
Austenitic Stainless Steel Grade 316 in Strong Acid Solution.International
Journal of Advanced Research. Vol 2(5) pp 1 – 9.
Lakshmipathy R, Vinod AV, Sarada NC. 2013. Watermelon rind as biosorbent for
removal of Cd2+ from aqueous solution: FTIR, EDX, and Kinetic studies.
J Indian Chem Soc; Vol 90 pp 1147–1154
Lucya. 2012. Pengaruh Temperatur dan Waktu Tahan Karburasi Padat terhadap
Kekerasan Permukaan Baja AISI-SAE 1522. Prosiding Seminar nasional
aplikasi sains dan teknologi. Institut Sains dan Teknologi Akprind.
Mandasari I, Purnomo A. 2016. Penurunan ion besi (Fe) dan mangan (Mn) dalam
air dengan serbuk gergaji kayu kamper. J Teknik ITS ; Vol 5(1) pp 11-16.
Nurdin, Isdriayani dan Syahri, M. 1998. Inhibisi Korosi Baja Karbon di dalam
Larutan Karbonat Bikarbonat. ITB. Bandung.
Odewunmi NA, Umoren SA, Gasem ZM. (a). 2015. Utilization of watermelon
rind extract as a green corrosion inhibitor for mild steel in acidic media. J
Ind Eng Chem; Vol 21 pp 239–247.
Odewunmi NA, Umoren SA, Gasem ZM, Ganiyu SA, Muhammad Q. (b). 2015.
L-citrulline: An active corrosion inhibitor component of watermelon rind
extract for mild steel in HCl medium. J Taiwan Inst Chem Eng; Vol 51
pp177–85.
Paris HS.2015. Origin and emergence of the sweet dessert watermelon, Citrullus
lanatus. J Annals Botany: Vol 116 pp 133-148.
Reddy NA, Lakshmipathy R, Sarada NC. 2014. Application of Citrullus lanatus rind
as biosorbent for removal of trivalent chromium from aqueous solution. J
Alexandria Eng; Vol 53(4) pp 969–975.
Sobir, Siregar FD. 2010. Budidaya semangka panen 60 hari. Jakarta: Penebar
Swadaya; pp 12-5.
Stupnisek, L. E., Gazioda, A., dan Madzarac, M. 2002. Low Toxicity Copper
Corrosion Inhibitor. Corrosion Science. Vol 47 pp 4189.
Sumarji. 2011. Studi Perbandingan Ketahanan Korosi Stainless Steel Tipe SS 304 dan
SS 201 menggunakan Metode U-Bend Test secara Siklik dengan Variasi Suhu
dan pH. Jurnal ROTOR. Vol 4(1) hal 1 – 8.
Umoren, S.A., Obot, I.B., And Obi-Egbedi. 2011. Corrosion Inhibition and
Absorption Behaviour For Alumunium by Exract of Aningeria Robusta in
HCL Solution: Synergistic Effect of Iodide Ions. University of Uyo.
Nigeria. pp 21-22.
Wang, YH, Behera TK, Kole C. 2012. Genetics, genomics and breeding of
cucurbits. Florida: Taylor & Francis Group; pp 162-163.
Wong WW, Abbas FMA, Liong MT, Azhar ME. 2008. Modification of durian
rind pectin for improving biosorbent ability. J Int Food Res; Vol 15(3) pp
363-365.
Yunaidi. 2016. Perbandingan Laju Korosi pada Baja Karbon Rendah dan Stainless
Steel Seri 201, 304, dan 430 dalam Media Nira. Jurnal Mekanika dan
Sistem Termal. Vol 1 hal 1 – 6.
Zakaria. 2003. Analisis Kandungan Magnetik pada Batuan Beku Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan Metode X-Ray Diffraction. (Skripsi). Universitas
Haluoleo. Kendari.