Anda di halaman 1dari 41

PENETAPAN KADAR

ALKALOID
Tim Dosen MK. FITOKIMIA II
PENDAHULUAN (Hanani,
2017)
Penetapan kadar alkaloid
dapat dilakukan
secara :
 Gravimetri
 Titrimetri / Volumetri /
Asidi-Alkalimetri
 Spektrofotometri
 KCKT
PENETAPAN
KADAR
ALKALOIDSECARA
GRAVIMETRI
GRAVIMETRI
 Umumnya untuk alkaloida basa lemah yang tidak mungkin
dilakukan titrasi.
 Cara ini sudah jarang digunakan (Hanani, 2017).
 Analisis didasarkan pada pengukuran berat, yang
melibatkan pembentukan, pengukuran berat ataupun
isolasi dari suatu endapan (Rivai dan Putri, 2019).
 Senyawa dengan unsur nitrogen tetapi non-alkaloid dapat
ikut terendapkan (Saifuddin dkk, 2011).
 Penetapan kadar tidak dipengaruhi BM alkaloida yang
diuji.
 Tidak dapat diterapkan untuk alkaloida yang
menguap / terurai pada proses pengeringan (nikotin,
efedrin).
 Alkaloida harus bebas dari pengotor yang larut organik
PENETAPAN KADAR ALKALOID PADA BIJI ALPUKAT
(Persea americana Mill.) (Rivai dan Putri, 2019)
tangas air
diulangi 2 kali Diuapkan ad
30 + 50 mL asam
penyarian volume ± 25
menit klorida 1 N
menggunakan mL. Saring ke
jenis dan jumlah LP
dalam
pelarut yang sama corong pisah
20 mL ektrak di sari Kumpula
menggunakan 100 mL n
metanol P dan 10 mL filtrat
amoniak P

Fas
e 25 mL filtrat
kloroform diulangi 3 kali
dibasakan
penyarian
Fase air dengan 25 mL
dengan
(HCl) amoniak P
kloroform P
sampai pH±10
Hitung sisa pengeringan
sebagai kadar alkaloid
total dinyatakan dalam
% b/b
PEMBAHASAN
Penentuan kadar alkaloid dari ekstrak etanol biji alpukat dilakukan secara
gravimetri dengan penambahan amoniak, asam klorida dan kloroform.
Amoniak P untuk melepaskan ikatan alkaloid dengan asamnya sehingga
alkaloid kembali berada dalam kondisi bebas karena amoniak akan
berikatan dengan asam klorida yang membentuk garam yang larut air
sedangkan alkaloid dalam kondisi bebas bersifat basa dan tidak larut
dalam air.
Penambahan kloroform akan terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan asam
dan lapisan kloroform.
Alkaloid dalam bentuk bebas yang bersifat basa akan diekstraksi
dengan pelarut kloroform, sehingga dihasilkan ekstrak kloroform yang
merupakan alkaloid total.
Kumpulan fase kloroform diuapkan pada suhu 50oC, kemudian keringkan
pada suhu 100oC hingga bobot tetap. Berdasarkan hasil perhitungan kadar
alkaloid total ekstrak etanol diperoleh kadar sebesar 0,435 %.
PENETAPAN
KADAR
ALKALOIDSECARA
TITRIMETRI
TITRIMETRI (Hanani, 2017)
 Alkaloid yang bersifat basa kuat ditetapkan dengan
titrasi asam basa ( netralisasi ) . Titrasi dengan
umumnya dengan indikator MM dan baku asam HCl atau H2SO4.
 Alkaloid basa lemah atau garam ditetapkan dengan
titrasi bebas air . Titrasi dengan indicator kristal
violet dan baku asam perklorat.
 Pada titrasi bebas air digunakan pelarut bukan air
( Non Aqueous Acid - Base Titration ).Apabila
digunakan pelarut ai r, maka Titik Akhir Titrasi ( TAT)
tidak dapat diamati
secara jelas karena kurva titrasi yang landai ( tidak terjadi
perubahan p H yang mencolok sehingga tidak ada indikator
yang sesuai untuk menunjukkan TAT.
PENETAPAN KADAR ALKALOID PADA KULIT DELIMA
(Punica granatum) (Hanani, 2017)
Dikocok
30
menit
Disaring
Filtrat
melalui
kapas
Kulit buah delima + 70
Ditambahkan 5
Kulit buah delima kering mL eter dan 70 mL
mL aquadest
ditimbang 7,0 g NaOH (160 g/L)
dan didiamkan
ad memisah
Dipipet Fas
Kadar alkaloid
total dihitung Titrasi 50,0 e
berdasarkan dengan mL eter
kesetaraan 1 HCl + indikator Fase
mL HCl 0,025 N 0,025 N metil jingga
air
setara dengan
3,675 mg
alkaloid
PENETAPAN KADAR
ALKALOID

