ALKALOID
Tim Dosen MK. FITOKIMIA II
PENDAHULUAN (Hanani,
2017)
Penetapan kadar alkaloid
dapat dilakukan
secara :
Gravimetri
Titrimetri / Volumetri /
Asidi-Alkalimetri
Spektrofotometri
KCKT
PENETAPAN
KADAR
ALKALOIDSECARA
GRAVIMETRI
GRAVIMETRI
Umumnya untuk alkaloida basa lemah yang tidak mungkin
dilakukan titrasi.
Cara ini sudah jarang digunakan (Hanani, 2017).
Analisis didasarkan pada pengukuran berat, yang
melibatkan pembentukan, pengukuran berat ataupun
isolasi dari suatu endapan (Rivai dan Putri, 2019).
Senyawa dengan unsur nitrogen tetapi non-alkaloid dapat
ikut terendapkan (Saifuddin dkk, 2011).
Penetapan kadar tidak dipengaruhi BM alkaloida yang
diuji.
Tidak dapat diterapkan untuk alkaloida yang
menguap / terurai pada proses pengeringan (nikotin,
efedrin).
Alkaloida harus bebas dari pengotor yang larut organik
PENETAPAN KADAR ALKALOID PADA BIJI ALPUKAT
(Persea americana Mill.) (Rivai dan Putri, 2019)
tangas air
diulangi 2 kali Diuapkan ad
30 + 50 mL asam
penyarian volume ± 25
menit klorida 1 N
menggunakan mL. Saring ke
jenis dan jumlah LP
dalam
pelarut yang sama corong pisah
20 mL ektrak di sari Kumpula
menggunakan 100 mL n
metanol P dan 10 mL filtrat
amoniak P
Fas
e 25 mL filtrat
kloroform diulangi 3 kali
dibasakan
penyarian
Fase air dengan 25 mL
dengan
(HCl) amoniak P
kloroform P
sampai pH±10
Hitung sisa pengeringan
sebagai kadar alkaloid
total dinyatakan dalam
% b/b
PEMBAHASAN
Penentuan kadar alkaloid dari ekstrak etanol biji alpukat dilakukan secara
gravimetri dengan penambahan amoniak, asam klorida dan kloroform.
Amoniak P untuk melepaskan ikatan alkaloid dengan asamnya sehingga
alkaloid kembali berada dalam kondisi bebas karena amoniak akan
berikatan dengan asam klorida yang membentuk garam yang larut air
sedangkan alkaloid dalam kondisi bebas bersifat basa dan tidak larut
dalam air.
Penambahan kloroform akan terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan asam
dan lapisan kloroform.
Alkaloid dalam bentuk bebas yang bersifat basa akan diekstraksi
dengan pelarut kloroform, sehingga dihasilkan ekstrak kloroform yang
merupakan alkaloid total.
Kumpulan fase kloroform diuapkan pada suhu 50oC, kemudian keringkan
pada suhu 100oC hingga bobot tetap. Berdasarkan hasil perhitungan kadar
alkaloid total ekstrak etanol diperoleh kadar sebesar 0,435 %.
PENETAPAN
KADAR
ALKALOIDSECARA
TITRIMETRI
TITRIMETRI (Hanani, 2017)
Alkaloid yang bersifat basa kuat ditetapkan dengan
titrasi asam basa ( netralisasi ) . Titrasi dengan
umumnya dengan indikator MM dan baku asam HCl atau H2SO4.
Alkaloid basa lemah atau garam ditetapkan dengan
titrasi bebas air . Titrasi dengan indicator kristal
violet dan baku asam perklorat.
Pada titrasi bebas air digunakan pelarut bukan air
( Non Aqueous Acid - Base Titration ).Apabila
digunakan pelarut ai r, maka Titik Akhir Titrasi ( TAT)
tidak dapat diamati
secara jelas karena kurva titrasi yang landai ( tidak terjadi
perubahan p H yang mencolok sehingga tidak ada indikator
yang sesuai untuk menunjukkan TAT.
PENETAPAN KADAR ALKALOID PADA KULIT DELIMA
(Punica granatum) (Hanani, 2017)
Dikocok
30
menit
Disaring
Filtrat
melalui
kapas
Kulit buah delima + 70
Ditambahkan 5
Kulit buah delima kering mL eter dan 70 mL
mL aquadest
ditimbang 7,0 g NaOH (160 g/L)
dan didiamkan
ad memisah
Dipipet Fas
Kadar alkaloid
total dihitung Titrasi 50,0 e
berdasarkan dengan mL eter
kesetaraan 1 HCl + indikator Fase
mL HCl 0,025 N 0,025 N metil jingga
air
setara dengan
3,675 mg
alkaloid
PENETAPAN KADAR
ALKALOID
SECARA
SPEKTROFOTOMETRI
SPEKTROFOTOMETRI
Mengukur jumlah cahaya yang diabsorbsi /
ditransmisikan oleh molekul- molekul di
dalam larutan.
Hasil pengukuran berupa absorbansi (A).
Absorbansi tersebut dianalisis untuk memperoleh suatu
kurva baku. Kurva baku memberikan gambaran nilai
koefisien korelasi (r) dan persamaan regresi linear yaitu y =
ax + b.