SECARA
SPEKTROFOTOMETRI
SPEKTROFOTOMETRI
 Mengukur jumlah cahaya yang diabsorbsi /
ditransmisikan oleh molekul- molekul di
dalam larutan.
 Hasil pengukuran berupa absorbansi (A).
 Absorbansi tersebut dianalisis untuk memperoleh suatu
kurva baku. Kurva baku memberikan gambaran nilai
koefisien korelasi (r) dan persamaan regresi linear yaitu y =
ax + b.
PENETAPAN KADAR ALKALOID TOTAL EKSTRAK AKAR
KUNING (Fibraurea chloroleuca Miers) (Wahyuni dan Marpaung, 2020)
1. Pembuatan larutan baku kafein
100 ppm
Dipipet 2,5 mL Ditambahkan aquadest ad 25 mL
Kafein dilarutkan dalam aquadest panas. Di sehingga diperoleh larutan baku kafein
masukkan ke dalam labu ukur dan di ad 100 ppm
250 mL.
ditimbang 250 mg
Diperoleh larutan baku kafein 1000 ppm.
kafein murni

2. Penentuan panjang gelombang maksimum kafein dan


waktu inkubasi
Penentuan panjang gelombang maksimum larutan kafein menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang UV 200-
400 nm pada larutan std yang sudah di tambahkan larutan pereaksi. Hasil panjang gelombang maksimum standar baku kafein berada pada
273 nm. Panjang gelombang maksimum tersebut digunakan untuk mengukur serapan dari sampel ekstrak etanol akar kuning.
Penentuan waktu inkubasi optimum pada larutan std yang sudah di tambahkan larutan pereaksi di diamkan pada suhu kamar dan
terlindung dari cahaya matahari. Diukur absorbansi tiap menit ke 5,10,15,20,25,30 dst hingga diperoleh absorbansi maksimum.

3. Pembuatan kurva standar kafein

Dibuat larutan standar kafein Diukur absorbansi pada panjang gelombang


konsentrasi 1, 3, 6, 9, 12, dan 15 ppm 273 nm dengan menggunakan
dari larutan baku kafein 100 ppm spektrofotometer UV Vis dengan waktu
inkubasi maksimum
4. Pembuatan larutan induk ekstrak akar kuning 100 ppm

Dilarutkan dalam 10 Dipipet 1 mL


mL etanol, dikocok. Ditambahkan etanol ad 10
Diperoleh larutan induk mL, dikocok. Diperoleh
ditimbang 10 ekstrak akar kuning larutan induk ekstrak akar
mg ekstrak 1000 ppm kuning 100 ppm
akar kuning