PENETAPAN KADAR ALKALOID TOTAL EKSTRAK AKAR
KUNING (Fibraurea chloroleuca Miers) (Wahyuni dan Marpaung, 2020)
1. Pembuatan larutan baku kafein
100 ppm
Dipipet 2,5 mL Ditambahkan aquadest ad 25 mL
Kafein dilarutkan dalam aquadest panas. Di sehingga diperoleh larutan baku kafein
masukkan ke dalam labu ukur dan di ad 100 ppm
250 mL.
ditimbang 250 mg
Diperoleh larutan baku kafein 1000 ppm.
kafein murni
a. Instrumentasi dan kondisi kromatografi : Kolom yang digunakan C18, resistensi pH (4.5 mm x 250 nm; 5
um ). Detector di atur pada 272 nm dan run time 20 menit dengan flowrate 1ml/menit dalam suhu ruangan
b.Pemilihan Fase gerak : Kombinasi antara air dan methanol grade HPLC dengan rasio 60:40 menggunakan
flow rate 1 ml/menit dan run time di atur 8 menit.
c. Linearitas : Timbang kafein 20 mg kemudian larutkan dengan aquadest sampai 100 ml (larutan stok). Untuk
linearita, ambil larutan stok dengan 3 sampai 7 ml larutkan dalam 50 dengan konsentrasi 12-28 ug/ml dan
gunakanlah kalibrasi.
d.Presisi : Larutan standar kafein konsentrasi 16, 20 dan 24 ug/ml diinjeksikan ke dalam HPLC (replikasi 3 kali).
Dihitung % RSD.
e. Akurasi : Dalam penelitian ini menggunakan konsentrasi 80%, 100%, 120% kafein larutkan dalam 100 ml
aquadest. Larutan di analisis dengan HPLC 272 nm. Prosedur ini di replikasi sebanyak 3x.
f. LOD dan LOQ : Limit of detection (LOD) and Limit of quantification (LOQ) menggunakan persamaan LOD=3.3 x
s0/b LOQ = 10x s0/b Dimana S0 dan b merupakan SD dan Slope dari garis kalibrasi.
Preparasi :
sampel Sebanyak 1 gram bubuk kopi dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian
ditambahkan 150 mL akuades panas kedalamnya sambil diaduk. Larutan kopi panas
disaring melalui corong dengan kertas saring ke dalam Erlenmeyer, kemudian 1,5 g kalsium
karbonat(CaCO3) dan larutan kopi tadi dimasukkan ke dalam orong pisah lalu diekstraksi
sebanyak 4 kali, masing-masing dengan penambahan 25 mL kloroform. Lapisan bawahnya
diambil, kemudian ekstrak (fase kloroform) ini diuapkan dengan rotari evaporator hingga
kloroform menguap seluruhnya. Ekstrak kafein bebas pelarut dimasukkan ke dalam labu
takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan. Larutan
kemudian ditentukan kadarnya dengan spektrofotometri UV dan HPLC.
A fase gerak (mobile phase)
B fase diam (stationary
phase) C campuran
solute
Tugas laporan sementara
Ulangan ke- Berat cawan Berat ekstrak Berat cawan + simplisia Penimbangan Berat cawan + simplisia
kosong (g) (g) sebelum di oven (g) jam ke- setelah dioven (g)
1 46,4366
2 48,4246
1 46,4581 2,0620 48,5201 3 48,4185
4 48,4025
5 48,4010
1 52,5925
2 52,5855
2 50,6749 2,0071 52,6820 3 52,5800
4 52,5673
5 52,5660
Buatlah kurva panjang gelombang maksimum dan waktu inkubasi dari data dibawah ini:
4 0,310
6 0,373
8 0,442
10 0,517
12 0,589
Larutan
dit ot olkan
pada plat
KLT
Larutan abrusosida
dibuat 4 macam
konsentrasi berbeda
Bercak yang timbul diukur dengan Elusi dengan fase gerak
dan ditotolkan pada
densitometer pada 318 nm. Luas area Toluen-Etil asetat-Etanol
plat KLT
yang diperoleh pada larutan uji (7:3:1)
dibandingkan dengan kurva baku standar.
Diperoleh % kadar abrusosida.
PENETAPAN KADAR
SAPONIN SECARA
SPEKTROFOTOMETRI
PENETAPAN KADAR SAPONIN TOTAL PADA BERBAGAI EKSTRAK DAUN
TANAMAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS (Saputra, 2018)
Diukur absorbansi
pada 413 nm
PENETAPAN KADAR
SAPONIN SECARA
SPEKTROSKOPI NIR
PENETAPAN KADAR SAPONIN TOTAL PADA BERBAGAI EKSTRAK DAUN
TANAMAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROSKOPI NIR (Saputra, 2018)
Dikeringkan
Ekstrak kering Penentuan Data NIR
digerus dan
dengan aerosil
diayak dengan
ayakan B-60
Ekstrak kental
Instrumen NIR “Luminar 3070” dihidupkan dengan menekan tombol power dan
ditunggu selama 30 menit ( warming up ). Selanjutnya dibuka perangkat lunak
Brimrose. Sampel yang telah dipreparasi diletakkan di atas plat tempat sampel
secara merata. Satu sampel discan 3 kali dan dilakukan 3 kali penembakan pada
masing-masing scanning . Langkah-langkah tersebut diulangi untuk masing-
masing sampel dan untuk setiap sampel diberi nama.
DATA PENGAMATAN
Metode Hasil %Kadar
Gravimetri
Titrimetri
Spektrofotometri
KCKT/HPLC