5. Pembuatan deret larutan uji ekstrak akar kuning


larutan Dipipet
induk 0,1 Ditambahkan etanol ad 10 mL,
ekstrak mL dikocok. Diperoleh larutan uji
akar 0,3 mL
0,6 mL
ekstrak akar kuning konsentrasi 1,
kuning
100 ppm 0,9 mL 3, 6, 9, 12, dan 15 ppm.
1,2 mL
1,5 mL diekstraksi dengan kloroform
6. Penentuan kadar sebanyak tiga kali menggunakan
vortex.
2 mL larutan uji ekstrak 2 mL larutan uji ekstrak
Diambil fase kloroform dan
akar kuning berbagai akar kuning berbagai
dimasukkan ke dalam labu ukur 10
konsentrasi + dapar fosfat + konsentrasi + dapar fosfat +
mL dan ditambahkan kloroform
larutan BCG larutan BCG
sampai batas volume. Lalku diukur
absorbansi pada panjang
gelombang 273 nm.
7. Analisis data
Penentuan kadar alkaloid total dilakukan dengan mencari nilai regresi dan perhitungan koefesien
variasi regresi linier. Setelah itu dilakukan perhitungan kadar alkaloid total ekstrak etanol akar
kuning dengan menggunakan rumus y = bx + a. Dari rumus tersebut maka akan diperoleh kadar
alkaloid total dan nilai Standar Deviasi (SD).
PENETAPAN
KADAR
ALKALOIDSECARA
KCKT / HPLC
KCKT /

HPLC
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik
suatu campuran zat berdasarkan perbedaan
migrasi/ distribusi masing-masing komponen
campuran, yang terpisah pada fase diam
dibawah pengaruh fase gerak.
 Keunggulan KCKT terletak pada ketepatan
analisis dan kepekaan yang tinggi serta cocok
untuk memisahkaN senyawa-senyawa
nonvolatile yang tidak tahan pada pemanasan.
Validasi Metode analisis HPLC

a. Instrumentasi dan kondisi kromatografi : Kolom yang digunakan C18, resistensi pH (4.5 mm x 250 nm; 5
um ). Detector di atur pada 272 nm dan run time 20 menit dengan flowrate 1ml/menit dalam suhu ruangan
b.Pemilihan Fase gerak : Kombinasi antara air dan methanol grade HPLC dengan rasio 60:40 menggunakan
flow rate 1 ml/menit dan run time di atur 8 menit.
c. Linearitas : Timbang kafein 20 mg kemudian larutkan dengan aquadest sampai 100 ml (larutan stok). Untuk
linearita, ambil larutan stok dengan 3 sampai 7 ml larutkan dalam 50 dengan konsentrasi 12-28 ug/ml dan
gunakanlah kalibrasi.
d.Presisi : Larutan standar kafein konsentrasi 16, 20 dan 24 ug/ml diinjeksikan ke dalam HPLC (replikasi 3 kali).
Dihitung % RSD.
e. Akurasi : Dalam penelitian ini menggunakan konsentrasi 80%, 100%, 120% kafein larutkan dalam 100 ml
aquadest. Larutan di analisis dengan HPLC 272 nm. Prosedur ini di replikasi sebanyak 3x.
f. LOD dan LOQ : Limit of detection (LOD) and Limit of quantification (LOQ) menggunakan persamaan LOD=3.3 x
s0/b LOQ = 10x s0/b Dimana S0 dan b merupakan SD dan Slope dari garis kalibrasi.
Preparasi :

sampel Sebanyak 1 gram bubuk kopi dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian
ditambahkan 150 mL akuades panas kedalamnya sambil diaduk. Larutan kopi panas
disaring melalui corong dengan kertas saring ke dalam Erlenmeyer, kemudian 1,5 g kalsium
karbonat(CaCO3) dan larutan kopi tadi dimasukkan ke dalam orong pisah lalu diekstraksi
sebanyak 4 kali, masing-masing dengan penambahan 25 mL kloroform. Lapisan bawahnya
diambil, kemudian ekstrak (fase kloroform) ini diuapkan dengan rotari evaporator hingga
kloroform menguap seluruhnya. Ekstrak kafein bebas pelarut dimasukkan ke dalam labu
takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan. Larutan
kemudian ditentukan kadarnya dengan spektrofotometri UV dan HPLC.
A fase gerak (mobile phase)
B fase diam (stationary
phase) C campuran
solute
Tugas laporan sementara

Hitunglah % kadar alkaloid metode gravimetric dengan data berikut :


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛 𝑔 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛(𝑔)
% kadar alkaloid ∶ 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 (𝑔)

Ulangan ke- Berat cawan Berat ekstrak Berat cawan + simplisia Penimbangan Berat cawan + simplisia
kosong (g) (g) sebelum di oven (g) jam ke- setelah dioven (g)

1 46,4366
2 48,4246
1 46,4581 2,0620 48,5201 3 48,4185
4 48,4025
5 48,4010

1 52,5925
2 52,5855
2 50,6749 2,0071 52,6820 3 52,5800
4 52,5673
5 52,5660
Buatlah kurva panjang gelombang maksimum dan waktu inkubasi dari data dibawah ini:

Panjang Panjang Absorban Waktu Absorban


gelombang Absorban gelombang Absorban Waktu (menit) (A) (menit) (A)
(nm) (A) (nm) (A)

400 0,390 455 0,420


5 0,280 35 0,305
405 0,399 460 0,412
410 0,410 465 0,403 10 0,285 40 0,302
415 0,418 470 0,399
420 0,429 475 0,395 15 0,292 45 0,300
425 0,438 480 0,392
430 0,446 485 0,392 20 0,298 50 0,296
435 0,445 490 0,391
440 0,439 495 0,391 25 0,313 55 0,292
445 0,435 500 0,391
450 0,427 30 0,313 60 0,288
Buatlah kurva regresi linier dan tentukan persamaan regresi dari data berikut :
Absorban
Konsentrasi (ppm) (A)

4 0,310

6 0,373

8 0,442

10 0,517

12 0,589

Hitunglah % kadar alkaloid dengan data absorbansi sebagai berikut :


Absorbansi ekstrak : 0,545
Fp : (50/10) x (50/10)
Kadar air : 2,XX (2 angka terakhir npm)
Volume : 50mL
Berat ekstrak : 5x mg (angka terakhir npm)
Tentukan nilai X dengan rumus 𝑥 = 𝑦−𝑎 dimana Y adalah absorban sampel
𝑏
Hitung % kadar alkaloid dengan
rumus : 𝑥 100 %
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑝𝑝𝑚
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝑥 − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑥 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
DAFTAR PUSTAKA
Hanani, Endang. 2017. Analisis Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kodekteran EGC.
Rivai, H. dan Putri, Y.T. 2019. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Kandungan Kimia dari
Ekstrak Heksan, Aseton, Etanol, dan Air dari Biji Alpukat (Persea
americana Mill.).
Jurnal Farmasi Higea.
Saifudin, A., Rahayu, dan Teruna. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Wahyuni, S, Marpaung, M.P. 2020. Penentuan Kadar Alkaloid Total Ekstrak Akar Kuning
(Fibraurea chloroleuca Miers) Berdasarkan Perbedaan Konsentrasi Etanol Dengan
Metode Spektrofotometri UV-VIS. Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia. 3(2): 52-61.
PENETAPAN
KADAR
SAPONIN
Tim Dosen MK. FITOKIMIA II
PENDAHULUAN (Hanani,
2017)
 Penetapan kadar saponin dilakukan dengan penambahan suspensi darah, dengan
suasana dapar fosfat 7,4 (pH fisiologis). Sel-sel darah dalam suspensi akan
terhemolisis karena interaksi antara saponin dengan senyawa-senyawa yang
terdapat pada permukaan membran sel, seperti kolesterol, protein, dan
fosfolipid.

 Untuk ekstrak yang mengandung tanin, perlu dilakukan pengenceran


terlebih dulu.

 Kadar saponin dalam ekstrak dapat ditetapkan dengan melakukan berbagai


pengenceran filtrat dan diamati kadar yang masih menghasilkan hemolisis
total, lalu dibandingkan dengan saponin pembanding.
Penetapan kadar saponin dapat dilakukan secara:
 Gravimetri
 KLT Densitometri
 Spektrofotometri UV-VIS
 Spektroskopi NIR (Near Infrared )
PENETAPAN
KADAR
SAPONIN
SECARA
GRAVIMETRI
PENETAPAN KADAR SAPONIN PADA EKSTRAK DAUN LIDAH MERTUA
(Sansevieria trifasciata Prain varietas S. Laurentii) SECARA
GRAVIMETRI
(Mien dkk, 2015)
1. Identifikasi saponin untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
saponin.

+ 10 mL air panas, ditambahkan 1


didinginkan tetes HCl 2 N
melalui dinding
tabung reksi.
0,5 gram serbuk daun dikocok kuat Apabila busa tidak
Lidah Mertua selama 10 detik hilang berarti
hingga terbentuk sampel
busa yang mantap mengandung
saponin
PENETAPAN KADAR SAPONIN PADA EKSTRAK DAUN LIDAH MERTUA
(Sansevieria trifasciata Prain varietas S. Laurentii) SECARA
GRAVIMETRI
(Mien dkk, 2015)
2. Penetapan kadar saponin secara gravimetri Dipisahkan
Refluks Setelah dingin larutan etil
dengan 50 mL larutan petroleum asetat.
petroleum eter eter dibuang dan Residu yang
residu yang tertinggal
pada suhu 60 -
tertinggal dilarutkan dilarutkan
80°C selama 30 dengan n-
dalam 50 mL etil
menit. asetat. butanol 3 kali
1,25 gram serbuk masing-masing
daun Lidah Mertua dengan 50 mL.

Kertas saring Endapan di Sisa penguapan + Seluruh


dikeringkan, ditimbang atas kertas metanol 10 mL larutan
ad bobot tetap. Selisih saring kemudian larutan butanolik
bobot kertas saring kemudian ini diteteskan ke dicampur dan
sebelum dan sesudah dibilas dalam 50 mL diuapkan
penyaringan ditetapkan dengan 10 dietil eter sambil dengan
sebagai bobot saponin mL dietil eter diaduk. rotavapor.
PENETAPAN KADAR SAPONIN PADA EKSTRAK DAUN LIDAH MERTUA
(Sansevieria trifasciata Prain varietas S. Laurentii) SECARA
GRAVIMETRI
(Mien dkk, 2015)
Salah satu kelebihan metode gravimetri yaitu tidak membutuhkan zat
pembanding sehingga lebih mudah untuk penetapan kadar saponin.
Pada peneltian ini penetapan kadar saponin dilakukan sebanyak 3 kali
dengan hasil perhitungan kadar rata-rata sebesar 3, 1258%
PENETAPAN KADAR
SAPONIN
SECARA
KLT
DENSITOMETRI
PENETAPAN KADAR SAPONIN ABRUSOSIDA PADA SIMPLISIA DAUN SAGA
(Abri Folium) (Hanani, 2017)
Semua filtrat
Ekstraksi dimasukkan ke
dengan Dipipet 2 mL dan
dalam labu ukur 50
etanol 95% ditambahkan
mL. Kertas saring
ad etanol 95% ad
dibilas etanol 95%.
penyarian 10 mL.
Tambahkan etanol
2 g serbuk daun saga sempurna ad tanda batas.

Larutan
dit ot olkan
pada plat
KLT

Larutan abrusosida
dibuat 4 macam
konsentrasi berbeda
Bercak yang timbul diukur dengan Elusi dengan fase gerak
dan ditotolkan pada
densitometer pada  318 nm. Luas area Toluen-Etil asetat-Etanol
plat KLT
yang diperoleh pada larutan uji (7:3:1)
dibandingkan dengan kurva baku standar.
Diperoleh % kadar abrusosida.
PENETAPAN KADAR
SAPONIN SECARA
SPEKTROFOTOMETRI
PENETAPAN KADAR SAPONIN TOTAL PADA BERBAGAI EKSTRAK DAUN
TANAMAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS (Saputra, 2018)

1.Preparasi reagen vanillin asam sulfat 0,727% b/v

ditimbang 0,4 g dilarutkan dalam etanol Reagen vanilin-asam sulfat di


vanilin + 50 mL H2 SO4 ultrasonikator selama 1 jam.
+ etanol ad 100 mL

2. Preparasi larutan standar sapogenin + 2,75 mL reagen


ditimbang Diencerkan vanillin-asam sulfat
sapogenin menjadi dalam ice bath.
dilarutkan dalam Dipipet Kemudian
sebanyak 30 konsentrasi 150,
metanol pa 10 mL 0,25 dipanaskan pada
mg, 36 mg, 200, 250, 300, mL suhu ± 60o C selama
dan 42 mg 350 ppm (hasil
optimasi) 10 menit. Kemudian
didiamkan selama 60
menit di suhu kamar

Dibuat persamaan Diukur absorbansi


regresi linear y = bx + a pada  413 nm (hasil
optimasi)
3. Penentuan kadar saponin total

Dipipet + 2,75 mL reagen vanillin-


ditimbang asam sulfat dalam ice bath .
ekstrak 0,25
dilarutkan dalam Kemudian dipanaskan pada
sebanyak mL
metanol pa 5 mL suhu ± 60o C selama 10 menit.
45 mg Kemudian didiamkan selama 60
menit di suhu kamar

Diukur absorbansi
pada  413 nm
PENETAPAN KADAR
SAPONIN SECARA
SPEKTROSKOPI NIR
PENETAPAN KADAR SAPONIN TOTAL PADA BERBAGAI EKSTRAK DAUN
TANAMAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROSKOPI NIR (Saputra, 2018)

Dikeringkan
Ekstrak kering Penentuan Data NIR
digerus dan
dengan aerosil
diayak dengan
ayakan B-60
Ekstrak kental

Instrumen NIR “Luminar 3070” dihidupkan dengan menekan tombol power dan
ditunggu selama 30 menit ( warming up ). Selanjutnya dibuka perangkat lunak
Brimrose. Sampel yang telah dipreparasi diletakkan di atas plat tempat sampel
secara merata. Satu sampel discan 3 kali dan dilakukan 3 kali penembakan pada
masing-masing scanning . Langkah-langkah tersebut diulangi untuk masing-
masing sampel dan untuk setiap sampel diberi nama.
DATA PENGAMATAN
Metode Hasil %Kadar
Gravimetri
Titrimetri
Spektrofotometri
KCKT/HPLC

TUGAS LAPORAN MINGGU INI :


1. Mencari jurnal tentang penetapan kadar alkaloid dari suatu simplisia, dengan berbagai metode seperti pada
materi.
2. Untuk Metode HPLC gunakan jurnal yang sesuai pada materi, jelaskan cara kerja dan prinsip kerja HPLC serta
interpretasikan hasilnya.
3. Untuk pengenceran larutan induk (cara menghitung ppm) dan cara menghitung kadar harus disertakan cara /
rumusnya
DATA
PENGAMATAN
Metode Hasil %Kadar
Gravimetri
KLT Densitometri
Spektrofotometri
Spektroskopi NIR

TUGAS LAPORAN MINGGU INI :


Mencari jurnal tentang penetapan kadar saponin dari suatu simplisia, dengan berbagai metode seperti pada materi
DAFTAR PUSTAKA
Hanani, Endang. 2017. Analisis Fitokimia . Jakarta: Penerbit Buku Kodekteran EGC. Mien,
D.J, Carolin, W.A, Firhani, P.A. 2015. Penetapan Kadar Saponin Pada Ekstrak
Daun Lidah Mer tua (Sansevieria trifasciata Prain varietas S. Laurentii)
Secara Gravimetri. Jurnal Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado. 2(2):
65-69.
Saputra, M.H. 2018. Penentuan Kadar Saponin Total Pada Ekstrak Daun Tanaman
Menggunakan Metode Spektroskopi Near Infrared Dan Kemotrik. Skripsi S1. Jember:
Fakultas Farmasi Universitas Jember.
SEKIAN
DAN
TERIM
A
KASIH

Anda mungkin juga menyukai